Anda di halaman 1dari 12

EFEKTIFITAS TERAPI SPIRITUAL DZIKIR DAN MENDENGARKAN AYAT SUCI AL-

QURAN TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL EMOSI PADA PASIEN GANGGUAN


JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI PUSKESMAS PAYAMAN KECAMATAN
SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

Ifa Pui Rahayu 1, Siti Solikhah 2, Abdul Rokhman 3


Universitas Muhammadiyah Lamongan
Ifapuji665@gmail.com

ABSTRAK
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik diri sendiri maupun orang lain, dan lingkungan yang merupakan
respon dari kecemasan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman disertai
dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
efektifitas terapi spiritual dzikir dan terapi mendengarkan ayat suci Al-Quran terhadap kemampuan
mengontrol emosi pada pasien gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan di Puskesmas Payaman
Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan.
Desain penelitian menggunakan metode Pre Eksperimental design dengan pendekatan two
group pretest posttes design. Populasi sebanyak 32 pasien, pengambilan sampel dengan cara
menggunakan teknik total sampling. Data penelitian diambil melalui lembar kuosioner pre dan post.
Analisa data menggunakan uji wilcoxon dan uji mann whitney. hasil uji Wilcoxon menunjukan
terdapat pengaruh yang bermakna pada kelompok terapi spiritual dzikir (0,046) dan terapi
mendengarkan ayat suci Al-Quran (0,003). Uji mann whitney menunjukan adanya efektifitas terapi
spiritual dzikir dan mendengarkan ayat suci Al-Quran terhadap kemampuan mengontrol emosi pada
pasien gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan dengan nilai p (0,013<0,05). Terapi mendengarkan
ayat suci Al-Quran lebih efektif untuk mengontrol emosi pasien gangguan jiwa dengan perilaku
kekerasan di Puskesmas Payaman Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan.

Kata Kunci : Terapi spiritual Dzikir, Terapi mendengarkan Ayat Suci Al-Quran, kontrol emosi,
Perilaku Kekerasan
ABSTRAC
Violent behavior is a condition in which a person performs actions that can physically harm
himself and others, and the environment which is a response to anxiety and unfulfilled needs that are
perceived as threats accompanied by tantrums and agitated commotion. not controlled. The purpose
of this study was to determine the effectiveness of spiritual dhikr therapy and therapy of listening to
the holy verses of the Koran on the ability to control emotions in mental patients with violent behavior
at the Payaman Health Center, Solokuro District, Lamongan Regency.
The research design used the Pre Experimental Design method with a two group pretest
posttest design approach. The population as many as 32 patients, sampling by using the total sampling
technique. Research data were taken through pre and post questionnaire sheets. Data analysis using
Wilcoxon test and Mann Whitney test. Wilcoxon test results showed that there was a significant effect
on the spiritual dhikr therapy group (0.046) and the therapy for listening to the holy verses of the
Koran (0.003). The mann whitney test showed the effectiveness of spiritual therapy of dhikr and
listening to the holy verses of the Koran on the ability to control emotions in patients with mental
disorders with violent behavior with a p value (0.013 <0.05). Therapy of listening to the holy verses
of the Koran is more effective for controlling the emotions of patients with mental disorders with
violent behavior at the Payaman Health Center, Solokuro District, Lamongan Regency.

Keywords: Dhikr spiritual therapy, therapy listening to the Holy Quran, emotional control, Violent
Behavior
1. Pendahuluan tahunya lebih dari 1,6 juta meninggal akibat
perilaku kekerasan. Data Riskesdas (2018)
Yusuf (2015) mendefiniskan sehat jiwa menunjukkan prevalensi gangguan mental
adalah orang yang bebas dari gejala gangguan emosional yang dialami sebagian besar pasien
psikis, serta dapat berfungsi optimal sesuai apa perilaku kekerasan untuk usia 15 tahun ke atas
yang ada padanya. Orang yang sehat jiwa mencapai sekitar 706.688 jiwa di seluruh
adalah orang yang dapat mencegah gangguan Provinsi di Indonesia. Sedangkan prevalensi
mental akibat berbagai stresor, serta pasien perilaku kekerasan di Provinsi Jawa
dipengaruhi oleh besar kecilnya stresor, Timur sebanyak 74.657 jiwa. Di Kabupaten
intensitas, makna, budaya, kepercayaan, Lamongan sebanyak 3.296 mengalami
agama, dan sebagainya, sehat jiwa adalah gangguan jiwa, diantaranya adalah pasien
orang yang bebas dari gejala gangguan psikis, halusinasi sebanyak 1.157 jiwa, ansietas
serta dapat berfungsi optimal sesuai apa yang sebanyak 334 jiwa, resiko perilaku kekerasan
ada padanya. Orang yang sehat jiwa adalah sebanyak 417 jiwa, resiko bunuh diri sebanyak
orang yang dapat mencegah gangguan mental 72 jiwa, harga diri rendah sebanyak 253, defisit
akibat berbagai stresor, serta dipengaruhi oleh perawatan diri sebanyak 210 jiwa dan isolasi
besar kecilnya stresor, intensitas, makna, social sebanyak 139 jiwa. Berdasarkan survei
budaya, kepercayaan, agama, dan sebagainya awal hasil wawancara dengan Kepala Ruangan
Poli Jiwa di Puskesmas Payaman Kecamatan
Perilaku kekerasan adalah suatu Solokuro Kabupaten Lamongan pada tanggal 7
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan Desember 2020 terdapat data yang berhasil
yang dapat membahayakan secara fisik baik diambil pada tahun 2015 dan didapatkan 51
diri sendiri maupun orang lain, dan lingkungan orang dengan gangguan jiwa di Puskesmas
yang merupakan respon dari kecemasan dan tersebut dengan pasien terbanyak adalah pasien
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan dengan perilaku kekerasan, didapatkan
sebagai ancaman disertai dengan amuk dan sebanyak 11 pasien ada yang dipasung atas
gaduh gelisah yang tidak terkontrol (Wardhani, kemauanya sendiri dan atas kemauan warga
2020). Menurut Prabowo (2020) Perilaku sekitar karena membahayakan dan terdapat 40
kekerasan adalah suatu penyakit yang pasien tidak di pasung. Dari data tersebut,
mempengaruhi otak dan menyebabkan masih tingginya pasien yang mengalami
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, gangguan jiwa perilaku kekerasan di
perilaku yang aneh dan terganggu. Menurut Puskesmas Payaman Kecamatan Solokuro
Yusuf (2015) Perilaku kekerasan merupakan Kabupaten Lamongan.
