DENGAN PRASEKOLAH
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional serta individu mempunyai peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga (Friedman: 1998). Keluarga sebagai pranata social terkecil
dalam masyarakat dan Negara selalu mencuri perhatian baik kalangan pimpinan atau tokoh
informasi maupun pemerintah. Banyak kejadian merisaukan sekarang ini, seperti kenakalan
remaja, kasus gizi kurang, selalu dikaitkan dengan makin kurang berfungsinya pranata
keluarga, antara lain dalam memfasilitsi tumbuh kembang anak dan menanamkan nilai-nilai
luhur seperti saling menghormati, cinta kasih, toleransi, dan empati.
Anak merupakan bagian dari keluarga, sering dikatakan sebagai potret atau gambaran
dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian karena anak merupakan
individu tersendiri yang tumbuh dan berkembang secara unik dan tidak dapat diulang setelah
usia bertambah.
Pada anak usia prasekolah, anak mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan.
Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Anak usia prasekolah ini
sedang dalamproses awal pencarian jati dirinya. Beberapa prilaku yang tidak ada, sekarang
muncul. Secara fisik dan psikis usia ini adalah usia yag rentan berbagai penyakitbdan
menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak jika kondisi
kesehatan anak tidak ditangani secara baik oleh praktisi kesehatan dan juga usaha-usaha
pencegahan adalah yang tetap paling baik dilakukan.
Keperawatan keluarga berkaitan erat dengan upaya keluarga mempunyai kemampuan
dalam menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Perawat dapat menbantu keluarga
dalam memecahkan masalah kesehatannya sehingga mencapai keadaan keluarga yang
optimal.
Suatu peran penting keluarga terkait dengan perawatan anak adalah peran pengasuhan
(parenting role), yang sama dalam menjalankan peran ini keluarga sangat dipengaruhi oleh
faktor usia orang tua, keterlibatan ayah atau suami dala pengasuhan anak, latar belakang
pendidikan orang tua, pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak, stress yang dialami
orang tua, dan hubungan suami istri. Berkaitan dengan perawatan anak di rumah sakit,
keluarga punya tugas adaptif, yaitu meneriama kondisi anak, mengelola kondisi anak,
memnuhi kebutuhan perkembangan anak, memenuhi kebutuhan perkembangan keluarga,
menghadapi stressor dengan positif, membatu keluarga untuk mengelola perasaanyang
ada,mendidik anggota keluarga yang lain tentang kondisi anak yang sedang sakit, dan
mengembangkan sisitem dukungan social keluarga dengan anak prasekolah.
B. TUJUAN
a.Tujuan Intruksional Umum :
Mahasiswa mampu menerapkan konsep asuhan keperawatan
keluarga dengan anak prasekolah.
b.Tujuan Instruksional Khusus :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi keluarga.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tahap tumbuh kembang anak usia prasekolah.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tugas perkembangan keluarga dengan anak
prasekolah.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan masalah-masalah pada anka usia prasekolah.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan bimbingan selam fase prasekolah.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan keluarga dengan anak
prasekolah.
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
A.Defenisi Keluarga
1.friedman (1998)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan
aturan dan emosional serta individual memepunyai peran masing-masing yang merupakan
bagian dari keluarga.
2.Sayekti (1994)
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang
dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang
perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi,
dan tinggal dalamsebuah rumah tangga.
3.Kamus webster (1993)
Keluarga adalah sekelompok manusia yang para warganya ter ikat dengan jalur
keturunan.
1. Pertumbuhan (Growth)
Berkembangan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat
sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (kg/gr) atau ukuran
panjang (meter/centimeter)(Soetjiningsih : 1998).Perubahan ukuran atau nilai-nilai yang
memberikan ukuran tertentu dalam kedewasaan
Menurut Whaley dan Wong, pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah atau ukuran
sel tubuh yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian
tubuh (Supartini, Yupi : 2004).
2.Perkembangan (Development)
Menurut Whaley dan Wong, perkembangan manitik beratkan pada perubahan yang
terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan
kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran ( Supartini, Yupi: 2004).
