Disusun oleh :
1. Alvina Listiyani (P1337420620036)
2. Mafi Musykilah Dwi C (P1337420620041)
3. Dewi Qurnelia (P1337420620082)
4. Alfan Falah (P1337420620085)
A. LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa adalah gejala-gejala patologik dominan berasal dari unsur psike. Hal
ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu. Hal-hal yang dapat mempengaruhi
perilaku manusia ialah keturunan, umur dan jenis kelamin, keadaan badaniah, keadaan
psikologik, keluarga, adat istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan
dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa permusuhan,
hubungan antara manusia, dan sebagainya. Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.
Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan
pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu saat sedang berlangsung
perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan. (Muhith, 2015:178). Penyebab
gangguan jiwa yang dapat menimbulkan risiko perilaku kekerasan salah satunya adalah
agresi. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran
perasaan frustasi dan benci atau marah (Yosep, 2013:145). Hal ini didasari keadaan emosi
secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita
yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, ke dalam diri atau secara destruktif.
Menurut Association For Prefesional Music Therapist In Great Bratain tahun 2009,
terapi musik adalah bentuk rawatan dengan hubungan timbal balik antara klien dengan
terapi yang memungkinkan terjadinya perubahan dalam kondisi klien selama terapi
berlangsung. Terapi musik merupakan salah satu bentuk dari teknik relaksasi yang
bertujuan untuk mengurangi agresif, memberikan rasa tenang, sebagai pendidikan moral,
mengendalikan emosi dan menyembuhkan gangguan psikologis.
B. TUJUAN
Tujuan pembuatan refleksi jurnal ini ialah untk melakkan dan mendokumentasikan
Penerapan Terapi Musik Pada Klien Dengan Masalah Utama Resiko Perilaku Kekerasan
di Wisma Drupada RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Perilaku Kekerasan
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu saat sedang
berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan. (Muhith, 2015:178).
Perilaku kekerasan merupakan suatu kondisi seseorang yang melakukan tindakan
beresiko membahayakan baik secara fisiknya sendiri ataupun terhadap orang lain.
Perilaku tersebut ditunjukan dengan adanya perilaku amuk dan gaduh gelisah yang
tidak terkontrol (Yosep, 2011). Perilaku tersebut adalah suatu respons yang datang
untuk mealawan stressor yang digambarkan dengan munculnya suatu perilaku aktual
melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain, ataupun lingkungan. Perilaku
kekerasan tersebut dapat terjadi secara verbal maupun nonverbal yang dapat melukai
fisik ataupun psikologis orang lain (Yosep, 2011).
2. Penyebab dan Tanda Gejala
Penyebab gangguan jiwa yang dapat menimbulkan risiko perilaku kekerasan
salah satunya adalah agresi. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang
merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah (Yosep,2013:145). Hal
ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting
dari keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, ke dalam diri
atau secara destruktif.
Menurut Muhith (2015) perawat dapat mengidentifikasi dan mengamati tanda dan
gejala perilaku kekerasan: Wajah merah dan tegang, mata melotot/tajam,
mengepalkan tangan, mengatupkan rahang dengan erat, berbicara kasar dengan suara
tinggi, berteriak atau membentak, mengancam secara verbal dan fisik, melempar atau
memukul benda/orang lain, merusak barang atau benda lain, tidak memiliki
kemampuan mencegah/mengendalikan perilaku kekerasan.
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017) terdapat 2
tanda dan gejala yaitu mayor dan minor pada pasien dengan perilaku kekerasan,
subjektivitas mayor: mengancam, mengumpat dengan kata-kata kasar, suara keras,
berbicara ketus, objektif: menyerang orang lain, mencederai diri sendiri/orang lain,
merusak lingkungan, perilaku agresif/murung, sedangkan yang ringan adalah sasaran:
mata melotot atau melirik tajam, mengepalkan tangan, muka memerah, postur tubuh
kaku.
3. Dampak Perilaku Kekerasan
Faktor resiko yang dapat ditimbulkan oleh pasien yang mengalami perilaku
kekerasan dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Untuk meminimalisasi
dampaknya, diperlukan manajemen risiko perilaku kekerasan yang tepat
(Wijayaningsih, 2012). Penatalaksanaan pasien dengan perilaku kekerasan dapat
dilakukan dengan strategi farmakologi dan implementasi pada pasien dengan perilaku
kekerasan, tindakan kriminal dengan risiko perilaku pasien.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan perilaku kekerasan juga telah dipelajari secara
ekstensif untuk keamanannya. Mulai dari memberi motivasi, terapi TAK (terapi
aktivitas kelompok), minum obat, hingga memberikan perhatian lebih dari keluarga.
