Anda di halaman 1dari 26

1.

Definisi Hipertiroid
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana suatu kelenjar tiroid yang
terlalu aktif menghasilkan suatu jumlah yang berlebihan dari hormon-hormon
tiroid yang beredar dalam darah. Gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsi
kelenjar tiroid, hippofisis atau hipotalamus. Hipertiroid pada kehamilan
( morbus basodowi ) adalah hiperfungsi kelenjar tiroid ditandai dengan
naiknya metabolism basal15-20 %, kadang kala diserta pembesaran ringan
kelenjar tiroid. Kejadian penyakit ini diperkirakan 1:1000 dan dalam
kehamilan umunya disebabkan oleh adenoma tunggal, Pengaruh kehamilan
terhadap penyakit Kehamilan dapat membuat strua tambah besar dan keluhan
penderita tambah berat. Sejak mulai kehamilan terjadi perubahan-perubahan
pada fungsi kelenjar tiroid ibu, sedang pada janin kelenjar tiroid baru mulai
berfungsi pada umur kehamilan gestasi ke 12-16. TSH agaknya tidak dapat
melalui barier plasenta. Dengan demikian baik TSH ibu maupun TSH janin
tidak saling mempengaruhi. Baik T4 maupun T3 dapat melewati plasenta
dalam jumlah yang sangat sedikit, sehingga dapat dianggap tidak saling
mempengaruhi. Telah kita ketahui bahwa terdapat kehamilan dimana kelenjar
tiroid mengalami hiperfungsi yang ditandai dengan naiknya metabolisme
basal sampai 15-25% dan kadang kala disertai pembesaran ringan. Keadaan
ini adalah dalam batas-batas normal.
2. Etiologi Hipertiroid
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,
atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan
disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap
pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan
gambamn kadar HT dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan
balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus
akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
Penyebab Utama

o Penyakit Grave; Merupakan penyebab hipertiroidisme yang paling


lazim pada usia dasawarsa ketiga dan keempat. Menyebabkan
pembesaran kelenjar tiroid yang difus dan simetris dengan
konsistensi yang normal atau sedikit lunak. Oftalmopati infiltrative
klasik dapat terjadi dengan atau tanpa hipertiroidisme yang nyata.
(Grabber, 2006)
Penyakit Graves adalah gangguan autoimun yang biasanya
ditandai dengan produksi autoantibody yang mirip kerja TSH pada
kelenjar tiroid. Autoantibody IgG ini, yang disebut thyroid
stimulating immunoglobulin TSI, menstimulasi produksi TH,
namun tidak dihambat oleh kadar TH yang meningkat. Kadar TSH
dan TRH rendah karena keduanya dihambat oleh kadar TH yang
tinggi. Penyebab penyakit Graves tidak diketahui, akan tetapi,
tampak terdapat predisposisi genetic pada penyakit autoimun.
Wanita yang berusia 20 dan 30an paling sering terdiagnosis
penyakit ini walaupun penyakit ini mulai terjadi selama belasan
tahun. (Corwin, 2009)
o Toxic multinodular goiter; Menyebabkan kelenjar tiroid nodular
yang tidak teratur dan asimetris. Goiter multinodular toksisk
biasanya timbul secara tersembunyi pada usia dasawarsa ke enam
atau ke tujuh pada pasien yang telah menderita goiter nodular
nontoksik selama bertahun-tahun. Scan tiroid dapat bermanfaat
untuk menegakkan diagnosis. (Grabber 2006)
Goiter nodular adalah peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat
peningkatan kebutuhan akan hormone tiroid. Peningkatan
kebutuhan akan hormone tiroid terjadi selama periode
pertumbuhan atau kebutuhan metabolic yang tinggi misalnya
pubertas atau kehamilan. Dalam kasus ini, peningkatan TH
disebabkan oleh aktivasi hipotalamus yang didorong oleh proses
metabolism sehingga disertai oleh peningkatan TRH dan TSH.
Apabila kebutuhan akan hormone tiroid berkurang, ukuran

kelenjar tiroid biasanya kembali ke ukuran sebelumnya. Kadangkadang terjadi perubahan yang irreversible dan kelenjar tidak
mengalami regresi. Tiroid yang membesar dapat terus
memproduksi TH dalam jumlah berlebihan. Apabila individu tetap
mengalami hipertiroid, keadaan ini disebut goiter nodular toksik.
(Corwin, 2009)
o Solitary toxic adenoma; Biasanya terjadi pada usia dasawarsa
ke empat dan ke lima. Kelenjar tiroid mengandung nodul lunak
sampai keras, halus, berbatas tegas yang memperlihatkan ambilan
radioaktif kuat pada scan tanpa adanya ambilan radioaktif di
bagian lain kelenjar. Sebagian besar pasien dengan adenoma soliter
tidak menjadi tirotoksik. Jika menjadi tirotoksik, mereka biasanya
tidak terlalu toksik disbanding penderita penyakit Graves, dan
mereka tidak menderita oftalmopati atau miksidema pratibial.
Adenoma hipofisis pada sel-sel penghasil TSH atau penyakit
hipotalamus jarang terjadi.

