PENDAHULUAN
dan koping yang efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional
(Wulandari, 2014).
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena
mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan
dari apa yang diyakini sebagai faktor penyebab yang berhubungan dengan
disease akibat masalah kesehatan jiwa mencapai (8,1%). Angka ini lebih
tinggi dari TBC (7,2%), kanker (5,8%), penyakit jantung (4,4%) dan malaria
bunuh diri, lebih dari 90% dari satu juta kasus bunuh diri setiap tahunnya
1
pada semua tahap kehidupan, termasuk orang dewasa dan cenderung terjadi
masih cukup besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
14,3% di antaranya atau sekira 57.000 orang pernah atau sedang dipasung.
Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam Samarinda pada tahun 2015
yang diambil bulan Januari sampai bulan Desember bahwa terdapat pasien
yang dirawat di ruang rawat inap sebanyak 10.711 orang dengan variasi
kasus berupa halusinasi sebanyak 4580 orang (42, 76%), perilaku kekerasan
sebanyak 2.320 orang (21, 72%), isolasi sosial sebanyak 643 orang (13, 31
%), harga diri rendah sebanyak 756 orang (7, 06%), defisit perawatan diri
2
sebanyak 1221 orang (11, 40%), waham sebanyak 1114 orang (10, 4%), dan
tetapi para penderita gangguan jiwa memiliki hak untuk sembuh dan
Tahun 2014 Bab I Pasal 3 telah dijelaskan bahwa upaya kesehatan jiwa
bertujuan menjamin setiap orang dapat mencapai kualitas hidup yang baik,
2015).
3
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang
ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain maupun
fisik, tapi perilaku kekerasan juga dapat menyakiti secara psikologis. Jadi
4
peningkatan tempratur pada extremitas (Chandra Kristianto Patasik, Jon
Tangka, 2013).
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin membuktikan Gambaran
samarinda.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menurunkan perilaku
5
Dapat memperoleh pengalaman dalam melakukan implementasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2014).
6
terhadap diri sendiri,orang lain dan lingkungan yang timbul
dan keselamatan.
Tingkah laku emosional, terdiri atas hal hal berikut (Tutu
7
2.1.3 Rentang Respon Marah
I----------------I----------------I----------------I-----------------I
Gambar 2.1
setuju tanpa menyalahkan atau meyakiti orang lain, hal ini dapat
pencapaian tujuan.
c. Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk
8
ringan sampa pada yang paling berat. Klien tidak mampu
mengendalikan diri.
seksual.
9
dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh Townsend
agresif.
b) Biokimia
10
Berbagai neurotransmitter (epinephrine,
stress.
c) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan
karyotype XYY.
d) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor
2. Teori Psikologik
a) Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya
11
tindak kekerasan membuat kekuatan dan prestise
dewasa.
c) Teori sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh
12
umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara
dan sebagainya.
b. Ekpresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan
dewasa.
13
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi
rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting,
terlalu keras.
yang diserang.
14
2.2 Teknik Relaksasi Nafas dalam
(Novita, 2013)
15
frekuensi nafas (sampai 4-6 kali permenit), penurunan ketegangan
di lakukan setiap saat, kapan saja dan di mana saja, caranya sangat
mudah dan dapat dilakukan setiap saat, kapan saja dan dimana
16
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stresor
yang dihadapi oleh seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik
pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Melihat dampak dari
dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga yang profesional. (Akemat,
2009)
2.3.1 Pengkajian
memerah dan tegang, postur tubuh kaku dan suara keras. (Handayani
et al., 2017).
berupa data objektif yaitu data yang dapat secara nyata melalui
subjektif yaitu data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan
17
keluarganya. Data ini didapat melalui wawancara perawat kepada
tidak.
Apakah ya, bagaimana hasil pengobatan sebelumnya.
Klien pernah melakukan, mengalami atau menyaksikan
gangguan jiwa.
