Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di
negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan
yang menyebabkan kematian secara langsung, Namun gangguan tersebut dapat
menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidaktepatan individu
dalam berperilaku yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat
menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif (Hawari, 2000)
Gangguan jiwa dapat memengaruhi fungsi kehidupan seseorang. Aktivitas
penderita, kehidupan sosial, ritme pekerjaan, serta hubungan dengan keluarga jadi
terganggu karena gejala ansietas, depresi, dan psikosis. Seseorang dengan gangguan jiwa
apa pun harus segera mendapatkan pengobatan. Keterlambatan pengobatan akan semakin
merugikan penderita keluarga, dan masyarakat (http://lkpk-indonesia.blogspot.com, di
ambil tanggal 4 november 2010)
Menurut Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan (Depkes), dr H Syafii Ahmad
MPH, kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap Negara
termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi
memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat.
Menurut WHO, jika prevelensi gangguan jiwa diatas 100 jiwa per 1000 penduduk
dunia, maka berarti di Indonesia mencapai 264 per 1000 penduduk yang merupakan
anggota keluarga, data hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995,
artinya 2,6 kali lebih tinggi dari ketentuan WHO. Ini sesuatu yang sangat serius dan
World Bank menyimpulkan bahwa gangguan jiwa dapat mengakibatkan penurunan
produktivitas sampai dengan 8,5 % saat ini. Saat ini gangguan jiwa menempati urutan
kedua setelah penyakit infeksi dengan 11,5 %.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menyebutkan 14,1% penduduk
mengalami gangguan jiwa dari yang ringan hingga berat, kondisi ini diperberat melalui
aneka bencana alam yang terjadi di hampir seluruh wilayah indonesia. Data jumlah
pasien gangguan jiwa di indonesia terus bertambah, data dari 33 rumah sakit jiwa (RSJ)
diseluruh indonesia menyebutkan hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa berat

1
mencapai 2,5 juta orang, kenaikan jumlah penderita gangguan jiwa terjadi di sejumlah
kota besar.
Hasil Survei Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT) yang terbaru
menyatakan, 12,8 persen penduduk di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami
gangguan mental emosional. Angka kejadian gangguan mental emosional sebesar 12
persen lebih itu menempatkan peringkat NTB di atas nasional yang mencapai 11,6
persen, dan dari 33 provinsi,NTB berada pada pringkat ke-9
Pada umumnya gambaran utama individu yang mengalami perilaku kekerasan
yaitu individu kurang mengerti akan arti dan tujuan hidup, serta gagal menerima
tanggung jawab untuk dirinya sendiri. Ia akan tergantung pada orang lain dan gagal
mengembangkan kemampuan sendiri. Selain itu ia juga banyak menuntut diri sendiri
karena ideal diri yang ditetapkan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dicapai.
Dalam hal ini kenapa penulis mengambil kasus perilaku kekerasan di karenakan
masalah-masalah kejiwaan bisa muncul lebih serius dimulai dari resiko perilaku
kekerasan. Perilaku kekerasan juga dapat memberi gambaran bagaimana seseorang
mengalami gangguan resiko perilaku kekerasan dan dampaknya yang komplek seperti
resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan serta resiko bunuh diri.

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Untuk lebih memahami tentang konsep dan asuhan keperawatan dengan perilaku
kekerasan, serta penulis dapat memberikan asuhan keperwatan jiwa secara optimal.
2. Tujuan khusus
a) Penulis dapat mendiskripsikan pengkajian pada klien dengan resiko perilaku
kekerasan
b) Penulis dapat mendiskripsikan masalah keperawatan pada klien dengan resiko
perilaku kekerasan
c) Penulis dapat mendiskripsikan perencanaan keperawatan untuk mengatasi
masalah resiko perilaku kekerasan.
d) Penulis dapat mendiskripsikan implementasi pada klien dengan resiko perilaku
kekerasan.
e) Penulis dapat mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan resiko
perilaku kekerasan.

2
f) Penulis dapat mengidentifikasi hambatan dalam perawatan pasien dengan resiko
perilaku kekerasan.

C. Metode Penulisan
Dalam penulisan laporanini penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan proses keperawatan jiwa yang terdiri dari: pengkajian, diagnosa
keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi, Deskriptif merupakan gambaran kasus yang
dikelola dengan cara pengumpulan data yang di peroleh dengan cara pengumpulan
data yang diperoleh saat pengkajian sampai dengan evaluasi. Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Wawancara
Mengadakan tanya jawab dengan pihak yang terkait pasien, keluarga, maupun tim
kesehatan mengenai data pasien perilaku kekerasan, wawancara dilakukan selama
proses keperawatan berlangsung.
2. Observasi
Yaitu mengadakan pengawasan langsung terhadap keadaan umum pasien serta
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi
dengan timbulnya perubahan klinis selama observasi.
3. Dokumentasi
Dokementasi ini diambil dan dipelajari dari catatan medis, catatan perawatan,
maupun pengobatan, serta dokumen lainnya untuk membandingkan dengan data
yang ada.
4. Studi kapustakan
Menggunakan dan mempelajari literatur-literatur medis maupun perawatan yang
menunjang sebagai pedoman toritis untuk menegakkan diagnosa dan perencanaan
yang berhubungan dengan perilaku kekeasan.

D. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan laporan ini ditulis dalam lima bab, dan tiap-tiap bab terdiri dari
beberapa sub bab yaitu :
BAB I Berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Literatur meliputi pengertian, psikopatologi, penatalaksanaan
medis, pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

3
BAB III gambaran kasus meliputi pengkajian, analisa data, pohon masalah, diagnosa
keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.
BAB IV Pembahasan
BAB V Penutup meliputi kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep dasar
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul
terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1998).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain (Yosep, 2007
Resiko perilaku kekerasan adalah adanya kemungkinan seseorang
melakukan tindakan yang dapat mencederai orang lain dan lingkungan akibat
ketidakmampuan mengendalikan marah secara konstruktif (CMHN, 2006).
Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai
marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih
terkontol (Yosep, 2007).
Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
perilaku kekerasan adalah ungkapan perasaan marah dan bermusuhan yang
mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana individu bisa berperilaku menyerang
atau melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Sedangkan resiko perilaku kekerasan adalah adanya
kemungkinan seseorang melakukan tindakan dalam bentuk destruktif dan masih
terkontol.