keadaan dimana seseorang tidak dapat Tanda dan gejala perilaku kekerasan
mengontrol perilaku marahnya sehingga menurut Amimi (2020) tanda-tanda PK
diekspresikan dalam bentuk perilaku agresif perawat dapat mengidentifikasikan dan
fisik dan atau verbal yang dapat mencederai mengobservasi tanda dan gejala perilaku
diri sendiri, orang lain dan merusak lingkungan kekerasan : muka merah dan tegang, mata
sehingga membutuhkan tindakan keperawatan melotot atau pandangan tajam, mengepalkan
yang efektif dan tepat. tangan, mengatupkan rahang dengan kuat,
Emosi adalah perasaan yang kuat yang bicara kasar suara tinggi, menjerit atau
diperoleh dari satu keadaan, suasana hati, atau berteriak, mengancam secara verbal dan fisik,
hubungan dengan orang lain (Irman, 2015). melempar atau memukul benda/orang lain,
Menurut Irman (2015) pengertian emosi yaitu merusak barang atau beda, tidak mempunyai
reaksi dalam bentuk perasaan yang kuat dan kemampuan mencegah/mengontrol perilaku
fikiran yang jelas, meliputi wilayah psikologis kekerasan. Menurut Standar Diagnosis
dan biologis dan mendorong orang berperilaku Keperawatan Indonesi[CITATION Tim16 \l 1033
dalam keadaan atau interaksi tertentu. ]. Terdapat 2 tanda dan gejala yaitu mayor dan
Menurut data WHO (2018), terdapat minor pada pasien perilaku kekerasan, mayor
sekitar 35 juta orang terkena skizofrenia, setiap subjektif : mengancam, mengumpat dengan
kata-kata kasar, suara keras, bicara ketus, dalam Al-Quran : orang-orang beriman itu, hati
objektifnya : menyerang orang lain, melukai mereka menjadi tenang dengan mengingat
diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan, Allah. Ketahuilah, bahwa mengingat Allah itu
perilaku agresif/amuk, sedangkan minornya dapat menentramkan jiwa (QS Al Ra’d : 28).
yaitu objektif : mata melotot atau pandangan Dari ayat tersebut dengan tegas menerangkan
tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, bahwa ketenangan jiwa dapat dicapai dengan
wajah memerah, postur tubuh kaku mengingat Allah (Maulidia, 2018).
Perilaku kekerasan merupakan suatu Berdasarkan gambaran tentang
rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang masalah gangguan emosi yang sering dialami
dimanifestasikan dalam bentuk verbal dan oleh pasien perilaku kekerasan pada umumnya
fisik. Perilaku kekerasan merupakan perilaku peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang mengacu pada beberapa jenis perilaku, tentang efektifitas terapi spiritual dzikir dan
baik secara verbal maupun non verbal, yang mendengarkan ayat suci Al-Quran terhadap
dengan tujuan menyakiti seseorang. kemampuan mengontrol emosi pada pasien
Penanganan kontrol emosi juga dapat gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan di
dilakukan dengan pendekatan aspek spiritual Puskesmas Payaman Kecamatan Solokuro
atau yang sering disebut dengan psikoreligius. Kabupaten Lamongan.
Psikoreligius merupakan psikoterapi spiritual 2. Metodelogi Penelitian
karena dalam psikorelgius terkandung unsur Penelitian ini merupakan penelitian
religi yang dapat membangkitkan keimanan. kuantitatif dengan metode Pre Eksperimental
Beberapa upaya spiritual yang dapat dilakukan design dengan pendekatan two group pretest
untuk mengontrol emosi yang berlebihan posttes design, yang terdiri dari dua kelompok
adalah dengan melaksanakan dzikir dan intervensi, satu kelompok diberi terapi terapi
mendengarkan ayat suci Al-Quran. Pemberian mendengarkan dzikir dan satu kelompok
terapi spiritual dzikir adalah jenis terapi ritme diberikan terapi mendengarkan ayat suci Al-
yang teratur disertai sikap pasrah pada objek Quran. Sebelum intervensi peneliti terlebih
transendensi yaitu Allah (Hafidz 2019). Frase dahulu melakukan penilaian responden
yang digunakan dapat berupa nama-nama (pretest). Dilakukan pretest (O1) pada kedua
Allah, atau kata yang memiliki makna kelompok tersebut, dan diikuti intervensi (X)
menenangkan sehingga mampu mengurangi pada kedua kelompok eksperimen. Intervensi
emosi atau rasa marah dalam diri kita. Dzikir dilakukan setelah beberapa waktu dilakukan
merupakan rangkaian kalimat yang diucapkan posttest (O2) pada kedua kelompok tersebut.
untuk mengingat Allah, setiap manusia sebagai Pelaksanaan penelitian ini adalah sekitar bulan
hamba Allah yang berakal sehat hendaknya Desember 2020 sampai bulan Mei 2021 di
selalu mengingat Allah dalam keadaan senang Puskesmas Payaman Kecamatan Solokuro
maupun sedih dan sehat maupun sakit. Kabupaten Lamongan.
Dzikrullah hendaknya dilakukan dengan hati Responden penelitian ini adalah pasien
yang penuh keikhlasan sehingga dapat dengan perilaku kekerasan yang tidak dapat
menunjukkan bahwa dirinya mendapat mengontrol emosinya sebanyak 32 pasien yang
bimbingan dari Allah SWT (Yorpina, 2020) diambil dengan menggunakan metode total
dzikir adalah mengingat Allah, mengagungkan sampling. Instrument yang digunakan dalam
nama Allah, memuji Allah atas kekuasaan penelitian ini adalah kuosioner sebanyak 15
Allah dan membangun komunikasi guna pertanyaan dan lembar SOP Analisis data
mendekatkan diri pada Allah, dzikir juga menggunakan uji wilcoxon dan uji mann-
diyakini dapat menjadikan jiwa lebih tenang whitney.
dan membuat pikiran menjadi rilex (Kumala, 3. Hasil Penelitian
2017). a. Karakteristik Pasien
Pemberian terapi mendengarkan Al- Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
Quran dapat menenangkan jiwa seseorang, Karakteristik Pasien Gangguan Jiwa
sehingga kecemasan dan kemarahan (emosi) dengan Perilaku Kekerasan berdasarkan
dapat berkurang sebagaimana diterangkan
Umur di Puskesmas Payaman Kecamatan Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat
Solokuro Kabupaten Lamongan. Emosi Pasien Gangguan Jiwa dengan
No Umur Frekuensi Perilaku Kekerasan Sebelum Dilakukan
1 25-30 12 terapi Mendengarkan Dzikir di Puskesmas
2 31-35 8 Payaman Kecamatan Solokuro Kabupaten
3 36-40 8 Lamongan.