Pengalaman klien yang tidak menyenangkan (kegagalan
darah, nadi, suhu, pernafasan), ukur tinggi badan dan berat badan
klien.
e. Psikososial, membuat genogram minimal tiga generasi yang dpat
18
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, emosi, tingkat
diri.
g. Kebutuhan persiapan pulang, kemampuan klien dalam makan,
rumah.
h. Mekanisme koping, didapat melalui wawancara pada klien atau
19
Diagnosis keperawatan diterapkan sesuai dengan data yang
2010) :
a. Data subjektif : klien mengatakan jengkel dengan orang
berkelahi, dendam.
b. Data objektif : tangan dikepal, tubuh kaku, ketegangan
pendek.
maupun keluarga.
Tabel 2.1
Format pengkajian pada pasien resiko perilaku kekerasan.
20
Berikan tanda () pada kolom yang sesuai dengan data pasien
1. Aniaya Fisik { } { } { } { } { } { }
2. Aniaya Seksual { } { } { } { } { } { }
3. Penolakan { } { } { } { } { } { }
Kekerasan
4. { } { } { } { } { } { }
dalam keluarga
Tindakan
5. { } { } { } { } { } { }
kriminal
Aktivitas
6.
motorik
{ } { }
ini.
Tabel 2.2
Rencana Asuhan Keperawatan Perilaku kekerasan
21
No. DX Perencanaan
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
1 2 3 4 5
1. Perilaku Pasien mampu Setelah pertemuan pasien SP1
3) Mengidentifikasi Identifikasi
mampu :
kekerasan penyebab dan tanda Menyebutkan penyebab tanda dan
perilaku kekerasan penyebab, tanda, gejala serta akibat
4) Menyebutkan jenis
gejala dan akibat perilaku kekerasan
perilaku kekerasan Latih secara fisik 1 :
perilaku
yang pernah tarik nafas dalam
kekerasan
dilakukan Masukkan dalam
Memperagakan
5) Menyebutkan cara jadwal harian
cara fisik 1 untuk
mengontrol perilaku pasien
mengontrol
kekerasan
6) Mengontrol perilaku perilaku
No. DX Perencanaan
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
1 2 3 4 5
Setelah pertemuan pasien SP3
Evaluasi SP1 dan
mampu :
Menyebutkan SP2
Latih secara sosial /
kegiatan yang sudah
verbal
dilakukan Menolak dengan
Memperagakan
baik
seara fisik untuk Memeinta dengan
mengontrol perilaku bik
kekerasan Mengungkapkan
dengan baik
Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien
Setelah pertemuan pasien SP4
Evaluasi SP 1, 2
mampu:
Menyebutkan dan 3
Latih secara
kegiatan yang sudah
22
dilakukan spiritual berdoa
Memperagakan Masukkan dalam
secara spiritual jadwal kegia pasien
Setelah pertemuan pasien SP5
Evaluasi SP 1, 2, 3
mampu :
Menyebutkan dan 4
Latih patuh obat
kegiatan yang sudah
Minum obat secara
dilakukan
teratur dengan
Memperagakan cara
prinsip 5B
patuh minum obat
Susun jadwal
minum obat dengan
teratur
Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien
No. DX Perencanaan
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
1 2 3 4 5
Keluarga mampu : Setelah pertmuan keluarga SP1
Identifikasi masalah
merawat pasien di rumah mampu :
Menjelaskan yang dirasakan
penyebab, tanda / keluarga dalam
gejala, akibat serta merawat pasien
Jelaskan tentang
mampu
RPK dari penyebab,
memperagakan cara
akibat dan cara
merawat
merawat
Latih 2 cara
merawat
RTL keluarga /
jadwal untuk
merawat pasien
Setelah pertemuan keluarga SP2
Evaluasi SP1
mampu :
Latih (simulasi) 2
Menyebtkan
cara lain untuk
kegiatan yang sudah
merawat pasien
dilakukan dan
Latih langsung ke
mampu merawat
pasien
serta dapat membuat RTL keluarga /
RTL jadwal keluarga
untuk merawat
pasien
Setelah pertemuan keluarga SP3
Evaluasi SP 1 dan 2
mampu :
Latih langsung ke
Menyebtkan
pasien
kegiatan yang sudah
23
dilakukan dan RTL keluarga /
mampu merawat jadwal keluarga
serta dapat membuat untuk merawat
RTL pasien
Setelah pertemuan keluarga SP 4
Evaluasi SP 1, 2,
mampu :
Melaksanakan dan 3
Latih langsung ke
follow up dan rujuk
pasien
serta mampu
RTL keluarga :
mnyebutkan
follow up dan
kegiatan yang sudah
rujukan
dilakukan
2.3.7 Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan langkah ketiga dalam tahap proses
napas perlahan-lahan.
bantal.
