Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

Evidence Based Practice: Terapi Musik pada Palliative Care

Oleh kelompok

1. Andi Julianto
2. Arie Wiranata
3. Husni Mubarok
4. Indah Dwi Lestari
5. Juniar
6. Mayasari Kurniasih
7. Riska Oktalina
8. Rizal Simarmata
9. Tengku Ros Dewi Y
10. Yesi Agraini

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN KONVERSI

UNIVERSITAS MITRA INDONESIA

2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Keperawatan Menjelang
Ajal dan Paliatif yang berjudul “Evidence Based Practice: Terapi Musik pada Palliative Care”.

Dengan demikian, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan
guna perbaikan dan penyempurnaan makalah berikutnya. Atas kontribusi tersebut, kami
ucapkan terimakasih.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker merupakan penyakit pada tubuh sebagai akibat dari sel-sel tubuh yang tumbuh
dan berkembang abnormal di luar batas kewajaran dan sangat liar, serta dapat menimbulkan
berbagai macam keluhan diantaranya nyeri (Jafar, 2013). Nyeri adalah keluhan utama yang
paling sering diutarakan penderita dan merupakan alasan paling umum untuk mencari dan
mendapatkan bantuan medis. Terapi musik bermanfaat untuk symptom management yang dapat
mengurangi sakit dan mual karena kanker serta meningkatkan kualitas hidup secara psikologis.
(sastrawinata, 2015).

Kanker diketahui dapat menimbulkan berbagai macam keluhan diantaranya nyeri. Nyeri adalah
keluhan utama yang paling sering dutarakan oleh penderita. Dalam perjalanan penyakitnya, 45-
100% penderita mengalami nyeri yang sedang sampai berat, dan 80%-90% nyeri itu dapat
ditanggulangi dengan pengelolaan nyeri yang tepat sesuai dengan pedoman dari WHO seperti
penggunaan medikasi dengan tepat, pemberian terapi relaksasi maupun distraksi, serta terapi
musik klasik yang telah dilakukan penelitian oleh beberapa ahli (syafrudin, 2006 dalam saragih,
2010).

Pasien dengan keadaan paliatif tidak hanya mengalami berbagai masalah fisiologis tapi juga
mengalami masalah psikologis, psikososial dan spiritual. Pasien paliatif cenderung mengalami
kehilangan tidur, kualitas tidur buruk, peningkatan kecemasan yang tinggi serta nyeri. Masalah
fisik dapat terjadi sesuai dengan sakitnya dan masalah psikis dapat terjadi berupa gangguan
cemas, depresi hingga psikosis. (Lee,Chapa,Kao, Jones, Smith & Friedman, 2009).

Musik memiliki kekuatan yang luar biasa yang berdampak bagi kejiwaan. musik dapat
membantu seseorang dengan penyakit kronis menjadi lebih rileks, mengurangi stress,
menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepas rasa sedih, membuat jadi gembira, dan
membantu melepaskan sakit atau nyeri. Musik yang diberikan secara intensif dapat memberikan
keukatan penuh, dalam arti untuk merefleksikan emosi diri, penerangan jiwa dan ekspresi.
Musik dapat memperlambat dan mempercepat gelombang listrik yang terdapat di otak sehingga
dapat merubah kerja sistem tubuh (Djohan, 2009) oleh karena itu kelompok ingin melihat
efektivitas Evidence Based Practice dari terapi musik terhadap pasien dengan perawatan paliatif

c1.3 Rumusan Masalah

Nyeri yang tidak teratasi melalui pengobatan farmakologi dapat memperburuk


keadaan pasien karena dapat menimbulkan respon fisik dan psikis yang hebat (Smeltzer &Bare
2002) berdasarkan masalah tersebut kelompok ingin mencari adakah pengaruh Evidence Based
Practice dari terapi musik terhadap kesembuhan pasien paliatif care.
1. Tujuan Penulisan

Tujuan Umum Menjelaskan pengaruh penggunaan terapi musik terhadap nyeri padapasien
dengan perawatan paliatif.are.

1.4.2 Tujuan Khusus

1)Menjelaskan gambaran nyeri sesudah dan sebelum pemberian terapi musik pada pasien
perawatan paliatif

2)Menjelaskan bagaimana respon fisiologis setelah diberikan terapi musik pada pasien dengan
peawatan Paliatif

3)Menjelaskan bagaimana respon psikologis setelah diberikan terapi musik pada pasien dengan
perawatan paliatif
BAB 2

ISI

2.1 Strategi Pencarian Literatur

Pencarian literature ini dengan melakukan pencarian jurnal baik yang ada di google schoolar
maupun jurnal yang telah terindeks internasional seperti scopus, pencarian ini dengan
menuliskan kata kunci “Terapi Musik pada Penderita Kanker” pada google schoolar dan kata
kunci “Music therapy for palliative care, music therapy for pain management, dan music
therapy for cancer” pada scopus. Dari keseluruhan pencarian ada sebanyak 30 jurnal yang
ditemukan pada google schoolar, namun yang sesuai dengan intervensi kami hanya sebanyak 3
jurnal. Pada scopus pencarian mendapatkan 10-20 jurnal, namun jurnal yang sesuaidengan
intervensi kami hanya 2-3 jurnal. Setelah menemukan jurnal yang dimaksud kami melakukan
pengkajian per jurnal atau literature review dan juga membandingankan jurnal satu dengan yang
lain, sehingga total jurnal yang sesuai dengan topik kami ada 6 jurnal.

