Anda di halaman 1dari 5

PERILAKU KEKERASAN

1. Definisi
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara
langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004). Kekerasan adalah kelakuan fisik yang digunakan untuk
menyerang atau merusak orang lain. Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak adil dan sering
mengakibatkan cedera fisik (Isaacs, 2005). Menurut Iyus Yosep (2007) Perilaku Kekerasan adalah suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri
sendiri maupun orang lain.
2. Rentan respon
Respon Adaptif
Asertif

Respon Maladaptif
Frustasi

Pasif

Agresif

Kekerasan (Amuk)

a. Perilaku asertif yaitu mengungkapkan ras marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau menyakiti
orang lain. Hal ini dapat menimbulkan kelegaan pada individu.
b. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang tidak realistis atau
hambatan dalam proses pencapaian tujuan.
c. Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk mengungkapkan perasaan marah yang
sekarang dialami, dilakukan dengan tujuan menghindari suatu tuntutan nyata.
d. Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau ketakutan/panik. Agresif
memperlihatkan permusuhan, keras dan mengamuk, mendekati orang lain dengan ancaman, memberi
kata-kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien dapat mengontrol perilaku untuk tidka melukai
orang lain.
e. Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh
orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman, melukai pada tingkat ringan sampai pada
yang paling berat. Klien tidak mampu mengendalikan diri.
3. Etiologi
Menurut Iyus Yosep (2007) faktor penyebab perilaku kekerasan meliputi faktor predisposisi. Faktor
predisposisi terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah faktor psikologis, sosial budaya, dan presipitasi.
a. Faktor predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang mungkin menjadi faktor predisposisi yang mungkin/
tidak mungkin terjadi jika faktor berikut dialami oleh individu :
Psikologis; kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau amuk.
Perilaku, reinforcement yang diteima ketika melakukan kekerasan, sering mengobservasi
kekerasan, merupakan aspek yang menstimuli mengadopsi perilaku kekerasan
Sosial budaya; budaya tertutup, control sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima
Bioneurologis; kerusakan sistem limbic, lobus frontal/temporal dan ketidakseimbangan
neurotransmiser
b. Faktor presipitasi
Bersumber dari klien (kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, percaya diri kurang),
lingkungan (ribut, padat, kritikan mengarah penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan
dan kekerasan) dan interaksi dengan orang lain( provokatif dan konflik).
Faktor-faktor yang mendukung:
Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
Sering mengalami kegagalan
Kehidupan yang penuh tindakan agresif
4. Tanda dan gejala
a. Didapatkan melalui observasi dan wawancara
1) Observasi

Seperti muka merah, pandangan tajam, nada suara tinggi, berdebat, memaksakan kehendak,
merampas makanan dari orang lain dan memukul jika tidak senang.
2) Wawancara
Didapatkan data-data penyebab marah dan tanda-tanda marah yang dirasakan klien.
b. Tanda dan gejala verbal dan non verbal
1) Verbal
- Beragumentasi dan berteriak
- Banyak menuntut, mengeluh dan mengekspresikan tujuan ke orang lain
- Gangguan berfikir
- Disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
2) Non verbal
- Aktivitas motorik meningkat
- Postur mengaku sambil mengencangkan kepalan tangan dan rahang
- Ekspresi wajah marah
- Mengurangi kontak mata
- Diam yang ekstrim
5. Pohon masalah
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
melempari/memukul orang lain

Perilaku
Kekerasan/amuk
Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah
Faktor Predisposisi & Presipitasi

