Definisi Leukemia
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada
satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan
tertekan pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan menimbulkan
gejala klinis.19 Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses neoplastik yang
disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik sehingga
terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian
sel leukemia beredar secara sistemik.
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai
bentuk leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang berlebihan, dapat
menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih sirkulasinya meninggi.
2. Etiologi Leukemia
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada
sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah
normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah
normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak
produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel
tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi
kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat
meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom,
atau perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan
insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan
perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel
abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan
tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan
genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal
dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada
akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel
yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam
organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.
3. Klasifikasi Leukemia
Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel dan tipe sel
asal yaitu:
a. Leukemia Akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat
terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit)
yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain.32 Leukemia akut memiliki
perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal ratarata dalam 4-6 bulan.
o
akumulasi
mengakibatkan
sel-sel
patologis
organomegali
dari
sistem
(pembesaran
limfopoetik
alat-alat
dalam)
yang
dan
kegagalan organ.
LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada umur
dewasa (18%). Insiden LLA akan mencapai puncaknya pada umur 3-7
tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak-anak akan hidup 2-3 bulan
setelah terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum
tulang.
orang
dewasa
(85%)
dibandingkan
anak-anak
(15%).20
b. Leukemia Kronik
Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi neoplastik
dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan hematologi.
o
ii.
Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali
lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat
menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada
penderita
dengan
kelainan
kongenital
misalnya
agranulositosis
keluarga positif
leukemia
Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada
binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus
sebagai
salah
satu
penyebab
leukemia
yaitu
enzyme
reserve
Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA dan LGK jelas sekali
meningkat setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi terhadap
sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko menderita
leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak bekerja di bagian
tersebut. Penduduk Hirosima dan Nagasaki yang hidup setelah ledakan
bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi LMA dan LGK sampai 20 kali
lebih banyak. Leukemia timbul terbanyak 5 sampai 7 tahun setelah
ledakan tersebut terjadi. Begitu juga dengan penderita ankylosing
spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads mempunyai
insidens 14 kali lebih banyak.
iii.
Zat Kimia
Zat-zat
kimia
(misal
benzene,
arsen,
pestisida,
kloramfenikol,
Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya
leukemia. Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk
menderita leukemia terutama LMA.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok meningkatkan
risiko LMA. Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case
control
memperlihatkan
bahwa
merokok
lebih
dari
10
tahun
5. Gejala Klinis
Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia, trombositopenia,
neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi, hipermetabolisme.
a. Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan
sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi,
pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan
anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme.21 Nyeri tulang bisa dijumpai
terutama pada sternum, tibia dan femur.
b. Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan
oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi dalam
bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi
(lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan kesadaran, sesak
napas, nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan
metabolisme yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia.
c. Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang
mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan
berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan
penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan
infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
d. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada
fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan
limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung
lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat,
petekie, ekimosis dan demam yang disertai infeksi.
6. Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan kejadian
suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi.
medisnya
menggunakan
radiasi.
Untuk
petugas
pengetahuan
atau
informasi
mengenai
bahan-bahan
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan penyakit
atau
cedera
menuju
suatu
perkembangan
ke
arah
kerusakan
atau
(penurunan
berat
badan,
berkeringat)
LMA
ditemukan
penurunan
eritrosit
dan
pemeriksaan
sumsum
tulang
pada
penderita
limfosit
ditemukan
peningkatan
jumlah
B.
Sedangkan
keadaan
pada
penderita
hiperselular
megakariosit
dan
dengan
aktivitas
sakit
yang
panjang
karena
obat
vincristin,
prednison
dan
asparaginase.
ii. Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan
terapi
intensifikasi
mengeliminasi
sel
yang
leukemia
bertujuan
untuk
residual
untuk
SSP
kekambuhan
diberikan
pada
SSP.
untuk
mencegah
Perawatan
yang
yang
lebih
rendah.
Pada
tahap
ini
dikombinasikan
dengan
terapi
tahap
ini
dimaksudkan
untuk
remisi
lengkap
dan
sepertiganya
terapi
dan
prognosis.
Salah
satu
sistem
tulang
ii.
Stadium I
iii. Stadium II
limfositosis
dan
splenomegali/
hepatomegali.
iv. Stadium III
gr/dl).
v. Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia
<100.000/mm3 dengan/tanpa gejala pembesaran
hati, limpa, kelenjar.
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena
tujuan
terapi
bersifat
konvensional,
terutama
untuk
1.Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan
sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien,
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan. (Budi
Anna Keliat, 1994)
Pengkajian pada leukemia meliputi:
a.Riwayat penyakit
b.Kaji adanya tanda-tanda anemia:
1).Pucat
2).Kelemahan
3).Sesak
4).Nafas cepat
c.Kaji adanya tanda-tanda leukopenia:
1).Demam
2).Infeksi
d.Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia:
1).Ptechiae
2).Purpura
3).Perdarahan membran mukosa
e.Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola:
1).Limfadenopati
2).Hepatomegali
3).Splenomegali
f.Kaji adanya pembesaran testis
g.Kaji adanya:
1).Hematuria
2).Hipertensi
3).Gagal ginjal
dan
Penyimpangan
KDM
Proliferasi
sel
kanker
Sel kanker bersaing dengan sel normal, untuk mendapatkan nutrisi, Infiltrasi sel
normal digantikan dengan Sel kanker.
