Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Perilaku Kekerasan

2.1.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Data -

data tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor presipitasi, predisposisi, penilaian

terhadap stressor sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki pasien. Data-

data yang diperoleh selama pengkajian juga dapat dikelompokkan menjadi data

subjektif dan data objektif. Data -data yang harus dikaji pada seseorang dengan

gangguan perilaku kekerasan adalah pada data subjektif pasien mengancam,

mengatakan dendam atau jengkel. Pasien juga menuntut dan biasanya menyalahkan.

Pada data objektif pasien biasanya menunjukkan tanda-tanda mata melotot dan

pandangan tajam (Musmini, 2019).

2.1.2 Diagnosa

Diagnosa keperawatan merupakan identifikasi atau penilaian terhadap pola respons

pasien baik potensial ataupun actual dan merupakan dasar pemilihan intervensi dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perawat yang bertanggung jawab

(Musmini, 2019).

Data-data yang mendukung analisa data (Musmini, 2019)

1. Data subjektif : pasien mengatakan jengkel atau marah sama orang lain, pasien

mengungkapkan rasa permusuhan yang mengancam, pasien juga merasa tidak

nyaman, pasien merasa tidak berdaya, ingin berkelahi, dan dendam.


2. Data objektif : pasien terlihat mengepalkan tangan, ketegangan otot seperti rahang

terkatup, nada suara tinggi, waspada, pandangan tajam, reflek cepat, aktivitas

motor meningkat, mondar-mandir, merusak secara langsung benda-benda yang

berada dalam lingkungan, menolak, muka merah, nafas pendek.

Diagnosa keperawatan pasien perilaku kekerasan (Yusuf & Nihayati, 2015)

1. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan

dengan perilaku kekerasan.

2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

2.1.3 Intervensi keperawatan

Intervensi merupakan salah satu proses keperawatan yang memerlukan penuh

pertimbangan dan sistematis yang mencakup pembuatan keputusan dan untuk

menyelesaikan masalah. Dalam intervensi, perawat merujuk pada data pengkajian

pasien (Sari, 2019).

Rencana keperawatan pada pasien dengan diagnosa perilaku kekerasan seperti

dibawah ini (Yusuf & Nihayati, 2015)

1. Tindakan keperawatan pada pasien

a. Tujuan

- Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

- Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

- Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah

dilakukannya.

- Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang

dilakukannya.
- Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku

kekerasannya.

- Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,

spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.

b. Tindakan

1) Bina hubungan saling percaya.

- Mengucapkan salam terapeutik.

- Berjabat tangan.

- Menjelaskan tujuan interaksi.

- Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu

pasien.

2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan

masa lalu.

- Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.

- Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik.

- Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis.

- Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial.

- Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual.

- Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual.

3) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada

saat marah secara:

- Verbal

- Terhadap orang lain


- Terhadap diri sendiri

- Terhadap lingkungan.

4) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya.

5) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:

- fisik, misalnya pukul kasur dan batal, tarik napas dalam

- obat

- sosial/verbal, misalnya menyatakan secara asertif rasa marahnya

- spiritual, misalnya sholat atau berdoa sesuai keyakinan pasien.

6) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, yaitu latihan

napas dalam dan pukul kasur/bantal, secara sosial/verbal, secara spiritual,

dan patuh minum obat.

7) Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi

mengontrol perilaku kekerasan.

2. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga

a. Tujuan

Keluarga dapat merawat pasien di rumah.

b. Tindakan

1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.

2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,

tanda dan gejala, serta perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku

tersebut).
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera

dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang

lain.

2.1.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah langkah ketiga proses keperawatan yang

dilaksanakan perawat secara konkret pada pasien yang berdasarkan hasil dari

pengkajian data dan diagnosa. Saat melakukan implementasi, kita sebagai perawat

harus melaksanakan hasil dari intervensi keperawatan. Jadi perawat harus membantu

pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi pasien menuju kestatus kesehatan

yang lebih baik lagi (Siregar, 2019).

2.1.5 Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari serangkaian proses keperawatan yang

dapat berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yangdilakukan perawat telah

dilakukan tercapai atau perawat perlu pendekatan lain dengan pasien (Dinarti &

Mulyanti, 2017).

1. Pada pasien

a. Pasien mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan,

perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, serta akibat dari perilaku

kekerasan yang dilakukan.

b. Pasien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku kekerasan secara

teratur sesuai jadwal, yang meliputi:

1) secara fisik

2) secara sosial/verbal
3) secara spiritual

4) terapi psikofarmaka.

2. Pada keluarga

a. Keluarga mampu mencegah terjadinya perilaku kekerasan.

b. Keluarga mampu menunjukkan sikap yang mendukung dan menghargai

pasien.

c. Keluarga mampu memotivasi pasien dalam melakukan cara mengontrol

perilaku kekerasan.

d. Keluarga mampu mengidentifikasi perilaku pasien yang harus dilaporkan

pada perawat.