4 41-50 4 No Tingkat Frekuensi Persentase
Jumlah 32 Emosi (%)
Berdasarkan tabel 4.1 Dapat diketahui 1 Positif 2 12,5
bahwa pasien gangguan jiwa dengan perilaku 2 Negative 14 87,5
kekerasan hampir sebagian berumur 25-30 Jumlah 100
tahun sebanyak 12 pasien (37,5%) dan Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa
sebagian kecil berumur 41-50 tahun sebanyak tingkat emosi pasien gangguan jiwa dengan
4 pasien (12,5%). perilaku kekerasan sebelum mendapatkan
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi terapi mendengarkan Dzikir adalah sebagiann
Karakteristik Pasien Gangguan Jiwa kecil terdapat 2 pasien (12,5%) emosi positif
dengan Perilaku Kekerasan berdasarkan dan hampir seluruhnya terdapat 14 pasien
Jenis Kelamin di Puskesmas Payaman (87,5%) emosi negative.
Kecamatan Solokuro Kabupaten Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat
Lamongan. Emosi Pasien Gangguan Jiwa dengan
No Jenis Kelamin Frekunsi Perilaku Kekerasan Setelah Dilakukan
1 Laki-laki 12 terapi Mendengarkan Dzikir di Puskesmas
2 Perempuan 20 Payaman Kecamatan Solokuro Kabupaten
Jumlah 32 Lamongan.
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui No Tingkat Frekuensi Persentase
bahwa Pasien Gangguan Jiwa dengan Perilaku Emosi (%)
Kekerasan sebagian besar berjenis kelamin 1 Positif 6 37,5
perempuan sebanyak 20 pasien (62,5%). Dan 2 Negative 10 62,5
hampir sebagian berjenis kelamin laki-laki Jumlah 100
sebanyak 12 pasien (37,5%). Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan bahwa
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi tingkat emosi pasien gangguan jiwa setelah
Karakteristik Pasien Gangguan Jiwa diberikan terapi mendengarkan Dzikir hampir
Dengan Perilaku Kekerasan berdasarkan setengahnya terdapat 6 pasien (37,5%) emosi
Pekerjaan di Pukesmas Payaman positif dan sebagian besar 10 pasien (62,5%)
Kecamatan Solokuro Kabupaten emosi negative.
Lamongan. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tingkat
No Pekerjaan Frekuensi Emosi Pasien Gangguan Jiwa dengan
1 Petani 8 Perilaku Kekerasan Sebelum Dilakukan
2 Kuli bangunan 8 terapi Mendengarkan ayat Suci Al-Quran di
3 Tidak bekerja 16 Puskesmas Payaman Kecamatan Solokuro
Jumlah 32 Kabupaten Lamongan.
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui No Tingkat Frekuensi Persentase
bahwa pekerjaan pasien gangguan jiwa dengan Emosi (%)
perilaku kekerasan setengahnya adalah tidak 1 Positif 4 25
bekerja sebanyak 16 pasien (50%), dan 2 Negative 12 75
sebagian kecil pasien perilaku kekerasan Jumlah 100
bekerja sebagai petani dan kuli bangunan, Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan bahwa
masing-masing sebanyak 8 pasien (25%). tingkat emosi pasien gangguan jiwa sebelum
b. Data Khusus diberikan terapi mendengarkan ayat suci Al-
Quran sebagian kecil terdapat 4 pasien (25%)
emosi positif dan sebagian besar terdapat 12 Payaman Kecamatan Solokuro Kabupaten
pasien (75%) emosi negative. Lamongan.
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tingkat N Median p
Emosi Pasien Gangguan Jiwa dengan (minimum-
Perilaku Kekerasan Setelah Dilakukan maksimum)
terapi Mendengarkan ayat Suci Al-Quran di Pre Test 16 8,99 (8-10) 0,003
Puskesmas Payaman Kecamatan Solokuro Terapi
Kabupaten Lamongan. Mendengarkan
No Tingkat Frekuensi Persentaase Ayat Suci Al-
Emosi (%) Quran
1 Positif 13 81,25 Post Tetst 16 8,75 (6-11)
2 Negative 3 18,75 Terapi
Jumlah 100 Mendengarkan
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan bahwa Ayat Suci Al-
tingkat emosi pasien gangguan jiwa dengan Quran
perilaku kekerasan setelah diberikan terapi Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan bahwa
mendengarkan ayat suci Al-Quran hampir tingkat emosi pasien gangguan jiwa dengan
seluruhnya terdapat 13 pasien (81,25%) emosi perilaku kekerasan sebelum diberikan terapi
positif dan sebagian kecil terdapat 3 pasien mendengarkan ayat suci Al-Quran terdapat
(18,75%) emosi negative. nilai tengah 8,99 dengan nilai minimum 8 dan
Table 4.8 Distribusi Frekuensi Tingkat nilai maksimum 10, sedangkan sesudah
Emosi Pasien Sebelum dan Sesudah diberikan terapi mendengarkan ayat suci Al-
diberikan terapi mendengarkan Dzikir pada Quran terdapat nilai tengah 8,75 dengan nilai
pasien Gangguan Jiwa dengan Perilaku minimum 6 dan nilai maksimum 11.
Kekerasan di Puskesmas Payaman Dari hasil analisis dengan uji Wilcoxon
Kecamatan Solokuro Kabupaten yang menggunakan SPSS versi 16.0 memiliki
Lamongan. nilai p = 0.003 maka H1 diterima, berarti
n terdapat perbedaan yang bermakna sebelum
dan sesudah diberikan terapi mendengarkan
Pre Test Terapi Spiritual Dzikir 16 Ayat Suci Al-Quran.