2.3.8 Evaluasi
24
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai
dilaksanakan.
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
di laksanakan.
A : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpukan
pakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data
klien.
(Notoadmojo, 2007).
Perilaku Kekerasan :
Kerangka teori dari penelitian ini digambarkan melalui bagan
1. Pengertian
sebagai
2. berikut:
Kronologi
Terjadinya
3. Rentang Respon
Marah
4. Tanda dan Gejala
5. Penyebab
25
Teknik Relaksasi Nafas Dalam :
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Manfaat
Gambar 2.2
26
BAB III
menghasilkan data deskriptif, yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
27
3.2.1.3 Responden di Ruang Belibis RSJD Atma Husada Mahakam
Samarinda.
3.2.1.4 Bersedia menjadi responden.
3.2.2 Kriteria Eksklusi :
3.2.2.1 Responden yang mengundurkan diri pada saat penelitian
berlangsung.
3.2.2.2 Responden selain yang mengalami gaduh gelisah.
28
dirinya Perilaku )
sendiri, orang
lain, dan
lingkungan.
Meliputi
indikator
penilaian
perilaku
kekerasan
pada
lampiran 4
lembar
observasi.
29
wawancara mendalam (in-depth interviewing). Wawancara akan
dalam.
3.5.5 Melakukan intervensi dengan melakukan teknik relaksasi nafas
dapat di ukur dengan Overt Aggression Scale. Dalam OAS ini, Perilaku
1. Agresi Verbal
2. Agresi fisik terhadap benda
3. Agresi fisik terhadap diri sendiri
4. Agresi fisik terhadap orang lain.
30
Pada studi kasus ini penulis menggunakan lembar observasi tentang
perilaku kekerasan.
defisiensi jika
terdistribusi
merata
- Median
standar
defisiensi jika
tidak
terdistribusi
merata
31
Dalam studi kasusini data disajikan dalam bentuk narasi
prosedur penelitian.
merugikan responden.
3.9.5 Justice
32
Dalam studi penelitian ini, peneliti akan berusaha bersikap
adil dan tidak akan memihak pada pihak tertentu. Dan keputusan
semaksimal mungkin
BAB IV
meliputi penjabaran data umum dan data khusus serta analisis mengenai
dalam pada pasien perilaku kekerasan di Ruang Belibis RSJD Atma Husada
Mahakam Samarinda.
33
Penelitian ini dilakukan di RSJD Atma Husada Mahakam yang
terletak di Jalan Kakap No. 23, Samarinda, Kalimantan Timur. RSJD Atma
Husada Mahakam atau dahulu dikenal dengan nama Rumah Sakit Jiwa
Pusat (RSJP) ini didirikn pada tahun 1933. Fasilitas yang tersedia di RSJD
Atma Husada Mahakam ini antara lain Instalasi Gawat Darurat, Instalasi
Husada Mahakam ini meliputi kurang lebih 285 tempat tidur. Untuk rawat
diantaranya Kelas I Pria dan Wanita, Kelas II Pria dan Wanita, Bangsal
kelas III Pria dan Wanita, PICU, Ruang Intermediate dan Ruang Perawatan
Psikogeriatri.
Dalam studi kasus ini menggunakan Ruang Belibis yaitu ruang kelas III
selatan terdapat Ruang Punai, sebelah barat terdapat pagar pembatas RSJD
41.0 %, kasus Harga Diri Rendah sebanyak 11.5 %, kasus Isolasi Sosial
Risiko Bunuh Diri sebanyak 0.0 % dan kasus Waham sebanyak 0.0 %.
