OLEH
KELOMPOK I
DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Reni Zulfitri, M.Kep., Sp.Kom
Ns. Ari Pristiana Dewi, M.Kep
A. Latar Belakang
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi (Intan & Sulistyaningsih, 2009). Proses penuaan
adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang
sering terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan
kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks dan
multidimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel dan berkembang sampai
pada keseluruhan sistem. Walaupun hal ini terjadi pada tingkat kecepatan yang berbeda,
di dalam parameter yang cukup sempit, proses tersebut tidak tertandingi (Stanley &
Patricia, 2009).
Di dalam menjalani kehidupannya, lansia memiliki tugas perkembangan yang
harus dipenuhi yaitu mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun, mempersiapkan
diri untuk pensiun, untuk hubungan baik dengan seusianya, mempersiapkan kehidupan
baru, melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial atau masyarakat, siap dengan
adanya kematian (Aspiani, 2014). Terapi aktivitas kelompok (TAK) adalah salah satu
terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai
masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan (Keliat, 2010).
TAK relaksasi benson memiliki dampak yang positif bagi lansia dalam
meningkatkan derajat kesehatan lansia. Penelitian yang dilakukan oleh Tahmasbi dan
Hasani (2016) tentang effect of Benson’s relaxation technique on the anxiety of patients
undergoing coronary angiography bahwa terapi relaksasi Benson ini dapat mengurangi
tingkat kecemasan pada kelompok intervensi sebelum dilakukan angiography. Pada
penelitian ini, ditemukan bahwa teknik ini memiliki dampak positif pada tanda-tanda
vital pada responden seperti penurunan pada nadi, tekanan darah dan pernafasan.
Relaksasi Benson merupakan teknik relaksasi yang digabungkan dengan
keyakinan yang dianut oleh pasien (Mitchell, 2013). Pengkajian yang telah dilakukan
pada tanggal 10-11 Maret 2020 di RW 07 Kelurahan TobekGodang Kecamatan Tampan
didapatkan hasil bahwa sebanyak 10 lansia mengalami hipertensi. Hal ini dibuktikan
dengan adanya 10 lansia yang mengeluhkan tekanan darah tinggi. Didukung dari
pernyataan Nenek A bahwa memiliki keluhan sakit kepala. Selain itu, dari hasil
observasi menunjukkan sebagian para lansia terlihat mengkonsumsi makanan yang
bersantan, berlemak, dan yang digoreng.
Berdasarkan hasil dari pengkajian dan observasi dapat disimpulkan bahwa
keadaan lansia yang berada di RW 07 Kelurahan TobekGodang Kecamatan Tampan
bahwa 10 lansia mengalami hipertensi. Maka dari itu perlu dilakukan terapi aktivitas
kelompok untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia.
Terapi aktivitas kelompok yang akan dilakukan adalah Terapi Aktivitas
Kelompok teknik relaksasi benson. Diharapkan dengan adanya terapi ini dapat
meningkatkan kualitas kesehatan lansia dan hubungan sosial dan keakraban yang
terjalin dengan baik diantara lansia di RW 07 Kelurahan Tobek Godang Kecamatan
Tampan.
B. Topik
Terapi Aktivitas Kelompok Relaksasi Benson.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari terapi aktivitas kelompok ini adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan lansia dan berinteraksi dengan lansia lain.
2. Tujuan Khusus
a. Lansia mampu mengenal tentang hipertensi.
b. Lansia mampu mengikuti gerakan teknik relaksasi benson secara berkelompok.
c. Lansia mampu mengulang kembali gerakan teknik relaksasi benson.
D. Hasil
1. Lansia mampu mengikuti teknik relaksasi benson.
2. Lansia mampu mengikuti teknik relaksasi benson secara berkelompok.
3. Lansia terlihat lebih bersemangat, senang, dan memiliki pengharapan yang baik akan
kelompoknya.
4. Lansia merasakan adanya perubahan setelah melakukan teknik relaksasi benson.
E. Kriteria Peserta
Kriteria peserta dalam TAK ini antara lain :
1. Merupakan warga RW 07 Kelurahan TobekGodang Kecamatan Tampan.
2. Bersedia dan mampu mengikuti TAK.
3. Memiliki keluhan hipertensi nyeri.
4. Lansia yang kooperatif dan dapat berkomunikasi dengan baik.
F. Uraian Struktur Kegiatan
1. Tempat Pertemuan
Kegiatan dilaksanakan di Posko Ners Muda Keperawatan Unriversitas Riau.
2. Hari/Tanggal
Hari : Rabu
Tanggal : 11 Maret 2020
Peserta : 10 orang
3. Waktu
Kegiatan TAK dilaksanakan pukul 10.00 – 11.00 WIB
4. Setting Tempat
Keterangan : Dokuentasi
: Leader : Lansia : Observer
:Co. leader : Fasilitator
Tim Pelaksana
Leader : Febryani Zuvita, S.Kep
Tugas :- Pembuka acara
- Mengontrol TAK
- Memimpin acara selama kegiatan TAK
- Menghidupkan suasana TAK.