Penyebab Lain
o Tiroiditis
o Penyakit troboblastis
o Ambilan hormone tiroid secara berlebihan.
o Pemakaian yodium yang berlebihan
o Kanker pituitary
o Obat-obatan seperti Amiodarone
3. Epidemiologi Hipertiroid
Hipertiroid merupakan penyakit hormonal yang menempati urutan
kedua terbesar di Indonesia setelah diabetes. Posisi ini serupa dengan kasus di
dunia. Di RS Soetomo , pasien diabetes mencapai 35.000 orang, sedangkan
pasien hipertiroid mencapai 1000 orang pada tahun 2003 (Harrison, 2000).
Berdasarkan distribusi jenis kelamin dan umur pada penyakit hipertiroid amat
bervariasi dari berbagai rumah sakit di Indonesia menunjukkan angka yang
bervariasi. Perbandingan wanita dan laki-laki yang didapat di RSUP
Palembang adalah 3,1:1, di RSCM Jakarta adalah 6:1, di RS Dr. Soetomo 8:1

dan di RSHS Bandung 10:1. Distribusi menurut umur di RSUP Palembang


4.

yang terbanyak adalah pada usia 2130 tahun (41,73%) (Hermawan, 1990).
Faktor Resiko
a. Kondisi medis
Kondisi medis yang dapat meningkatkan resiko hipertiroidisme antara
lain:

Infeksi virus
Kehamilan; Hanya sedikit wanita yang mengalami tiroiditis

postpartum (hipertiroid yang dilanjutkan hipotiroid)


Riwayat penyakit autoimun
Riwayat penyakit tiroid sebelumnya seperti goiter
Riwayat operasi tiroid
Diabetes tipe 1
Insufisiensi adrenal primer
Pernicious anemia
Pengobatan dengan interferon beta-1b and interleukin-4,

immunosuppressant therapy, antiretroviral for AIDS, dan lithium


b. Usia
Hipertiroid dapat terjadi di semua usia, namun lebih banyak dialami oleh
orang yang berusia 60 tahun. Hal ini disebabkan oleh banyaknya angka
kejadian penyakit Graves pada usia 40-60 tahun
c. Jenis Kelamin
Wanita lebih banyak mengalami hipertiroid dibandingkan pria. Wanita
mengalami hipertiroid 5-10 kali lebih banyak dibandingkan pria.
d. Faktor Genetik
Riwayat keluarga dengan penyakit Graves atau penyakit yang
berhubungan dengan tiroid yang lain dapat meningkatkan resiko
terjadinya hipertiroid.
e. Latar Belakang Etnik
Masyarakat Jepang memiliki resiko lebih besar mengalami
hipertiroidisme. Hal ini dapat terjadi akibat adanya kebiasaan diet tinggi
garam pada ikan, akibatnya terjadi penumpukan iodindalam jumlah besar
dalam tubuh.
f. Konsumsi Iodin berlebihan
Konsumsi iodine berlebihan dapat meningkatkan resiko terjadinya
hipertiroid. Hal ini dapat terjadi akibat pengkonsumsian suplemen,

makanan ataupun obat-obatan (eg. Amidaron) yang mengandung iodine.


Selain itu juga dapat terjadi karena masyarakat kekurangan iodium lalu
diberikan terapi iodium.
g. Merokok
Orang yang merokok lebih beresiko mengalami hipertiroid. Hal ini akibat
adanya zat-zat karsinogenik dari rokok yang mengenai tubuh.
h. Stress
5. Patofisiologi
Terlampir
6. Manifestasi Klinis
Penderita hipertiroidisme yang sudah berkembang lebih jauh akan
memperlihatkan kelompok tanda dan gejala yang khas (yang kadang- kadang
disebut tirotoksikosis) . Gejala yang sering ditemukan pada penderita
hipertiroid yakni :

Umum :Berat badan turun, keletihan, apatis, berkeringat, dan tidak

tahan panas
Kardiovaskuler ;Palpitasi, sesak nafas, angina,gagal jantung,

sinustakikardi, fibrilasi atrium, nadi kolaps.


Neuromuskular : Gugup,gelisah, agitasi, tremor,
koreoatetosis,psikosis, kelemahan otot, secara emosional mudah
terangsang (hipereksitabel), iritabel dan terus menerus merasa

khawatir, Serta tidak dapat duduk diam .


Gastrointestinal : penderita mengalami peningkatan selera makan dan
konsumsi makanan, penurunan berat badan yang progresif, kelelahan
oto yang abnormal, perubahan defekasi dengan konstipasi atau diare,

serta muntah.
Reproduksi : Oligomenorea, infertilitas
Kulit : warna kulit penderita biasanya agak kemerahan (flushing)
dengan warnah salmon yang khas dan cenderung terasa hangat, lunak
serta basah.. namun demikian, pasien yang berusia lanjut mungkin
kulitnya agak kering, tangan gemetarPruritus, eritema Palmaris,

miksedema pretibial, rambut tipis..