3.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA)
adalah suatu penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap
masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan
memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan diamana
perawat
bertanggung
gugat
(Wong,D.L,
2004:
331).
Menurut Wong, D.L (2004 :596 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:
1.Resiko
infeksi
2.Intoleransi
berhubungan
aktivitas
dengan
berhubungan
menurunnya
dengan
sistem
kelemahan
pertahanan
tubuh
akibat
anemia
3.Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
4.Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5.Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi
6.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise,
mual
dan
7.Nyeri
muntah,
yang
efek
samping
berhubungan
dengan
kemoterapi
efek
dan
atau
stomatitis
fisiologis
dari
leukemia
berduka
4.Rencana keperawatan
berhubungan
dengan
perasaan
potensial
kehilangan
anak.
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk mencapai tujuan
pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku
spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun
rencana keperawatan sebagai berikut (Wong,D.L: 2004)
a.
Resiko
infeksi
berhubungan
dengan
menurunnya
sistem
pertahanan
tubuh
Gunakan
teknik
aseptik
yang
cermat
untuk
semua
prosedur
invasif
Inspeksi
membran
mukosa
mulut.
Bersihkan
mulut
dengan
baik
Rasional: rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
- Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional: menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
- Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional: untuk mendukung pertahanan alami tubuh
- Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional: diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
b.
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan
akibat
anemia
Tujuan:
klien
tidak
menunjukkan
bukti-bukti
perdarahan
2) Intervensi:
- Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis
Rasional:
karena
perdarahan
memperberat
kondisi
anak
dengan
adanya
anemia
untuk
memberikan
intervensi
dini
dalam
mengatasi
perdarahan
Berikan
antiemetik
awal
sebelum
dimulainya
kemoterapi
Berikan
antiemetik
secara
teratur
pada
waktu
dan
program
kemoterapi
bau
yang
menyengat
dapat
menimbulkan
mual
dan
muntah
penggunaan
larutan
lidokain
pada
anak
kecil
Rasional: karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang
mengakibatkan
resiko
aspirasi
dan
dapat
menyebabkan
kejang
untuk
membantu
melewati
area
nyeri
Berikan analgetik
Rasional: untuk mengendalikan nyeri
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
1) Tujuan: pasien mendapat nutrisi yang adekuat
2) Intervensi:
- Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan
Rasional: jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari
mual dan muntah serta kemoterapi
- Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan
untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
Rasional: untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
- Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk
atau suplemen yang dijual bebas
Rasional: untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
- Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional: untuk mendorong agar anak mau makan
- Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional: karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
- Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional: kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk
menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting
dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
- Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori,
khususnya
g.
Nyeri
bila
yang
BB
dan
pengukuran
berhubungan
dengan
antropometri
efek
kurang
fisiologis
dari
dari
normal
leukemia
1) Tujuan: pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang
dapat diterima anak
2) Intervensi:
- Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional: informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau
keefektifan intervensi
- Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif,
alat akses vena
Rasional: untuk meminimalkan rasa tidak aman
-
Evaluasi
efektifitas
penghilang
nyeri
dengan
derajat
kesadaran
dan
sedasi
Rasional: untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
- Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional: sebagai analgetik tambahan
- Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional: untuk mencegah kambuhnya nyeri
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas
1) Tujuan: pasien mempertahankan integritas kulit
2) Intervensi:
- Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional: karena area ini cenderung mengalami ulserasi
- Ubah posisi dengan sering
Rasional: untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
- Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional: mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
-
Kaji
kulit
yang
kering
terhadap
efek
samping
terapi
Rasional: efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi
dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi
kanker
Anjurkan
pasien
untuk
tidak
menggaruk
dan
menepuk
kulit
yang
kering
topi,
tata
rias,
dan
pakaian
yang
menarik
2)Intervensi:
-
Jelaskan
Rasional:
alasan
untuk
setiap
prosedur
meminimalkan
yang
akan
dilakukan
kekhawatiran
yang
pda
anak
tidak
perlu
- Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional:
untuk
mendorong
komunikasi
dan
ekspresi
perasaan
- Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu anak menjalani
kehidupan yang normal
Rasional:
untuk
meningkatkan
perkembangan
anak
yang
optimal
dan
prospek
anak
untuk
bertahan
hidup
kebutuhan
terhadap
pengobatan
dan
kemungkinan
terapi
tambahan
5.Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah
dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan,
penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga
pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah
ditentukan dapat tercapai (Wong.
D.L. 2004: hal. 331).