Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

MENARIK DIRI / ISOLASI SOSIAL

Disusun Oleh :
AFIFATUL CHASANAH
82021040005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
Jln. Ganesha I, Purwosari, Kudus 59316, Telp/Fax. +62 291 437 218
Website: www.umkudus.ac.id
Email: sekretariat@umkudus.ac.id
A. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya (Direja,
2011).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Farida, 2012)

B. Rentan Respons
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Damayanti (2012) menyatakan bahwa manusia
adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina
hubungan interpersonal yang positif. Individu juga harus membina saling tergantung yang
merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan
Respon adaptif Respon maladaptif

Menyendiri kesepian manipulasi


Otonomi menarik diri impulsif
Bekerja sama ketergantungan narcisme
Interdependen

Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang masih dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan budaya lingkungannya yang umum berlaku dan lazim
dilakukan oleh semua orang. respon ini meliputi:
a. Solitude (menyendiri)
Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah
dilakukan di lingkungan sosialnya juga suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah-langkah selanjutnya.
b. Otonomi
Adalah kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam berhubungan sosial.
c. Mutualisme (bekerja sama)
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu mampu untuk
saling memberi dan menerima.
d. Interdependen (saling ketergantungan)
Adalah suatu hubungan saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam
rangka membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya lingkungannya yang umum berlaku dan
tidak lazim dilakukan oleh semua orang. Respon ini meliputi:
a. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya, merasa takut dan cemas.
b. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina hubungan dengan
orang lain.
c. Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal mengembangkan rasa
percaya diri akan kemampuannya. Pada gangguan hubungan sosial jenis ini orang lain
diperlakukan sebagai objek, hubungan

C. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah . (Damaiyanti, 2012):
1. Faktor perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus
dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan mencetuskan seseorang sehingga mempunyai
masalah respon sosial maladaptif
2. Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif
3. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini diakibatkan
oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti lansia, orang cacat, dan
penderita penyakit kronis.
4. Faktor komunikasi dalam keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang dalam gangguan
berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang negative dan
mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Seseorang anggota keluarga
menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi yang
tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar
keluarga.

D. Faktor Presipitasi
1. Stressor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor keluarga seperti
menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti dalam
kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
2. Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang dekat atau
kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan
kecemasan tingkat tinggi.
(Prabowo, 2014)