(Yusuf & Nihayati, 2015)

2.2 Terapi Musik Instrumental Piano

2.2.1 Pengertian

Terapi musik adalah salah satu bentuk dari teknik relaksasi yang akan bertujuan

untuk mengurangi agresif, memberikan rasa tenang pada pasien, sebagai

pendidikan moral, mengendalikan emosi pasien dan menyembuhkan gangguan

psikologis pasien (Aprini et al., 2018). Penggunaan musik sebagai terapi pada

pasien perilaku kekerasan yaitu untuk membantu mengekspresikan perasaan, yang

akan memberi pengaruh positif pada kondisi suasana hati dan emosi pasien,

menyediakan kesempatan untuk berinteraksi dan membangun kedekatan

emosional pasien, serta untuk meningkatkan memori bagi pasien dengan

gangguan perilaku kekerasan (Taqiyah, 2016).


2.2.2 Jenis Terapi Musik

Ada banyak jenis terapi musik yang dapat digunakan untuk terapi biasanya

menggunakan terapi musik klasik, terapi musik instrumental, terapi musik jazz,

terapi musik dangdut, terapi musik pop rock, dan terapi musik keroncong.

Misalnya terapi musik instrumental, musik instrumental bermanfaat untuk

menjadikan pikiran, mental, dan badan pasien menjadi lebih tenang. Musik

instrumental berasal dari suara alat musik dan biasanya tanpa lirik atau syair

(Taqiyah, 2016). musik instrumental piano merupakan jenis musik yang dapat

merangsang otak untuk membuat orang bisa menjadi lebih tenang dan nyaman.

Manfaat dalam proses terapi ini pada pasien dengan gangguan perilaku kekerasan

dapat membantu mengepresikan perasaan, memberi pengaruh positif terhadap

kondisi suasana hati dan emosi, meningkatkan memori, serta menyediakan

kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun kedekatan emosional

(Siahaya & Listya, 2018)

2.2.3 Teknik Prosedur Terapi Musik Instrumental Piano

a. Fase Orientasi

1) Memberikan salam terapeutik dan berkenalan

a) Memberi salam

b) Memperkenalkan diri dan menanyakan nama pasien

c) Memanggil nama pasien yang disukai

d) Menyampaikan tujuan

2) Memberikan kontrak waktu dan tempat

b. Tahap Kerja
1) Bantu pasien untuk memilih poisi yang nyaman

2) Meminta pasien untuk melakukan napas dalam

3) Memutarkan musik instrumental piano (bisa menggunakan ponsel atau

tape)

4) Meminta pasien untuk mendengarkan musik tersebut

5) Usahakan volume suara jangan terlalu keras ataupun jangan terlalu

lemah, agar pasien merasa nyaman.

c. Fase Terminasi

1) Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan

a) Data Subjektif

b) Data Objektif

2) Melakukan rencana tindakan selanjutnya : memasukkan ke jadwal

kegiatan

3) Melakukan kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya dengan pasien

a) Waktu

b) Tempat

c) Topik
DAFTAR PUSTAKA
Aprini, K. T., Prasetya, A. S., Keperawatan, A., Bhakti, P., & Lampung, B. (2018). Penerapan
terapi pada pasien yang mengalami resiko perilaku kekerasan di ruang melati rumah sakit
jiwa provinsi lampung. VI(1).
Dinarti, & Mulyanti, Y. (2017). Bahan ajar keperawatan: dokumentasi keperawatan. 172.
Musmini, S. (2019). Asuhan keperawatan jiwa pada klien resiko perilaku kekerasan terintegrasi
dengan keluarga di wilayah kerja puskesmas sempaja samarinda.
Sari, S. D. (2019). Intervensi Keperawatan Berdasarkan Nic Sebagai Panduan Perawat Dalam
Upaya Peningkatan Kesehatan Pasien. https://doi.org/10.31227/osf.io/b8pq7
Siahaya, P. G., & Listya, A. R. (2018). Pengaruh Terapi Musik: Instrumental Piano Terhadap
Pasien Perilaku Kekerasan. Seri Ilmu-Ilmu Alam Dan Kesehatan, 2(Cd), 69–77.
Siregar, A. D. (2019). Serangkaian proses implementasi keperawatan kepada pasien demi
mencapai asuhan Keperawatan yang tepat. https://doi.org/10.31227/osf.io/wa92j
Taqiyah, Z. (2016). Terapi gangguan jiwa melalui musik instrumental di panti rehabilitasi
mental dan narkotik yayasan citra medika banyumas.
http://repository.iainpurwokerto.ac.id/1187/
Yusuf, A., & Nihayati, R. F. P. H. E. (2015). Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa. 1–366.

Anda mungkin juga menyukai