2. Psikopatologi
Depkes (2000) mengemukakan bahwa stress, cemas dan marah merupakan
bagian kehidupan sehari -hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat
menyebabkan kecemasan yan g menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan
terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan yang mengarah pada perilaku
kekerasan. Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun
internal. Secara eksternal dapat berupa perilaku kekerasan sedangkan secara internal
dapat berupa perilaku depresi dan penyakit fisik.

5
Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan
kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain, akan
memberikan perasaan lega, menu runkan ketegangan, sehingga perasaan marah dapat
diatasi (Depkes, 2000). Apabila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku
kekerasan, biasanya dilakukan individu karena ia merasa kuat. Cara demikian
tentunya tidak akan menyelesaikan masalah bahkan dapat menimbulkan kemarahan
yang berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku destruktif, seperti
tindakan kekerasan yang ditujukan kepada orang lain maupun lingkungan. Perilaku
yang tidak asertif seperti perasaan marah dilakukan individu karena merasa tidak
kuat. Individu akan pura-pura tidak marah atau melarikan diri dari rasa marahnya
sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa
bermusuhan yang lama dan pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan destruktif
yang ditujukan kepada diri sendiri (Depkes, 2000)

3. Penatalaksanaan medis
Menurut Depkes (2000), jenis obat psikofarmaka adalah :
a. Clorpromazine (CPZ, Largactile)
Indikasi untuk mensupresi gejala -gejala psikosa : agitasi, ansietas,
ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejalagejala lain
yang bisanya terdapat pda penderita skizofrenia, manik depresif, gangguan
personalitas, psikosa involution, psikosa masa kecil. Cara pemberian untuk kasus
psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan intramuskuler. Dosis permulaan
adalah 25 – 100 mg dan diikuti peningkatan dosis hingga mencapai 300 mg
perhari. Dosis ini dipertahankan selama satu minggu.
Pemberian dapat dilakukan satu kali pada malam hari atau dapat diberikan
tiga kali sehari. Bila gejala psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan secara
perlahan-lahan sampai 600 – 900 mg perhari. Kontra indikasi sebaiknya tidak
diberikan kepada klien dengan keadaan koma, keracunan alkohol, barbiturat, atau
narkotika dan penderita yang hipersensitif terhadap derifat fenothiazine. Efek
samping yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi orthostatik,
mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenorrhae pada wanita,
hiperpireksia atau hipopireksia, gejala ekstrapiramida. Intoksikasinya untuk
penderita non psikosa dengan dosis yang tinggi menyebabkan gejala penurunan

6
kesadaran karena depresi susunan saraf pusat, hipotensi, ekstrapiramidal, agitasi,
konvulsi, dan perubahan gambaran irama EKG.
b. Haloperidol (Haldol, Serenace)
Indikasinya yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilles
de la Tourette pada anak-anak dan dewasa maupun pada gangguan perilaku yang
berat pada anak -anak. Dosis oral untuk dewasa 1 – 6 mg sehari yang terbagi
menjadi 6 – 15 mg untuk keadaan berat. Dosis parenteral untuk dewasa 2 – 5 mg
intramuskuler setiap 1 – 8 jam, tergantung kebutuhan. Kontra indikasinya depresi
sistem saraf pusat atau keadaan koma, penyakit parkinson, hipersensitif terhadap
haloperidol. Efek samping yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu,
letih, gelisah, gejala ekstrapiramidal atau pseudo parkinson. Efek samping yang
jarang adalah nausea diare, konstipasi, hipersalivasi, hipotensi, gejala gangguan
otonomik. Efek samping yang sangat jarang yaitu alergi, reak si hematologis.
Intoksikasinya adalah bila klien memakai dalam dosis melebihi dosis terapeutik
dapat timbul kelemasan otot atau kekakuan, tremor, hipotensi, sedasi, koma,
depresi pernafasan.
c. Trihexiphenidyl (THP, Artane, Tremin)
Indikasinya untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala
skizofrenia. Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah (12,5
mg) diberikan tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan, dosis ditingkatkan 25 mg
dan interval pemberian diperpanjang 3 – 6 mg setiap kali suntikan, tergantung
dari respon klien. Bila pemberian melebihi 50 mg sekali suntikan sebaiknya
peningkatan perlahan -lahan. Kontra indikasinya pada depresi susunan saraf pusat
yang hebat, hipersensitif terhadap fluphenazine atau ada riwayat sensitif ter hadap
phenotiazine. Intoksikasi biasanya terjadi gejala-gejala sesuai dengan efek
samping yang hebat..

B. Konsep dasar asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
1) Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi,

7
muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang
sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot
seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini
disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
2) Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan
sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
3) Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses
intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu
pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi
penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan
diintegrasikan.
4) Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan.
Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali
menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga
orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang
berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu
sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
5) Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak
berdosa.

Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu
secara komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual
yang secara singkat dapat dilukiskan sebagai berikut : Aspek fisik terdiri dari :
muka merah, pandangan tajam, napas pendek dan cepat, berkeringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat. Aspek emosi : tidak adekuat, tidak
aman, dendam, jengkel. aspek intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme,

8
berdebat, meremehkan. aspek sosial : menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan,
humor.

b. Klasifiaksi data
Data yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2 macam
yaitu data subyektif dan data obyektif. Data subyektif adalah data yang
disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini didapatkan melalui
wawancara perawat dengan klien dan keluarga. Sedangkan data obyektif yang
ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui obsevasi atau pemeriksaan
langsung oleh perawat.
c. Analisa data
Dengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan permasalahan
yang dihadapi klien dan dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui
penyebab sampai pada efek dari masalah tersebut. Dari hasil analisa data inilah
dapat ditentukan diagnosa keperawatan.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan masalah klien yang
mencakup baik respon sehat adaptif atau maladaptif serta stressor yang menunjang
( Stuart dan sundeen, 1995 ).
Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan pada klien perilaku kekerasan
menurut Budi Anna Kelia, 2006 adalah sebagai berikut :
a. Resiko perilaku mencederai diri  sendiri orang lain dan lingkungan   berhubungan
dengan perilaku kekerasan.
b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri kronis
c. Gangguan pemeliharaan berhubungan dengan defisit perawatan diri; mandi dan
berhias.
d. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan
denganketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah.

3. Perencanaan keperawaan
Rencana tindakan keperawatan terdiri dari 3 aspek yaitu : tujuan umum, tujuan
khusus dan rencana tindakan keperawatan. Tujaun umum berpokus pada
penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosa keperawatan dan dapat dicapai jika

9
serangkaian tujuan khusus telah tercapai. Tujuan khusus berpokus pada penyelesaian
penyebab diagnosa keperawatan. Kamampuan pada tujuan khusus terdiri dari 3 aspek
yaitu : kemampuan kognitif, psikomotor, dan afekti yang perlu dimiliki klien untuk
menyelesaikan permasalahan.
Menurut Budi Anna Keliat, 2006 bahwa rencana tindakan keperawatan pada
perilaku kekerasan yaitu :
a. Perilaku Kekerasan
1) Tujaun Umum (TUM)
Tujuan umum pada diagnosa keperawatan ini adalah : klien tidak melakukan
perilaku kekerasan.
2) Tujuan Khusus (TUK)
Intervensi keperawatan
a) TUK 1 :  Klien dapat membina hubungan saling percaya :
- Beri salam dan panggil nama
- Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan
- Jelaskan maksud hubungan interaksi
- Jelaskan tentang kontrak yang akan diambil
- Beri rasa aman dan sikap empati
- Lakukan kontak singkat tapi sering
b) TUK 2 :  Klien dapat mengeidentifikasi penyebab perilaku kekerasa
- Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannyaBantu klien
- Untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau kesal
c) TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku
kekerasan :
- Anjurkan klien untuk mengungkapkan apa yang dialami dan
dirasakannya saat jengkel / marah
- Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien
- Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel / marah yan
dialami klien
d) TUK 4 :  Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dlakukan :
- Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan klien ( verbal, pada orang ain, pada lingkungan, dan pada
diri sendiri )

10
- Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan
- Bicarakan bersama klien apakah cara yang klien lakukan
masalahnya    selesai.
e) TUK 5 : Klien dapat menngidentifikasi akibat perilaku kekerasan :
- Bicarakan akibat / kerugian dari cara yang dilakukan klien
- Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang dilakukan oleh
klien
- Tanyakan kepada klien ”apakah ia ingin mempelajari cara baru yang
sehat.
f) TUK 6 :  Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah
perilaku kekerasan
- Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dlakukan klien
- Beri pujian atas kegiatan fisik yang dlakukan
- Disksian dua cara fisik yang paling mudah dilakukan untuk
mencegah perilaku kekerasan yaitu; tarik napas dalam dan pukul
kasur serta bantal.
- Diskusikan cara melakukan napas dalam dengan klien
- Beri contoh kepada klien tentang cara menarik napas dalam
- Minta klien mengikuti contoh yang diberikan sebanyak 5 (lima) kali.
- Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara
menarik napas dalam
- Tanyakan perasaan klien setelah selesai
- Anjurkan klien untuk menggunakan cara yan telah dipelajari saat  
marah/jengkel
- Lakukan hal yang sama untuk cara fisik lain di pertemuan lain
- Diskusikan dengan klien menegenai frekuensi latihan yang   akan
dilakukan sendiri oleh klien
- Susun jadwal kegiatan untuk melatihcara yang telah dipelajari
- Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan, cara pencegahan perilaku
kekerasan yang telah dilakukan dengan mengisi jadwal kegiatan
harian ( self evaluation )
- Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan
- Berikan pujian atas keberhasilan klien

11
- Tanyakan kepada klien ”apakah kegiatan cara pencegahan perilaku
kekerasan dapat mengurangi parasaan marah”
g) TUK 7 :  Klien dapat mendemonstasikan cara sosial untuk mencegah
perilaku kekerasan
- Diskusikan cara bicara yang baik dengan klien
- Beri contoh cara bicara yang baik
- Meminta dengan baik
- Menolak dengan baik
- Mengungkapkan perasaan dengan baik
- Meminta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik
 Meminta dengan baik : ”saya minta uang untuk beli makanan
 Menolak dengan baik : ” maaf, saya tidak dapat melakukannya
kerena ada kegiatan lain
 Mengungkapkan perasaan dengan baik : ”saya kesal karena
permintaan saya tidak dikabulkan ”disertai nada suara yang
rendah
- Meminta klien mengulang sendiri
- Beri pujian atas keberhasilan klien
- Diskusikan dengan klien waktu dan kondisi cara bicara yang dapat
dilatih di ruangan, misalnya: meminta obat, baju,dll; menolak ajakan
merokok, tidur pada waktunya, menceritakan kekesalan kepada
perawat
- Susun jadwal kegiatan melatih cara yang telah dipelajari
- Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara bicara yang baik
dengan mengisi jadwal kegiatan (self evaluation)
- Validasi kemampuan klien melaksanakan latihan
- Berikan pujian atas keberhasilan klien
- Tanyakan kepada klien : ”Bagaimana perasaannya setelah latihan 
bicara yang baik? Apakah keinginan marah berkurang?”
h) TUK 8 :  Klien dapat mendemonstrasikan cara spritual untuk mencegah
perilaku kekerasan
- Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah dilakukan
- Bantu klien menilai kegiatan yang dapat dilakukan di ruang rawat

12
- Bantu klien memilih kegiatan ibadah yang dapat dilakukan
- Minta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih
- Diskusikan dengan klien tentang waktu pelaksanaan kegiatan ibadah
- Susun jadwal kegiatan untuk melatih kegiatan ibadah
- Klien mengevaluasi pelaksanaan ibadah dengan mengisi jadwal
kegiatan harian (self evaliation)
- Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan
- Berikan pujian atas keberhailan klien
- Tanyakan kepada klien ”bagaimana perasannya setelah teratur
melakukan ibadah? Apakah keinginan marah berkuran?”
i) TUK 9 : Klien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk
mencegah perilaku kekerasan
- Diskusikan dengan klien tengtang jenis obat yang diminumnya
( nama, warna, besarnya ), waktu minum obat ( jika 3 kali
pkl.07.00,13.00,19.00 ), cara minum obat.
- Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat secara teratur:
 Beda perasaan sebelum minum obat dan sesudah minum obat
 Jelaskan bahwa dosis hanya boleh diubah  oleh dokter
 Jelaskan mengenai akibat minum obat yang tidak teratur,
misalnya, penyakitnya kambuh.
- Diskusikan tentang proses minum obat :
 Klien meminta obat kepada perawat (jika di rumah sakit),
kepada keluarga (jika di rumah).
 Klien memeriksa obat sesuai dosisnya.
 Klien meminum obat pada waktu yang tepat
- Susun jadwal minum obat bersama klien.
- Klien mengevaluasi pelaksanaan minum obat dengan mengisi
jadwal kegiatan harian (self-evaluation).
- Validasi pelaksanaan minum obat klien.
- Beri pujan atas keberhasilan klien
- Tanyakan kepada klien :’’Bagaimana perasaannya dengan minum
obat secara teratur ? Apakah keinginan untuk marah berkurang?

13
j) TUK 10  : Klien dapat mengikuti TAK: Stimulasi persepsi  pencegahan
perilaku kekerasan
- Anjurkan klien untuk ikut TAK : Stimulasi persepsi pencegahan
perilaku kekerasan
- Klien mengikuti TAK : Stimulasi persepsi pencegahan perilaku
kekerasan( kegiatan sendiri ).
- Diskusikan dengan klien tentang kegiatan selama TAK
- Fasilitasi klien untuk mempraktikan hasil kegiatan TAK dan beri
pujian atas keberhasilanya.
- Diskusikan dengan klien tentang jadwal TAK
- Masukkan jadwal TAK ke jadwal kegiatan harian klien
- Klien mengevaluasi pelaksanaan TAK dengan mengisi jadwal
kegiatan harian ( self-evaluation)
- Validasi kemampuan klien dengan mengikuti TAK
- Beri pujian atas kemampuan klien mengikuti TAK
- Tanyakan kepada klien : ’’ Bagaimana perasaan klien setelah
mengikuti TAK.
k) TUK 11 : Klien mendapat dukungan keluarga dalam melakukan cara
pencegahan perilaku kekerasan
- Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien sesuai  
dengan yang  telah dilakukan keluarga terhadapklien selama ini
- Jelaskan keuntungan peran serta keluarga dalam merawat klien
- Jelaskan cara-cara merawat klien :
 Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara
konstruktif
 Sikap dan cara bicara
 Membantu klien mengenal penyebab marah dan pelaksanaan
cara pencegahan perilaku kekerasan.
- Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien
- Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan
demonstrasi.
- Anjurkan keluarga mempraktikkannya pada klien selama di rumah 
sakit dan melanjutkannya setelah pulang ke rumah

14
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
1) Tujuan umum ( TUM) : klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada
saat berhubungan dengan orang lain.
2) Tujuan khusus (TUK) :
a) TUK 1   :  Klien mampu membina hubungan saling percaya
- Salam terapeutik
- Salam perkenalan
- Jelaskan tujuan interaksi
- Ciptakan lingkungan yang terapeutik
- Buat kontrak yang jelas (topik, waktu, dan tempat)
b) TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
- Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasannya tentang
penyakit yang diderita
- Sediakan waktu mendengarkan klie
- Katakan pada klienbahwa ia adalah seorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
- Diskusikan kemampuan dab aspek positif yang dimilki klien, dapat
dimulai dari bagian tubuh yang masih berfungsi dengan baik,
kemampuan lain yang dimilik klien. Jika klien tidak mampu
mengidentifikasi maka dimulai oleh perawat memberi
”reinforcement”
- Siap bertemu klien hindarkan memberi penilaian negatif, utamakan
memberi penilaian yang realistis
c) TUK 3  :  Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
- Diskusikan dengan klienkemempuan yang masih dapat digunakan
selam sakit, misalnya penampilan klien dan self care, latihan fisik
dan ambulasi serta aspek asuhan terkait dengan gangguan yang
dialami klien
- Diskusikan pada kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya setelah pulang sesuai dengan kondisi sakit klien

15
d) TUK 4 : Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang
dimiliki
- Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
harisesuai kemampuan kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan
yang membutuhkan bantuan tota
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi klien
- Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan (sering
klien takut melaksanakannya)
e) TUK 5   :  Klien dapat melakukan kegiatansesuai kondisi sakit dan
kemampuannya
- Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
- Beri pujian atas keberhasilan klien
- Diskusikan kemungkinan di rumah
f) TUK 6   :  Klien dapat memamfaatkan sisitem pendukung
- Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien harga diri rendah
- Bantu keluarga memberikan dukungan selam klien dirawat
- Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan sesuai dengan rencana keperawatan yang ada dan dilakukan di lapangan

5. Evaluasi
Dari apa yang telah dipaparkan diatas untuk mengukur apakah tujuan Dan
criteria sudah tercapai, perawat dapat mengobservasi perilaku klien. Menurut iyus
Yosep ada beberapa perilaku yang dapat diindikasikan sebagai evaluasi yang positif
yaitu :
a. Identifikasi sesuatu yang dapat membangkitkan kemarahan klien.
b. Bagaimana keadaan klien saat marah Dan benci panda orang lain.
c. Sudahkan klien menyadari akibat dari marah Dan pengaruhnya pada orang lain
d. Buatlah komentar yang kritikal
e. Apakah klien sudah mampu mengespresikan sesuatu yang berbeda.

16
f. Klien mampu menggunakan aktifitas secara fisik untuk mengurangi perasaan
marahnya.
g. Mampu mentoleransi rasa marahnya.
h. Konsep diri klien sudah meningkat.
i. Kemandirian dalam berfikir dan aktivitas.

17
BAB III

GAMBARAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. “B” DENGAN MASALAH

KEPERAWATAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DI RUANG KENANGA RSJ MUTIARA SUKMA

Tanggal Pengkajian : 15 maret 2023

Tanggal Masuk : 14 maret 2023

Ruang : Kenanga

No. RM : 033977

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn.”B”
Umur : 33 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Dsn. Lendang, Lenek Baru, Kec. Aik mel
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku / bangsa : Sasak / Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Petani
2. Penanggung Jawab
Nama : Marniati
Umur : 42 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Dsn. Lendang, Lenek Baru Kec. Aik mel
Hubungan dengan klien : Bibi Klien

18
3. ALASAN MASUK
Klien masuk RSJ Provinsi yang ke-4 kali dengan keluhan mengamuk, sering marah-
marah, mengacak rumah dan meresahkan keluarga
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
Saat pengkajian : Klien mengatakan jika keinginannya tidak diikuti emosi
klien menjadi labil dan bisa sampai memukul orang
sedangkan keluarga klien mengatakan klien mengamuk
dan berbicara ngelantur mengucapkan hadist-hadist
keagamaan secara berlebihan yang terkadang tidak
dimengerti maknanya.
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan, Waham agama

4. FAKOR PREDISPOSISI
a. Klien mengatakan sebelumnya pernah masuk RSJ Provinsi NTB sebanyak 3 x
b. Klien mengatakan pernah putus berobat selama beberapa minggu sehingga
pengobatan tidak berhasil
c. Klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik tetapi pernah sebagai
pelaku aniaya fisik
d. Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang pernah mengalami
gangguan jiwa
e. Klien mengatakan pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan saat anak
klien meninggal
Masalah keperawatan : Perilaku kekerasan, Ketidakefektifan penatalaksanaan
regimen terapeutik, koping keluarga inefektif

5. FAKTOR PREPITASI
Klien mengatakan memukul orang dipinggir jalan karena orang tersebut tidak
mengikuti keinginan klien
Masalah keperawatan : Koping individu inefekif, Perilaku kekerasan

19
6. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36o C
RR : 18 x/ menit
b. Ukur
BB : 56 kg
TB : 168 cm
c. Tidak ada keluhan fisik yang dirasakan klien

7. PSIKOSOSIAL
a. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki : Laki-laki meninggal

: Perempuan : Perempuan meninggal

: Garis keturunan : Pasien

: Garis perkawinan : Tinggal serumah

Penjelasan : Klien adalah anak pertama dari 4 bersaudara, klien sudah menikah dan
mempunyai 4 orang anak ( hidup 2, meninggal 2). Klien mengatakan
tinggal bersama istri dan anak-anaknya.

20
b. Konsep diri
1) Cira tubuh
Klien mengatakan menyukai semua yang ada pada dirinya
2) Identitas diri
Klien mengatakan dirinya sudah menikah dan mempunyai 4 orang anak
tetapi 2 orang anaknya sudah meninggal, klien mampu menyebutkan
identitasnya yaitu dia anak pertama dari 4 bersaudara dan klien juga telah
menempuh universitas.
3) Peran diri
Klien mengatakan dirinya menjadi seorang ayah dari anak-anaknya.
4) Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin kembali beraktivitas seperti
sebelum dirawat di RSJ
5) Harga diri
Klien mengatakan merasa malu dengan keadaannya saat ini, klien terlihat
menunduk dan kontak mata kurang.
Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

c. Hubungan sosial
1) Orang yang terdekat dengan klien
Klien mengatakan orang yang paling dekat dengannya adalah istri klien.
2) Peran serta dalam kelompok/masyarakat
Klien mengatakan saat dirumah sakit klien ikut bersih-bersih kamar dan
ruang makan bersama pasien lainnya
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain.

d. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan dirinya beragama islam
2) Kegiatan ibadah : Klien mengatakan dirinya selalu melaksanakan shlat dan
mengaji. Saat diobservasi klien terlihat shlat beberapa kali dalam satu waktu
dan sering mengucapkan hadist-hadist keagamaan.
Masalah keperawatan : Waham agama

21
8. STATUS MENTAL
a. Penampilan
Klien memakai pakaian cukup rapi, tidak terbalik dan kancing baju sesuai, rambut
disisir, selalu menggunakan alas kaki tetapi klien tidak pernah mengganti
pakaiannya dikarenakan klien hanya memiliki satu pakaian saja
b. Pembicaraan
Klien berbicara cepat dengan volume suara keras
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
c. Aktivitas motorik
Saat diobservasi klien tampak gelisah
d. Alam perasaan
Klien tampak sedih karena ingin segera pulang dan bertemu anak istrinya
Masalah keperawatan : Gangguan alam perasaan
e. Afek :
Stabil, Klien sudah bisa mengontrol emosinya dan terlihat tenang
f. Interaksi selama wawancara
Klien cukup kooperatif dan menjawab semua pertanyaan yang diberikan, kontak
mata kurang tetapi mampu menjawab semua pertanyaan
g. Proses berfikir
Flight of ideas atau pembicaraan klien melompat-lompat dari satu topik ke topik
yang lain tapi masih bisa dipahami
h. Isi pikir
Ditemukan adanya waham agama terbukti saat dikaji klien sering mengucapkan
hadist-hadist keagamaan secara berlebihan. Klien sering memotong pembicaraan
mahasiswa yg sedang melakukan pengkajian dan dilanjutkan dengan berceramah
tentang agama yang terkadang tidak dimengerti maknanya.
Masalah keperawatan : Waham agama
i. Tingkat kesadaran
Klien tampak sadar penuh dan mampu berkomunikasi dengan baik
j. Memori
1) Jangka panjang
Klien mampu menceritakan kehidupan masa lalunya yang sudah menikah dan
sudah mempunyai anak

22
2) Jangka pendek
Klien mampu menceritakan apa yang sudah dilakukan beberapa jam yang lalu
seperti makan dan mandi
3) Saat ini
Saat dikaji klien tidak mengalami gangguan ingatan
k. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu menjawab pertanyaan dan mampu berhitung misalnya menghitung
1-20
l. Kemampuan penilaian
Klien dapat mengambil keputusan setelah diberi pertanyaan memilih yaitu “mana
yang baik sebelum makan cuci tangan dulu atau tidak cuci tangan?”. Klien
menjawab “cuci tangan dulu”.
m. Daya tilik diri
Klien mengetahui bahwa dirinya sedang mengalami perawatan di RSJ

9. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


a. Makan
Klien mengatakan makan 3 x/hari dengan mandiri dan menghabiskan porsi
makan yang telah di sediakan RS
b. BAB
Klien mengatakan BAB 1 x/ hari, terkadang tidak sama sekali dalam 1 hari dan
dapat dilakukan di toilet dengan mandiri dan menggunakan tangan kiri untuk
cebokan
c. BAK
Klien mengatakan BAK 2-3 x sehari dan dapat dilakukan di toilet dengan mandiri
d. Mandi
Klien mengaakan mandi dengan mandiri, menggunakan sabun dan menggosok
gigi
e. Berpakaian/ berhias
Klien tampak rapi dalam berpakaian tetapi tidak pernah mengganti pakaiannya
dikarenakan klien hanya memiliki satu pakaian, sedangkan rambut klien selalu
disisir rapi

23
f. Istirahat tidur
Klien mengatakan selalu tidur siang dan biasa tidur malam dari jam 10 s/d 4.30
pagi diRS
g. Penggunaan obat
Klien mengatakan saat diRSJ selalu minum obat yang disediakan oleh perawat
setelah selesai makan
h. Pemeliharaan kesehatan
Klien mampu menjaga kesehatannya dengan mandi dan minum obat secara
teratur

10. MEKANISME KOPING


Maladaptif :
Klien mengatakan jika keinginan klien tidak diikuti emosi klien menjadi labil dan bisa
saja memukul orang tersebut.
Masalah keperawatan : koping individu inefekif

11. PENGETAHUAN
Klien mengetahui penyakit yang sedang diderita dan penyebabnya tetapi klien tidak
mampu mengatasinya

12. ASPEK MEDIK


a. Diagnosa medik : Skizofrenia Paranoid
b. Therapi Medik :

Nama obat Dosis Kegunaan


pemberian
- Resperidon 3 x 2 mg Obat untuk skizofrenia akut
maupun kronis
- Ativan 2 x 0,5 mg Obat tidur
- Frimania 2 x 200 mg Obat anti depresi
- Trihexiphenidyl 2 x 2 mg Obat agar lebih rileks
(THP)

13. MASALAH KEPERAWAAN


1) Resiko perilaku kekerasan
2) Gangguan proses pikir : Waham
3) Harga diri rendah

24
4) Koping individu inefektif
5) regimen terapi inefektif
6) Koping keluarga inefekif

14. ANALISA DATA

No Data fokus Problem


1 Ds : Resiko perilaku kekerasan (RPK)
Klien mengatakan jika keinginannya
tidak diikuti emosi klien menjadi labil
dan bisa sampai memukul orang
Do :
- Klien berbicara cepat
- Klien berbicara dengan volume
keras
2 Ds : Gangguan proses pikir : Waham
Keluarga klien mengaakan klien agama
berbicara ngelantur mengucapkan hadist-
hadist keagamaan secara berlebihan yang
terkadang tidak dimengerti maknanya
Do :
Klien tampak shlat beberapa kali dalam
satu waktu
3 Ds : Harga diri rendah (HDR)
Klien mengatakan merasa malu dengan
keadaannya saat ini
Do :
- Klien terlihat menunduk
- Kontak mata kurang.

25
15. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Resiko perilaku kekerasan

Gangguan proses pikir : Waham

Harga Diri Rendah

Koping individu inefektif

Regimen terapi inefektif

Koping keluarga inefektif

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS


Resiko perilaku kekerasan (RPK)

26
C. PERENCANA KEPERAWAAN

Tg No Dx Perencanaan
l Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
15- I Resiko TUM ; Klien tidak Setelah 3 x pertemuan 1. Bina hubungan saling
03- Perilaku mencederai diri klien menunjukkan percaya dengan :
20 Kekerasan sendiri, orang lain tanda-tanda percaya - Beri salam setiap
23 dan lingkungannya kepada perawat : berinteraksi.
- Wajah cerah, - Perkenalkan nama,
tersenyum nama panggilan
TUK :
- Mau berkenalan perawat dan tujuan
1. Klien dapat
- Ada kontak mata perawat berkenalan
membina
- Bersedia - Tanyakan dan
hubungan saling
menceritakan panggil nama
percaya
perasaan kesukaan klien
- Tunjukkan sikap
empati, jujur dan
menepati janji
setiap kali
berinteraksi
- Tanyakan perasaan
klien dan masalah
yang dihadapi klien
- Buat kontrak
interaksi yang jelas

2. Klien dapat Setelah 3 x pertemuan 1. Bantu klien


mengidentifika klien menceritakan mengungkapkan
si penyebab penyebab perilaku perasaan marahnya :
perilaku kekerasan yang - Motivasi klien
kekerasan dilakukannya : untuk menceritakan
yang - Menceritakan penyebab rasa kesal
dilakukannya penyebab atau jengkelnya
perasaan - Dengarkan tanpa

27
jengkel/kesal menyela atau
baik dari diri memberi penilaian
sendiri maupun setiap ungkapan
lingkungannya perasaan klien

3. Klien dapat Setelah 3 x pertemuan 1. Bantu klien


mengidentifikasi klien menceritakan mengungkapkan tanda-
tanda-tanda tanda-tanda saat tanda perilaku
perilaku terjadi perilaku kekerasan yang
kekerasan kekerasan : dialaminya.
- Fisik : mata 2. Motivasi klien
merah, tangan menceritakan kondisi
mengepal, fisik saat perilaku
ekspresi tegang, kekerasan terjadi
dan lain-lain. - Motivasi klien
- Emosional : menceritakan
perasaan marah, kondisi emosinya
jengkel, bicara saat terjadi perilaku
kasar. kekerasan
- Sosial : - Motivasi klien
bermusuhan yang menceritakan
dialami saat kondisi psikologis
terjadi perilaku saat terjadi perilaku
kekerasan. kekerasan
- Motivasi klien
menceritakan
kondisi hubungan
dengan orang lainh
saat terjadi perilaku
kekerasan
4. Klien dapat Setelah 3 x peremuan 1. Diskusikan dengan
mengidentifikasi klien menjelaskan : klien perilaku kekerasan
jenis perilaku - Jenis-jenis yang dilakukannya
kekerasan yang ekspresi

28
pernah kemarahan yang selama ini :
dilakukannya selama ini telah - Motivasi klien
dilakukannya menceritakan jenis-
- Perasaannya saat jenis tindak
melakukan kekerasan yang
kekerasan selama ini permah
- Efektivitas cara dilakukannya.
yang dipakai - Motivasi klien
dalam menceritakan
menyelesaikan perasaan klien
masalah setelah tindak
kekerasan tersebut
terjadi.
- Diskusikan apakah
dengan tindak
kekerasan yang
dilakukannya
masalah yang
dialami teratasi.
5. Klien dapat Seelah 3 x peremuan 1. Diskusikan dengan
mengidentifikasi klien menjelaskan klien akibat negatif
akibat perilaku akibat tindak (kerugian) cara yang
kekerasan kekerasan yang dilakukan pada :
dilakukannya - Diri sendiri
- Diri sendiri : - Orang lain/keluarga
luka, dijauhi - Lingkungan
teman, dll
- Orang
lain/keluarga :
luka, tersinggung,
ketakutan, dll
- Lingkungan :
barang atau

29
benda rusak dll

6. Klien dapat Seelah 3 x pertemuan 1. Diskusikan dengan


mengidentifikasi klien menjelaskan klien :
cara konstruktif cara-cara sehat - Apakah klien mau
dalam mengungkapkan mempelajari cara
mengungkapkan marah baru
kemarahan mengungkapkan
marah yang sehat
- Jelaskan berbagai
alternatif pilihan
untuk
mengungkapkan
marah selain
perilaku kekerasan
yang diketahui
klien.
- Jelaskan cara-cara
sehat untuk
mengungkapkan
marah :
1) Cara fisik: nafas
dalam, pukul
bantal atau
kasur, olah raga.
2) Verbal:
mengungkapkan
bahwa dirinya
sedang kesal
kepada orang
lain.
3) Sosial: latihan
asertif dengan

30
orang lain.
4) Spiritual:
sembahyang/doa
, zikir, meditasi,
dsb sesuai
keyakinan
agamanya
masing-masing
7. Klien dapat Setelah 3 x pertemuan 1. Diskusikan cara yang
mendemonstrasi klien mampu mungkin dipilih dan
kan cara memperagakan cara anjurkan klien memilih
mengontrol mengontrol perilaku cara yang mungkin
perilaku kekerasan : untuk mengungkapkan
kekerasan - Fisik: tarik nafas kemarahan.
dalam, memukul 2. Latih klien
bantal/kasur memperagakan cara
- Verbal: yang dipilih :
mengungkapkan - Peragakan cara
perasaan melaksanakan cara
kesal/jengkel yang dipilih.
pada orang lain - Jelaskan manfaat
tanpa menyakiti cara tersebut
- Spiritual: - Anjurkan klien
zikir/doa, menirukan peragaan
meditasi sesuai yang sudah
agamanya dilakukan.
- Beri penguatan
pada klien, perbaiki
cara yang masih
belum sempurna
- Anjurkan klien
menggunakan cara
yang sudah dilatih

31
saat marah/jengkel
8. Klien mendapat Setelah 3 x peremuan 1. Diskusikan pentingnya
dukungan keluarga : peran serta keluarga
keluarga untuk - Menjelaskan cara sebagai pendukung
mengontrol merawat klien klien untuk mengatasi
perilaku dengan perilaku perilaku kekerasan.
kekerasan kekerasan 2. Diskusikan potensi
- Mengungkapkan keluarga untuk
rasa puas dalam membantu klien
merawat klien mengatasi perilaku
kekerasan.
3. Jelaskan pengertian,
penyebab, akibat dan
cara merawat klien
perilaku kekerasan yang
dapat dilaksanakan oleh
keluarga.
4. Peragakan cara merawat
klien (menangani PK )
5. Beri kesempatan
keluarga untuk
memperagakan ulang
6. Beri pujian kepada
keluarga setelah
peragaan
7. Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan
9. Klien Setelah 3 x pertemuan 1. Jelaskan manfaat
menggunakan klien menjelaskan : menggunakan obat
obat sesuai - Manfaat minum secara teratur dan
program yang obat kerugian jika tidak

32
telah ditetapkan - Kerugian tidak menggunakan obat
minum obat 2. Jelaskan kepada klien:
- Nama obat - Jenis obat (nama,
- Bentuk dan wanrna dan bentuk
warna obat obat)
- Dosis yang - Dosis yang tepat
diberikan untuk klien
kepadanya - Waktu pemakaian
- Waktu - Cara pemakaian
pemakaian - Efek yang akan
- Cara pemakaian dirasakan klien
- Efek yang 3. Anjurkan klien : Minta
dirasakan dan menggunakan
obat tepat waktu
Seelah 3 x peremun - Lapor ke
klien menggunakan perawat/dokter jika
obat sesuai program mengalami efek
yang tidak biasa
- Beri pujian
terhadap
kedisplinan klien
menggunakan obat.