E. Tanda Dan Gejala


1. Data subyektif
a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
f. Pasien merasa tidak berguna
g. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
2. Data obyektif
a. Tidak memiliki teman dekat
b. Menarik diri
c. Tidak komunikatif
d. Tindakan berulang dan tidak bermakna
e. Asyik dengan pikirannya sendiri
f. Tak ada kontak mata
g. Tampak sedih, afek tumpul
Menurut Yosep Iyuss (2011)
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a. Psikofarmakoterapi
Terapi dengan menggunakan obat bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan
gejala gangguan jiwa. Klien dengan halusinasi perlu mendapatkan perawatan dan
pengobatan yang tepat. Adapun obat- obatannya seperti :
I. Golongan butirefenon : haloperidol (HLP), serenace,ludomer.
Pada kondisi akut biasanya diberikan dalam bentuk injeksi 3 x 5 mg (IM),
pemberian injeksi biasanya cukup 3 x 24 jam. Setelahnya klien biasanya diberikan
obat per oral 3 x 1,5 mg. Atau sesuai dengan advis dokter (Yosep,2016).
II. Golongan fenotiazine : chlorpromazine (CPZ), largactile, promactile.
Pada kondisi akut biasanya diberikan per oral 3 x 100 mg, apabila kondisi sudah
stabil dosis dapat dikurangi menjadi 1 x 100 mg pada malam hari saja, atau sesuai
dengan advis dokter (Yosep, 2016).
2. Penatalaksanan keperawatan
Penatalaksanaan terapi keperawatan pada klien skizofrenia dengan halusinasi
bertujuan membantu klien mengontrol halusinasinya sehingga diperlukan beberapa
tindakan keperawatan yang dapat dilakukan perawat dalam upaya meningkatkan
kemampuan untuk mengontrol halusinasinya yaitu dengan tindakan keperawatan
generalis dan spesialis (Kanine, 2012).
a. Tindakan Keperawatan Generalis : Individu dan Terapi Aktifitas Kelompok
Tindakan keperawatan generalis individu berdasarkan standar asuhan
keperawatan jiwa pada klien skizofrenia dengan halusinasi oleh Carolin (2008),
maka tindakan keperawatan generalis dapat dilakukan pada klien bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kognitif atau pengetahuan dan psikomotor yang harus
dimiliki oleh klien skizofrenia dengan halusinasi yang dikemukakan oleh Millis
(2000, dalam Varcolis, Carson dan Shoemaker, 2006), meliputi : 1) Cara
mengontrol halusinasi dengan menghardik dan mengatakan stopatau pergi hingga
halusinasi dirasakan pergi, 2) Cara menyampaikan pada orang lain tentang kondisi
yang dialaminya untuk meningkatkan interaksi sosialnya dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain sebelum halusinasi muncul, 3) Melakukan aktititas untuk
membantu mengontrol halusinasi dan melawan kekhawatiran akibat halusinasi
seperti mendengarkan musik, membaca, menonton TV, rekreasi, bernyanyi, teknik
relaksasi atau nafas dalam. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan stimulus
klien mengontrol halusinasi.4) Patuh minumobat.
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) yang dilakukan pada klien skizofrenia
dengan halusinasi adalah Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi
yang terdiri dari 5 sesi yaitu : 1) Sesi pertama mengenal halusinasi, 2) Sesi kedua
mengontrol halusinasi dengan memghardik, 3) Sesi ketiga dengan melakukan
aktifitas, 4) Sesi keempat mencegah halusinasi dengan bercakap dan 5) Sesi kelima
dengan patuh minum obat.
b. Tindakan Keperawatan Spesialis : Individu danKeluarga
Terapi spesialis akan diberikan pada klien skizofrenia dengan halusinasi
setelah klien menuntaskan terapi generalis baik individu dan kelompok. Adapun
terapi spesialis meliputi terapi spesialis individu, keluarga dan kelompok yang
diberikan juga melalui paket terapi Cognitive Behavior Therapy (CBT).Tindakan
keperawatan spesialis individu adalah Cognitive Behavior Therapy (CBT). Terapi
Cognitive Behavior Therapy (CBT) pada awalnya dikembangkan untuk mengatasi
gangguan afektif tetapi saat ini telah dikembangkan untuk klien yang resisten
terhadap pengobatan.
3. Terapi Somatis / ECT
Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan
jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dengan
melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik pasien walaupun yang diberi
perlakuan adalah fisik klien, tetapi target terapi adalah perilaku pasien. Jenis terapi
somatis adalah meliputi pengikatan, ECT, isolasi dan fototerapi (Kusumawati & Hartono,
2011).
a. Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau manual untuk membatasi
mobilitas fisik klien yang bertujuan untuk melindungi cedera fisik pada klien sendiri
atau orang lain.
b. Terapi kejang listrik adalah bentuk terapi kepada pasien dengan menimbulkan kejang
(grandmal) dengan mengalirkan arus listrik kekuatan rendah (2-3 joule) melalui
elektrode yang ditempelkan beberapa detik pada pelipis kiri/kanan (lobus
frontalis)klien.
c. Isolasi adalah bentuk terapi dengan menempatkan klien sendiri diruangan tersendiri
untuk mengendalikan perilakunya dan melindungi klien, orang lain, dan lingkungan
dari bahaya potensial yang mungkin terjadi. akan tetapi tidak dianjurkan pada klien
dengan risiko bunuh diri, klien agitasi yang disertai dengan gangguan pengaturan
suhu tubuh akibat obat, serta perilaku yang menyimpang.
d. Terapi deprivasi tidur adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan mengurangi
jumlah jam tidur klien sebanyak 3,5 jam. cocok diberikan pada klien dengandepresi.

