SAKIT
A. PERILAKU KEKERASAN
1. Definisi
2. Etiologi
1) Faktor Predisposisi
2) Faktor Presipitasi
Keterangan :
5. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medik
Adapun penatalaksanaan medik menurut MIF Baihaqi, dkk, 2005 sebagai
berikut :
a. Somatoterapi
Dengan tujuan memberikan pengaruh-pengaruh langsung berkaitan
dengan badan, biasanya dilakukan dengan :
b. Medikasi psikotropik
Medikasi psikotropik berarti terapi langsung dengan obat psikotropik
atau psikofarma yaitu obat-obat yang mempunyai efek terapeutik langsung
pada proses mental pasien karena efek obat tersebut pada otak. Obat
antipsikotik, contohnya Chlorpromazine, Haloperidol dan Stelazine,
phenotizin
c. Terapi Elektrokonvulsi (ECT)
Terapi ini dilakukan dengan cara mengalirkan listrik sinusoid ke tubuh
penderita menerima aliran listrik yang terputus-putus. ECT ini berfungsi untuk
menenangkan klien bila mengarah pada keadaan amuk.
d. Restrain
Pengekangan atau pengikatan fisik (restrain) pada klien gangguan jiwa
dilakukan disaat berbahaya baik pada diri sendiri atau orang lain.
e. Psikoterapi
Psikoterapi adalah salah satu pengobatan atau penyembuhan terhadap
suatu gangguan atau penyakit, yang pada umumnya dilakukan melalui wawancara
terapi atau melalui metode-metode tertentu misalnya : relaksasi, bermain dan
sebagainya. Tujuan utamanya adalah untuk menguatkan daya tahan mental
penderita, mengembangkan mekanisme pertahanan diri yang baru dan lebih baik
serta untuk mengembalikan keseimbangan adaptifnya.
2) Penatalaksanaan keperawatan
Manipulasi lingkungan
a. Definisi
b. Etiologi
Beberapa faktor penyebab terjadinya isolasi sosial (Direja, 2011) :
1) Faktor predisposisi
a. Faktor tumbuh kembang : Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada
tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan sosial.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga : Gangguan komunikasi dalam keluarga
merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.
c. Faktor sosial budaya : Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang di anut
dalam keluarga, seperti penyandang cacat di asingkan di lingkungan sosialnya.
d. Faktor biologis : Organ tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan
hubungan sosial adalah otak.
2) Faktor presipitasi
a. Faktor eksternal : Contohnya adalah stresor sosial budaya, yaitu stres yang
ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
b. Faktor internal : Contohnya adalah stresor psikologis, yaitu stres terjadi akibat
ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya.
e. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis (Dalami, et.all, 2009 : hal.120)
a. Electro Convulsive Therapy (ECT) : Electro Convulsive Therapy (ECT)
adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada otak dengan
menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis
kiri dan kanan).
b. Psikoterapi : upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman dan
tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima
klien apa adanya, memotivasi klien untuk dapat mengungkapkan perasaannya
secara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur kepada klien.
c. Terapi Okupasi : Melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih
dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri
seseorang.
2) Penatalaksanaan Keperawatan
1. Definisi
Halusinasi adalah persepsi yang kuat atas suatu peristiwa atau objek yang
sebenarnya tidak ada. Halusinasi dapat terjadi pada setiap panca indra (yaitu
penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman, atau perabaan
2. Etiologi
1) Waham
a. Stressor sosial budaya : Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi
penurunan stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang paling penting,
atau diasingkan dari kelompok.
b. Faktor biokimia : Penelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin,
lindolomin, zat halusinogen diduga berkaitan dengan orientasi realita
c. Faktor psikologi : Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang
disertai terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan
berkurangnya orientasi realita.
2) Halusinasi
Faktor predisposisi
Faktor presipitasi yaitu Adanya rangsangan lingkungan yang sering yaitu seperti
partisipasi klien dalam kelompok, terlalu diajak komunikasi, objek yang ada
dilingkungan suasana sepi/isolasi adalah sering sebagai pencetus terjadinya halusinasi
karena hal tersebut dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang merangsang tubuh
mengeluarkan zat halusinogenik.
1) Waham
a. Waham kebesaran
Suatu kenyataan palsu dimana seorang memperluas atau memperbesar
kepentingan dirinya, baik kualitas tindakan/kejadian/orang disekelilingnya,
dalam bentuk tidak realistik. Waham ini timbul akibat perasaan yang tidak
wajar, tidak aman dan rasa rendah diri yang secara sadar dihalangi oleh
komponen ideal dan efektif dari waham itu sendiri. Isi dari waham kebesaran
sering menunjukkan kekecewaan, kegagalan, dan perasaan tidak aman.
b. Waham Kejar.
d. Waham nihilistik
Suatu kenyataan bahwa dirinya atau orang lain sudah meninggal atau
dunia ini sudah hancur.
g. Waham pengaruh.
h. Waham curiga
2) Halusinasi
a. Halusinasi Pendengaran
b. Halusinasi Penglihatan
c. Halusinasi Penciuman
d. Halusinasi Pengecap
e. Halusinasi Raba/Taktil
4. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Waham
a. Psikofarmalogi
2) Penatalaksanaan Halusinasi
1. Definisi
Defisit keperawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa merupakan defisit
perawatan diri yang terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. ( Keliat dan Akemat,
2007)
Menurut Potter, Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
2. Etiologi
1) Faktor Predisposisi
a. Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun : Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
2) Faktor presipitasi
a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.
b. Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak
bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada
tempatnya.
d. Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB/BAK
tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK
4. Penatalaksanaan
1) Farmakologi
2) Terapi
a. Terapi keluarga : Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu
mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian
a) BHSP
b) Jangan memancing emosi klien
c) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
d) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat
e) Dengarkan , bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan
masalah yang dialaminya
b. Terapi kelompok : Berfokus pada dukungan dan perkembangan,
ketrampilan sosial, atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain
untuk mengembalikan keadaan klien karena masalah sebagian orang
merupkan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.
c. Terapi music : Dengan musik klien terhibur, rileks dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran pasien.
5. Dampak
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene menurut Wartonah
(2006) yaitu :