Struma : Difus dengan/tanpa bising, nodosa

Mata : lakrimasi meningkat,kemosis (edeme konjungtiva), proptosis,


ulserasi kornea,optalmoplegia, diplobia, edema pupil, penglihatan

kabur.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. T4 Serum
Tes yang paling sering dilakukan adalah penentuan T4 serum dengan
teknik radioimmunoassay atau peningkatan kompetitif. Kisaran T4
dalam serum yang normal berada diantara 4,5 dan 11,5 mg/dl (58,5
hingga 150 nmol/L).
b. T3 Serum
T3 serum mengukur kandungan T3 bebas dan terikat, atau total T3
total, dalam serum. Sekresinya terjadi sebagai respon terhadap sekresi
TSH dan T4. Meskipun kadar T3 dan T4 serum umumnya meningkat
atau menurun secara bersama-sama, namun kadar T4 tampaknya
merupakan

tanda

yang

akurat

untuk

menunjukan

adanya

hipertiroidisme, yang menyebabkan kenaikan kadar T4 lebih besar


daripada kadar T3. Batas-batas normal untuk T3 serum adalah 70
hingga 220 mg/dl (1,15 hingga 3,10 nmol/L)
c. Tes TSH (Thyroid Stimulating Hormone)
Sekresi T3 dan T4 oleh kelenjar tiroid dikendalikan hormone stimulasi
tiroid (TSH atau tirotropin) dari kelenjar hipofisis anterior.
Pengukuran konsentrasi TSH serum sangat penting artinya dalam
menegakkan diagnosis serta penatalaksanaan kelainan tiroid dan untuk
membedakan kelainan yang disebabkan oleh penyakit pada kelenjar
tiroid sendiri dengan kelainan yang disebabkan oleh penyakit pada
hipofisis atau hipotalamus.kadar TSH dapat diukur dengan assay
radioimunometrik, Nilai normal dengan assay generasi ketiga, berkisar
dari 0,02 hingga 5,0 U/ml.
Kadar TSH sensitif dan dapat dipercaya sebagai indikator fungsi
tiroid. Kadar akan berada dibawah normal pada pasien dengan
peningkatan autonom pada fungsi tiroid (penyakit graves, hiperfungsi
nodul tiroid).
d. Tes Thyrotropin Releasing Hormone

Tes Stimulasi TRH merupakan cara langsung untuk memeriksa


cadangan TSH di hipofisis dan akan sangat berguna apabila hasil tes
T3 dan T4 tidak dapat dianalisa. Pasien diminta berpuasa pada malam
harinya. Tiga puluh menit sebelum dan sesudah penyuntikan TRH
secara intravena, sampel darah diambil untuk mengukur kadar TSH.
Sebelum tes dilakukan, kepada pasien harus diingatkan bahwa
penyuntikan. TRH secara intravena dapat menyebabkan kemerahan
pasa wajah yang bersifat temporer, mual, atau keinginan untuk buang
air kecil.
e. Tiroglobulin
Tiroglobulin merupakan precursor untuk T3 dan T4 dapat diukur
kadarnya dalam serum dengan hasil yang bisa diandalkan melalui
pemeriksaaan radioimmunoassay. Faktor-faktor yang meningkatkan
atau menurunkan aktivitas kelenjar tiroid dan sekresi T3 serta T4
memiliki efek yang serupa terhadap sintesis dan sekresi tiroglobulin.
Kadar tiroglobulin meningkat pada karsinoma tiroid, hipertiroidisme
dan tiroiditis subakut. Kadar tiroglobulin juga dapat akan meningkat
pada keadaan fisiologik normal seperti kehamilan.
f. Ambilan Iodium Radioaktif
Tes ambilan iodium radioaktif dilakukan untuk mengukur kecepatan
pengambilan iodium oleh kelenjar tiroid. Kepada pasien disuntikan
atau radionuklidalainnya dengan dosis tracer, dan pengukuran pada
tiroid dilakukan dengan alat pencacah skintilas (scintillation counter)
yang akan mendeteksi serta menghitung sinar gamma yang dilepaskan
dari hasil penguraian dalam kelenjar tiroid.
Tes ini mengukur proporsi dosis iodium radioaktif yang diberikan
yang terdapat dalam kelenjar tiroid pada waktu tertentu sesudah
pemberiannya. Tes ambilan iodium-radioaktif merupakan pemeriksaan
sederhana dan memberikan hasil yang dapat diandalkan.
g. Pemeriksaan sidik tiroid
Dengan penggunaan yodium bila nodul menangkap yodium tersebut
kurang dari tiroid normal disebut nodul dingin. Bila sama afinitasnya

disebut nodul hangat. Kalau lebih banyak menangkap yodium disebut


nodul panas. Sebagian besar karsinoma tiroid termasuk nodul dingin.
Pemeriksaan Penunjang Lain

Pemeriksaan kadar kalsitonin (untuk pasien dengan


kecurigaan karsinoma medulle.

Biopsi jarum halus

Pemeriksaan sidik tiroid.


Dengan penggunaan yodium bila nodul menangkap yodium tersebut
kurang dari tiroid normal disebut nodul dingin. Bila sama afinitasnya
disebut nodul hangat. Kalau lebih banyak menangkap yodium disebut
nodul panas. Sebagian besar karsinoma tiroid termasuk nodul dingin

Radiologis untuk mencari metastasis

Histopatologi.
Masih merupakan pemeriksaan diagnostik utama. Untuk kasus inoperable,
jaringan diambil dengan biopsi insisi.

8. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi
hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid)
atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
Obat antitiroid, digunakan dengan indikasi:
Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang
menetap, pada pasien muda dengan struma ringan sampai sedang dan

tirotoksikusis
Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase seblum pengobatan,

atau sesudah pengobatan pada pasien yg mendapt yodium radioaktif


Persiapan tiroidektomi
Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia
Pasien dengan krises tiroid

Pada pasien hamil biasanya diberikan propiltiourasil dengan dosis


serendah mungkin yaitu 200 mg/hari atau lebih lagi. Hipertiroidisme kerap
kali sembuh spontan pada kehamilan tua sehingga propiltiourasil dihentikan.
Obat-obat tambahan sebaiknya tidak diberikan karena T4, yang dapat
melewati plasenta hanya sedikit sekali dan tidak dal mencegah hipotiroidisme
pada bayi yang baru lahir. Pada masa laktasi juga diberikan propiltiourasil
karena hanya sedik:it sekali yang keluar dari air susu ibu. Dosis ya; dipakai
100-150 mg tiap 8 jam: Setelah pasien eutiroid, secara Minis dan laboratorim
dosis diturunkan dan dipertahankan menjadi 2 x 50 mg/hari. Kadar T4
dipertahank pada batas atas normal dengan dosis propiltiaurasil
Ada 3 macam obat yang di berikan pada penderita hipertiroidisme, yaitu
anti tiroid yang bias menekan sintesis hormone tiroid, iodides untuk
menghindari keluarnya hormone tiroid, dan antagonis tiroid. Antagonis tiroid
adala penyekat beta- adrenergic dan antagonis kalsium yang menghalangi efek
hormone tiroid dalam sel tubuh.
a. Terapi Iodiun Radioakti
Terapi RAI dengan IODIN 131 sering dipakai karena dapat di
berikan kepada pasien yang berobat jalan. Dan juga lebih aman bagi
pasien yang yang bias menjadi rsiko tinggi utuk pembedahan, terutama
yang lansia.perbaikannya lebih cepat tampak dari pada obat antitiroid.
b. Radiasi
Berikut kewaspadaan teradap terapi radiasi RAI
1. Siram air toilet yang banyak setelah memakainya
2. Tingkatkan asupan air untuk membantu eksresi RAI
3. Alat makan,handuk,seprei harus tersendiri dan harus dicuci sendiri
4. Tidur sendirian
5. Hindari kontak badan yang lama
6. Jangan menyusui bayi
7. Tunda kehamilan 6 bulan setelah terapi
c. Terapi umum
i. Obat antitiroid, biasanya diberikan sekitar 18-24 bulan. Contoh
obatnya: propil tio urasil (PTU), karbimazol.

ii. Pemberian yodium radioaktif, biasa untuk pasien berumur 35


tahun/lebih atau pasien yang hipertiroid-nya kambuh setelah
iii.

operasi.
Operasi tiroidektomi subtotal.
Cara ini dipilih untuk pasien yang pembesaran kelenjar tiroidnya tidak bisa disembuhkan hanya dengan bantuan obatobatan, untuk wanita hamil (trimester kedua), dan untuk pasien
yang alergi terhadap obat/yodium radioaktif. Sekitar 25% dari
semua kasus terjadi penyembuhan spontan dalam waktu 1

tahun.
iv. Terapi obat anti hipertiroid
Obat-obat antitiroid selain yang disebutkan di atas adalah:
a. Carbimazole (karbimasol)
Berkhasiat dapat mengurangi produksi hormon tiroid.
Mula-mula dosisnya bisa sampai 3-8 tablet sehari, tetapi
bila sudah stabil bisa cukup 1-3 tablet saja sehari. Obat ini
cukup baik untuk penyakit hipertiroid. Efek sampingnya
yang agak serius adalah turunnya produksi sel darah putih
(agranulositosis) dan gangguan pada fungsi hati. Ciri-ciri
agranulositosis adalah sering sakit tenggorokan yang tidak
sembuh-sembuh dan juga mudah terkena infeksi serta
demam. Sedangkan ciri-ciri gangguan fungsi hati adalah
rasa mual, muntah, dan sakit pada perut sebelah kanan,
serta timbulnya warna kuning pada bagian putih mata,
kuku, dan kulit.
b. Kalmethasone (mengandung zat aktif deksametason)
Merupakan obat hormon kortikosteroid yang umumnya
dipakai sebagai obat anti peradangan. Obat ini dapat
digunakan untuk menghilangkan peradangan di kelenjar
tiroid (thyroiditis).
c. Artane (dengan zat aktif triheksilfenidil)

Obat ini sebenarnya obat anti parkinson, yang dipakai


untuk mengatasi gejala-gejala parkinson, seperti gerakan
badan yang kaku, tangan yang gemetar dan sebagainya. Di
dalam pengobatan hipertiroid, obat ini dipakai untuk
mengobati tangan gemetar dan denyut jantung yang
meningkat. Namun penggunaan obat ini pada pasien
dengan penyakit hipertiroid harus berhati-hati, bahkan
sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan denyut
jantung yang cepat (takikardia). Pada pasien yang denyut
nadinya terlalu cepat (lebih dari 120 kali per menit) dan
tangan gemetar biasanya diberi obat lain yaitu propranolol,
atenolol, ataupun verapamil.
v. Terapi lain
Adapun pengobatan alternatif untuk hipertiroid adalah
mengkonsumsi bekatul. Para ahli menemukan bahwa dalam
bekatul terdapat kandungan vitamin B15, yang berkhasiat
untuk menyempurnakan proses metabolisme di dalam tubuh
kita.
Selain hipertiroid, vitamin B15 juga dapat digunakan untuk
mengobati kencing manis (diabetes melitus), tekanan darah
tinggi (hipertensi), bengek (asma), kolesterol dan gangguan
aliran pembuluh darah jantung (coronair insufficiency), serta
penyakit hati. Selain itu, vitamin B15 juga dapat meningkatkan
pengambilan oksigen di dalam otak, menambah sirkulasi darah
perifer dan oksigenisasi jaringan otot jantung.
vi. Diet
Karena kebutuhan makanan meningkat maka asupan nutrisi
dan kalori perlu di tingkatkan dan di atur pola makannya.
vii. Aktivitas
Penderita hipertiroidisme memerlukan titah baring komplit dan
perawatan di unit intensif.
9. Komplikasi

Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis


tirotoksik (thyroid storm atau badai tiroid). Badai tiroid adalah suatu aktivitas
yang sangat berlebihan dari kelenjar tiroid yang terjadi secara tiba-tiba. Badai
tiroid merupakan suatu keadaan darurat yang sangat berbahaya dan
memerlukan tindakan segera. Tekanan yang berat pada jantung bisa
menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang bisa berakibat fatal
(aritmia) dan syok.
Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang
menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien
hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan Tiroid
Hormon dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia,
agitasi, tremor, hipertermi, dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan
kematian.

Komplikasi lainnya adalah penyakit jantung hipertiroid, oftalmopati Graves,


dermopati Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan
obat antitiroid.

Ulkus Kornea
Ulkus kornea terjadi oleh karena pembengkakan kelenjar retroorbita dan
perubahan degenaratif otot occuler menyebabkan mata sulit di tutup sehingga
terjadi iritasi mata, lalu infeksi yang menyebabkan ulkus kornea.

Dermopati
Merupakan sebuah manifestasi klinis dari penyakit Graves yang jarang terjadi
dengan tanda dan gejala seperti kemerahan, bengkak dan kulit tipis. Biasanya
lokasi terjadinya dermopati di daerah tibial (tulang kering kaki).

Kelemahan dan pengkisutan otot yang luar biasa.

Kegelisahan.

Perubahan suasana hati.

Kebingungan.

Perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma).

10. Asuhan Keperawatan


PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Meliputi nama, usia, pekerjaan, pendidikan terakhir, agama, ras.
B. Keluhan Utama :

Provoking Incident ( P )
apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor presipitasi pembesaran
leher, seperti kemungkinan adanya gangguan hormon kelenjar tiroid, gangguan
autoimun.

Quality ( Q )
Menanyakan kepada klien seperti apa pembesaran leher yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah ada keluhan nyeri tekan atau nyeri saat menelan .

Region : radiation ( R )
Pada kasus, klien merasakan pembesaran pada lehernya

Severity (Scale) ( S )
Kaji seberapa jauh pembesaran yang dirasakan atau menerangkan seberapa jauh
pembesaran leher ini mempengaruhi kemampuan fungsinya, pada kasus lingkar
leher klien 33,5cm

Time ( T )
Kaji sejak kapan pembesaran leher pada klien berlangsung, dan apakah
pembesarannya bertambah buruk (semakin besar) dari waktu ke waktu..

C. Riwayat Keperawatan Saat ini


Biasanya klien mengeluh lehernya membesar
D. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Biasanya adanya riwayat adenoma tiroid atau graves disease


E. Riwayat Penyakit Keluarga

Menanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang


sama,

Kaji pada klien atau keluarga, apakah ada riwayat penyakit grave, gondok
multinoduler toksik, dan adenoma toksik.

F. Riwayat Penggunaan obat

Pengobatan atau tindakan apa sajakah yang klien lakukan selama proses
penyembuhan dan obat-obatan apa saja yang di konsumsi klien.

Biasanya diberikan terapi PTU (obat antitiroid ; propiltiourasil)

G. Pola-pola Fungsi Kesehatan


a. Pola Gaya Hidup

Menanyakan bagaimana kebiasaan klien dalam mengonsumsi makanan


(frekuensi makanan, jenis makanan, porsi makan, jenis dan kuantitas
minum).

Menanyakan bagaimana asupan iodium pada klien

Bagaimana pengetahuan klien tentang makanan tinggi kalori, tinggi


protein dan makanan atau minuman yang harus dihindari (alkohol dan
minuman stimulant lain).

b. Kebutuhan nutrisi

Penderita hipertiroidisme biasanya mengeluh nafsu makan meningkat


dan sering merasa lapar tetapi terjadi penurunan berat badan akibat
metabolisme tubuh yang meningkat..

c. Kebutuhan eliminasi

Hipertiroidisme juga mempengaruhi pola eliminasi klien. Biasanya klien


sering mengalami diare, karena gerakan makanan yang cepat melalui
gastrointestinal (peningkatan peristaltis).

d. Kebutuhan istirahat dan tidur

Biasanya akan mengalami gangguan tidur karena merasa tidak nyaman


seperti berkeringat, ansietas, berdebar-debar, dan mengeluhkan suhu
ruangan (intoleran terhadap panas). Oleh karena itu, kamar klien harus
dijaga agar suhunya selalu sejuk serta nyaman.

e. Mempertahankan suhu tubuh

Klien dengan hipertiroidisme intoleran terhadap panas. Hal ini akibat


laju metabolic dan produksi panas yang berlebihan.

H. Pengkajian psikososial
Stress emosional.
Pada pengkajian ini, mencakup laporan pasien atau keluarga mengenai
keadaan pasien yang mudah tersinggung (iritabel), serta peningkatan reaksi

emosionalnya. Status mental, emosional dan perubahan penampilan


Kekhawatiran penderita hipertiroidisme harus diredakan dengan penjelasan
bahwa reaksi emosional yang dialaminya merupakan akibat dari penyakit

dan dengan bantuan terapi akan mengendalikan gejala tersebut.


Karena efek negative (reaksi emosional) yang ditimbulkan oleh gejala ini
akan berpengaruh terhadap keluarga dan sahabatnya maka mereka perlu

diberikan penjelasan tentang gejala penyakit ini.


I. Pengkajian spiritual
Apakah klien secara teratur melakukan ibadah sesuai keyakinannnya.
Apakah klien secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan
J. Pemeriksaan Fisik
a. Antropometri
TB
:
BB
:
b. TTV
TD
:
RR
:biasanya meningkat
T
: afebris (N=36,5-37,50 C)
HR
: biasanya meningkat (N=60-100 x/menit)
c. Pemeriksaan Head to toe
1. Kulit dan rambut
Rambut
- Inspeksi : warna rambut, jumlah rambut (biasanya menipis)
- Palpasi : konsentrasi dan tekstur rambut

Kulit : DBN (dalam kasus)


- Inspeksi : warna, adanya miksedema pratibial / dermofati
(penebalan
-

dan hiperfigmentasi kulit lokal di aspek

anterior kaki dan tungkai bawah)


Palpasi kulit : biasanya diaporesis, hangat, dan lembab,
serta intoleran terhadap panas

2. Kepala
- Inspeksi bentuk simetris antara kanan dan kiri, bentuk
-

lonjong, tidak ada lesi


Palpasi ada / tidaknya nyeri tekan.

3. Mata
- Inspeksi : eksoftalmus +/+ (bola mata terdorong ke depan
dan mata menonjol dari tulang orbita), mata berair, dan
tidak dapat menutup dengan sempurna, konjungtiva pucat
(-), ikterik (-), penglihatan kabur, ulkus pada kornea, dan
sensitive cahaya
- Palpasi : kelopak mata ( ada bagian yang menonjol)
4. Telinga
- Inspeksi : ukuran , simetris antara kanan dan kiri, tidak ada
serumen pada lubang telinga, tidak ada benjolan
5. Hidung
- Inspeksi : simetris, tidak ada secret, tidak ada lesi, tidak ada
benjolan
6. Mulut
- Inspeksi : bentuk mulut simetris, kebersihan lidah dan gigi
7. Leher
- Inspeksi : terdapat pembesaran leher, pada tiroid kanan
tampak nodul hipoechoik dengan batas tegas ( halo) dan
-

lesi hipo dan hiperechoik


Palpasi : biasanya ditemukan pembesaran ukuran kelenjar
tiroid

8. Dada dan thorax


- Inspeksi : dada simetris kanan dan kiri, ukuran, dan bentuk
dada, nafas dangkal dan cepat