Bangunan Ruang Belibis terdiri dari 2 ruang tenang, 1 ruang TAK, 1 ruang
34
makan, 2 ruang intermediate, 2 kamar isolasi, 2 ruang observasi, 1 ruang
perawat dengan 4 kursi, kursi panjang untuk tamu dan pasien dan halaman
yaitu subyek I dan subyek II. Kedua subyek sudah sesuai dengan kriteria
yang di tetapkan.
Subyek I
Subyek I berusia 21 tahun, beragama islam, pendidikan terakhir
diantar keluarga dengan alasan masuk rumah sakit pasien marah marah,
gelisah, tidak mau minum obat 1 bulan. Susah tidur kadang tertawa
subyek sekolah dasar, subyek masuk rumah sakit pada tanggal 11 april
35
Dalam studi kasus ini pengkajian awal yang dilakukan berfokus pada
awal terhadap tanda perilaku kekerasan subyek dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 data awal sebelum di berikan tindakan pada subyek I dan II.
1. Fisik 40 % 40 %
2. Verbal 57 % 57 %
3. Perilaku 0% 0%
dan perilaku 0 %.
damai dan sejahtera dan periode kewaspadaan yang santai. Sehingga dapat
36
memperbaiki dan mengontrol emosi pasien dan tingkat perilaku kekerasan
3. Perilaku 0% 0% 0% 0%
37
Grafik 4.1 Evaluasi Subyek I dan Subyek II
4.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian sebelum dan sesudah pemberian teknik relaksasi
sesudah diberikan terapi teknik relaksasi nafas dalam pada subyek I dan II.
Pada subyek I pasien dengan penilaian perilaku kekerasan sebelum
fisik 25 %, verbal 18,67 % dan perilaku 0 % . Hal ini terjadi karena kedua
tindakan keperawatan teknik relaksasi nafas dalam dan juga sudah pernah
Perubahan yang terjadi pada subyek II dikarenakan Usia pasien lebih tua
38
semakin bertambahnya usia tingkat emosi juga semakin menurun dan lebih
juga terjadi pada subyek II dikarenakan motivasi dan keinginan pasien untuk
Widodo, 2008) juga menunjukkan bahwa ada pengaruh teknik relaksasi yang
pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat emosi klien perilaku
endorphin dapat memperkuat daya tahan tubuh, menjaga sel otak tetap muda,
meningkatkan semangat, daya tahan, dan kreativitas (Smeltzer & Bare, 2002)
Hal ini sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh (Widyastuti, 2004)
teknik relaksasi tidak saja menyebabkan efek yang menenangkan fisik tetapi
juga menenangkan pikiran. Oleh karena itu beberapa teknik relaksasi seperti
39
mengontrol diri, menurunkan emosi dan depresi (Handoyo, 2005,). Pasien
kekerasan secara fisik 27, 5%, verbal 25,73 %, dan perilaku 0 %. Dan pada
keperawatan teknik relaksasi nafas dalam dan agar pasien selalu mengingat
dan diingatkan agar apabila perasaan gaduh gelisah dan emosi pasien
40
khususnya dalam menangani pasien perilaku kekerasan dalam asuhan
keperawatan.
Dalam studi kasus ini penulis menemui hambatan sehingga menjadi
penulis yaitu penulis tidak dapat melakukan observasi setiap saat, karena
waktu dinas yang telah ditetapkan oleh kepala ruangan dimana penulis
kenyamanan pasien saat pemberian terapi nafas dalam kurang efektif. Dan
belum ada instrumen baku yag mengarah terhadap penilaian tingkat perilaku
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan paparan fokus studi dan pembahasan tentang tingkat
41
kekerasan pada subyek I dan II turun mejadi tingkat perilaku kekerasan
ringan.
5.2 Saran
nafas dalam sehingga efektifitas terapi nafas dalam dapat berjalan dan
42
DAFTAR PUSTAKA
43
Hadiyanto, H. (2016). Hubungan Antara Terapi Modalitas Dengan Tanda Dan
Gejala Prilaku Kekerasan Pada Pasien SkizofreniaDi Ruang Rawat Inap
RSJ. Prof. dr. Soerojo Magelang.
Handoyo, Aris. (2005). Panduan Praktis Aplikasi Olah Nafas 2. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
44
Videbeck, L. Sheila. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
45