Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIK KLINIK III

STASE KEPERAWATAN JIWA


LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN UTAMA RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Pembimbing Akademik :
Mita, S.Kep., Ns., M.Kep
Pembimbing Klinik :
Ns. Rara Anggraini, M.Kep., Sp.Kep.J

Disusun Oleh :
Zenita Indra Ramadhita
I1031191027

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
A. Pengertian
Risiko preilaku kekerasan terhadap orang lain adalah rentan melakukan
perilaku yang menujukkan dapat membahayakan orang lain secara fisik dan
emosional (NANDA-I,2018). Perilaku kekerasan dapat berupa verbal, fisik ,
dan lingkungan (Keliat,2019).
Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan
orang, diri sendiri baik secara fisik, emosional dan sexualitas, perilaku
kekerasan merupakan salah satu respon maladaftif dari marah. Marah
merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan
atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman . Kondisi
ini dapat menyebabkan meningkatnya stres emosional dan ekonomi dari
keluarga sebagai efek dari kondisi anggota keluarganya sehingga keluarga
memerlukan pengetahuan dan informasi bagaimana cara menghadapi anggota
keluarga yang mengalami perilaku kekerasan dan untuk memperkecil dampak
yang ditimbulkan, dibutuhkan penanganan perilaku kekerasan yang tepat
keluarga memiliki peran yang sangat penting untuk mencegah kejadian yang
tidak diinginkan dengan menggunakan ketrampilan koping untuk menghadapi
masalah (Townsend & Morgan, 2017).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk tindakan yang bertujuan untuk
melukai dirinya dan seseorang secara fisik maupun psikologis.Perilaku
kekerasan ini dapat dilakukan secara verbal, untuk mencederai diri sendiri,
orang lain, dan lingkungannya, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang
tidak terkontrol (Dermawan, 2018).
B. Etiologi
Penyebab dari perilaku kekerasan bukan terdiri cuman satu faktor tetapi
termasuk juga faktor keluarga, media, teman, lingkungan, biologis. Perilaku
kekerasan dapat menimbulkan dampak seperti gangguan psikologis, merasa
tidak aman, tertutup, kurng percaya diri, resiko bunuh diri, depresi, harga diri
rendah, ketidak berdayaan, isolasi sosial (Putri, Arif & Renidayati 2020).
C. Diagnosa Medis
- Psikotik akut
- Skizofrenia
- Gangguan bipolar
- Gangguan neurologis
- Gangguan fungsi kognitif
D. Manifestasi Klinis
Mayor
Subjektif :
1. Mengatakan benci/kesal dengan orang lain
2. Mengatakan ingin memukul orang lain
3. Mengatakan tidak mampu mengontrol perilaku kekerasan
4. Mengungkapkan keinginan menyakiti diri sendri, orang lain,dan merusak
lingkungan
Objektif :
1. Melotot
2. Pandangan tajam
3. Tangan mengepal,rahan mengatup
4. Gelisah dan mondar-mandir
5. Tekanan darah meningkat
6. Nadi meningkat
7. Pernapasan meningkat
8. Mudah tersinggung
9. Nada suara tinggi dan bicara kasar
10. Mendominasi pembicaraan
11. Sarkasme
12. Merusak lingkungan
13. Memukul orang lain

Minor
Subjektif :

1. Mengatakan tidak senang


2. Menyalahkan orang lain
3. Mengatakan diri berkuasa
4. Merasa gagal mencapai tujuan
5. Mengungkapkan keinginan yang tidak realistis dan minta dipenuhi
6. Suka mengejek dan mengkritik

Objektif :