Perkembangan adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih
komleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan
( Soetjiningsih : 1998).
Mencakup aspek-aspek lain dari deferensiasi bentuk termasuk perubahan emosi atau
sosial yang sangat ditentukan oleh interaksi dengan lingkungan
1. Pertumbuhan
Beberapa aspek pertumbuhan fisik terus menjadi stabil dalam tahun prasekolah. Waktu
rata-rata denyut jantung dan pernapasan menurun hanya sedikit mendekati 90x/menit dan
pernapasan 22-24x/menit. TD meningkat sedikit ke nilai rata-rata 95/58mmH. Berat badan
anak meningkat kira-kira 2,5 kg per tahun, berat rata-rata pada usia 5 tahun adalah kira-kira
21 kg, hampir 6 kali berat badan lahir. Prasekolah bertumbuh 2-3 inci per tahun, panjang
mereka menjadi dua kali lipat panjang lahir pada usia 4 tahun,dan berada pada tinggi rata-rata
43 inci pada ulang tahun kelima mereka. Perpanjangan tungkai kaki menghasilkan
penampilan yang lebih kurus. Kepala sudah mencapai 90% dari ukuran orang dewasa pada
ulang tahun ke enam. Perbedaan kecil terjadi antara jenis kelamin, walaupun anak laki-laki
sedikit lebih besar dengan lebih banyak otot dan kurang jaringan lemak. Kekurangan nutrisi
umunya terjadi pada anak-anak berusia dibawah 6 tahun adalah kekurangan vitamin A dan C
serta zat besi. Konsumsi karbohidrat dan lemak dalam jumlah yang sangat besar dari
makanan yang berlemak bisa menimbulkan kegemukan dan menjadikan anak prasekolah
dalm kondisi sangat lapar. Orang tua dan penberi pelayanan perlu membuat asaha secara
sadar untuk membantu anak prasekolah mengembangkan kebiasaan makan yang sehat dan
mencegah defisiensi dan kelebihan.
2.Perkembangan
Fase berkembangan psikoseksual untuk anak usia sekolah masuk pada fase falik. Selama
fase ini, genitalia menjadi area yang menarik dan area tubuh yang sensitif. Anak mulai
mengetahui perbedaan jenis kelamin dengan mengetahui adanya perbedaan jenis kelamin.
Negatif : Memegang genetalia
]
Oedipus compleks
Positif : Egosentris: sosial interaksi
Mempertahankan keinginan
1. Personal / sosial :
1. Upaya untuk menciptakan diri sendiri seperti orang tuanya, tetapi
mandiri
2. Menggali lingkungan atas hasil prakarsanya
3. Membanggakan, mempunyai perasaan yang tidak dapat dirusak
4. Keluarga merupakan kelompok utama
5. Kelompok meningkat kepentingannya
6. Menerima peran sesuai jenis kelaminnya
7. agrsif
8. Motorik
1.
1. Pengrusakan diri
2. Dikebiri
3. Gelap
4. Ketidaktahuan
5. Objek bayangan, tak dikenal.
.
D. Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah
3) Umur
Masa prenatal, masa bayi, dan masa remaja merupakan tahap yang mengalami
pertumbuhan cepat dibandingkan dengan masa lainnya.
4) Jenis kelamin
Wanita akan mengalami pubertas lebih dahulu dibandingkan laki-laki
5) Kelainan kromosom
Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya sindrom down.
1. Pengaruh hormon
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin berumur empat
bulan. Pada saat itu terjadi pertumbuhan yang cepat. Hormon yang berpengaruh terutama
adalah hormon pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari. Selain
itukelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk metabolisme serta
maturasi tulang, gigi, dan otak.
1. Faktor lingkungan
Faktor kelompok yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pranatal,
kelahiran, dan pascanatal.
2.Faktor pranatal
a. Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, terutama selama trimester
akhir kehamilan
b. Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat menyebabkan kelainan
conginetal, misalnya club foot
c. Toksin, zat kimia, radiasi
d.Kelainan endokrin
e.Infeksi TORCH atau penyakit menular sesksual
f . Kelainan imunologi
g. Psikologis ibu
3.Faktor kelahiran
Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forcep dapat menyebabkan trauma kepala
pada bayi sehingga beresiko terjadinya kerusakan jaringan otak.
4.Faktor pascanatal
Seperti lainnya pada masa prenatal, faktor yang berpengaruh terhadap TUMBANG
anak adalah gizi, penyakit kronis/ kelainan konginetal, lingkungan fisik dan kimia,
psikologis, endokrin, sosioekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan
1. Masalah kesehatan
Masalah kesehatan yang sering muncul pada anak prasekolah seperti; diare, cacar air,
difteri, dan campak.
Anti sekresi
Anti spasmolitik
Pengeras tinjs
Antibiotik
Pada usia prasekolah biasanya anak merasa cemburu dengan kehadiran anggota keluarga
baru (adik). Anak merasa tidak diperhatikan lagi oleh orang tua sehingga anak sering
membuat olah untuk mendapatkan perhatian orang tua.
a.Bahaya fisik
1. Kecelakaan
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang menghasilkan ketrampilan
tertentu. Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik namunkecelakaan dianggap sebagai
kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan berbahaya bagi psikologisnya sehingga anak
akan takut terhadap kegiatan fisik. Jika hal ini terjadi bisa berkembang menjadi masa malu.
2.Keracunan
Pada dasarnya usia prasekolah suka mencoba segala sesuatu yang dia lihat tanpa
mengetahui apakah itu berbahaya atau tidak.
3.Bahaya Psikologis
Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu berprestasi. Rasa
bersalah dapat menyebabkan anak kurang bersosialisasi, lebih pemarah, mengalami regresi,
yaitu kembali ke perkembangan sebelumnya, misalnya mengompol dan menghisap jempol.
4.Gangguan tidur
Mimpi buruk adalah mimpi menakutkan yang terjadi selama tidur REM (rapid eye
movement). Seorang anak yang mengalami mimpi buruk biasanya akan benar-benar
terbangun dan dapat mengingat kembalimimpinya secara terperinci. Mimpi buruk yang
terjadi sewaktu-waktu adalah hal yang normal, dan satu-satunya tindakan yang perlu
dilakukan orang tua adalah menenangkan anak. Tetapi mimpi buruk yang sering terjadi
adalah abnormal dan bisa menunjukkan masalah psikis. Pengalamam yang menakutkan
(termasuk cerita menakutkan atau film tentang kekerasan di televisi) bisa menyebabkan
terjadinya mimpi buruk. Hal ini terutama sering ditemukan pada anak-anak yang berumur 3-4
th, karena mereka belum bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan. Teror dimalam
hari adalah suatu keadaan dimana sesaat setelah tertidur anak setengah terbangun dengan
kecemasan yang luar biasa. Anak tidak dapat mengingat kembali apa yang atelah dialaminya.
Tidur sambil berjalan adalah suatu keadaan dimana dalam keadaan tertidur anak bengkit
dsari tempat tidurnya dan berjalan-jalan. Teror dimalam hari dan tidur sambil berjalan
biasanya berlangsung selama tidur dalam (Non REM) dan terjadi dalam 3 jam pertama
setelah anak tertidur. Tiap episode berlangsung dari beberapa detik sampai beberapa menit.
Teror dimalam hari sifatnya dramatis karena nak menjerit-jerit dan panik, keadaan ini paling
sering ditemukan pada anak yang berumur 3-8 th.
Untuk anak yang susah tidur bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:
1. Ajak anak kembali ketempat tidurnya.
2. Berikan cerita yang pendek.
3. Tawari untuk ditemani oleh boneka atau selimut kesayangannya.
4. Gunakan lampu redup.
5. Masalah Pelatihan Buang Air (Toileting)
Pelatihan buang air besar biasanya mulai dilakukan pada saat anak berumur 2-3 tahun,
sedangkan pelatihan buang air kecil dilakukan pada umur 3-4 tahun. Pada umur 5 tahun,
kebanyakan anak sudah dapat melakukan buang air sendiri; melepas pakaian dalamnya
sendiri, membersihkan dan mengeringkan penis, vulva maupun anusnya sendiri serta kembali
memakai pakaian dalamnya sendiri. Tetapi sekitar 30% anak berusia 4 th dan 10% anak
berusia 6 th masih mengompol pada malam hari.
Cara terbaik untuk menghindari masalah pelatihan buang air (toilet training) adalah
denganm mengenali kesiapan anak. Adapun tanda dari kesiapan anak adalah:
1. Selama beberapa jam pakaian dalamnya masih kering.
2. Anak menginginkan pakaian dalamnya diganti jika basah.
3. Anak menunjukkan ketertarikannya untuk duduk di atas Potty Chair (pispot khusus untuk
anak-anak) atau diatas toilet (jamban, kakus).
4. Anak mampu mengikuti petunjuk atau aturan lesan yang sederhana.
Kesiapan anak biasanya terjadi pada usia 24-36 bln.
Metode toilet training yang banyak digunakan adalah metode timing. Anak yang
tampaknya sudah siap diperkenalkan kepada potty chair dan secara bertahap diminta untuk
duduk diatasnya sebentar saja dalam keadaan berpakaian lengkap. Kemudian anak diminta
untuk melepaskan pakaian dalamnya sendiri, lalu duduk di atas potty chair selama tidak lebih
dari 5-10 mnt. Hal itu dilakukan sambil ibu memberikan penjelasan bahwa swkarang sudah
saatnya anak untuk melakukan BAB/BAK ditempatnya (maksudnya pada potty chair/kloset)
buka di pakaian dalam atau popok. Jika Anak sudah bisa melakukannya, ibu boleh
memberikan pujian ataupu hadiah. Tetapi jika anak belum bisa melakukannya, ibu sebaiknya
tidak memarahi ataupun menghukum anak. Metode timing efektif untuk anak-anak yang
memiliki jadwal BAB/BAK yang teratur.
Metode toilet training lainnya menggunakan boneka sebagai alat bantu. Kepada anak
yang sudah siap diajarkan cara-cara toilet training dengan menggunakan boneka sebagai
model. Ibu memberikan pujian kepada boneka karena pakaian dalamnya kering dan telah
berhasil melewati setiap proses toilet training. Kemudian ibu meminta anak untuk menirukan
proses toliet training dengan bonekanya secara berulang-ulang, anak juga diajari untuk
memuji bunekanya. Selanjutnya anak menirukan apa yang telah dilakukan oleh bonekanya
dan ibu memberikan pujian kepada anak. Jika anak tetap bertahan duduk di toilet sebaiknya
diangkat dan toilet training dicoba kembali setelah anak makan. Tetepi jika hal ini
berlangsung selama beberapa hari sebaiknya tolet traing ditunda selama beberapa minggu.
Sangat penting untuk memberika pujian kepada anak yang telah berhasil melakukan
toilet training. Setelah pola BAB/BAK stabil secara perlahan pujian mulai dikurangi.
Memaksa anak untuk BAB/BAK di toilet dengan kekerasan tidak efektif dan bisa
menyebabkan ketegangan pada hubungan ibu-anak.
1. Usia 3 tahun
1. Persiapkan orang tua untuk peningkatan ketertarikan anak dalam
hubungan yang lebih luas.
2. Anjurkan orang tua untuk mendaftarkan anak ke play group atau TK.
3. Tekankan tentang pentingnya pengaturan waktu.
4. Anjurkan orang tua untuk menawarkan pilihan-pilihan ketika anak
sedang ragu/bimbang.
5. Perubahan pada anak usia 3.5 th : anak akan menjadi kurang
koordinasi, gelisah dan menunjukkan perubahan tingkah laku, seperti
bicara gagap.
6. Orang tua harus memberikan perhatioan yang ekstra sebagai refleksi
dari kegelisahan emosi anak dan rasa takut anak kehilangan kasih
sayang orang tua.
7. Ingatkan orang tua tentang keseimbangan yang telah dicapai pada usia
3 th akan berubah menjadi tingkah laku yang agresif pada usia 4 th.
8. antisipasi tentang adanya perubahan nafsu makan, seleksi makanan
anak.
9. Tekankan tentang perlunya perlindungan dan pendidikan untuk
mencegah cedera.
10. Usia 4 tahun
1. Persiapkan pada tingkah laku anak yang lebih agresif, termasuk
aktifitas motorik dan penggunaan bahasa-bahasa yang
mengejutkan.
2. Eksplorasi perasaan oreng tua berkenaan dengan tingkah laku
anak.
3. Masukkan anak ke TK
4. Persiapkan untuk peningkatan keingintahuan anak tentang seks
5. Tekankan tentang pentingnya menanamkan disiplin pada anak
6. Anjurkan orang tua untuk melatih anak berenang jika belum
dilakukan diusia sebelumnya
11. Usia 5 tahun
1. Definisi bermain
1. Perkembangan sensori-motorik
2. Perkembangan intelektual
3. Perkembangan sosial
4. Perkembangan kreativitas
5. Perkembangan kreasi diri
6. Perkembangan moral
7. Bermain sebagai terapi
8. Tujuan bermain
Melalui fungsi yang terurai diatas pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai
berikut:
1)Untuk melanjutkan tumbang yang normal pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam
tumbang.
2) Mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta idenya.
3) Mengembangkan kreatrifitas dan kemampuan menyelesaikan masalah. Permainan akan
menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya untuk menciptakan sesuatu seperti yang
ada dalam pikirannya pada saat melakukan permainan anak akan dihadapkan pada masalah
dalam konteks permainannya, semakin lama ia bermain dan semakin tertantang untuk dapat
menyelesaikannya dengan baik.
4) Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat di RS. Stress
yang dialami anak di RS tidak dapat dihindarkan sebagai mana juga yang dialami orang
tuanya untuk itu yang penting adalah bagaimana menyiapkan anak dan orang tua untuk dapat
beradaptasi denga stresor yang dialaminya di RS secara efektif.
1. Alat dan jenis permainan yang cocok untuk anak usia prasekolah (>3-6 th)
Sejalan denga tumbangnya anak prasekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan
halus yang lebih matang daripada anak usia toddler. Anak sudah lebih aktif, kreatif dan
imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan sosial dengan temannya
semakin meningkat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A Pengkajian
1. Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga
Identitas
1. Nama pasien
Dimaksudkan agar dapat mengenali klien sehingga mengurangi kekeliruan dengan pasien
lain.
1. Umur
Mengetahui umur pasien sehingga dapat mengklarifikasi adanya faktor resiko pada
epilepsi karena faktor umur dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penatalaksanaan
untuk epilepsi.
2.Agama dan suku bangsa
Mengetahui kepercayaan dan adat istiadat pasien dan keluarga sehingga dapat
mempermudah dalam melaksanakan tindakan sesuai dengan agama dan kepercayaan dari
pasien dan keluarganya.
3.Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman dari anggota keluarga terutama
orang tua dalam memberi informasi perencanaan pulang bagi anak sekolah dengan masalah
kesehatan epilepsi.
4.Komposisi keluarga
Dimaksudkan untuk mengetahui silsilah dari beberapa generasi, apakah terdapat anggota
keluarga yang terkena penyakit yang serupa/penyakit turunan.
5.Tipe keluarga
Pengkajian tipe keluarga dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar perhatian dan
peraswatan yang diberikan pada anggota atau anak yang mengalami sakit.
6.Pekerjaan
Mengetahui tingkat ekonomi keluarga pasien. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui
kesanggupan keluarga untuk memodifikasi proses penyembuhan penyakit pada anak dan
pemanfaatan sarana kesehatan bagi anak yang sakit.
7.Alamat
Untuk megetahui pasien tinggal dimana dan untuk menghindari kekeliruan bila ada dua
orang pasien dengan nama yang sama serta untuk keperluan kunjungan rumah bila
diperlukan.
8.Aktivitas rekreasi keluarga
Untuk mengetahui seberapa jauh keluarga memenfaatkan aktifitas rekreasi keluarga yang
digunakan untuk menghilangkan kepenatan dalam kehidupan sehari-harinya.
