Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) & STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

“PERILAKU KEKERASAN”
DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG
PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun Oleh :

Nama : Andraeni Kusuma Dewi (20191446)


Kelas : 3A
Prodi : D3 Keperawatan

AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS


Jl. Lingkar Raya Kudus-Pati Km.5 Jepang Mejobo Kudus
Telp. (0291)4248655

e-Mail: akperkridahusada@yahoo.co.id Website www.akperkridahusada.ac.id


LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN

A. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain dan lingkungan
yang dirasakan sebagai ancaman (Kartika Sari, 2015:137).
Perilaku kekerasaan adalah tingkah laku individu yang ditunjukkan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikolog. (Budi Ana Keliat, 2009) Perilaku kekerasan
merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan
sekitar. (Fitria, 2009)
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku kekerasan dapat
dilakukakn secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku
kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu sedang berlangsung kekerasan atau perilaku
kekerasan terdahulu.

B. ETIOLOGI
1. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor pengalaman yang dialami tiapmorang yang merupakan faktor predisposis,
artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut
dialami oleh individu:
a. Psikologis
Menurut Townsend (2016, dalam jurnal penelitian) Faktor psikologi perilaku
kekerasan meliputi:
1) Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa
aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri
yang rendah. Agresif dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan
meningkatkan citra diri (Nuraenah, 2012: 30).
2) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang dipelajarai,
individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku kekerasan lebih
cenderung untuk dipengaruhioleh peran eksternal (Nuraenah, 2012: 31).
b. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstiumulasi
individu mengadopsi perilaku kekerasan (Eko Prabowo, 2014: hal 142).
c. Sosial budaya, proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi
memberikan dampak terhadap nilai-niali sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi
lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk mnyesuaikan
dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stress (Nuraenah, 2012:
31).
d. Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal
dan ketidak seimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku
kekerasan (Eko Prabowo, 2014: hal 143).

2. FAKTOR PRESIPITASI
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injury secara
fisik, psikis atau ancaman knsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai
berikut:
a. Konsis klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang
penuh dengan agresif dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang, merasa terancam baik internal
dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari lungkungan.
c. Lingkungan: panas, padat dan bising
C. TANDA DAN GEJALA
Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan:
(Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 97)
1. Muka merah dan tegang
2. Mata melotot atau pandangan tajam
3. Tangan mengepal
4. Rahang mengatup
5. Wajah memerah dan tegang
6. Postur tubuh kaku
7. Pandangan tajam
8. Jalan mondar mandir
Klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukan adanya (Kartika Sari, 2015: 138)
1. Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam
2. Klien menguungkapkan perasaan tidak berguna
3. Klien mengungkapkan perasaan jengkel
4. Klien mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti dada berdebar-debar, rasa tercekik
dan bingung
5. Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruh melukai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan
6. Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya
D. RENTANG RESPON
Respon adaptif respon maladaptif

ASERTIF FRUSTASI PASIF AGRESIF KEKERASAN


Asertif : Kemarahan yang di ungkapkan tanpa menyakiti orang lain
Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitas atau terhambat
Pasif : respons klien tidak mampu ungkapkan perasaan
Agresif : Perilaku destruktif masih terkontrol
Kekerasan : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol.

Klien mampu Klien gagal Klien merasa tidak Klien Perasaan


mengungkapkan mencapai dapat mengekspresikan marah dan
rasa marah tanpa tujuan mengungkapkan secara fisik, tapi bermusuhan
menyalahkan kepuasan saat perasaanya, tidak masih terkontrol,  yang kuat dan
orang lain dan marah dan berdaya dan marah mendorong orang hilang control
memberikan tidak dapat lain dengan di sertai
kelegaan menentukan ancaman amuk,
alternative merusak
lingkungan