Post Tetst Terapi Spiritual Dzikir 16 Table 4.10 Distribusi Frekuensi Tingkat
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan bahwa Emosi Pada Pasien Gangguan Jiwa dengan
tingkat emosi pasien gangguan jiwa dengan Perilaku Kekerasan Sesudah dilakukan
perilaku kekerasan sebelum diberikan terapi Terapi Mendengarkan Dzikir dan Sesudah
mendengarkan dzikir terdapat nilai tengah 8,69 dilakukan Terapi Mendengarkan Ayat Suci
dengan nilai minimum 7 dan nilai maksimum Al-Quran di Puskesmas Payaman
10, sedangkan setelah diberikan terapi Kecamatan Solokuro Kabupaten
mendengarkan dzikir terdapat nilai tengah 9,06 Lamongan.
dengan nilai minimum 8 dan nilai maksimum n Median P
11. (minimum-
Dari hasil analisis dengan uji Wilcoxon maksimum)
yang menggunakan SPSS versi 16.0 Post Test 16 9,06 (8-11) 0,013
menunjukan nilai p = 0,046 maka H1 diterima, Terapi Dzikir
berarti terdapat perbedaan yang bermakna Post Tetst 16 8,75 (6-11)
sebelum dan setelah diberikan terapi Terapi
mendengarkan Dzikir. Mendengarkan
Table 4.9 Distribusi Frekuensi Tingkat Ayat Suci Al-
Emosi Pasien Sebelum dan Sesudah Quran
diberikan terapi mendengarkan Ayat Suci Berdasarkan tabel 4.10 hasil analisis uji
Al-Quran pada pasien Gangguan Jiwa Mann Withney yang menggunakan SPSS versi
dengan Perilaku Kekerasan di Puskesmas 16.0 untuk mengetahui perbedaan efektifitas
terapi mendengarkan Dzikir dan terapi orang lain. Emosi di sisi lain juga dapat
mendengarkan Ayat Suci Al-Quran terhadap menjadi sumber energi yang membuat
tingkat emosi pasien gangguan jiwa dengan seseorang sanggup melakukan apa saja secara
perilaku kekerasan didapatkan nilai P=0.013. tepat tanpa terpikirkan sebelumnya.
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H1 Menurut Irman (2015) pengertian emosi
diterima , artinya ada perbedaan pemberian yaitu reaksi dalam bentuk perasaan yang kuat
terapi mendengarkan dzikir dan terapi dan fikiran yang jelas, meliputi wilayah
mendengarkan ayat suci Al-Quran terhadap psikologis dan biologis dan mendorong orang
kemampuan mengontrol emosi pada pasien berperilaku dalam keadaan atau interaksi
gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan di tertentu. Menurut Sujiwo (2017), emosi adalah
Puskesmas Payaman Kecamatan Solokuro suatu perasaan dan pikiran-pikiran khas dan
Kabupaten Lamongan. Dimana keduanya serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
sama-sama efektif untuk menurunkan tingkat Kecenderungan bertindak tersebut merupakan
emosi pada pasien gangguan jiwa dengan reaksi atas stimulus yang datag baik dari dalam
perilaku kekerasan, tetapi terapi spiritual dzikir mapun dari luar diri manusia. kemunculan
memiliki nilai tengah lebih tinggi dibandingkan emosi seseorang bisa dikenali dari ekspresi
nilai tengah terapi mendengarkan ayat suci Al- yang ditampilkan seketika itu, baik dari
Quran. Hal ini dibuktikan dengan nilai tengah perubahan wajah, nada suara, atau tingkah
pada terapi dzikir 9,06 dengan nilai minimum 8 lakunya. Ekspresi emosi muncul secara
dan nilai maksimum 11, sedangkan nilai tengah spontan dan seringkali sulit dikontrol atau
pada terapi mendengarkan ayat suci Al-Quran ditutup-tutupi, sehingga dari segi efek yang
8,75 dengan nilai minimum 6 dan nilai ditimbulkannya, emosi dibagi dalam 2 jenis
maksimum 11. yaitu, emosi positif dan emosi negatif. Emosi
4. Pembahasan positif adalah emosi yang selalu dinginkan oleh
a. Tingkat Emosi Pasien Gangguan Jiwa semua orang, seperti bahagia, senang, puas dan
Dengan Perilaku Kekerasan sebagainya. Sebaliknya, emosi negatif adalah
Sebelum Diberikan Terapi emosi yang tidak diharapkan terjadi pada diri
Mendengarkan Dzikir seseorang seperti marah, mengamuk dan lain
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa sebaginya. Namun, yang terakhir ini ternyata
tingkat emosi pasien gangguan jiwa dengan lebih banyak terjadi di kehidupan masyarakat,
perilaku kekerasan sebelum mendapatkan dan kebanyakan dipicu oleh konflik atau suatu
terapi mendengarkan Dzikir adalah sebagiann masalah dan stres. Sedangkan emosi negative
kecil terdapat 2 pasien (12,5%) emosi positif merupakan respon yang timbul disebabkan
dan hampir seluruhnya terdapat 14 pasien stimulus atau rangsangan dalam konteks hal
(87,5%) emosi negative. yang negative seperti marah, benci ataupun
Emosi adalah bentuk yang kompleks dari jijik. Sehingga kebanyakan pasien gangguan
organisme, yang melibatkan perubahan fisik jiwa dengan perilaku kekerasan tidak bisa
dari karakter yang luas dalam bernafas, denyut mengontrol emosinya dan cenderung tingkah
nadi, produksi kelenjar, dan sebagainya. Dan lakunya tidak terkontrol. Berdasarkan
dari sudut mental, adalah suatu keadaan senang pandangan beberapa ahli di atas, dapat dilihat
atau cemas, yang ditandai adanya perasaan bahwa emosi sebagai suatu keadaan efektif
yang kuat, dan biasanya dorongan menuju yang disadari di mana alaminya perasaan
bentuk nyata dari suatu tingkah laku. Jika seperti kegembiraan, sedih, takut, benci, dan
emosi itu sangat kuat akan terjadi sejumlah cita (dibedakan dari keadaan kognitif dan
gangguan terhadap fungsi intelektual, tingkat keinginan disadari) serta perasaan-perasaan
disasosiasi dan kecenderungan terhadap yang dapat mempengaruhi perilaku, dan
tindakan yang bersifat tidak terpuji (Nadhiro, umumnya mengundang komponen fisiologikal
2015). Sementara Saputri (2017) menyebutkan dan kognitif.
bahwa emosi adalah perasaan intens yang kuat b. Tingkat Emosi Pasien Gangguan Jiwa
yang diperoleh dari satu keadaan lingkungan Dengan Perilaku Kekerasan Setelah
sekitar, suasana hati, atau hubungan dengan
Diberikan Terapi Mendengarkan keyakinan bahwa stressor apapun akan dapat
Dzikir dihadapi dengan baik dengan bantuan Allah.