G. Pohon Masalah

H. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi Sosial: Menarik diri
2. Halusinasi
I. Intervensi Keperawatan
No. Hari/Tgl DX NOC NIC TTD
Jam

1. Senin/ I Setelah dilakukan tindakan O:Identifikasi isolasi sosial Afi


13 Juni 2022 keperawatan selama 3 x 24 N:1. Identifikasi keuntungan
10.00 WIB jam diharapkan pasien dapat dan kerugian isolasi sosial
berinteraksi dengan teman-
2. Berkenalan dengan orang-
temannya dengan KH: orang
 Dapat memperkenalkan
3.Bercakap-cakap dengan satu
diri
topik
 Dapat berinteraksi
dengan teman-temnnya 4.Bercakap-cakap dalam satu
kelompok

E:Berikan TAK dan Penkes

C:kolaborasi dengan tim medis


lainnya

2. Senin/ II Setelah dilakukan tindakan O:Identifikasi halusinasi Afi


13 Juni 2022 keperawatan selama 3x24 jam N:1. Identifikasi jenis, isi,
10.00 WIB diharapkan pasien dapat waktu, frekuensi dan situasi
mengontrol halusinasi dengan halusinasi
KH:
2.Latih minum obat secara
 Dapat mengenal teratur
halusinasi
 Dapat minum obat 3. Ajarkan cara kontrol
secara teratur halusinasi dengan bercakap-
cakap

4.Ajarkan aktivitas harian

E:Berikan TAK dan Penkes

C:kolaborasi dengan tim medis


lainnya
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah :Isolasi Sosial
Pertemuan ke I (satu)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien sering menyendiri
b. Klien kadang tertawa dan tersenyum
c. Klien sering melamun
d. Klien jarang berkumpul bersama teman-temannya
e. Klien terlihat bingung
2. Diagnosa medis : Isolasi sosial
3. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
a. Tujuan Umum
Klien dapat berinteraksi dengan teman-temannya dengan cara berkenalan
b. Tujuan Khusus
1) Klien dapat mengenal isolasi sosial
2) Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian isolasi sosial
3) Klien dapat berkenalan dengan orang lain
4. Intervensi
a. Membantu klien mengenal isolasi sosial
b. Membantu klien mengenal keuntungan dan kerugian isolasi sosial
c. Mengajarkan klien untuk berkenalan
SP 1 Pasien:
Orientasi (Perkenalan):
“Selamat pagi ”
“Saya Afifatul Chasanah Saya senang dipanggil Afi, Saya mahasiswa dari Kudus, saya yang
akan membantu merawat Bapak dari sekarang sampai nanti.”
“Siapa nama Bapak? Senang dipanggil siapa?”
“Apa keluhan Bapakhari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman Bapak? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau
berapa lama Pak?Bagaimana kalau 15 menit”

Kerja:
”Apa yang Bapak rasakan selama Bapak dirawat disini? Apakah Bapak merasa sendirian? Siapa
saja yang Bapak kenal di ruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa Bapak lakukan dengan teman yang Bapak kenal?”
“Apa yang menghambat Bapak dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang lain?”
”Menurut Bapak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada teman
bercakap-cakap. Apa lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya
tidak mampunyai teman apa ya Bapak?Ya, apa lagi ? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu
inginkah Bapak belajar bergaul dengan orang lain ?
«  Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho Bapak, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama
panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Bapak, senang dipanggil ..... Asal
saya dari...., hobi memasak”
“Selanjutnya Bapak menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini: Nama
Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”
“Ayo Bapak dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan Bapak. Coba berkenalan dengan saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah Bapak berkenalan dengan orang tersebut Bapak bisa melanjutkan percakapan tentang
hal-hal yang menyenangkan Bapak bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang
keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
Terminasi:
”Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan berkenalan?”
”Tadi Bapak sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”
”Selanjutnya Bapak dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada.
Sehingga Bapak lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. Bapak mau praktekkan ke pasien
lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”
”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak Bapak berkenalan dengan teman
saya, perawat N. Bagaimana, Bapak mau kan?”
”Baiklah, sampai jumpa.”
B. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien sering menyendiri
b. Klien sering melamun
c. Klien jarang berkumpul bersama teman-temannya
d. Klien terlihat bingung
2. Diagnosa medis : Isolasi sosial
3. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
a. Tujuan Umum
Klien dapat berkenalan dengan orang pertama
b. Tujuan Khusus
1) Klien dapat berinteraksi denga orang lain
2) Klien dapat berkenalan dengan orang lain
1. Intervensi
a. Membantu klien berinteraksi
b. Mengajarkan klien berkenalan dengan orang lain
SP 2 Pasien :
Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang pertama -
seorang perawat)
ORIENTASI :
“Selamat pagi Pak! ”
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?
« Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan »Coba sebutkan lagi sambil
bersalaman dengan perawat ! »
« Bagus sekali, Bapak masih ingat. Nah  seperti janji saya, saya akan mengajak Bapak
mencoba berkenalan dengan teman saya perawat V. Tidak lama kok, sekitar 10
menit »
« Ayo kita temui perawat D disana »