E. POHON MASALAH

RESIKO MENCEDERAI DIRI SENDIRI DAN


ORANG LAIN
EFFECT

PK COR PROBLEM

HALUSINASI CAUSA

HARGA DIRI RENDAH

KOPING INDIVIDU TIDAK


EFEKTIF

FAKTOR PREDISPOSISI &


PRESIPITASI

F. PENATALAKSAAN MEDIS
1. Tindakan Keperawatan Keliat dkk. (2009) mengemukakan cara khusus yang dapat
dilakukan keluarga dalam mengatasi marah klien yaitu :
a. Berteriak, menjerit, memukul Terima marah klien, diam sebentar, arahkan klien untuk
memukul barang yang tidak mudah rusak seperti bantal, Kasur.
b. Cari penyebab perilaku kekerasan dan Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan
fisik maupun olahraga. Latihan pernafasan 2x/hari, tiap kali 10 kali tarikan dan
hembusan nafas.
c. Bantu melalui humor Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka
orang yang menjadi sasaran dan diskusi cara umum yang sesuai.
2. Terapi Medis Psikofarmaka
Adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan
gejala gangguan jiwa. Menurut Depkes (2009), jenis obat psikofarmaka adalah :
a. Clorpromazine (CPZ, Largactile)
Indikasi untuk mensupresi gejala -gejala psikosa : agitasi, ansietas, ketegangan,
kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejalagejala lain yang bisanya
terdapat pda penderita skizofrenia, panik depresif, gangguan personalitas, psikosa
involution, psikosa masa kecil.
b. Haloperidol (Haldol, Serenace)
Indikasinya yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma halusinasi pada anak-
anak dan dewasa maupun pada gangguan perilaku yang berat pada anak –anak
c. Trihexiphenidyl (THP, Artane, Tremin)
d. Manipulasi lingkungan
e. Manipulasi llingkunagan adalah upaya untuk mempengaruhi lingkungan pasien,
sehingga bisa membantu dalam proses penyembuhannya. Teknis ini
terutamadiberikan atau diterapkan kepada lingkungan penderita, khususnya keluarga.
Tujuan utamanya untuk mengembangkan atau merubah / menciptakan situasi baru yang
lebih kondusif terhadap lngkungan. Misalnya dengan mengalihkan penderita kepada
lingkunmgan baru yang dipandang lebih baik dan kondusif, yang mampu mendukung
proses penyembuhan yang dilakukan.
G. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1.Masalah keperawatan:
a.Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
b.Perilaku kekerasan / amuk
c.Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah
2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1)Data Subyektif :
a)Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b)Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
c)Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2)Data Objektif :
a)Mata merah, wajah agak merah.
b)Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri
sendiri/orang lain.
c)Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d)Merusak dan melempar barang-barang.
e)Perilaku kekerasan / amuk
b.Gangguan konsep diri : harga diri rendah
1) Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
2) Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan dari pohon masalah pada gambar adalah sebagai berikut (Mukhripah
Damaiyanti, 2012: hal 106) :
Perilaku kekerasan

I. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa 1: Perilaku Kekerasan
Tujuan Umum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya :salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
2) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
3) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
1) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2) Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
3) Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan
sikap tenang.
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
1) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
2) Observasi tanda perilaku kekerasan.
3) Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien.
d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
1) Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
2) Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
3) Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
1) Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
2) Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
3) Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
f. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Tindakan :
1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
2. Diskusikan cara lain yang sehat. Secara fisik: tarik  nafas dalam jika sedang kesal,
berolah raga, memukul bantal / kasur.
3. Secara verbal : katakanalah bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
4. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepadaTuhan untuk
diberikesabaran
g. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
1) Bantu memilih cara yang paling tepat.
2) Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
3) Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
4) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
5) Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
h. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
1) Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga.
2) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
i. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
1) Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, dan
efek samping).
2) Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat,
dosis, cara dan waktu).
3) Anjurkan untuk membicarakan efek samping obat yang dirasakan.
2. Diagnosa II: Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan
TujuanKhusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya :salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
2) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
3) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Hindari penilaian negative ditiap pertemuan klien
3) Utamakan pemberian pujian yang realitas.
c. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri
dan keluarga
Tindakan:
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang kerumah
d. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang
dimiliki
Tindakan :
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
2) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
1) Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
2) Beri pujian atas keberhasilan klien
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
2) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
4) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Mukhripah Damaiyanti. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda: Refka Aditama.