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan bahwa Saat individu membiasakan dzikir, ia akan
tingkat emosi pasien gangguan jiwa setelah merasa dirinya dekat dengan Allah, berada
diberikan terapi mendengarkan Dzikir hampir dalam penjagaan dan lindunganNya kemudian
setengahnya terdapat 6 pasien (37,5%) emosi akan membangkitkan percaya diri, kekuatan,
positif dan sebagian besar 10 pasien (62,5%) perasaan aman, tenteram dan bahagia. Dalam
emosi negative. penelitian Kumala (2019) Dzikir akan
Dzikir adalah puji-pujian kepada allah yang membuat seseorang merasa tenang sehingga
diucapkan berulang-ulang, dzikir juga kemudian menekan kerja system syaraf
merupakan sebuah aktifitas ibadah dalam umat simpatetis dan mengaktifkan kerja system
muslim untuk mengingat Allah, di antaranya syaraf parasimpatetis
dengan menyebut dan memuji nama Allah, dan Pemberian terapi spiritual dzikir
dzikir adalah suatu kewajiban yang menunjukan bahwa dzikir memiliki daya
dicantumkan dalam Al-Quran (yorpina 2020). relaksasi yang dapat mengurangi ketegangan
Dzikir menurut Hafidz (2019) merupakan emosi dan mendatangkan ketenangan jiwa.
mengingat dan menyebut nama Allah baik Setiap bacaan dzikir mengandung makna yang
secara lisan maupun hati sambil memahami sangat mendalam yang dapat mencegah
makna dan merasakan keagungan Allah. Jadi timbulnya ketegangan dan emosi seseorang,
dzikir adalah segala aktivitas amal ketatan, Setiap bacaan dzikir mengandung makna suatu
ibadah dan ketakwaan seorang hamba kepada pengakuan percaya dan yakin hanya kepada
Allah SWT. Allah SWT. Individu yang memiliki spiritual
Dzikir merupakan rangkaian kalimat yang yang tinggi memiliki keyakinan yang kuat
diucapkan untuk mengingat Allah, setiap hanya kepada Allah dan dengan keyakinan ini
manusia sebagai hamba Allah yang berakal dapat menimbulkan kontrol yang kuat dan
sehat hendaknya selalu mengingat Allah dalam dapat mengarahkan individu ke arah yang
keadaan senang maupun sedih dan sehat positif dan dapat membersihkan dari perilaku
maupun sakit. Dzikrullah hendaknya dilakukan dan akhlak buruk.
dengan hati yang penuh keikhlasan sehingga Sebelumnya pasien gangguan jiwa di
dapat menunjukkan bahwa dirinya mendapat Puskesmas Payaman dengan perilaku
bimbingan dari Allah SWT (Ali, 2019). Dzikir kekerasan yang tidak bisa mengontrol
atau mengingat asma Allah akan menyebabkan emosinya tidak pernah mendapatkan terapi
otak bekerja. Ketika otak mendapat rangsangan mendengarkan dzikir, sehingga pada penelitian
dari luar, maka otak akan memproduksi zat ini pemberian terapi mendengarkan dzikir
kimia yang akan memberi rasa nyaman yaitu dapat memberikan pengalaman baru bagi
neuropeptida. Setelah otak memproduksi zat pasien gangguan jiwa dengan perilaku
tersebut, maka zat ini akan menyangkut dan kekerasan.
diserap didalam tubuh yang kemudian akan c. Tingkat Emosi Pasien Gangguan Jiwa
memberi umpan balik berupa kenikmatan atau Dengan Perilaku Kekerasan
kenyamanan (Fadil, 2019). Sebelum Diberikan Terapi
Dzikir merupakan suatu upaya untuk Mendengarkan Ayat Suci Al-Quran
mendekatkan diri kepada Allah dengan cara Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan bahwa
mengingatNya. Dzikir juga merupakan suatu tingkat emosi pasien gangguan jiwa sebelum
cara mengingat nikmat-nikmat Allah. Dzikir diberikan terapi mendengarkan ayat suci Al-
juga memiliki pengertian mengingat Allah Quran sebagian kecil terdapat 4 pasien (25%)
dalam setiap waktu, takut dan berharap hanya emosi positif dan sebagian besar terdapat 12
kepadaNya, merasa yakin bahwa diri manusia pasien (75%) emosi negative.
selalu berada di bawah kehendak Allah dalam Al-Quran adalah sebuah kitab suci utama
segala hal dan urusannya (Yorpina, 2019). dalam agama islam, yang umat muslim percaya
Dzikir membantu individu membentuk bahwa kitab ini diturunkan oleh Tuhan kepada
persepsi yang lain selain ketakutan yaitu Nabi Muhammad (Hendriyani, 2020).