- Menyampaikan kontrak yag telah dilakukan sebelum acara
TAK
- Menyampaikan tujuan TAK
- Membacakan tata tertib
- Mendemonstrasikan senam persendian kepada lansia
Memberikan Mendemonstrasikan
reinforcement positif pada
lansia.
15 menit Hasil dan Menanyakan perasaan Menjawab
Terminasi lansia
Meminta lansia untuk Mendemonstrasikan
mendemonstrasikan
kembali teknik relaksasi Mendengarkan
benson
Membuat kesimpulan Menjawab dan
mengenai TAK mendengarkan
Mendiskusikan rencana
tindak lanjut Menjawab
Mengucapkan salam
A. LANSIA
1. Pengertian
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Usia lanjut
merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang
mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari
(Notoatmodjo, 2007).
Menurut Undang Undang RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19
ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan
pengaruh pada seluruh aspek kehidupan (Khoiriyah, 2011).
2. Klasifikasi
Menurut Maryam (2008), 5 klasifikasi pada lansia antara lain:
a. Pra lansia
Pra lansia merupakan seseorang yang berusia 45-59 tahun.
b. Lansia
Lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia resiko tinggi
Lansia tinggi merupakan seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
d. Lansia potensia
Lansia potensia merupakam lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang masih dapat menghasilkan barang/jasa.
e. Lansia tidak potensial
Lansia tidak potensial meruapakn lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Mubarak (2006) lanjut usia
meliputi:
1) Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun.
2) Usia lanjut (eldery) antara 60-74 tahun.
3) Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
3. Tipe Lansia
Menurut Maryam (2008), beberapa tipe lansia bergantung pada karakter,
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Tipe
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan
jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan
pekerjaan apa saja.
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif dan acuh tidak acuh.
4. Tugas Perkembangan Lansia
Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan khusus.
menurut Potter dan Perry (2005), tujuh kategori utama tugas perkembangan lansia
meliputi:
a. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya
penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi. Hal ini tidak dikaitkan
dengan penyakit, tetapi hal ini adalah normal.
b. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan
Lansia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh karena itu
mungkin perlu untuk meyesuaikan dan membuat perubahan karena hilangnya
peran bekerja.
3) Tahap Kebersamaan
Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan
lebih intim satu sama lain.
c. Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Fase ini merupakan fase yang
menyenangkan bagi pemimpin dan anggota, perasaan negatif dan positif dapat
dikoreksi dengan hubungan yang saling percaya yang telah terbina, semua
naggota bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati,
tanggungjawab merata, kecemasana menurun, kelompok lebih stabil dan realistis,
kelompok mulai mengeksplorasi lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas
kelompok dalam menyelesaikan tugasnya dan fase ini merupakan fase
penyelesaian masalah.
d. Fase Terminasi
Ada 2 jenis terminasi yaitu terminasi akhir dan terminasi sementara.
Anggota kelompok mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau
sukses. Terminasi dapat menyebabkan kecemasan, regresi dan kecewa. Untuk
menghindari hal ini, terapis perlu mengevaluasi kegiatan dan menunjukkan sikap
betapa bermaknanya kegiatan tersebut, menganjurkan anggota kelompok untuk
memberi umpan balik pada tiap anggota. Terminasi tidak boleh disangkal, tetapi
harus tuntas didiskusikan. Akhir terapi aktivitas kelompok harus dievaluasi, bisa
melalui pre test dan post test.
dan tekanan diatolik lebih dari 80 mmHg yang menyebabkan perubahan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan semakin tinggi tekanan darah (Muttaqin, 2009).
akibat arteriol yang berkonstriksi dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri
secara terus menerus lebih dari satu periode. Hipertensi dapat menambah beban kerja
jantung dan arteri yang dapat menimbulkan kerusakan pembuluh darah dan jantung.
otak, dan selanjutnya mengurangi aktivitas otak juga sistem tubuh lainnya. Penurunan
denyut jantung dan frekuensi pernafasan, tekanan darah, dan konsumsi oksigen serta
peningkatan aktivitas otak alpha dan suhu kulit perifer merupakan karakteristik dari
respon relaksasi. Menurut Benson tahun 1975 bahwa respon relaksasi terjadi melalui
variasi teknik yang menggabungkan fokus mental yang berulang dan adopsi sikap
Thorndike Memorial Laboratory dan Boston’s Beth Israel Hospital. Relaksasi Benson
merupakan teknik relaksasi yang digabungkan dengan keyakinan yang dianut oleh
pasien (Mitchell, 2013). Teknik ini merupakan teknik sederhana yang dapat dilakukan
oleh lansia tanpa efek samping, tanpa mengeluarkan biaya, dan sangat bermanfaat
untuk menciptakan relaksasi dan membantu menurunkan tekanan darah pada lansia.