Salah satunya kelainan jiwa yang juga dapat dibantu proses penyembuhannya dengan
terapi musik. Menurut Association for Professional Music Therapists in Great Britain
pada tahun 2009, terapi musik adalah suatu bentuk pengobatan dengan hubungan
timbal balik antara pasien dengan terapi yang memungkinkan terjadinya perubahan
kondisi pasien selama terapi. Terapi musik adalah salah satu bentuk teknik relaksasi
yang bertujuan untuk mengurangi agresi, memberikan rasa tenang, sebagai
pendidikan moral, mengendalikan emosi dan menyembuhkan gangguan psikologis.
B. Terapi Musik
1. Pengertian Terapi Musik
Terapi musik merupakan salah satu bentuk dari tehnik relaksasi yang bertujuan
untuk mengurangi perilaku agresif, memberikan rasa tenang, sebagai pendidikan
moral, mengendalikan emosi, pengembangan spiritual dan menyembuhkan gangguan
psikologis.
2. Manfaat Terapi Musik
Manfaat musik untuk kesehatan dan fungsi kerja otak telah diketahui sejak
dahulu. Secara psikologis penyembuhan musik pada tubuh adalah pada kemampuan
saraf dalam menangkap efek akustik. Kemudian di lanjutkan dengan respon tubuh
terhadap gelombang musik yaitu dengan meneruskan gelombang tersebut ke seluruh
sistem kerja tubuh. Efek terapi musik pada sistem limbik dan saraf otonom
menciptakan suasana rileks, aman dan menyenangkan. Musik yang dapat digunakan
untuk terapi musik pada umumnya musik yang lembut, memiliki irama dan nada-nada
teratur seperti instumental dan musik klasik.
3. Tujuan spesifik Terapi Musik :
a. Sebagai sarana mengekpresikan perasaan
b. Menurunkan tegangan otot
c. Menurunkan kecemasan
d. Menurunkan stress
e. Melepaskan tekanan emosiMenurunkan agitasi/kegelisahan
f. Memberikan rasa nyaman
g. Memotifasi pasien dapat berinteraksi dan meningkatkan sosialisasi dengan orang
lain
h. Meningkatkan kemampuan verbal
i. Meningkatkan kreatifitas
j. Meningkatkan kontrol diri
k. Meningkatkan perasaan berharga
l. Meningkatkan konsep diri
m. Mendengarkan musik di bagian kiri dan kanan telinga, dapat membuat pikiran
berkonsentrasi dan rileks
4. Langkah – Langkah Terapi Musik :
a. Menetapkan sasaran terapi. Sasaran dalam terapi musik diindikasikan melalui
target yang akan dituju. Target harus jelas berdasarkan alasan-alasan dan
informasi yang dikumpulkan dari hasil penelitian.
b. Membangun relasi. Saat pertama kali bertatap muka dengan klien merupakan awal
dari pengalaman baru, hubungan baru dan dinamika yang baru. Perjumpaan awal
diupayakan menggunakan waktu yang seproduktif mungkin dan menjalin
hubungan terapeutik yang sehat sehingga dapat menentukan peran dan espektasi
yang akan datang. Salah satu unsur terpenting dalam keberhasilan program
terapi adalah terjadinya hubungan saling percaya antara terapis dan klien. Setelah
tercapai kesepakatan, pertemuan pertama diakhiri dengan kontrak yang berisi
tanggung jawab kedua belah pihak termasuk jadwal, waktu, cara pembayaran,
lama terapi dan kebijakan yang menyangkup kerahasiaan klien.
BAB III
PEMBAHASAN
B. PEMBAHASAN
Pelaksaan tindakan keperawatan yaitu penerapan terapi musik kepada pasien RPK
pada partisipan 1 dan partisipan 2 yang dilakukan selama 1x30 menit di ruang Drupada RSJ
Prof. Dr. Soerojo Magelang. Tujuan dilakukan terapi music pada partisipan 1 dan partisipan
2 untuk mengurangi tanda dan gejala yang dirasakan. Instrument yang digunakan
merupakan bentuk observasi yang akan menilai tanda dan gejala pasien sebelum dan
sesudah diberikan terapi musik. Sebelum diberikan intervensi inovasi terapi music, penulis
terlebih dahulu mengajarkan intervensi generalis yaitu SP yang berupa nafas dalam dan
pukul bantal.