Menurut Hafidz (2019) Al-Quran adalah d. Tingkat Emosi Pasien Gangguan Jiwa
firman Allah yang tiada tandingnya, Dengan Perilaku Kekerasan Setelah
ditunrunkan kepada Nabi Muhammad penutup Diberikan Terapi Mendengarkan
para nabi dan rasul, dengan perantaraan Ayat Suci Al-Quran
Malaikat Jibril dan ditulis pada mushaf-mushaf Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan bahwa
yang kemudian disampaikan kepada kita secara tingkat emosi pasien gangguan jiwa dengan
mutawir, serta membaca dan mempelajarinya perilaku kekerasan setelah diberikan terapi
merupakan ibadah, yang dimulai dengan surah mendengarkan ayat suci Al-Quran hampir
Al- Fatihah dan ditutup dengan surah An- seluruhnya terdapat 13 pasien (81,25%) emosi
Nas.Al-Quran mengandung banyak pokok positif dan sebagian kecil terdapat 3 pasien
ajaran sehingga seluruh hidup dan kehidupan (18,75%) emosi negative.
ini menjadi teratur, Al-Quran juga merupakan Al Quran adalah kitab agama islam dan
sumber pokok ajaran islam. Al-Quran adalah hidayah yang diturunkan Allah SWT kepada
pengajaran bagi manusia, karena itu manusia nabi Muhammad SAW untuk membimbing
mengetahui jalan yang hak dan batil, antara segenap manusia pada agama yang luhur,
yang benar dan yang sesat dan lainnya. Hal ini mengembangkan kepribadian manusia dan
tercantum dalam surat Yunus ayat 57: “wahai meningkatkan diri manusia ke taraf
manusia. Sungguh telah dating kepadamu kesempurnaan insani sehingga dapat
pelajaran (Al-Quran) dari Tuhanmu, mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada Al Quran mengarahkan manusia pada jalan
dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang yang benar dan menumbuhkan jiwa yang benar
beriman”. (Anisa, 2018). Al-Quran mempunyai pengaruh
Lantunan Al-Qur’an secara fisik yang besar terhadap kejiwaan seseorang. Hal
mengandung unsur suara manusia, suara ini dibuktikan dengan berubahnya jiwa dan
manusia merupakan instrumen penyembuhan kepribadian bangsa Arab setelah mereka
yang menakjubkan dan alat yang paling mudah mengenal Al-Quran. Al-Quran telah mengubah
dijangkau. Suara dapat menurunkan hormon- kepribadian mereka secara total meliputi
hormon stres, mengaktifkan hormon endorfin akhlak perilaku, cara hidup, prinsip, cita-cita
alami, meningkatkan perasaan rileks, dan dan nilai-nilai serta membentuk mereka
mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas menjadi masyarakat yang bersatu, teratur dan
dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh bekerjasama, Bahkan perubahan besar yang
sehingga menurunkan tekanan darah serta ditimbulkan oleh Al-Quran dalam jiwa bangsa
memperlambat pernafasan, detak jantung, Arab ini belum ada bandingannya dalam
denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. sejarah seruan-seruan kepercayaan yang pernah
Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih muncul di sepanjang kurun sejarah yang
lambat tersebut sangat baik menimbulkan berbeda. Tidak dipungkiri lagi dalam Al Quran
ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang terdapat daya spiritual yang luar biasa terhadap
lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik jiwa manusia. (Alfarisi, 2016).
(Heru, 2018) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Pemberian terapi mendengarkan Al-Quran saputri (2015) mendengarkan bacaan Al-Quran
dapat menenangkan jiwa seseorang, sehingga yang dapat menurunkan hormon-hormon stres,
kecemasan dan kemarahan (emosi) dapat mengaktifkan hormon endorfin alami,
berkurang sebagaimana diterangkan dalam Al- meningkatkan perasaan rileks, dan
Quran : orang-orang beriman itu, hati mereka mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas
menjadi tenang dengan mengingat Allah. dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh
Ketahuilah, bahwa mengingat Allah itu dapat sehingga me nurunkan tekanan darah serta
menentramkan jiwa (QS Al Ra’d : 28). Dari memperlambat pernafasan, detak jantung,
ayat tersebut dengan tegas menerangkan bahwa denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak.
ketenangan jiwa dapat dicapai dengan Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih
mengingat Allah (Maulidia, 2018). lambat tersebut sangat baik menimbulkan
ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang
lebih dalan dan metabolisme yang lebih baik merupakan salah satu terapi yang efektif untuk
Dengan demikian diberikan terapi spiritual mengontrol emosi pasien ganguan jiwa dengan
mendengarkan ayat suci Al-Quran bisa menjadi perilaku kekerasan. Secara aplikatif
lebih rileks dan tenang sehingga menurunkan mendengarkan dzikir tidak sulit dilakukan,
tingkat emosi. bacaan-bacaan dalam dzikir diyakini dapat
Sebelumnya pasien gangguan jiwa di menjadikan jiwa lebih tenang dan membuat
Puskesmas Payaman dengan perilaku pikiran menjadi rilex. Dengan demikian terapi
kekerasan yang tidak bisa mengontrol mendengarkan dzikir dapat mengontrol emosi
emosinya tidak pernah mendapatkan terapi pasien gangguan jiwa dengan perilaku
mendengarkan ayat suci Al-Quran, sehingga kekerasan di Puskesmas Payaman kecamatan
pada penelitian ini pemberian terapi Solokuro Kabupaten Lamongan.
mendengarkan dzikir dapat memberikan Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan bahwa
pengalaman baru bagi pasien gangguan jiwa tingkat emosi pasien gangguan jiwa dengan
dengan perilaku kekerasan, dan pada penelitian perilaku kekerasan sebelum diberikan terapi
ini tingkat emosi pada pasien gangguan jiwa mendengarkan ayat suci Al-Quran terdapat
dengan perilaku kekerasan menurun setelah nilai tengah 8,99 dengan nilai minimum 8 dan
pemberian terapi mendengarkan ayat suci Al- nilai maksimum 10, sedangkan sesudah
Quran. diberikan terapi mendengarkan ayat suci Al-
e. Efektifitas Terapi Spiritual Dzikir dan Quran terdapat nilai tengah 8,75 dengan nilai
Mendengarkan Ayat Suci Al-Quran minimum 6 dan nilai maksimum 11.