Nuraenah. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban Keluarga dalam Merawat Anggota
dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di RS. Jiwa Islam Klender Jakarta Timur, 29-37.

Sari, K. 2015. Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media.
STRATEGI PELAKSANAAN PADA KLIEN
PERILAKU KEKERASAN

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
DO :

- Mata dan wajah memerah.


- Nada suara tinggi dan keras
- Ekspresi marah saat membicarakan orang
- Pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.

2. Diagnosa Keperawatan
- Perilaku kekerasan

3. Tujuan Keperawatan
a. Tujuan umum
Klien dapat melanjutkan hubungan peran sesuai denga tanggung jawab
b. Tujuan khusus
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Klien dapat mengidentifikasi penyebab marah
- Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala yang dirasakan
- Klien dapat mengetahui akibat dari tindakan kekerasan yang klien lakukan
- Klien dapat mengidentifikasi respon klien terhadap perilaku kekerasan
- Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
- Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan secara konstruktif
- Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan
- Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan
- Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan)

4. Rencana Tindakan Keperawatan


- Membina hubungan saling percaya
- Mengidentifikasi penyebab marah
- Mengidentifikasi tanda dan gejala yang dirasakan
- Mebantu klien mengendalikan perilaku kekerasan
- Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian

B. STRATEGI PELAKSANAAN
 PASIEN
SP 1 : Mengkaji perilaku kekerasan dan mengajarkan cara menyalurkan rasa
marah (tarik nafas dalam)
1. Fase Orientasi
a. Salam Teraupetik
“Selamat pagi Pak! Saya perawat yang akan merawat anda. Saya suster AK,
senang dipanggil suster A. Nama anda siapa ? senang dipanggil apa ?”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak saat ini? Masih ada perasaan kesal atau marah ? Apa
yang terjadi di rumah ?”
c. Kontrak
- Topik
“Baiklah, sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah bapak.”
- Waktu
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau 20 menit ?”
- Tempat
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di ruang tamu ?”

2. Fase Kerja
“Apa yang menyebabkan bapak B marah ? Apakah sebelumnya bapak A pernah
marah ? Terus, penyebabnya apa ? Samakah dengan yang sekarang ? O.. iya, jadi ada 2
penyebab marah bapak B.”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak A pulang ke rumah dan istri
belum menyediakan makanan (misalnya ini penyebab marah klien), apa yang Bapak B
rasakan ?” (tunggu respon klien).
“Apakah bapak B merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar , mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal ?”
“Setelah itu apa yang bapak B lakukan?”
“Jadi bapak B memukul istri dan memecahkan piring? Apakah dengan cara ini
makanan terhidang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang Bapak B lakukan ? Betul,
istri jadi sakit dan takut, piring-piring pecah.”
“Menurut bapak B adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak B belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
“Ada beberapa cara untuk mengendalikan kemarahan, Pak. Salah satunya adalah
dengan cara fisik. Jadi, melalui kegiatan fisik, rasa marah disalurkan.”
“Ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, bagaimana kalau kita
belajar satu cara dulu?”
“Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak B rasakan, bapak berdiri,
lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui
mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik nafas dari hidung, bagus..,
tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak B sudah bisa
melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak B lakukan secara rutin sehingga bisa sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul bapak B sudah terbiasa melakukannya.”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
- Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak B setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
bapak ?”
- Evaluasi Objektif
“Iya, jadi ada 2 penyebab bapak B marah.. (sebutkan) dan yang bapak rasakan..
(sebutkan) dan yang bapak lakukan... (sebutkan) serta akibatnya..(sebutkan).”
“Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu,
apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa
latihan nafas dalam, ya pak.”
b. Rencana tindak lanjut
“Sekarang kita buat jadwal latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan
nafas dalam ?”
c. Kontrak yang akan datang
1. Topik
“Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain
untuk mencegah/mengendalikan marah ?”
2. Waktu
“2 jam lagi saya akan datang”
3. Tempat
Kira-kira kita mau dimana mengobrolnya ? disini atau ditempat lain ?. “Baiklah,
sampai jumpa.”
SP 2 : Mengontrol perilaku kekerasan secara fisik 2 (minum obat )
1. Fase Orientasi
a. Salam Teraupetik
“Selamat siang pak ! masih ingat dengan saya ? Ya, saya suster L yang kemarin
bercakap-cakap dengan kamu, dan kita sudah ada janji untuk bertemu hari ini untuk
latihan cara kedua yaitu minum obat !”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini. Bapak kemarin sudah saya ajari cara
mengungkapkan cara mengungkapkan marah dengan cara menarik nafas panjang
ya. Sudah latihan kemarin ? Coba lihat jadwal kemarin..ya bagus. Coba praktekan
cara yang saya ajarkan kemarin.
c. Kontrak
- Topik
“Sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berbincang-bincang tentang cara
mengungkapkan marah dengan fisik II (minum obat)?
- Waktu
“Kita akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang”.
- Tempat
“Dimana kita bercakap-cakap ? di ruang ini atau di tempat lain ?”
2. Fase Kerja
“Bapak B bagaimana perasaanya hari ini? Apakah masih terdengar bunyi suara-
suara? Apakah bapak B sudah minum obat? Selama bapak B dirumah apakah rutin
minum obat? Bagaimana perasaan bapak B sesudah/sebelum minum obat ? Apa yang
terjadi kalau bapak B sudah minum obat? Kalau bapak B tidak minum obat apa yang
akan terjadi ? Jadi bapak B sudah tau apa akibat jika bapak B minum obat atau tidak ?
maka dari itu D harus bisa minum obat secara rutin agar bapak B dapat mengontrol bunyi
suara yang terdengar.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
- Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap mengenai obat ?”
- Evaluasi Objektif
“Coba bapak sebutkan obat apa saja yang bapak minum ? Berapa kali minumnya
? Jam berapa saja ? Bagaimana cara minum obat yang benar ? Bagus !
b. Rencana tindak lanjut
“Sekarang kita masukan kegiatan minum obatnya kedalam jadwal harian ya..?? Nanti
kalo jam-jam itu bapak minum obat bapak tinggal memberi tanda centang.
c. Kontrak yang akan datang
1. Topik
“Besok kita ketemu lagi untuk melihat sejauh mana bapak melaksanakan kegiatan
dan sejauhmana bapak dapat mencegah marah ya.. Bagaimana bapak mau...?
2. Waktu
Kira-kira waktunya kapan ya ? Bagaiamana kalau besok jam 10.00 Wib, bisa ?
3. Tempat
Kira-kira kita mau dimana mengobrolnya ? disini atau ditempat lain ?. “Baiklah,
sampai jumpa.”

SP 3 : Mengontrol perilaku kekerasan secara verbal/ sosial ( meminta, menolak,


mengungkap dengan baik )
1. Fase Orientasi
a. Salam Teraupetik
“Selamat pagi pak, masih ingat dengan saya? Tujuan saya disini saya akan
mengajarkan bapak untuk mengontrol amarah bapak secara verbal/ sosial.
b. Evaluasi Validasi
“Bapak kemarin sudah saya ajari cara mengungkapkan marah dengan cara menarik
nafas panjang ya dan memukul? Sudah latihan kemarin ? Coba lihat jadwal
kemarin..ya bagus. Coba praktekan cara yang saya ajarkan kemarin ?
c. Kontrak
- Topik
“Sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berbincang-bincang tentang cara
mengungkapkan marah dengan cara social atau berbicara dengan baik-baik ya ?
- Waktu
“Berapa lama kira – kira bisa melakukannya? bapak mau berapa menit?
Bagaimana 20 menit, bisa!
- Tempat
“Dimana kita bercakap-cakap ? di ruang ini atau di tempat lain ?”
2. Fase Kerja

Nah... bapak kan sudah bisa mengungangkapkan marah secara sehat dengan 3 cara.
Sekarang kita masukan dalam jadwal harian ya..? bapak mau latihan berapa kali ?

Baiklah. Cara mengungkapkan marah yang sehat yang ketiga adalah dengan cara
berbicara dengan baik-baik. Nah Sekarang coba bapak menyampaikan kepada orang
yang membuat bapak marah dengan baik-baik. Caranya ada 3 ( tiga ) yaitu :

1. Meminta dengan cara yang baik tanpa dengan marah, nada yang rendah dan
tidak kasar. Kemarin kan bapak mengatakan salah satu penyebab marahnya adalah
bapak meminta uang ! Nah kalo ingin meminta uang coba katakan baik-baik “pak saya
minta uang untuk membeli baju “ Coba bapak tirukan . Bagus . Sekali lagi… coba !

2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukanya coba katakan “ Maaf saya tidak bisa melakukanya karena saya sedang ada
kerjaan. Coba bapak praktikkan . Bagus.

3. Mengungkapkan perasaan kesal. Jika ada yang perlakuan orang lain yang
membuat kesal bapak bisa mengatakan “pak bapak jangan seperti itu. Saya jadi ingin
marah kalo bapak mengatakan begitu. Coba praktekan pak.

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
- Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan ?”
- Evaluasi Objektif

“Coba bapak lakukan lagi cara mengungkapkan marah yang sehat cara yang
ketiga? Bagus !

b. Rencana tindak lanjut


“Saya akan ajari cara mengungkapkan marah yang sehat cara yang ke empat yaitu
secara spiritual Bagaimana bapak mau..?
c. Kontrak yang akan datang
1. Topik
“Besok saya akan kemari lagi. Bagaimana kalau kita latihan mengontrol perilaku
kekerasan secara spiritual?
2. Waktu
Kira-kira waktunya kapan ya ? Bagaiamana kalau besok jam 10.00 Wib, bisa ?
3. Tempat
Kira-kira kita mau dimana mengobrolnya ? disini atau ditempat lain ?. “Baiklah,
sampai jumpa.”

SP 4 : Mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual


1. Fase Orientasi
a. Salam Teraupetik
“Selamat pagi (sambil mengajak berjabat tangan) bapak. Masih ingat dengan saya?
Ok Bagus.
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini. bapak kemarin sudah saya ajari cara
mengungkapkan marah dengan cara menarik nafas panjang dan memukul bantal ya.
Sudah latihan kemarin ? Coba lihat jadwal kemarin…ya bagus. Coba praktikkan
cara mengungkapkan marah dengan menarik nafas panjang. Kalau cara yang
kedua? Bagus. Hebat ya bapak.
c. Kontrak
- Topik
“Sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berbincang-bincang tentang cara
mengungkapkan marah dengan cara yang keempat ?
- Waktu
“Berapa lama kita bicara ? Bagaimana kalau 30 menit ? Baiklah.”
- Tempat
“Mau dimana kita bicara ? Baik, kita duduk di ruang tamu.”
2. Fase Kerja
“Baiklah. Cara mengungkapkan marah yang sehat yang keempat adalah dengan
cara spiritual. Boleh tahu bapak beragama apa ? Oh ya… Islam ya !. Menurut bapak
kalau mengungkapkan marah sesuai dengan agama Islam bagaimana pak ? Oh
ya..kalau belum tahu juga tidak apa-apa. Begini pak, coba kalau bapak rasanya ingin
marah bapak membaca istighfar ? Bisa pak ? Ya betul astagfirullohal’adim. coba uangi
sekali lagi. bapak bisa membaca ayat kursi ? coba ! Bagus. Itu juga bacaan yang bagus.
Atau cara lain bapak bisa juga berwudlu. Bisa berwudlu kan..? Bagus ! bapak bisa
memilih salah satu atau semuanya bisa dilakukan.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
- Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kta berbincang-bincang ?”
- Evaluasi Objektif
“Coba bapak lakukan lagi cara mengungkapkan marah yang sehat cara yang
keempat ? Bagus !
b. Rencana tindak lanjut
“Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian D. Coba lakukan sesuai jadwal
ya!” (perawat dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai
terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam).
c. Kontrak yang akan datang
1. Topik
“Mari kita mauskkan dalam jadwal kegiatan harian bapak. Coba lakukan sesuai
jadwal ya!
2. Waktu
“Berapa lama kira – kira bapak bisa melakukannya? Mau berapa menit?
Bagiamana jika 15 menit?
3. Tempat
Kira-kira kita mau dimana mengobrolnya ? disini atau ditempat lain ?. “Baiklah,
sampai jumpa.”
 KELUARGA

SP 1 : Mengidentifikasi masalah keluarga, menjelaskan proses terjadinya perilaku


kekerasan dan menjelaskan cara merawat klien perilaku kekerasan
1. Fase orientasi
a. Salam Teraupetik
“Selamat pagi pak, saya A, perawat yang merawat bapak. tujuan saya disini untuk
berdiskusi dengan ibu mengenai masalah yang dialami bapak.
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini ? Bagaimana pendapat ibu mengenai bapak?
c. Kontrak
- Topik
“Apakah ibu tidak keberatan mengobrol dengan saya? Mengobrol mengenai
masalah yang dialami bapak dan bantuan apa yang dapat diberikan.
- Waktu
“Berapa lama waktu ibu yang tersedia? Bagaimana kalau 30 menit?
- Tempat
Kita mengobrol diruang perawat!
2. Fase Kerja
“Apa yang ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat bapak? Apa yang ibu
lakukan?”

“Ya gejala yang di alami oleh bapak itu dinamakan perilaku kekerasan, yaitu
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik diri sendiri maupun
orang lain.”

“Tanda-tandanya mengancam, tangan mengepal, pandangan tajam,


mengungkapkan perasaan jengkel, dsb.”

“Jadi kalau suami ibu marah-marah dengan berdiri coba disuruh untuk duduk
pelan-pelan kemudian suruh suami ibu untuk tarik nafas panjang tahan sebentar dan
dikeluarkan lewat mulut.”

“Kalau nanti wajah bapak tampak tegang dan marah, lalu kelihatan gelisah itu
artinya bapak sedang marah, dan biasanya setelah itu ia akan melampiaskan nya
dengan membanting-banting perabot rumah tangga atau memukul, atau bicara kasar.”

“Nah ibu sudah lihat kan apa yang saya ajarkan kepada ibu bila tanda-tanda
kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara mengingatkan jadwal latihan
cara mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu secara fisik verbal, spiritual dan
minum obat teratur. Kalau bapak melakukannya, jangan lupa di puji ya bu..”

3. Fase Terminasi
- Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap cara merawat bapak?”
- Evaluasi objektf
Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak.
- Rencana Tindak Lanjut
“Baik, nanti kalau ibu besuk atau menjenguk bisa ditanyakan pada bapak. Dan
cobalah saat dirumah nanti ibu mendampingi dan membantu bapak jika amarahnya
kambuh.”
- Kontrak yang akan datang
1. Topik
“Bagaiamana kalau dua hari lagi kita ketemu untuk latihan cara-cara yang telah
kita bicarakan tadi langsung ke bapak?”
2. Waktu
“Dua hari lagi kita bertemu ya! Mau jam berapa? Kalau jam 09.00 wib!”
3. Tempat
“Mau dimana? Disini lagi atau tempat yang lain?”

SP 2 : Merawat Klien Langsung


1. Fase orientasi
a. Salam Teraupetik
“Selamat pagi ibu, masih kenal saya kan? Sesuai janji kita 2 hari yang lalu kita
sekarang ketemu lagi.”
b. Evaluasi Validasi
Bagaimana perasaan ibu hari ini? Bagaiamana ada pertanyaan tentang cara
merawat yang kita bicarakan dua hari yang lalu?
c. Kontrak
- Topik
Apakah ibu tidak keberatan mengobrol dengan saya? Mengobrol seperti yang
kita janjikan 2 hari yang lalu untuk sekarang kita latihan cara – cara merawat
tersebut ya bu?
- Waktu
Berapa lama ibu punya waktu?
- Tempat
Mau dimana kita mengobrolnya? Disini saja ya!
2. Fase Kerja
“Nah pak, coba ceritakan kepada ibu, latihan yang sudah bapak lakukan. Bagus
sekali, coba perlihatkan kepada ibu jadwal harian ibu! Baguss!

“Nanti dirumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol kemarahan bapak.”

“Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya pak?”

“Masih ingat pak, ibu kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan maka yang
harus di lakukan bapak adalah…?”

“Yaa betul bapak berdiri, lalu tarik nafas dari hidung tahan sebentar, lalu keluarkan
/tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi,
narik nafas dari hidung, bagus…tahan, dan keluarkan dari mulut. Nah lakukan 5 kali,
coba ibu temani dan bantu bapak menghitung latihan ini sampai 5 kali”

“Bagus sekali, bapak dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik”.

3. Fase Terminasi
- Evaluasi Subjektif
“Baiklah bu, latihan kita sudah selesai, bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan
cara-cara merawat/mengontrol marah langsung kepada bapak?”
- Evaluasi objektif
“Bisa ibu sebutkan lagi cara mengontrol jika bapak sedang marah?”Bagus bu.”
- Rencana Tindak Lanjut
“Selanjutnya tolong pantau dan motivasi bapak melaksanakan jadwal latihan yang
telah dibuat selama dirumah nanti.jangan lupa berikan pujian untuk bapak, bila
dapat melakukan dengan benar ya bu.

- Kontrak yang akan datang


1. Topik
“Karena bapak sebentar lagi sudah mau pulang, bagaimana kalau 2 hari lagi ibu
bertemu saya untuk membicarakan jadwal aktivitas bapak selama dirumah
nanti.”
2. Waktu
“Jam berapa ibu bisa kemari?”
3. Tempat
“Kita bisa ketemu lagi ditempat ini ya bu?”
SP 3 Keluarga : Evaluasi Kemampuan Keluarga Dan Pasien
1. Fase orientasi
a. Salam Teraupetik
“Selamat pagi ibu, sesuai dengan janji kita dua hari lalu dan sekarang ketemu untuk
membicarakan jadwal bapak selama dirumah.”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Bagaiamana ada pertanyaan tentang yang kita
bicarakan dua hari yang lalu?”
c. Kontrak
- Topik
“Apakah ibu tidak keberatan mengobrol dengan saya? Mengobrol seperti yang
kita janjikan dua hari yang lalu untuk sekarang kita bicarakan jadwal bapak
selama dirumah.”
- Waktu
“Berapa lama ibu punya waktu?”
- Tempat
“Mau dimana kita mengobrolnya? Disini saja ya!”
2. Fase Kerja
“Bu, pak jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadwal aktivitas,
maupun jadwal minum obat. Mari kita lihat jadwal bapak!”

“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh bapak selama dirumah. Kalau misalnya bapak menolak minum obat, atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, maka ibu konsulkan ke dokter
atau dibawa ke rumah sakit ini untuk dilakukan pemeriksaan ulang pada bapak.”

3. Fase Terminasi
- Evaluasi Subjektif
“Bagaimana bu ada yang belum jelas?”
- Evaluasi objektf
“Coba setelah ini ibu memantau dan menjadwal aktivitas bapak .”
- Rencana Tindak Lanjut
“Ini jadwal harian bapak untuk dibawa pulang. Dan ini surat rujukan untuk perawat
puskemas didekat dirumah ibu. Jangan lupa kontrol ke Puskesmas terdekat sebelum
obat habis, atau ada gejala – gejala yang tampak.”

Anda mungkin juga menyukai