Palpasi : adanya masa, berdebar, getaran focal femitus sama

antara kanan dan kiri, ada / tidaknya nyeri dada


Perkusi : pada semua bagian dada, dengarkan adanya bunyi

abnormal pada paru paru dan jantung


Auskultasi : bunyi jantung dan paru (biasanya denyut
jantung meningkat, bunyi nafas cepat dengan irama tidak
beraturan), dengarkan pula suara abnormal dari jantung dan

paru paru (gallop, murmur, crackle, dll)


9. Abdomen
- Inspeksi: bentuk, kesimetrisaan, warna, adanya lesi
- Palpasi : turgor, adanya masa, ada / tidaknya nyeri tekan
- Perkusi : di keempat kuadran
- Auskultasi : bunyi bising usus (peningkatan bisa
mengindikasikan terjadinya diare)
10. Ekstremitas
- Inspeksi :
-

bentuk, ukuran, warna ekstremitas atas dan

bawah, pengeluaran keringat dan gemetar


Palpasi : suhu pada kulit ekstremitas atas dan bawah, masa
otot, refleks tendon (biasanya hiperaktif)

Pengaruh penyakit hipertiroidisme terhadap system lainnya:


Sistem gastrointestinal
1) Poliphagia nafsu makan meningkat.
2) Diare bising usus hyperaktif (hiperdefekasi)
3) Muntah
4) Berat badan turun
5) Disfagia
6) Splenomegali
Sistem Muskular
1) Kekuatan otot menurun
2) Kurus
3) Atrofi
4) Tremor
5) Cepat lelah
6) Hyperaktif refleks tendon
Sistem Integumen .
1) Rambut kulit rontok, berkeringat, kulit basah, panas, lembab, halus,
licin, mengkilat, kemerahan.

2) Erythema, pigmentasi, mixedema local.


3) Kuku terjadi onycholosi terlepas, rusak.
4) Ujung kuku/jari terjadi Aerophacy, yaitu perubahan ujung jari
tabuh / clubbing finger disebut plumer nail
5) Kalau ada peningkatan suhu lebih dari 37,8 C indikasi Krisis
Tyroid.
Mata
1) Retraksi kelopak mata atas mata membelalak
2) Proptosis ( eksoptalmus : penonjolan ke depan), karena jaringan orbita
dan otot-otot mata diinfiltrasi oleh limposit.
3) Iritasi Conjunctiva
4) Lakrimasi (sekresi dan pengeluaran air mata)
5) Tanda Jefrey : kulit tidak dapat mengkerut pada waktu kepala sedikit
menunduk dan mata melihat objek yang digerakkan ke atas.
6) Tanda Rosenbach : tremor pada kelopak mata pada waktu mata
menutup.
7) Tanda stelwag : mata jarang berkedip.
8) Tanda Dalrymple : retraksi kelopak mata bagian atas sehingga
memberi kesan mata membelalak.
9) Tanda Van Graefe : kelopak mata terlambat turun dibandingkan boa
mata.
10) Tanda Molbius : kelemahan dalam akomodasi / konvergensi mata /
gagal konvergensi.
Sistem Psikis dan saraf .
1) Iritabiltas gelisah
2) Tidak dapat berkonsentrasi
3) Pelupa
4) Mudah pindah perhatian
5) Insomnia
6) Gemetar
7) Labil
Sistem Kardiovaskuler
Hipertensi,aritmia,, palpitasi, gagal jantung,Berdebar-debar, takikardia
Sistem Hematologi dan limfatik skelet.
anemia, splenomegali, leher membesar. Osteoporosis, epifisis cepat
menutup dan nyeri tulang.
Sistem Respirasi .
1) Perubahan pola nafas
2) Dyspnea
3) Pernafasan dalam

4) Respirasi rate meningkat


Ginjal .
1) Polyuri ( banyak dan sering kencing ).
2) Polidipsi ( rasa haus berlebihan banyak minum
Status reproduksi .
1) Pada wanita
Hypomenorrhoe (perdarahan yang berlebihan pada saat

menstruasi)
Amenorrhoe (tidak ada/terhentinya haid secara abnormal)

Karena kelenjar tyroid mempengaruhi LH (laterizing hormon)


2) Laki-laki :
Kehilangan libido (keinginan seks)
Penurunan potensi

Data

Etiologi
Hipertiroid

DS :

Jantung

Klien mengatakan
Hipersekresi T3, T4, TSI,

jantungnya
berdebar-debar
Klien mengatakan
lelah

TSH
Stimulasi terhadap medulla
adrenal

DO :