Terhadap Kemampuan Mengontrol Hasil uji analisis wilcoxon menunjukkan
Emosi Pada Pasien Gangguan Jiwa bahwa nilai sig (2-tailed) adalah 0,003 dengan
Dengan Perilaku Kekerasan taraf signifkan menurut Shopiyuddin (2016)
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan bahwa <0,05 artinya pemberian terapi mendengarkan
tingkat emosi pasien gangguan jiwa dengan ayat suci Al-Quran efektif dalam mengontrol
perilaku kekerasan sebelum diberikan terapi emosi pasien gangguan jiwa dengan perilaku
mendengarkan dzikir terdapat nilai tengah 8,69 kekerasan (p=0,003).
dengan nilai minimum 7 dan nilai maksimum Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
10, sedangkan setelah diberikan terapi peneliti dengan judul Efektifitas Terapi
mendengarkan dzikir terdapat nilai tengah 9,06 Spiritual Dzikir dan Mendengarkan Ayat Suci
dengan nilai minimum 8 dan nilai maksimum Al-Quran Terhadap Kemampuan Mengontrol
11. Emosi Pada Pasien Gangguan Jiwa Dengan
Hasil uji analisa Wilcoxon menunjukan Perilaku Kekerasan di Puskesmas Payaman
bahwa nilai sig (2-tailed) adalah 0,046 dengan Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan
taraf signifikan < 0,05), sehingga dapat ditarik menujukan bahwa terapi mendengarkan ayat
kesimpulan bahwa H1 diterima, artinya suci Al-Quran merupakan salah satu terapi
pemberian terapi mendengarkan dzikir efektif yang efektif untuk mengontrol emosi pasien
dalam mengontrol emosi pasien gangguan jiwa ganguan jiwa dengan perilaku kekerasan.
dengan perilaku kekerasan (p=0,046). Terapi mendengarkan ayat suci Al-Quran
Menurut Shipiyuddin (2016) jika taraf adalah merupakan salah satu bentuk
signifikan >0,05 maka H0 diterima dan H1 psikoterapi yang dapat menjaga kesehatan jiwa
ditolak dan jika taraf signifikan >0,05 maka H1 seseorang. Al-Quran dapat digunakan untuk
diterima dan H0 ditolak. mengobati berbagai macam penyakit jasmani
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh dan rohani, Al- Quran dapat menjadi penerapis
peneliti dengan judul Efektifitas Terapi dalam mengubah pikiran, kepribadian pasien
Spiritual Dzikir dan Mendengarkan Ayat Suci secara bertahap, dan sebagai penyembuh
Al-Quran Terhadap Kemampuan Mengontrol pasien dengan gangguan kejiwaan. Dengan
Emosi Pada Pasien Gangguan Jiwa Dengan demikian terapi mendengarkan ayat suci Al-
Perilaku Kekerasan di Puskesmas Payaman Quran dapat mengontrol emosi pasien
Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan di
menujukan bahwa terapi mendengarkan dzikir
Puskesmas Payaman kecamatan Solokuro Peneliti menyatakan bahwa tindakan untuk
Kabupaten Lamongan. mengatasi emosi yang tidak stabil adalah
Berdasarkan tabel 4.11 hasil analisis uji dengan diberikannya bantuk terapi spiritual,
Mann Withney untuk mengetahui perbedaan seperti terapi mendengarkan dzikir dan terapi
efektifitas terapi mendengarkan Dzikir dan mendengarkan ayat suci Al-Quran.
terapi mendengarkan Ayat Suci Al-Quran 5. Kesimpulan Dan Saran
terhadap tingkat emosi pasien gangguan jiwa a. Kesimpulan
dengan perilaku kekerasan menunjukan bahwa Berdasarkan tujuan dari penelitian yang
nilai sig (2-tailed) 0.013 dengan taraf telah dibuat maka dapat peneliti simpulkan
signifikan <0,05 (Shopiyuddin, 2016) sehingga sebagai berikut:
dapat ditarik kesimpulan bahwa H1 diterima, 1. Sebelum diberikan terapi spiritual dzikir
artinya ada perbedaan pemberian terapi sebagian besar emosi pasien tergolong
mendengarkan dzikir dan terapi mendengarkan emosi negative pada pasien gangguan jiwa
ayat suci Al-Quran terhadap kemampuan dengan perilaku kekerasan di Puskesmas
mengontrol emosi pada pasien gangguan jiwa Payaman Kecamatan Solokuro Lamongan.
dengan perilaku kekerasan di Puskesmas 2. Setelah diberikan terapi spiritual dzikir
Payaman Kecamatan Solokuro Kabupaten sebagian besar emosi pasien tergolong
Lamongan. Dimana keduanya sama-sama emosi positif pada pasien gangguan jiwa
efektif untuk menurunkan tingkat emosi pada dengan perilaku kekerasan di Puskesmas
pasien gangguan jiwa dengan perilaku Payaman Kecamatan Solokuro Lamongan.
kekerasan, tetapi terapi spiritual dzikir 3. Sebelum diberikan terapi mendengarkan
memiliki hasil lebih rendah dibandingkan ayat suci Al-Quran sebagian besar emosi
dengan terapi mendengarkan ayat suci Al- pasien tergolong emosi negative pada
Quran. Hal ini dibuktikan dengan nilai tengah pasien gangguan jiwa dengan perilaku
pada terapi dzikir 9,06 dengan nilai minimum 8 kekerasan di Puskesmas Payaman
dan nilai maksimum 11, sedangkan nilai tengah Kecamatan Solokuro Lamongan.
pada terapi mendengarkan ayat suci Al-Quran 4. Setelah diberikan terapi mendengarkan ayat
8,75 dengan nilai minimum 6 dan nilai suci Al-Quran sebagian besar emosi pasien
maksimum 11. tergolong emosi positif pada pasien
Menurut Yosep (2020) Perilaku kekrasan gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan
adalah Perilaku kekerasan adalah suatu di Puskesmas Payaman Kecamatan
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan Solokuro Lamongan.
yang dapat membahayakan secara fisik baik 5. Terdapat efektifitas terapi spiritual dzikir
diri sendiri maupun orang lain, dan lingkungan dan mendengarkan ayat suci Al-Quran
yang merupakan respon dari kecemasan dan terhadap kemampuan mengontrol emosi
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan pada pasien gangguan jiwa dengan perilaku
sebagai ancaman disertai dengan amuk dan kekerasan di Puskesmas Payaman
gaduh gelisah yang tidak terkontrol Perilaku Kecamatan Solokuro Kabupaten
kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya Lamongan.
kendali perilaku seseorang yang diarahkan b. Saran
pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Berdasarakan kesimpulan diatas, maka ada
Perilaku kekerasan pada diri sendiri dapat beberapa upaya yang perlu diperhatikan antara
berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau lain
membiarkan diri dalam bentuk penelantaran 1. Bagi Akadamis
diri. Perilaku kekerasan pada orang adalah Dari hasil penelitian ini diharapkan
tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
atau membunuh orang lain. Perilaku kekerasan ilmu pengetahuan sebagai saran pembanding
pada lingkungan dapat berupa perilaku dalam memperkasa informasi tentang terapi
merusak lingkungan, melempar kaca, genting, spiritual dzikir dan mendengarkan ayat suci Al-
dan semua yang ada di lingkungan. Quran terhadap kemampuan mengontrol emosi
pada pasien gangguan jiwa dengan perilaku Hendriyani, yeni devita. 2020. “Terapi
kekerasan. Mendengarkan Al Quran Dalam Mengontrol
2. Bagi Praktisi Halusinasi Pendengaran Pada Pasien
1) Bagi tempat penelitian Skizofrenia.” 02: 111–14.