Tabel 1. Perbedaan Tanda dan Gejala RPK Pada Klien Sebelum dan Sesudah Diberikan
Terapi Musik
Nama Klien Sebelum Sesudah
Tn. A a. Muka merah dan tegang a. Raut muka tersenyum
b. Pandangan tajam b. Pandangan tenang
c. Waspada pada lingkungan sekitar c. Tubuh lebih rileks
d. Mengepalkan tangan d. Fokus pada satu tempat
e. Jalan mondar-mandir e. Nada suara halus
f. Gelisah
g. Suara tinggi
h. Meresahkan orang lain
Tn. E a. Muka tegang a. Raut muka Bahagia
b. Pandangan tajam b. Pandangan tenang
c. Gelisah c. Tubuh lebih rileks
d. Jalan mondar-mandir d. Fokus pada satu tempat
Berdasarkan tabel 1 tersebut menunjukkan bahwa tanda dan gejala RPK setelah
diberikan terapi musik pada partisipan 1 dan pastisipan 2 mengalami perubahan yaitu
penurunan tanda dan gejala RPK. Hal tersebut terjadi karena terapi musik memberikn
suasana rileks, aman dan menyenangkan.
Hasil penelitian yang serumpun ada pada penelitian Ketut Tuning Apriani dan Anton
Suryo yang mempelajari penerapan terapi musik pada pasien yang berisiko melakukan
perilaku kekerasan di Ruang Melati pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung dengan hasil
Ny. A sebanyak 28% mengalami penurunan perilaku kekerasan dan pada tanggal 6 Juli
menjadi 25%, dari perilaku kekerasan sedang menjadi ringan, sedangkan Ny. M dari tanggal
5-6 Juli mengalami penurunan perilaku kekerasan dari respon kuisioner risiko perilaku
kekerasan. 31% hingga 20%. Hasil pengujian yang dilakukan pada tanggal 3-6 Juli 2017 di
ruang melati soul house provinsi Lampung didapatkan bahwa terapi musik klasik
berpengaruh terhadap perubahan gejala perilaku kekerasan yang sangat signifikan.
Dalam penerapan terapi music, penulis mendapatkan kendala pada klien Tn.A yang
masih menunjukkan perilaku yang tidak baik sehingga meresahkan lingkungan sekitar. Dan
ada kendala lain pada klien Tn.E yaitu sering meminta untuk memutar music secara
berganti-ganti, tidak focus pada satu music, sehingga kurang efektif ketika melakukan
terapi.
BAB IV
HASIL TELAAH
A. KESIMPULAN
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan. Berdasarkan refleksi jurnal yang dilakukan ini menunjukan bahwa terapi
musik efektif untuk menurunkan resiko perilaku kekerasan pada responden skizofrenia
dengan resiko perilaku kekerasan Di Ruang Drupada RSJ Prof Dr Soerojo Magelang
Provinsi. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam menurunkan
gejala perilaku kekerasan pada responden diberbagai tatanan pelayanan kesehatan jiwa
yang ada dengan resiko perilaku kekerasan. Intervensi inovasi terapi musik ini diberikan
bersamaan dengan intervensi generalis yaitu SP resiko perilaku kekerasan dengan nafas
dalam dan pukul bantal.
B. SARAN
Dalam penerapan terapi ini harus memperhatikan kondisi klien, apakah mereka suka
dengan music atau tidak. Dengan adanya refleksi jurnal yang membahas mengenai
“Penerapan Terapi Musik Pada Klien Dengan Masalah Utama Resiko Perilaku Kekerasan”
ini, diharapkan pembaca dapat memperdalam materi tersebut dan seluruh pembahasannya
sehingga dapat menjadi bahan diskusi untuk mendapatkan pengembangan materi yang
lebih luas dan lengkap. Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
refleksi jurnal ini, tetapi pada kenyataanya penulis masih memiliki banyak kekurangan
yang perlu diperbaiki. Penulis masih memerlukan banyak wawasan yang luas mengenai
Penerapan Terapi Musik Pada Klien Dengan Masalah Utama Resiko Perilaku Kekerasan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk bahan
evaluasi penyusunan tugas kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ketut, Anton. (2018). Penerapan Terapi Musik Pada Pasien Yang Mengalami Resiko Perilaku
Kekerasan Di Ruang Melati Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung. Jurnal Kesehatan
Panca Bhakti, Volume VI, No. 1,84-90.
