PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh terapi musik terhadap perilaku kekerasan
pada Tn. J Ruang Endro Tenoyo di Rumah Sakit Jiwa dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
2. Tujuan khusus
Menganalisis pengaruh terapi musik terhadap perilaku kekerasan pada
Tn. J Ruang Endro Tenoyo di Rumah Sakit Jiwa dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
C. Manfaat
1. Profesi keperawatan
Memberikan kontribusi terhadap perkembangan keperawatan jiwa
sehingga dapat berguna untuk menunjang penelitian keperawatan jiwa
yang selanjutnya.
2. Institusi pendidikan
Hasil penelitian dapat diharapkan dapat menjadi referensi tambahan
bagi pendidikan tentang pengaruh terapi musik terhadap perilaku
kekerasan pada Tn. J Ruang Endro Tenoyo di Rumah Sakit Jiwa dr.
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
3. Masyarakat
Memberikan informasi pada mahasiswa tentang pengaruh terapi musik
terhadap perilaku kekerasan pada Tn. J Ruang Endro Tenoyo di Rumah
Sakit Jiwa dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan
untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan
datangnya tingkah laku tersebut (Jenny, Purba, Mahnum, & Daulay,
2008).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada
diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada
dirinya sendiri maupun orang lain, disertai amuk dan gaduh gelisah yang
tak terkontrol (Farida & Yudi, 2011).
Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang
menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk
destruktif dan masih terkontrol (Yosep, 2007). Resiko mencederai diri
yaitu suatu kegiatan yang dapat menimbulkan kematian baik secara
langsung maupun tidak langsung yang sebenarnya dapat dicegah (Depkes,
2007).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku
kekerasan yaitu ungkapan perasaan marah yang mengakibatkan hilangnya
kontrol diri dimana individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan
suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan.
Penatalaksanaan pasien dengan perilaku kekerasan juga banyak
dikaji keakuratannya. Dari mulai memotivasi, terapi TAK (terapi aktivitas
kelompok), mengkomsumsi obat, dan pemberian perhatian lebih dari pihak
keluarga. Salah satunya keabnormalan gangguan jiwa dapat dibantu juga
dalam proses penyembuhkan dengan terapi musik. Menurut Association
For Prefesional Music Therapist In Great Bratain tahun 2009, terapi musik
adalah bentuk rawatan dengan hubungan timbal balik antara pasien dengan
terapi yang memungkinkan terjadinya perubahan dalam kondisi pasien
selama terapi berlangsung.
Terapi musik merupakan salah satu bentuk dari teknik relaksasi yang
bertujuan untuk mengurangi agresif, memberikan rasa tenang, sebagai
pendidikan moral, mengendalikan emosi, pengembangan spritual dan
menyembuhkan gangguan psikologis. Terapi musik juga digunakan oleh
psikolog maupun psikiater untuk mengatasi berbagai macam gangguan
kejiwaan dan gangguan psikologis (Campbell, 2010). Manfaat musik untuk
kesehatan dan fungsi kerja otak telah diketahui sejak zaman dahulu. Para
dokter yunani dan romawi kuno mengajurkan metode penyembuhan dengan
mendengarkan permainan alat musik seperti harpa secara psikologis
pengaruh penyembuhan musik pada tubuh adalah pada kemampuan saraf
dalam menangkap efek terapi musik pada sistem kerja tubuh.
Efek terapi musik pada sistem limbik dan saraf otonom adalah
menciptakan suasana rileks, aman dan menyenangkan sehingga merangsang
pelepasan zat kimia Gamma Amino Butyic Acid (GABA).
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental
dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre,
bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik
yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental.19
Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan
meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan
menjadi sebuah terapi, musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan
memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan spiritual. Hal
ini disebabkan musik memiliki beberapa kelebihan, yaitu karena musik
bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks, berstruktur, dan universal.
Perlu diingat bahwa banyak dari proses dalam hidup kita selalu ber-irama.
Sebagai contoh, nafas kita, detak jantung, dan pulsasi semuanya berulang
dan berirama.19
Terapi musik adalah terapi yang universal dan bisa diterima oleh
semua orang karena kita tidak membutuhkan kerja otak yang berat untuk
menginterpretasi alunan musik. Terapi musik sangat mudah diterima organ
pendengaran kita dan kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan ke
bagian otak yang memproses emosi (sistem limbik).19
Ada dua macam metode terapi music, yaitu :19
a. Terapi Musik Aktif.
Dalam terapi musik aktif pasien diajak bernyanyi, belajar main
menggunakan alat musik, menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu
singkat. Dengan kata lain pasien berinteraksi aktif dengan dunia musik.
Untuk melakukan Terapi Musik aktif tentu saja dibutuhkan bimbingan
seorang pakar terapi musik yang kompeten.
b. Terapi Musik Pasif.
Ini adalah terapi musik yang murah, mudah dan efektif. Pasien tinggal
mendengarkan dan menghayati suatu alunan musik tertentu yang
disesuaikan dengan masalahnya. Hal terpenting dalam terapi musik pasif
adalah pemilihan jenis musik harus tepat dengan kebutuhan pasien. Oleh
karena itu, ada banyak sekali jenis CD terapi musik yang bisa disesuaikan
dengan kebutuhan pasien.
B. Pengkajian Fokus
1. Faktor Predisposisi
2. Faktor Presipitasi
3. Psikososial
4. Status Mental
C. Rencana Keperawatan
METODE PENULISAN
berupa studi kasus pada pada pasien, dimana pasien akan diberikan
kekerasan.
ini yaitu pasien dengan masalah Risiko Perilaku Kekerasan. Luaran dari
C. Prosedur Pelaksanaan
1. Tahap Awal
optimal.
2. Tahap Pelaksanaan
NO PROSEDUR
Pre interaksi
1 Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien (jika ada)
2 Siapkan alat-alat
3 Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra indikasi
4 Cuci tangan
Tahap orientasi
5 Beri salam dan panggil klien dengan namanya
6 Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien/keluarga
Tahap kerja
7 Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
8 Menanyakan keluhan utama klien
9 Jaga privasi klien. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
10 Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan seperti relaksasi,
stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit.
11 Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik.
12 Identifikasi pilihan musik klien.
13 Berdiskusi dengan klien dengan tujuan berbagi pengalaman dalam musik.
14 Pilih pilihan musik yang mewakili pilihan musik klien
15 Bantu klien untuk memilih posisi yang nyaman.
16 Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan telepon selama
mendengarkan musik.
17 Dekatkan tape musik/CD dan perlengkapan dengan klien.
18 Pastikan tape musik/CD dan perlengkapan dalam kondisi baik.
19 Dukung dengan headphone jika diperlukan.
20 Nyalakan music dan lakukan terapi music.
21 Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras.
22 Hindari menghidupkan musik dan meninggalkannya dalam waktu yang lama.
23 Fasilitasi jika klien ingin berpartisipasi aktif seperti memainkan alat musik atau bernyanyi
jikan diinginkan dan memungkinkan saat itu.
24 Hindari stimulasi musik setelah nyeri/luka kepala akut.
25 Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan seperti relaksasi,
stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit.
26 Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik.
27 Identifikasi pilihan musik klien.
Terminasi
28 Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)
BAB IV
A. Hasil
Umur : 33 tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Semarang
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Wiraswasta
musik 4 sesi dalam 4 hari jadi tiap hari satu kali sesi. Di akhir
PENUTUP
A. Kesimpulan
dilakukan serta diuraikan pada pembahasan yang terpapar di bab IV, maka
perilaku kekerasan.
B. Saran
terapi musik.
2. Bagi Institusi