KERJA :
( Bersama-sama klien saudara mendekati perawat V)
« Selamat pagi perawat V, Bapak M ingin berkenalan dengan perawat V»
« Baiklah Pak, Bapak bisa berkenalan dengan perawat V seperti yang kita praktekkan
kemarin « 
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat V : memberi salam,
menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)
« Ada lagi yang Bapak ingin tanyakan kepada perawat V . coba tanyakan tentang
keluarga perawat V »
« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, Bapak bisa sudahi perkenalan ini. Lalu
Bapak bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat V, misalnya besok pagi jam 10.00
WIB »
« Baiklah perawat V, karena Bapak M sudah selesai berkenalan, saya dan Bapak akan
kembali ke ruangan Bapak. Selamat pagi »
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berkenalan dengan perawat V”
”Bapak tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”
”Pertahankan terus apa yang sudah Bapak lakukan tadi. Jangan lupa untuk
menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan
keluarga, hobi, dan sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain. Mari kita
masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik
nanti Bapak coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10? Sampai
besok.”
C. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien sering menyendiri
b. Klien sering melamun
c. Klien jarang berkumpul bersama teman-temannya
d. Klien terlihat bingung
2. Diagnosa medis : Isolasi sosial
3. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
a. Tujuan Umum
Klien dapat berkenalan dengan orang kedua
b. Tujuan Khusus
3) Klien dapat berinteraksi denga orang lain
4) Klien dapat berkenalan dengan orang lain
A. Intervensi
a. Membantu klien berinteraksi
b. Mengajarkan klien berkenalan dengan orang lain
SP 3 Pasien : Melatih Pasien Berinteraksi Secara Bertahap (berkenalan dengan orang
kedua-seorang pasien)

ORIENTASI:
“Selamat pagi Bapak! Bagaimana perasaan hari ini?
”Apakah ibu bercakap-cakap dengan perawat V kemarin siang”
(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain
”Bagaimana perasaan Bapak setelah bercakap-cakap dengan perawat V kemarin
pagi”
”Bagus sekali Bapak menjadi senang karena punya teman lagi”
”Kalau begitu Bapak ingin punya banyak teman lagi?”
”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien A”
”seperti biasa kira-kira 10 menit”
”Mari kita temui dia di ruang makan”

KERJA:
« Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan. »
« Baiklah Pak, Bapak sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah Bapak
lakukan sebelumnya. » 
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama,
nama panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama). »
« Ada lagi yang Bapak ingin tanyakan kepada A»
« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, Bapak bisa sudahi perkenalan ini. Lalu
Bapak bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti »
« Baiklah, karena Bapak sudah selesai berkenalan, saya dan klien akan kembali ke
ruangan Bapak Selamat pagi »

TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berkenalan dengan A”
”Dibandingkan kemarin pagi, Bapak tampak lebih baik saat berkenalan dengan A”
”pertahankan apa yang sudah Bapak lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali
dengan A jam 4 sore nanti”
”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang
lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari Bapak dapat berbincang-
bincang dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8
malam, Bapakbisa bertemu dengan A, dan tambah dengan pasien yang baru dikenal.
Selanjutnya ibu bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara bertahap. Bagaimana
Bapak, setuju kan?”
”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman Bapak. Pada jam
yang sama dan tempat yang sama ya. Sampai besok.”
SP 1Keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi sosial,
penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
ORIENTASI:
“Assalamu’alaikum Pak”
”Perkenalkan saya perawat H, saya yang merawat, anak bapak, S, di ruang Mawar ini”
”Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?”
” Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana keadaan anak S sekarang?”
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak Bapak dan cara
perawatannya”
”Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama Bapak punya waktu? Bagaimana kalau setengah
jam?”