Amimi, Riska, dkk. (2020). Analisis Tanda dan Gejala Resiko Perilaku Kekerasan pada
Pasien Skizofrenia. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 1, Hal 65–74.
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi.
Vahurina, Junisca dan Desi AA. (2021). Penurunan Gejala Perilaku Kekerasan Dengan
Menggunakan Terapi Musik Instrumental Piano Pada Pasien Resiko Perilaku
Kekerasan. Holistic Nursing Care Approach Volume 1 No 1, Hal 18–24.
Siddiq, Rusman. (2017). Identifikasi Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Dengan
Terapi Musik Sebagai Pendamping Terapi Di Upt Rehsos Eks Psikotik Pasuruan.
Undergraduate (S1) Thesis, University Of Muhammadiyah Malang.
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti, Volume VI, No. 1, April 2018 P- ISSN. 2338-0020
E-ISSN 2615-8604
ABSTRAK
Terapi musik bermanfaat untuk mengurangi agresif, memberikan rasa tenang, pendidikan moral, dan
bermanfaat bagi kesehatan fisik maupun mental. pada tahun 2010 memperkirakan 450 juta, bahkan
berdasarkan data study wold bank di beberapa negara menunjukan penderita skizofrenia sebanyak 8,1%
dari kesehatan global masyarakat menderita gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa di Indonesia
diperkirakan sebanyak 246 dari 1.000 anggota rumah tangga. Tujuan penelitian ini mengetahui apakah
penerapan terapi musik klasik dapat mengurangi perilaku kekerasaan pada pasien yang mengalami
resiko perilaku kekerasaan. Desain penelitian ini menggunakan terapi musik klasik. Dengan teknik
pengumpulan data pengisian kuesioner dan observasi. Hasil penelitian yang dilakukan dari tanggal 03-
06 Juli 2017 menunjukan bahwa klien Ny. A mengalami penurunan respons hari Senin 60%, Selasa
menjadi 42% mengalami penurunan katagori sedang. Rabu 28%, dan Kamis sebanyak 25% masuk
kategori ringan. Klien Ny. M mengalami penurunan respons pada hari Senin 37%, Selasa 34% masuk
kategori sedang, Rabu 31%, dan Kamis 20% kategori ringan. Penelitian ini menunjukan bahwa terapi
musik klasik efektif untuk menurunkan risiko perilaku kekerasaan pada pasien skizofrenia dengan
perilaku kekerasan. Diharapkan pasien yang mengalami perilaku kekerasan dapat mengontrol tanda dan
gejala dengan terapi musik klasik agar tidak sampai terjadi gangguan pada jiwa.
ABSTRACT
Music theraphy has the advantages of reduce aggresivel, make a sense of calm, moral education abd
also beneficial to the physical and mental. in 2010 estimated 450 million even based on world bank
study data in some countries shows that 8,1% of the global health of people suffering from mental
disorders. Psychiatric patients in indonesia is estimated as many as 246 of 1000 house hold members.
The purpose of this research is to find ast whether the application of classical music therapy can reduce
the violent behavior in patients who have experiencing the risk of violent behavior. The design of this
research is using classical music therapy. With data collection techiques of questionnaire filling and
observation the results of research conducted on 3-6 july 2017 showed that the client Mrs.A descreased
response on Monday 60% , Tuesday became 42% desreased of middle category, Wednesday 28% and
Thursday as many as 25% was undemanding category. The client Mrs. M decrease response on Monday
37%, Tuesday 34% desreased of middle category Wednesday 31% and Thursday 20% was unde
manding category. This research shows that the classical music therapy is effective to resude the risk of
violent behavior in schizophrenic patients with violent behavior. It is expected that the patients who
experiencing violent behavior can control the signs and symptoms with clasical music therapy so as not
to occur mental disorders.
Keyword: Classical music therapy, Risk of violent behavior, Skizofrenia
84
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti, Volume VI, No. 1, April 2018 P- ISSN. 2338-0020
E-ISSN 2615-8604
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang
berkerja secara produktif dan mampu merupakan campuran perasaan frustasi dan
Gangguan jiwa adalah gejala-gejala dari keadaan emosional kita yang dapat
Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain diri atau secara destruktif.
keturunan dan konstitusi, umur dan jenis 2013, jumlah penderita gangguan jiwa di
kematian orang yang dicintai, agresi, rasa Barat, yaitu sebesar 0,7%. Untuk Provinsi
perilaku yang bertujuan untuk melukai berdasarkan data rekam medik RS Jiwa
Berdasarkan definisi ini maka perilaku bahwa pasien gangguan jiwa pada
kekerasan dapat dilakukan secara verbal, periode bulan Januari sampai dengan Mei
diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan 2015 sudah tercatat sebanyak 469 pasien
lingkungan. Perilaku kekerasan dapat yang terbagi dalam 3 ruang, yaitu Ruang
terjadi dalam dua bentuk, yaitu saat sedang Melati sebanyak 136 pasien, Ruang
85
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti, Volume VI, No. 1, April 2018 P- ISSN. 2338-0020
E-ISSN 2615-8604
banyak terdapat di Ruang Kutilang, yaitu sebagai suatu bentuk pikiran maupun
245 pasien (Medical Record RSJ Daerah perasaan dendam atau ancaman yang
Provinsi Lampung, 2015). memancing amarah yang dapat
membangkitkan suatu perilaku kekerasan
Penatalaksanaan pasien dengan perilaku sebagai suatu cara untuk melawan
kekerasan juga banyak dikaji ataumenghukum yang berupa tindakan
keakuratannya. Dari mulai memotivasi, menyerang, merusak, hingga membunuh.
terapi TAK (terapi aktivitas kelompok),
mengkomsumsi obat, dan pemberian Terapi musik merupakan salah satu bentuk
perhatian lebih dari pihak keluarga. Salah dari teknik relaksasi yang bertujuan untuk
satunya keabnormalan gangguan jiwa mengurangi agresif, memberikan rasa
dapat dibantu juga dalam proses tenang, sebagai pendidikan moral,
penyembuhkan dengan terapi musik. mengendalikan emosi, pengembangan
Menurut Association For Prefesional spritual dan menyembuhkan gangguan
Music Therapist In Great Bratain tahun psikologis. Terapi musik juga digunakan
2009, terapi musik adalah bentuk rawatan oleh psikolog maupun psikiater untuk
dengan hubungan timbal balik antara mengatasi berbagai macam gangguan
pasien dengan terapi yang memungkinkan kejiwaan dan gangguan psikologis
terjadinya perubahan dalam kondisi (Campbell, 2010). Manfaat musik untuk
pasien selama terapi berlangsung. kesehatan dan fungsi kerja otak telah
diketahui sejak zaman dahulu. Para dokter
Terapi musik merupakan salah satu yunani dan romawi kuno mengajurkan
bentuk dari teknik relaksasi yang metode penyembuhan dengan
bertujuan untuk mengurangi agresif, mendengarkan permainan alat musik seperti
memberikan rasa tenang, sebagai harpa secara psikologis pengaruh
pendidikan moral, mengendalikan emosi penyembuhan musik pada tubuh adalah
dan menyembuhkan gangguan psikologis. pada kemampuan saraf dalam menangkap
efek terapi musik pada sistem kerja tubuh.
Kekerasan (Violence) merupakan suatu
bentuk perilaku agresi yang menyebabkan Efek terapi musik pada sistem limbik dan
atau dimaksudkan untuk menyebabkan saraf otonom adalah menciptakan suasana
penderita atau menyakiti orang lain, rileks, aman dan menyenangkan sehingga
termasuk terhadap hewan atau benda- merangsang pelepasan zat kimia
benda. Ada perbedaan antara agresi Gamma Amino Butyic Acid (GABA).
86
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti, Volume VI, No. 1, April 2018 P- ISSN. 2338-0020
E-ISSN 2615-8604
Enkefallin atau beta endorphin yang dapat resiko perilaku kekerasan. Terapi musik
mengeliminasi neurotransmiter rasa klasik diberikan selama 30 menit. Setelah
tertekan, cemas dan memperbaiki suasana responden diberikan terapi musik klasik
hati (mood) pasien (Djohan, 2016) selama 30 menit selanjutnya dilakukan
kembali pengamatan tanda dan gejala
Musik yang dapat digunakan untuk terapi resiko perilaku kekerasan yang terdiri
musik pada umumnya musik yang lembut, dari 35 item dengan pilihan jawaban yaitu
memiliki irama dan nada-nada teratur masuk dalam 3 kategori katagori ringan
seperti instumental dan musik klasik. <11, katagori sedang 12-24 , katagori
Musik klasik mempunyai perangkat musik berat >24. Lembar kuesioner tanda dan
yang beraneka ragam sehingga didalamnya gejala resiko perilaku kekerasan
terangkum warna-warni suara yang rentang meliputi respon fisiologik, respon emosi,
variasinya sangat luas. Dengan kata lain respon perilaku, respon sosial, respon
variasi bunyi pada musik klasik jauh lebih verbal, respon fisik, respon spritual.
kaya daripada variasi bunyi yang lainya,
karena musik klasik menyediakan variasi HASIL DAN PEMBAHASAN
stimulasi yang sedemikian luasnya bagi Tingkat resiko perilaku kekerasan sebelum
pendengar ( Campbell,2010). dilakukan pemberian terapi musik
responden dilakukan pengamatan dengan
METODOLOGI kuesioner tanda dan gejala resiko perilaku
Desain penelitian yang digunakan dalam kekerasan dengan katagori ringan <11,
penelitian ini adalah study dalam bentuk kategori sedang 12-24, katagori berat >24
intervensi, yaitu penerapan terapi musik Tabel 4.1 kuesioner sebelum dilakukan
pada pasien gangguan jiwa yang terapi musik
mengalami risiko perilaku kekerasan Hari/ tanggal Keterangan
dengan diberikan intervensi keperawatan Senin 3 juli 2017 21 x100= 60 %
terapi musik. Subjek dalam penelitian ini Ny. A 35
katagori sedang
ada 2 (dua) orang pasien yang mengalami
Senin 3 juli 2017 13 x100= 37%
risiko perilaku kekerasan Ny. M 35
katagori sedang
Hasil uji yang dilakukan pada tanggal 3-6 Penelitian ini menunjukan bahwa terapi
juli 2017 diruang melati rumah sakit jiwa musik klasik efektif untuk menurunkan
provinsi lampung didapatkan pengaruh resiko perilaku kekerasan pada
terapi musik klasik terhadap perubahan responden skizofrenia dengan resiko
gejala perilaku kekerasan ada pengaruh perilaku kekerasan. Di Ruang Melati
yang sangat signifikat. Pemberian terapi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung 2017.
musik klasik terhadap perubahan gejala Hasil penelitian ini dapat digunakan
resiko perilaku kekerasan di Ruang Melati sebagai suatu alternatif dalam menurunkan
rumah sakit jiwa provinsi lampung 2017 gejala perilaku kekerasan pada responden
terapi musik klasik dapat menurunkan diberbagai tatanan pelayanan
gejala perilaku kekerasan pada kedua kesehatan jiwa yang ada.
responden.
KEPUSTAKAAN
Menurut Djohan, 2016 Musik merupakan
Pribadi T, Nurhayati. T I 2012. Jurnal
terapi utama, aktivitas musik digunakan
kesehatan. Pemberian terapi
untuk menumbuhkan hubungan saling relaksasi musik dan aromaterapi
percaya, mengembangkan fungsi fisik, dan terhadap perilaku kekerasaan dan
resiko perilaku kekerasaan klien
mental klien secara teratur serta
skizofrenia, III(2), hal 101-203
terprogram. Contoh intervensi bisa berupa Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan
bernyanyi, mendengarkan musik, bermain keperawatan jiwa. Yogyakarta:
alat musik, menciptakan musik, mengikuti Andi offset.
Yosep, Iyus, 2013. Keperawatan jiwa
gerakan musik dan melatih imajinasi. (edisi
revisi). PT Refika Aditama:
KESIMPULAN Bandung.
Campbell,2010,EfekMozart:Memanfaatkan
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk
kekuatan musik untuk mempertajam
perilaku yang bertujuan untuk pikiran, meningkatkan kreativitas
melukai seseorang secara fisik maupun dan menyehatkan tubuh. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
psikologis. Berdasarkan definisi ini maka
Dhojan, 2016, psikologi musik.
perilaku kekerasan dapat dilakukan secara Yogyakarta:
verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang Penerbit indonesia cerdas.
lain, dan lingkungan.
89
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti, Volume VI, No. 1, April 2018 P- ISSN. 2338-0020
E-ISSN 2615-8604
90