1. Disorientasi
2. Wajah merah
3. Postur tubuh kaku
4. Sinis
5. Bermusuhan
6. Menarik diri
E. Tujuan Asuhan Keperawatan
a. Kognitif
Klien mampu :
- Menyebutkan penyebab risiko perilaku kekerasan
- Menyebutkan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan
- Menyebutkan akibat yang ditimbulkan
- Menyebutkan cara mengatasi risiko perilaku kekerasan
b. Psikomotor
Klien mampu :
- Mengendalikan risiko perilaku kekerasan dengan relaksasi: Tarik
napas dalam ,pukul Kasur dan bantal,senam, dan jalan-jalan
- Berbicara dengan baik: mengungkapkan, meminta,dan menolak
dengan baik
- Melakukan deeskalasi yaitu mengungkapkan erasaan merah secara
verbal atau tertulis
- Melakukan kegiatan ibadah seperti sholat, berdoa, kegiatan ibadah
lain.
- Patuh minum ibat dengan 8 benar ( benar nama klien,benar obat, benar
dosis, benar cara, benar waktu, benar manfaat, benar tanggal
kadaluwarsa, dan benar dokumentasi)
c. Afektif
- Merasakan manfaat dari Latihan yang dilakukan
- Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan
F. Tindakan Keperawatan Ners Untuk Individu
Tindakan Keperawatan Ners :
a. Pengkajian : Kaji tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan,penyebab,
kemampuan mengatasinya,dan akibatnya
b. Diagnosis : Jelaskan proses terjadinya risiko perilaku kekeran
c. Tindakan keperawatan
1) Latih klien untuk melakukan relaksasi : Tarik napas dalam, pukul
bantal dan Kasur,senam dan jalan-jalan
2) Latih klien untuk bicara dengan baik : Mengungkapkan perasaan
meminta dengan baik dan menolak dengan baik
3) Latih deeskalasi secara verbal maupun tertulis
4) Latih klien untuk melakukan kegiatan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaan yang dianut ( sholat,berdoa,dan kegiatan ibadah
lainnya)
5) Latih klien patuh minum obat dengan cara 8 benar ( benar nama
klien,benar obat,benar dosis ,benar cara, benar waktu,benar manfaat,
benar tanggal kadaluwarsa, dan benar dokumentasi)
6) Bantu klien dalam mengendalikan risiko perilaku kekerasan jika klien
mengalami kesulitan
7) Diskusikan manfaat yang didapatkan setelah mempraktikkan Latihan
mengendalikan risiko perilaku kekerasan
8) Berikan pujian pada klien saat mampu mempraktikkan Latihan
mengendalikan risiko perilaku kekerasan
G. Tindakan Keperawatan Ners Untuk Keluarga
a. Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
b. Menjelaskan pengertian,penyebab,tanda dan gejala serta proses terjadinya
risiko perilaku kekerasan yang dialami klien
c. Mendiskusikan cara merawat risiko perilaku kekerasan dan memutuskan
cara merawat yang sesuai dengan kondisi klien.
d. Melatih keluarga cara merawat risko perliaku kekerasan klien
1) Menghindari penyebab terjadinya risiko perilaku kekerasan
2) Membimbing klien melakukan Latihan cara mengendalikan perilaku
kekerasan sesuai dengan yang dilatih perawat ke klien
3) Memberi pujian atas keberhasilan klien
e. Melibatkan seluruh anggota keluarga untuk meciptakan suasana keluarga
yang nyaman : Mengurangu stress didalam keluarga dan memberi motivasi
pada klien
f. Menjelaskan tanda dan gejala perilaku kekerasan yang memerlukan
rujukan segera serta melakukan follow up ke pelayanan Kesehatan secara
teratur
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, (2018). Modul laboraturium keperawatan jiwa. Gosyeng Publising.
Keliat, B. A. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku Kedoteran ECG.
Putri, M., Arif, Y., & Renidayati, R. (2020). Pengaruh Metode Student Team
Achivement Division Terhadap Pencegahan Perilaku Kekerasan. Media Bina
Ilmia,14(10), 3317-3326.
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI/article/view/554/pdf
Townsend, M. C., & Morgan, K. I. (2017). Psychiatric mental health nursing:
Concepts of care in evidence-based practice. FA Davis.
STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP)

DENGAN KELUARGA

SP 1 KELUARGA

Proses Keperawatan

Diagnosis Keperawatan : Risiko perilaku kekerasan

Tujuan : Mengendalikan risiko perilaku kekerasan

Tindakan Keperawatan : Latihan relaksasi: tarik napas dalam

1. Orientasi
1.1 Salam
“Selamat pagi Ibu, saya Budi dari Puskesmas Mulya. Nama Ibu siapa?
Panggilannya apa?”
1.2 Evaluasi
“Bagaimana kesehatan anggota keluarga Ibu? Apakah ada yang sakit?”
1.3 Validasi
“Apakah sudah dibawa ke Puskesmas atau sudah berobat ke tempat yang
lain? Bagaimana hasilnya?”
1.4 Kontrak
1.4.1 Tindakan dan tujuan
"Baiklah saya akan melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap
keluarga Ibu, agar dapat membantu meningkatkannya."
1.4.2 Waktu
"Waktunya 5-15 menit ya Bu, apakah ibu setuju?"
1.4.3 Tempat
"Kita lakukan di sini saja ya, Bu?"
2. Kerja
2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas Keluarga
"Saya akan mendata siapa saja yang tinggal serumah dengan Ibu. Di
rumah ini Ibu tinggal bersama siapa aja? Oh, bersama Bapak dan
anak ya. Kita mulai dengan Bapak dulu ya Bu. Bapak nama
lengkapnya siapa? Berapa usia saat ini? Pendidikan Bapak apa?
Bapak bekerja di mana? Bagaimana kondisi kesehatan Bapak saat
ini?"
"Sekarang saya akan mendata Ibu sendiri. Nama lengkap Ibu?
Berapa usia ibu saat ini? Pendidikan ibu apa? Apakah Ibu bekerja?
Di mana? Bagaimana kondisi kesehatan Ibu saat ini?"
"Nah, sekarang saya akan mendata anak Ibu. Nama lengkap anak?
Berapa usianya saat ini? Pendidikannya apa? Apakah anak Ibu
bekerja? Di mana? Bagaimana kondisi kesehatan anak Ibu saat ini?."
2.1.2 Pengkajian Indikator Keluarga Sehat (IKS)
"Bu, saya akan cek dulu kesehatan keluarga ibu dengan indikator
keluarga sehat (IKS)."
"IKS merupakan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat.
Ibu akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak. Mari kita
mulai!"
- Apakah keluarga Ibu mengikuti program keluarga berencana?
- Apakah Ibu melahirkan di fasilitas kesehatan?
- Apakah anak Ibu mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
- Apakah anak Ibu mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
- Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
- Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
- Apakah anggota keluarga Ibu menjadi anggota JKN/ BPJS?
- Apakah anggota keluarga Ibu memiliki akses sarana air bersih ?
- Apakah keluarga Ibu memiliki akses jamban sehat?
- Apakah anggota keluarga Ibu ada yang menderita TBC? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
- Apakah ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
- Apakah ada anggota keluarga yang menderita diabetes melitus?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
- Apakah ada anggota keluarga yang menderita hipertensi? Jika
iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
- Apakah ada yang menderita kanker? Jika iya, apakah sudah
mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari pelayanan
kesehatan?
Kesimpulan:
“Baiklah bu, berdasarkan jawaban yang ibu berikan, kesehatan
keluarga ibu sudah cukup bagus, namun ada yang perlu dilanjutkan
dengan pemeriksaan terhadap kesehatan jiwa”
2.2 Diagnosis
“Baik bu, setelah berbincang-bincang jadi dari hasil pemeriksaan yang
telah saya lakukan tadi, maka ada beberapa kondisi kesehatan keluarga ibu
yang tidak sehat seperti anak ibu mengalami risiko perilaku kekerasan,
untuk itu saya membantu memberikan latihan relaksasi napas dalam untuk
mengurangi kecemasan.”
2.3 Tindakan Keperawatan
“Oke bu, kita mulai dengan tarik napas dalam perlahan dari hidung, tahan
sebentar lalu hembuskan pelan-pelan dari mulut seperti menghembuskan
kekesalan”
Dampingi: “Nah ayo kita coba bersama bu” “Benar sekali bu”
Mandiri: “Sekarang coba ibu lakukan sendiri Tarik napasnya.” “Bagus
sekali bu, caranya sudah benar.”
“Baiklah, sudah selesai latihan yang kita lakukan, untuk selanjutnya
mungkin bisa dibuat jadwal ya bu untuk semua kegiatan yang akan ibu
dilakukan”
“Baiklah bu, sebelum saya menjelaskan cara merawat anak bu, Mari kita
menemui anak ibu terlebih dahulu...”
STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP1)

DENGAN KLIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Proses Keperawatan

Diagnosis Keperawatan : Risiko perilaku kekerasan

Tujuan : Mengendalikan risiko perilaku kekerasan

Tindakan Keperawatan :

1. Orientasi
1.1 Salam
”Selamat pagi Dik, perkenalkan saya perawat Budi, Perawat Puskesmas
Mulya. Nama Adik siapa? Senang dipanggil apa? Oh baik, kalau begitu
saya memanggilnya dengan Tini ya."
1.2 Evaluasi
"Apa yang Tini rasakan saat ini?"
"oo.. jadi Tini merasa kesal dan marah ya, sudah berapa lama?”
1.3 Validasi
"Apa yang telah Tini lakukan untuk mengatasi perasaan tersebut? Lalu,
apakah berhasil?
1.4 Kontrak
1.4.1 Tindakan dan Tujuan
“Bagaimana sebelum lanjut kita periksa dulu dan lenjut ke cara
mengendalikannya. Tujuannya agar Tini mampu mengendalikan
emosi.”
1.4.2 Waktu
"Baik, kita akan berdiskusinya selama 5-15 menit ya, Tini.
Apakah Tini bersedia?"
1.4.3 Tempat
"Jika kita berbicaranya di sini saja, apakah Tini merasa nyaman?”
2. Kerja
2.1 Pengkajian
“Baik Tini, apa yang menyebabkan Tini marah? Apakah setiap kali
marah bapak ingin memukul orang lain?”
“Apa saat marah Tini sering mengepalkan tangan, nada suaranya tinggi
dan berbicara kasar?”
“Apakah jika TIni marah demikian bisa mereda?”
2.2 Diagnosis
“Baik pak, setelah berbincang-bincang jadi Tini sering marah dan ingin
memukul orang lain jika sedang kesal. Jika Tini masih sulit
mengendalikan perilaku kekerasan maka mari kita berlatih untuk
mengendalikannya dengan latihan relaksasi napas dalam.”
2.3 Tindakan

“Oke Nina, kita mulai dengan Tarik napas dalam perlahan dari hidung,
tahan sebentar lalu hembuskan pelan-pelan dari mulut seperti
menghembuskan kekesalan”
Dampingi: “Nah ayo kita coba bersama ”
“Benar sekali ”
Mandiri: “Sekarang coba Nina lakukan sendiri Tarik napasnya.”
“Bagus sekali Nina, caranya sudah benar.”
3. Terminasi
3.1 Evaluasi subjektif
“ Bagaimana perasaan Tini setelah Latihan tadi?”
3.2 Evaluasi objektif
“ Coba Tini sebutkan bagaimana latihan kita tadi?.”
“ Iya Tini, bagus sekali.”
3.3 Rencana tindak lanjut
“Nah bagaimana kalau Tini melakukan latihan relaksasi napas dalam
setiap kali merasa kesal?.”
3.4 Rencana tindak lanjut perawat
“Baik Tini, saya ijin pamit ke ruang perawat dulu, besok saya akan kembali
untuk menentukan rencana latihan Tini. Terimakasih”
3.5 Salam
“ Semoga Tini lekas sembuh.”

Anda mungkin juga menyukai