KERJA:
”Apa masalah yang Bp/Ibu hadapi dalam merawat S? Apa yang sudah dilakukan?”
“Masalah yang dialami oleh anak S disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala penyakit
yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain”.
” Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri, kalaupun
berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk”
”Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan saat
berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah dengan
orang–orang terdekat”
“Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seseorang bisa mengalami halusinasi,
yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.”
“Untuk menghadapi keadaan yang demikian Bapak dan anggota keluarga lainnya harus sabar
menghadapi S. Dan untuk merawat S, keluarga perlu melakukan beberapa hal. Pertama keluarga
harus membina hubungan saling percaya dengan S yang caranya adalah bersikap peduli dengan
S dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu memberikan semangat dan dorongan kepada S
untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain
Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi pasien.”
« Selanjutnya jangan biarkan S sendiri. Buat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan S.
Misalnya sholat bersama, makan bersama, rekreasi bersama, melakukan kegiatan rumah tangga
bersama.”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu”
” Begini contoh komunikasinya, Pak: S, bapak lihat sekarang kamu sudah bisa bercakap-cakap
dengan orang lain.Perbincangannya juga lumayan lama. Bapak senang sekali melihat
perkembangan kamu, Nak. Coba kamu bincang-bincang dengan saudara yang lain. Lalu
bagaimana kalau mulai sekarang kamu sholat berjamaah. Kalau di rumah sakit ini, kamu sholat
di mana? Kalau nanti di rumah, kamu sholat bersana-sama keluarga atau di mushola kampung.
Bagiamana S, kamu mau coba kan, nak ?”
”Nah coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya contohkan”
”Bagus, Pak. Bapak telah memperagakan dengan baik sekali”
”Sampai sini ada yang ditanyakan Pak”

TERMINASI:
“Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan tadi?”
“Coba Bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda orang yang
mengalami isolasi sosial »
« Selanjutnya bisa Bapak sebutkan kembali cara-cara merawat anak bapak yang mengalami
masalah isolasi sosial »
« Bagus sekali Pak, Bapak bisa menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut »
«Nanti kalau ketemu S coba Bp/Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua keluarga agar
mereka juga melakukan hal yang sama. »
« Bagaimana kalau kita betemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada S ? »
« Kita ketemu disini saja ya Pak, pada jam yang sama »
« Assalamu’alaikum »
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah
isolasi sosial langsung dihadapan pasien
ORIENTASI:
“Assalamu’alaikum Pak/Bu”
” Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?”
”Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak seperti yang kita pelajari berberapa hari yang
lalu?”
“Mari praktekkan langsung ke S! Berapa lama waktu Bapak/Ibu Baik kita akan coba 30 menit.”
”Sekarang mari kita temui S

KERJA:
”Assalamu’alaikum S. Bagaimana perasaan S hari ini?”
”Bpk/Ibu S datang besuk. Beri salam! Bagus. Tolong S tunjukkan jadwal kegiatannya!”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak, sekarang Bapak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa hari lalu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah
dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana perasaan S setelah berbincang-bincang dengan Orang tua S?”
”Baiklah, sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu”
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)

TERMINASI:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi? Bapak/Ibu sudah bagus.”
« «Mulai sekarang Bapak sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada S »
« Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak melakukan cara
merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak »
« Assalamu’alaikum »
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
ORIENTASI:
“Assalamu’alaikum Pak/Bu”
”Karena besok S sudah boleh pulang, maka perlu kita bicarakan perawatan di rumah.”
”Bagaimana kalau kita membicarakan jadwal S tersebut disini saja”
”Berapa lama kita bisa bicara? Bagaimana kalau 30 menit?”

KERJA:
”Bpk/Ibu, ini jadwal S selama di rumah sakit. Coba dilihat, mungkinkah dilanjutkan di rumah?
Di rumah Bpk/Ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan jadwal ini di rumah, baik jadwal
kegiatan maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak
Bapak selama di rumah. Misalnya kalau S terus menerus tidak mau bergaul dengan orang lain,
menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini
terjadi segera hubungi perawat K di puskemas Indara Puri, Puskesmas terdekat dari rumah
Bapak, ini nomor telepon puskesmasnya: (0651) 554xxx
”Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan S selama di rumah

TERMINASI:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian S untuk dibawa pulang.
Ini surat rujukan untuk perawat K di PKM Inderapuri. Jangan lupa kontrol ke PKM sebelum obat
habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”
DAFTAR PUSTAKA

Farida,2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.


Fitria , Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Prabowo, F. 2014. Konsep Dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.Jakarta : Nuha Medika
Mukhripah Damaiyanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda: Refka Aditama.
S. N. Ade Herma Direja. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Yosep, iyus, 2011. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai