Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH TERAPI SPIRITUAL TERHADAP PASIEN JIWA

DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUMAH


SAKIT JIWA ATMA HUSADA SAMARINDA.
Mata Kuliah : Methodology Penelitian

Dosen Pengampu :
Ns. MILKHATUN, M.KEP

Anggota :
Halipah Nurajijah 1911102411084
Olga Febri Cantikasari 1911102411121
Sri Dayan Mahani 1911102411121

Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur


Fakultas Ilmu Keperawatan
Program Studi S1 Keperawatan
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di
Negara-negara maju. Kesehatan jiwa individu bisa dilihat melalui beberapa hal,
seperti individu berada dalam kondisi fisik, sosial dan mental yang terbebas dari
gangguan (penyakit) sehingga memungkinkan individu untuk mampu melakukan
hubungan sosial yang memuaskan dan hidup sebagai manusia yang produktif (Utami,
2022). Kesehatan jiwa menurut undang-undang nomor 18 tahun 2014 yaitu kondisi
seseroang atau individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial
sehingga mampu menyadari segala potensi dan kemampuan diri, mengatasi tekanan,
bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Seseorang disebut sebagai gangguan jiwa apabila individu tersebut mengalami
ketidakmampuan menilai realitas atau tilikan (insight) yang buruk. Di Indonesia,
seseorang yang memiliki gangguan jiwa disebut sebagai orang dengan gangguan jiwa
(ODGJ) (Infodatin, 2019).
Data gangguan jiwa dunia menyebutkan bahwa pada umumnya gangguan jiwa
yang terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi yang merupakan
faktor-faktor terkait dan penyebab dalam menimbulkan banyak masalah kejiwaan
seperti resiko perilaku kekerasan, resiko bunuh diri dan halusinasi. Perilaku kekerasan
adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik
maupun psikologis. Saat ini, prevalensi gangguan jiwa di Jawa Tengah mencapai
3,3% dari seluruh populasi yang ada (Kemenkes, 2019).
Jumlah pasien RPK pada beberapa rumah sakit jiwa adalah sebagai berikut,
data RSJD Dr. Amino Gondohutomo Jateng dimana hasil studi pendahuluan selama 3
bulan (sebelum Februari 2019) mayoritas diagnosa keperawatan adalah RPK (Suerni
& PH, 2019); RSJD Dr. Amino Gondhohutomo Jateng didapatkan data jumlah RPK
pada Januari - September 2015 adalah 2258 orang (Pangestika, et.al, 2016); RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Jateng dengan jumlah RPK Januari - Desember 2014 adalah
3879 orang (Mandayati, et.al, 2015); RSJ Tampan Pekanbaru dengan jumlah pasien
RPK yang tergolong skizofrenia paranoid pada 2015 sebanyak 497 orang, dan pada
2017 meningkat menjadi 690 orang (Putri, et.al, 2019) dan jumlah pasien skizofrenia
dengan RPK di RSJ Prvoinsi Bali tahun 2019 mengalami peningkatan, pada Januari
dari 130 pasien, 71 pasien adalah skizofrenia dengan RPK, Februari dari 131 pasien,
73 adalah pasien skizofrenia dengan RPK, dan pada Maret dari 212 pasien, 75 adalah
skizofrenia dengan RPK (Jatmika, et.al, 2020).
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin menawarkan suatu konsep
dikembangkannya nilai-nilai ilahiah dalam batin Mengingat seseorang. Shalat
misalnya yang didalamnya terdapat penuh doa dan dzikir, dapat di pandang sebagai
malja’ (tempat berlindung) ditengah badai kehidupan modern’ disinilah misi Islam
untuk menyejukkan hati manusia. Dzikir fungsional, akan mendatangkan manfaat,
antara lain mendatangkan kebahagiaan, menentramkan jiwa, obat penyakit hati dan
sebagainya.
Dzikir berasal dari bahasa Arab, yaitu asal kata dari dzakara, yadzkuru,
dzikran yang mempunyai arti sebut dan ingat. Menurut Alquran dan Sunnah, dzikir
diartikan sebagai segala macam bentuk mengingat Allah, menyebut nama Allah, baik
dengan cara membaca tahlil, tasbih, tahmid, taqdis, takbir, tasmiyah, hasbalah, asmaul
husna, maupun membaca doa-doa yang mat’sur dari Rasulullah SAW. Sedangkan
terapi berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau
menolong orang. Jadi, terapi dzikir adalah serangkaian upaya yang dirancang untuk
membantu atau menolong orang dengan cara mengingat Allah SWT atau menyebut
nama Allah SWT. Dzikir merupakan ibadah sunnah yang paling dianjurkan untuk
dikerjakan setiap saat. Di dalamnya mengandung banyak kebaikan dan keutamaan.
Pertama, bahwa berdzikir dalam sholat memiliki pahala yang besar. Selain itu dengan
mengingat Allah SWT maka akan menghindari perbuatan keji dan munkar. Dalam
Surah An-Nisa' Ayat 103, Allah SWT memerintahkan Muslim untuk selalu berzikir
setiap saat dalam kondisi apapun.
FAKTOR PENYEBAB RPK
Dari fenomena yang sudah dipaparkan diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian Pengaruh terapi spiritual terhadap pasien jiwa dengan Risiko
Perilaku Kekerasan di Ruma Sakit Jiwa Atma Husada Samarinda.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di latar belakang maka peneliti menetapkan rumusan
masalah yaitu “Apa saja Pengaruh terapi Psikoreligius Dzikir terhadap pasien jiwa
dengan Risiko Perilaku Kekerasan di Ruma Sakit Jiwa Atma Husada Samarinda?”
C. Tujuan Peneliti
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh terapi dzikir terhadap pasien jiwa dengan Risiko Perilaku
Kekerasan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi Pengaruh terapi Psikoreligius Dzikir terhadap pasien jiwa
dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
b. Menganalisis hubungan antara terapi Psikoreligius dzikir terhadap pasien
dengan Risiko perilaku kekerasan.
D. Manfaat Peneliti
1. Bagi Responden
Sebagai media informasi dalam meningkatkan pengetahuan tentang Pengaruh
terapi Dzikir terhadap pasien jiwa dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
2. Bagi Dosen dan Instansi
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi dosen dan diharapkan
dapat memberi masukan dalam pembelajaran kepada mahasiswa khususnya
mahasiswa program studi ilmu keperawatan.
3. Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman dan meningkatkan pengetahuan tentang Pengaruh terapi
Dzikir terhadap pasien jiwa dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
E. Keaslian Peneliti
1. Penelitian ini dilakukan oleh
2. NYUSUL
3. NYUSUL
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Konsep Perilaku kekerasan
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap streesor yang
dihadapi oleh seseorang, respon ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Seseorang yang mengalami perilaku
kekerasan sering menunjukan perubahan perilaku seperti mengancam,
gaduh, tidak bisa diam, mondar-mandir, gelisah, intonasi suara keras, ekspresi
tegang, bicara dengan semangat, agresif, nada suara tinggi dan bergembira secara
berlebihan. Pada seseorang yang mengalami resiko perilaku kekerasan
mengalami perubahan adanya penurunan kemampuan dalam memecahkan
masalah, orientasi terhadap waktu, tempat dan orang serta gelisah (Pardede,
Siregar,& Halawa, 2020).Risiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
memungkinkan dapat melukai atau membahayakan diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan sehingga masalah yang terjadi pada pasien parilaku kekerasan akan
melibatkan keluarga (Suryeti 2017).
Perilaku kekerasan adalah merupakan bentuk kekerasan dan
pemaksaan secara fisik maupun verbal ditunjukkan kepada diri sendiri maupun
orang lain. Perilaku kekerasan adalah salah satu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologi. Perilaku
agresif dan perilaku kekerasan seringdipandang sebagai rentang dimana
agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence)di sisi
yanglain.Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci
atau marah.Hal ini akan mempengaruhi perilaku seseorang. Berdasarkan
keadaan emosi secara mendalam tersebut terkadang perilaku menjadi agresif
atau melukai karena penggunaan koping yang kurangbagus.(Kandar &
Iswanti, 2019).
2. Peran Dzikir dalam mengontrol RPK
Terapi Psikoreligiatau spiritual merupakan terapi yang dapat
mempengaruhi tingkat kesehatan dan prilaku seseorang (Triyani, dkk, 2019).
Bentuk dari terapi Psikoreligiatau spritual bagi klien yang beragama muslim
diantaranya dengan berdzikir, membaca asma mulia Allah, membaca Al-
Qur‟an atau mendengerkan murottal dan menjalankan ibadah wajib atau sunnah
lainnya (Ernawati, dkk, 2020).
Cara mengontrol perilaku kekerasan dapat dilakukan dengan
beberapa terapi komplementer. Hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh Terapi
Musik: Instrumental Piano Terhadap Pasien Perilaku Kekerasan” terbukti
berpengaruh dalam mengontrol perilaku kekerasan (Siahaya & Listya, 2018).
Penelitian lainnya dengan judul “Effectiveness of a cognitive behavioral
group therapy program for reducing violence risk in persons with
schizophrenia” didapatkan hasil bahwa terapi ini efektif untuk mengontrol
perilaku kekerasan. Terapi lain yaitu terapi Psikoreligiatau spiritual yang mana
terapi ini merupakan bentuk keyakinan dalam hubungan dengan Yang Maha
Kuasa (Ernawati, dkk,2020).
3. Fungsi Dzikir terhadap perilaku kekerasan
4. Konsep Terapi Dzikir terhadap pasien Jiwa

Anda mungkin juga menyukai