perhatian pada suatu fokus dengan menyebutkan kalimat, kata atau frase yang
2. Tujuan
Adapun manfaat dari teknik relaksasi Benson (Pratiwi et al., 2015) adalah :
1) Mengurangi nyeri
3) Mengatasi kecemasan
5) Menghilangkan kelelahan
6) Meredakan stres
3. Komponen Dasar
Relaksasi Benson terdiri dari empat komponen dasar (Benson & Klipper,
1) Suasana tenang
Suasana yang tenang membantu efektifitas dari pengulangan kata atau
baik dari dalam diri maupun gangguan dari luar. Lingkungan yang tenang dan
sunyi menjadi pilihan yang baik seperti kamar atau ruangan yang tenang dan
mengganggu.
konstan berupa suara, kata atau frase yang dilakukan secara simultan atau
hal-hal yang logis dan yang berada diluar diri seperti gangguan akan
dirangsang dengan kata atau frase yang diulang-ulang didalam hati sesuai
dengan keyakinan. Kata atau frase yang singkat merupakan fokus dalam
melakukan relaksasi Benson. Fokus terhadap kata atau frase singkat akan
simpatik.
misalnya dalam agama Islam diistilahkan dengan dzikir. Ada dua metode
untuk memusatkan perhatian yaitu pertama menatap pada suatu objek, dan
harus diabaikan dan perhatian harus diarahkan lagi kepengulangan kata atau
frase singkat sesuai dengan keyakinan. Sikap pasif merupakan elemen yang
4) Posisi nyaman
dengan duduk atau berbaring ditempat tidur. Posisi nyaman yang dianjurkan
untuk dilakukan adalah duduk selama ±20 menit agar terhindar dari keadaan
seluruh tubuh melalui pembuluh vena dan nadi untuk memenuhi kebutuhan akan O 2.
Apabila O2 dalam kondisi tercukupi maka manusia berada dalam kondisi seimbang.
Kondisi ini akan menimbulkan keadaan rileks secara umum pada manusia. Perasaan
menjadi rileks. Meningkatnya enkephalin dan β endorphin dan lansia akan merasa
timbul ketika tubuh menerima tekanan berlebihan dan tubuh berusaha untuk
seperti tekanan darah, nadi, pernafasan, dilatasi pupil, konstriksi pembuluh darah.
Ketika hal ini terjadi, maka respon relaksasi akan meredakan respon fight or flight dan
5. Prosedur
1) Pilihlah kalimat spiritual yang akan digunakan. Karena kalimat itu akan menjadi
fokus relaksasi. Misalnya pada agama Islam, kalimat yang dapat digunakan
4) Kendurkan otot-otot tubuh dengan membuat otot menjadi rileks. Mulai dari kaki
5) Tarik napas perlahan melalui hidung dan teratur, hembusan nafas. Secara
bersamaan, ulangi kata atau kalimat, atau mungkin doa, yang menjadi fokus.
6) Ambil sikap pasif. Jangan khawatir terhadap berhasil atau tidaknya kegiatan
relaksasi ini. Jika ada pikiran lain yang mengganggu masuk, katakan saja
kepada diri: “tidak apa-apa”, dan secara perlahan lanjutkan doa atau kata fokus
tadi.
8) Saat selesai jangan langsung berdiri. Teruskan duduk tenang selama satu menit
Daftar Pustaka
Aemilianus, M. (2012). Pengaruh teknik relaksasi benson terhadap gangguan tidur (insomnia)
pada lansia di UPT Panti Sosial Penyantunan Lanjut Usia Budi Agung Kupang.
Jurnal Ilmiah Keperawatan, 1(1), 1-5.
Amaliah, F., & Sudikno. (2014). Faktor risiko hipertensi pada orang umur 45-74 tahun di
Pulau Sulawesi. Jurnal Persagi, 37(2), 145–151.
Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media.
Munir.
Azizah. (2011). Keperawatan lanjut usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Benson, H., & Klipper, M,Z. (2000). Respon Relaksasi: Teknik meditasi sederhana untuk
mengatasi tekanan hidup. Bandung: Penerbit Kaifa.
Dewi, S,R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogjakarta: deepublish
Kelliat, B.A. & Pawirowiyono, A. (2015). Keperawatan jiwa terapi aktivitas kelompok. Edisi
2. Jakarta: EGC.
Maryam, R. (2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta : Salemba Medika.
Mubarak, W.I. (2006). Buku ajar keperawatan komunitas 2. Jakarta : CV Sagung Seto.
Notoatmojo. S. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Pratiwi, L., Hasneli, Y., & Ernawaty, J. (2015). Pengaruh teknik relaksasi benson dan
murottal Al-Qur’an terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi primer. Jurnal
online mahasiswa, 2(2), 1212-1220.
Potter, P.A & Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, dan
praktik. edisi 4.volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari, dkk. Jakarta: EGC.
Stanley, M. Patricia Gauntlett Beare. (2009). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.