Diharapakan bisa menggunkan metode
terapi spiritual dzikir dan mendengarkan ayat Irman. 2015. “Pengelolaan Kecemasan
suci Al-Quran untuk mengontrol emosi pasien Akademik Siswa Melalui Pelatihan Regulasi
gangguan jiwa dengan perilaku kekekrasan. Emosi.” (July).
2) Bagi Profesi Keperawatan
Hendaknya dapat menjadi pertimbangan Kumala, Ahmad rusdi Rumiani. 2019. “Terapi
Puskesmas atau perawat untuk menjadikan Dzikir Untuk Meningkatkan Ketenangan Hati
terapispiritual dzikir dan mendengarkan ayat Pada Pengguna Napza.” Jurnal Intervensi
suci Al-Quran untuk mengontrol emosi pasien Psikologi (JIP) 11(1): 43–54.
gangguan jiwa dengan perilaku kekekrasan Masita, Apriliani ahmad mansyu. 2019.
3) Bagi peneliti “Efektivitas Mendengarkan Murotal Al-Quran
Hasil penelitian ini dapat menambah Dalam Menurunkan Tingkat Insomnia Pada
wawasan dan pengetahuan tentang terapi Mahasiswa.” 5(2): 146–54.
spiritual dzikir dan mendengarkan ayat suci Al-
Quran untuk mengontrol emosi pasien Maulidia, Zahrah, and Indah Muladiatin. 2018.
gangguan jiwa dengan perilaku kekekrasan “Terapi Murotal Al-Quran Terhadap
4) Bagi peneliti selanjutnya Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien
Sebagai referensi dan juga pembanding Post Operasi Sectio Caesarea.” 7(1).
khususnya dalam penelitian lebih lanjut tentang
mengontrol emosi menggunakan terapi Nadhiro, Islamica. 2015. “Pengendalian Emosi
spiritual dzikir dan mendnegarkan ayat suci Al- (Kajien Religio-Psikologis Tentang Psikologi
Quran. Manusia).” 2(1): 53–63.

6. Daftar Pustaka Olivia, yogi kusprayogi. 2017. “Efektivitas


Adib, Helen Sabera. 2015. “Teknik Pelatihan Dzikir Dalam Meningkatkan
Pengembangan Instrumen Penelitian Ilmiah Di Ketenangan Jiwa Pada Lansia Penderita
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam.” Sains Hipertensi.” Psympathic : Jurnal Ilmiah
Dan Teknoogi: 139–57. Psikologi 4(1): 55–66.

Afifah et al. 2017. “Reward Dan Punishment Saputri, Dewi Heppy dan Sawab. 2015.
Bagi Pengembangan Kecerdasan Emosional “Terapi Mendnegarkan Al Quran Pada Pasien
Anak Usia MI.” 4(September): 212–28. Resiko Perilaku Kekerasan.” Jurnal Penelitian
Keperawatan 22: 1–12.
Amimi, Riska et al. 2020. “Analisis Tanda Dan
Gejala Resiko Perilaku Kekerasan Pada Pasien Sastria, Andi. 2019. “Pengaruh Terapi Dzikir
Skizofrenia.” 3(1): 65–74. Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien
Gastritis.” 10: 169–74.
Diana, R Rachmy. 2018. “Pengendalian Emosi
Menurut Psikologi Islam.” : 41–47. Sujarwo, livana PH. 2018. “Studi
Fenomenologi : Startegi Pelaksanaan Yang
Ernawati, Samsulam< suhermi. 2020. Efektif Untuk Mengontrol Perilaku Kekerasan
“Pengaruh Pelaksanaan Terapi Spiritual Menurut Pasien Di Ruang Rawat Inap Laki-
Terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol Laki.” 6(1).
Perilaku Kekerasan.” 3(1): 49–56.
Sulistyowati, Dwi Ariani. 2015. “Pengaruh
Hafidz, Abdul. 2019. “Konsep Dzikir Dan Doa Terapi Psikoreligi Terhadap Penurunan
Prespektif Al Quran.” (6). Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.” 4: 72–
77. Nyeri Pada Pasien Post Operasi.” 10(20): 106–
13.
UUD.NO.18. 2014. “Undang-Undang
Republik Indonesia. Tentang Kesehatan Jiwa.” Yuni, Setia ningsih. 2019. “Pengaruh Aspek
Pendidikan, Normatif Dan Media Sosial
Wardhani, Ika Kusuma, Anis Prabowo, and Terhadap Kontrol Emosi Siswa Madrasah
Grahita Bara Brilianti. 2020. “Efektifitas Aliyah Di Aceh.” 19(2): 247–67.
Terapi Spiritual Wudhu Untuk Effectiveness of
Spiritual Therapy for Ablution To Control Yusuf. ah, Dkk. 2015. “Buku Ajar
Emotion in Patient With Violent Behavior in Keperawatan Kesehatan Jiwa.” Buku Ajar
Surakarta ’ S Psychiatric Hospital.” Trends of Keperawatan Kesehatan Jiwa: 1–366.
Nursing Science (1): 74–78.
zulkarnain. 2019. “Emosional : Tinjauan Al-
Yorpina, and Ani Syafriati. 2020. “Pengaruh Qur ’ an Dan Relevansinya Dalam
Pemberian Terapi Dzikir Dalam Menurunkan Pendidikan.” 5(2): 89–100.

Anda mungkin juga menyukai