Jumlah reseptor adrenelgik

TD

mmHg
Nadi : 110 x /

menit
RR ; 24x/m
Klien cemas dan

130/100

Masalah keperawatan
Penurunan Curah

meningkat

Respon terhadap adrenelgik


berlebihan

tegang
Biosintesis katekolamin
oleh T3
Reseptor 1
Kerja jantung meningkat
CO menurun
Takikardi
Palpitasi

Penurunan Curah Jantung

DS : -

Aktivitas hormon tiroid

DO :

BB turun
Muntah
Diare

Ketidakseimbangan
nutrisi

Hipertiroid

Hipermetabolisme

Kebutuhan asupan kalori

Nafsu makan

Motilitas usus besar

Hiperdefekasi dengan diare

Penurunan BB

Ketidakseimbangan nutrisi :
kurang dari kebutuhan
tubuh
Hipertiroid

DS :

Pasien mengatakan

lemas
Pasien mengatakan
kesakitan

Hipermetabolisme
Kebutuhan O2
meningkat

Pada
muskulo

DO :

skeletal

Intoleransi Aktivitas

Pasien tampak

lemah
Pasien hanya tidur-

hipoksia
Terjadi
katabolis

tiduran di tempat

me otot

tidur
Aktivitas pasien

berlebih

dibantu oleh
keluarga atau
perawat

an
metabolisme
anaerob

terjadi
atrofi
otot &
lemah

asam laktat
kelelahan
Intoleransi Aktivitas

Rencana Asuhan Keperawatan


No

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Penurunan

Setelah dilakukan

Mandiri

cardiak output

tindakan keperawatan

Keperawatan
1

1. Pantau tekanan darah pada posisi

berhubungan

selama 1 X 24 jam CO

tidur, duduk, dan berdiri jika

dengan

kembali stabil dengan

memungkinkan.

peningkatan kerja

KH :

jantung ditandai
oleh takikardi

2. Periksa kemungkinan adanya nyeri

TD (90-120/70-

90mmHg),
Denyut nadi

perifer normal
CRT <3 detik
pengisian kapiler

dada
3. Auskultasi suara jantung. Perhatikan
adanya bunyi jantung tambahan,
adanya irama gallop dan murmur
sistolik
4. Pantau EKG

normal, pengisian
kapiler normal,

Kolaborasi :

status mental
baik, dan tidak
ada distritmia

1. Berikan cairan IV sesuai indikasi


2. Berikan obat obatan sesuai indikasi :
o Penyekat beta (pronolol, atenolol)
o Hormon tiroid antagonis (PTU,

Perubahan nutrisi

Setelah dilakukan

kurang dari

tindakan keperawatan

kebutuhan b.d

selama 3 x 24 jam klien

peningkatan
metabolisme

metimazol)
Mandiri
1. Catat dan laporkan adanya anoreksia,

kelemahan umum,nyeri abdomen.


menunjukkan tanda-tanda 2. Pantau masukan makanan setiap hari.
pemulihan nutrisi dengan
Dan timbang BB setiap hari serta
kriteria hasil :
laporkan adanya penurunan BB
3. Dorong pasien untuk makan dan
Klien menghabiskan
meningkatkan jumlah makan dan juga

porsi makanan yang

makanan kecil dengan menggunakan

diberikan
Tidak terjadi

makanan tinggi kalori yang mudah

penurunan BB

dicerna
4. Informasikan pada klien dan
keluargatentang manfaat nutrisi
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan nutrisi


3

yang dibutuhkan pasien.


1. Monitor respon kardiorespirasi

Keletihan b/d

Setelah dilakukan

status penyakit

tindakan keperawatan

terhadap aktivitas (takikardi,

selama 2 x 24 jam

disritmia, dispneu, diaphoresis, pucat,

kelelahan

tekanan hemodinamik dan jumlah

pasien berkurang dengan


kriteria hasil:

respirasi)
2. Monitor dan catat pola dan jumlah

Kemampuan

tidur pasien
3. Jelaskan pada pasien hubungan

aktivitas adekuat
Keseimbangan

kelelahan dengan proses penyakit


4. Catat aktivitas yang dapat

aktivitas

meningkatkan kelelahan
5. Anjurkan pasien melakukan yang
6. meningkatkan relaksasi (membaca,

danistirahat
Mengidentifikasi
faktor-faktor fisik
dan psikologis
yang

mendengarkan musik)
7. Batasi stimulasi lingkungan untuk
8. memfasilitasi relaksasi
9. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang

menyebabkan

cara meningkatkan intake makanan

kelelahan

tinggi energi

Daftar Pustaka
1. Munifa. 2011. Pola Makan dan Merokok sebagai Faktor Resiko Kejadian
Hipertiroid. Yogyakarta: FKUGM.
2. Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran,
ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
3. Price A, Sylvia. 1995. Pathofisiologi,Ed:2. Jakarta: EGC
4. Graber, Mark A. 2006. Buku Saku Dokter Keluarga University of IOWA. Jakarta :
EGC
5. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
6. Doenges, Marlyn E. dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk
Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed: 3. Jakarta ; EGC

Anda mungkin juga menyukai