6. Penatalaksanaan
Dalam pandangan psikiatri (Ilmu Kedokteran Jiwa). Jika seseorang mengalami susatu gangguan atau
penyakit, maka yang sakit atau terganggu itu bukan terbatas pada aspek jiwanya saja atau raganya saja.
Tetapi keduanya sebagai kebutuhan manusia itu sendiri. Menurut pandangan holistik, manusia juga tidak
terlepas dari lingkungannya, karena itu pengobatan yang dilakukan juga harus memperlihatkan ketiga aspek
tersebut sebagai suatu kesatuan. Adapun penatalaksanaan medik menurut MIF Baihaqi, dkk, 2005 sebagai
berikut :
a. Somato terapi
Dengan tujuan memberikan pengaruh-pengaruh langsung berkaitan dengan badan, biasanya dilakukan
dengan :
1) Medikal psikotropik
Medikasi psikotropik berarti terapi langsung dengan obat psikotropik atau psikofarma yaitu obatobatan yang mempunyai efek terapeutik langsung pada proses mental pasien karena efekobat
tersebut pada otak.
2) Terapi elektrokonvulsi (ECT)
Terapi dilakukan dengan cara mengalirkan listrik sinusoid ke tubuh penderita menerima aliran listrik
yang terputus-putus.
3) Somatoterapi yang lain
Terapi konvulsi, dengan menyuntikkan larutan kardiazol 10% sehingga timbul konvulsi.
Terapi koma insulin, dengan menyuntikkan insulin sehingga pasien menjadi koma, kemudian
dibiarkan 1-2 jam, kemudian dibangunkan dengan suntikan gluk.
b. Psikoterapi
Psikoterapi adalah salah satu pengobatan atau penyembuhan terhadap suatu gangguan atau
penyakit, yang pada umumnya dilakukan melalui wawancara terapi atau melalui metode-metode tertentu
misalnya : relaksasi, bermain dan sebagainya. Dapat dilakukan secara individu atau kelompok, tujuan
utamanya adalah untuk menguatkan daya tahan mental penderita, mengembankan mekanisme
pertahanan diri yang baru dan lebih baik serta untuk mengembalikan keseimbangan adaptifnya.

c. Manipulasi lingkungan
Manipulasi lingkungan adalah upaya untuk mempengaruhi lingkungan pasien, sehingga bisa
membantu dalam proses penyembuhannya. Teknis ini terutama diberikan atau diterapkan kepada
lingkungan penderita, khususnya keluarga.
Tujuan utamanya untuk mengembangkan atau merubah/menciptakan situasi baru yang lebih kondusif
terhadap lingkungan. Misalnya dengan mengalihkan penderita kepada lingkungan baru yang dipandang
lebih baik dan kondusif, yang mampu mendukung proses penyembuhan yang dilakukan.
7. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikolog. Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat
dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku
kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku
kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan.
Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara tentang
perilaku berikut ini:
Muka merah dan tegang
Pandangan tajam
Mengatupkan rahang dengan kuat
Mengepalkan tangan
Jalan mondar mandir
Bicara kasar
Suara tinggi, menjerit atau berteriak
Mengancam secara verbal atau fisik
Melempar atau memukul benda/orang lain
Merusak benda
Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah/ mengontrolperilaku kekerasan
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan ditetapkan sesuai dengan data yang didapat, dan saat ini tidak
melakukan perilaku kekerasan tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan belum
mempunyai kemampuan untuk mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan tersebut.
Diagnosis yang berlaku pada gangguan ini adalah: Resiko Perilaku Kekerasan
c. Tindakan Keperawatan
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan:
Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Pasien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan
Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasannya
Pasien dapat mencegah/ mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,
sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
Tindakan keperawatan:

Bina hubungan saling percaya, dalam membina hubungan saling percaya perlu
dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan
anda. Tindakan yang harus anda lakukan dalam rangka membina hubungan saling
percaya adalah:
Mengucapkan salam terapeutik

Berjabat tangan
Menjelaskan tujuan interaksi
Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik.
Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis.
Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual.
Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah
yaitu secara verbal terhadap:
Orang lain
Diri sendiri
Lingkungan
Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
Fisik: pukul kasur atau bantal, tarik nafas dalam
Obat
Sosial/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
Spiritual: kegiatan ibadah sesuai keyakinan pasien
Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
Latihan nafas dalam dan pukul kasur-bantal
Susun jadwal latihan nafas dalam dan pukul kasur-bantal
Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/ verbal:
Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta
dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:
Diskusikan kegiatan ibadah yang pernah dilakukan pasien
Latih mengontrol marah dengan melakukan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan
pasien
Buat jadwal latihan kegiatan ibadah.
Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama
pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, benar
dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
Susun jadwal minum obat secara teratur
Ikut-sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi mengontrol
perilaku kekerasan.

DAFTAR PUSTAKA
Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book, 1995
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000

Anda mungkin juga menyukai