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Catatan perkembangan Evaluasi


1 Rabu, 15 – 03 – 23 S:
2 Data : Klien mengatakan merasa tenang
Ds :
Klien mengatakan pernah memukul orang O :
dipinggir jalan karena orang tersebut tidak Klien mampu pukul kasur dan
mengikuti keinginan klien bantal dengan mandiri

Do :

33
- Klien berbicara cepat dan keras A:
3 - Klien tampak kooperatif RPK (±)
Kemampuan :
Klien mampu tarik nafas dalam dengan P :
mandiri Latih pukul kasur dan bantal
4
2x/hari dan pada saat marah
Dx keperawatan
1) Resiko perilaku kekerasan
2) Gangguan proses pikir : Waham
5 3) Resiko bunuh diri

6 Tindakan :
Melatih pasien pukul kasur dan bantal
RTL :
Melatih klien dengan cara verbal

No Catatan perkembangan Evaluasi


1 Kamis, 16 – 03 -23 S:
2 Data : Klien merasa lebih tenang karena
Ds : mengetahui cara mengontrol marah
klien mengatakan sudah tidak pernah
mengamuk lagi O:

Do : Klien mampu mengontrol marah

- klien tampak tenang secara verbal dengan bantuan

3
Kemampuan : A:

- Klien mampu tarik nafas dalam dengan RPK (-)


mandiri
P:
- Klien mampu pukul kasur dan bantal
Latih secara verbal 2x /hari dan
dengan mandiri
4
pada saat marah

Dx keperawatan :
1) Resiko perilaku kekerasan

34
2) Gangguan proses pikir : Waham
5 3) Resiko bunuh diri

Tindakan :
Melatih klien dengan cara verbal :
Cara meminta, menolak dan
6
mengungkapkan perasaan kesal dengan baik

RTL :
Melatih klien dengan cara spiritual

Catatan perkembangan Evaluasi


1 Jum’at,17 – 03 -23 S:
2 Data : Klien mengatakan senang berlatih
Ds : cara mengontrol marah
Klien mengatakan sedih dan ingin cepat
pulang kerumahnya O:

Do : Klien mampu mengontrol marah

- Klien tampak sedih secara spiritual dengan mandiri

3
Kemampuan : A:

- Klien mampu tarik nafas dalam dengan RPK (-)


mandiri
P:
- Klien mampu pukul kasur dan bantal
Latih cara spiritual 2 x/hari atau
dengan mandiri
4
ketika marah

35
Dx keperawatan : Latih cara verbal 2 x/hari atau
1) Resiko perilaku kekerasan keika marah
2) Gangguan proses pikir : Waham
5
3) Resiko bunuh diri

Tindakan :
6
Melatih klien dengan cara spiritual

RTL :
Melatih klien minum obat

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian dalam teori maupun kasus sudah sesuai, dimana pada teori masalah
keperawatan yang muncul adalah resiko perilaku kekerasan, harga diri rendah, gangguan
proses pikir : waham, sedangkan dalam tinjaun kasus, masalah keperawatan lebih
kompleks, yaitu :

1. Resiko perilaku kekerasan


2. Gangguan proses pikir : waham
3. Harga diri rendah
4. Koping individu inefektif
5. Regimen terapi inefektif
6. Koping keluarga inefektif

36
Masalah-masalah keperawatan yang muncul tersebut kemudian dianalisa dan
dirumuskan, sehingga muncul diagnosa keperawatan.

B. Diagnosa keperawatan
Dari masalah keperawatan yang ada dirumuskan diagnosa keperawatan sebagai
berikut :
1. Resiko perilaku kekerasan b/d gangguan proses pikir : waham
2. Harga diri rendah b/d koping individu inefktif
3. Regimen terapi inefektif b/d koping keluarga inefektif
Diagnosa utamanya adalah Resiko perilaku kekerasan b/d gangguan proses pikir :
waham
Diagnosa yang muncul dalam tinjauan kasus dan teori sudah sesuai, hanya dalam
tinjauan kasus lebih kompleks.
C. Perencanaan
Rencana tindakan keperawatan hanya pada diagnosa utama, karena diagnosa yang
lain tidak terlalu menonjol dan tidak terlalu mengganggu klien lagi. Rencana tindakan
dalam kasus dan teori sudah sesuai, hanya saja dalam kasus intervensi dipilih kembali
dan disesuaikan dengan kondisi klien.

D. Pelaksanaan

Implementasi dalam kasus dan teori sudah sesuai, dimana implementasi


disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun dan disesuaikan
dengan kondisi klien.
E. Evaluasi
Evaluasi dalam kasus menggunakan evaluasi sumatif dan formatif yang
disesuaikan dengan kriteria evaluasi baik pada teori maupun kasus, sehingga diperoleh
hasil yang akurat.

37
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pada teori masalah keperawatan yang muncul adalah resiko perilaku kekerasan,
gangguan proses pikir : waham, harga diri rendah sedangkan dalam tinjauan
kasus,masalah keperawatan lebih kompleks, yaitu :
a. Resiko perilaku kekerasan
b. Gangguan proses pikir : waham
c. Harga diri rendah
d. Koping individu inefektif
e. Regimen terapi inefektif
f. Koping keluarga inefektif
Masalah-masalah keperawatan yang muncul tersebut kemudian dianalisa dan
dirumuskan, sehingga muncul diagnosa keperawatan.
2. Diagnosa keperawatan

38
Dari masalah keperawatan yang ada dirumuskan diagnosa keperawatan sebagai
berikut :
a. Resiko perilaku kekerasan b/d gangguan proses pikir : waham
b. Harga diri rendah b/d koping individu inefktif
c. Regimen terapi inefektif b/d koping keluarga inefektif
Diagnosa utamanya adalah Resiko perilaku kekerasan b/d gangguan proses pikir :
waham
Diagnosa yang muncul dalam tinjauan kasus dan teori sudah sesuai, hanya dalam
tinjauan kasus lebih kompleks.
3. Perencanaan
Intervensi disesuaikan dengan diagnosa yang muncul dan kondisi klien.
4. Implementasi
Implementasi dalam kasus dan teori sudah sesuai, dimana implementasi disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun dan disesuaikan dengan
kondisi klien.

5. Evaluasi
Evaluasi dalam kasus menggunakan evaluasi sumatif dan formatif yang disesuaikan
dengan criteria evaluasi baik pada teori maupan kasus,sehingga diperoleh hasil yang
akurat.

B. Saran
1. Bagi RSJMS
Jumlah perawat jaga agar ditambah, karena dengan jumlah perawat jaga hanya 1-2
orang saja akan mempertinggi resiko terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Bagi Institusi
Meningkatkan dukungan moral dan materil bagi mahasiswa yang menjalani praktek
klinik dan membawa nama baik institusi.

39
40

Anda mungkin juga menyukai