Lingkungan
Struktur keluarga
KASUS
Seorang ibu membawa anaknya (An. T) yang berusia 5 tahun ke puskesmas dengan
keluhan anak BAB encer dan buang air besar lebih dari 8 kali dalam 10 jam terakhir dan di
sertai gatal gatal anak lemas dan tidak mau makan dari hasil pemeriksaan di dapat TTV anak
tidak normal /kurang dari normal dan pada kulit anak di temukan bercak putih,jamur pada
kulit punggung .dari penuturan ibu,bahwa anaknya hipeeraktif dalam beraktivitas,dan
lingukungan rumah dari ibu berada dekat dengan sungai yaitu 50 meter sehingga sebagian
besar aktifitas warga di sekitar termasuk ibu penderita d lakukan di sungai tersebut seperti
menycuci,mandi dll.
DATA FOKIUS MASALAH ETIOLOGI
DO: BAB encer Gangguan keseimbangan cairan diare
Buang air besar lebih dari dan elektrolit
8 kali
DS: anak pucat
TTV kurang dari
normal
DIAGNOSA
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada An. T b/d ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah diare
2. Gangguan tumbuh kembang pada An. T berhubungan dengan ketidak mampuan
keluarga mengenal dampak hospitalisasi
SKORING:
DIAG NOSA
No Kriteria Nilai Bobot
1 Sifat msalah: 1
Sakala: tidak /kurang sehat
Ancaman kesehatan 3
2
Keadaan sejahtera
1
1
Kemungkinan masalah dapat di cegah: 3
Skala: tnggi 2
Cukup 1
Rendah 2
Menonjolnya msalah: 1
Skala: Masalah berat harus segera di 0
tangani
Ada msalah tapi tidak perlu di tangani.
Msalah tidak di rasakan
Diagnosa I
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada anak b/d ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah diare.
TOTAL= 1+1+2/3+1=11/3=3,7
INTERVENSI
Diagnosa Intervensi
Gangguan keseimbangan cairan dan 1. Memberikan penjelasan tentang diare
elektrolit pada anak b/d ketidakmampuan kepada keluarga
keluarga dalam mengenal masalah diare. 2. Membantu keluarga dalam mengenal
masalah diare
3. Membantu keluarga untuk mengambil
tindakan terhadap penanganan diare
4. Membantu keluarga dalam menciptakan
lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan untuk mencegah diare
5. Membantu keluarga memanfaatkan
fasilitas kesehatan di lingkungan
setempat untuk pengobatan diare
EVALUASI
Intervensi Evaluasi
1. 1. Memberikan penjelasan tentang 1. Keluarga mampu mengenal masalah
diare kepada keluarga diare
2. 2. Membantu keluarga dalam
mengenal masalah diare
3. 3. Membantu keluarga untuk 1. Keluarga mampu untuk mengambil
mengambil tindakan terhadap tindakan terhadap penanganan diare
penanganan diare
4. 4. Membantu keluarga dalam 1. Keluarga mampu dalam menciptakan
menciptakan lingkungan yang dapat lingkungan yang dapat meningkatkan
meningkatkan kesehatan untuk kesehatan untuk mencegah diare
mencegah diare
5. Membantu keluarga memanfaatkan 1. Keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan di lingkungan fasilitas kesehatan di lingkungan
setempat untuk pengobatan diare setempat untuk pengobatan diare
1. Keluarga memahami tentang 2. 1. Memberikan penjelasan tentang
diare hospitalisasi kepada keluarga
3. 2. Membantu keluarga dalam
mengenal masalah hospitalisasi
4. 3. Membantu keluarga untuk
mengambil tindakan terhadap
penanganan hospitalisasi
5. Membantu keluarga dalam
menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan untuk
mengatasi dampak hospitalisasi
1. Keluarga memahami tentang
hospitalisasi
DAFTAR PUSTAKA
Soetjiningsih (1994), Tumbuh Kembang Anak, Bagian Kesehatan Anak FK Udayana,
Jakarta. EGC,
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC.
Supartini, Y. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.