2.2 Rangkuman dari Research Evidence

a).Judul : Efektifitas Terapi Musik terhadap Skala Nyeri pada Pasien Kanker Payudara di
Rumah Sakit Umum Dr. H Soewondo Kendal

Penulis : Puji Lestari, Machmudah, Elisa

Jurnal : S1 Ilmu Keperawatan Kendal

Ringkasan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian musik


klasik Pachelbel Canon In D Major terhadap skala nyeri pada pasien kanker payudara di RSUD
Dr. H. Soewondo Kendal.

Hasil ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Abdurrasyid pada tahun
2009 yang menyatakan ada pengaruh terapi distraksi mendengarkan musik klasik mozart
terhadap penurunan skala nyeri pada pasien kanker di RS. Dharmais Jakarta, dengan hasil p <
0,05. Terapi musik adalah penggunaan musik untuk relaksasi, mempercepat penyembuhan,
meningkatkan fungsi mental dan menciptakan rasa sejahtera. Musik dapat mempengaruhi
fungsi-fungsi fisiologis, seperti respirasi, denyut jantung dan tekanan darah (Djohan, 2006).
Musik juga dapat menurunkan kadar hormon kortisol yang meningkat pada saat stres. Musik
juga merangsang pelepasan hormon endorfin, hormon tubuh yang memberikan perasaan senang
yang berperan dalam penurunan nyeri (Djohan, 2006).

Musik Mozart dipilih karena memiliki keungulan akan kemurnian dan kesederhanaan bunyi-
bunyi yang dimunculkannya, irama, melodi, dan frekuensi tinggi pada musik Mozart
merangsang dan memberi daya pada daerahdaerah kreatif dan motivasi dalam otak. Musik karya
Mozart memberi rasa nyaman tidak hanya ditelinga tetapi di jiwa juga yang mendengarkannya.
B. Musik Mozart sesuai dengan pola sel otak manusia, karena musik Mozart begitu bervariasi
dan kaya akan nada-nada dari lembut hingga keras, dari lambat sampai cepat (Anonym, 2011).

Judul : Perbedaan Intensitas Nyeri pada Pasien Kanker Sebelum dan Sesudah Pemberian
Terapi Musik Klasik di Rumah Sakit Telogorejo Semarang

Penulis : Andreas Endarto, Ns.Ismonah. M.Kep. Sp.MB,

Wulandari M, SKM,.M.Si

Jurnal : STIKES Telogorejo Semarang

Ringkasan

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan intensitas nyeri pada pasien kanker
sebelum dan sesudah pemberian terapi musik klasik di Rumash Sakit Telogorejo Semarang.
Musik dapat mempengaruhi hidup sesorang dengan memberikan rasa santai dan nyaman atau
menyenangkan. Di samping sebagai hiburan, musik juga dapat menyembuhkan stres, depresi
dan nyeri. musik terbukti dapat menurunkan denyut jantung. Ini membantu menenangkan dan
merangsang bagian otak yang terkait ke aktivitas emosi dan tidur (Muttaqin, 2008, hlm.39).

Musik dapat menyembuhkan nyeri kronis, ia bekerja pada sistem syaraf otonom yaitubagian
sistem syaraf yang bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung, dan
fungsi otak yang mengontrol perasaan dan emosi. Menurut penelitian,keduasistemtersebut
bereaksi sensitif terhadap musik (Muttaqin, 2008,hlm.40).

Hal ini menunjukan bahwa terapi musik klasik Mozart dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori
Gate Control, bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan
disepanjang sistem saraf pusat (Farida, 2010, hlm.23). Teori Gate Control dari Melzack dan
Wall (1965 dalam Potter & Perry,2006, hlm. 1507) mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat
diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini

mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls
dihambat saat sebuah pertahanan ditutup. Salah satu cara menutup mekanisme pertahanan
ini adalah dengan merangsang sekresi endorphin yang akan menghambat pelepasan
substansi P. Musik klasik Mozart sendiri juga dapat merangsang peningkatanhormon
endorphin yang merupakan substansi sejenis

morfin yang disuplai oleh tubuh(Farida, 2010, hlm.23). Sehingga pada saat neuron nyeri perifer
mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi sinapsis antara neuron perifer dan neuron yang
menuju otak tempat seharusnya substansi P akan menghantarkan impuls. Pada saat
tersebut, endorfin akan memblokir lepasnya substansi P dari neuron sensorik, sehinnga
transmisi impuls nyeri di medula spinalis menjadi terhambat, sehingga sensasi nyeri menjadi
berkurang (Potter &Perry,2006, hlm. 1507). Stimulus yang menyenangkan dari luar seperti
terapi musik juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga
stimulus nyeri yang dirasakan oleh pasien menjadi berkurang.Peredaan nyeri secara
umum berhubungan langsung dengan pertisipasi aktif individu, banyaknya modalitas
sensori yang digunakan, dan minat individu dalam stimulasi Oleh karena
itu,stimulasi otak akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri (Tamsuri,2007, hlm.61).
Mendengarkan musik secara teratur membantu tubuh santai secara fisik dan mental sehingga
membantu menyembuhkan dan mencegah nyeri. Para ahli yakin setiap jenis musik klasik seperti
Mozart atau Beethoven dapat membantu sakit otot dan nyeri kronis (Muttaqin, 2008, hlm.40).

c) Judul : Pengaruh Self-Selected Individual Music Therapy

(SeLIMuT) Terhadap Tingkat Nyeri Pasien Kanker Paliatif di RSUD Dr. Sardjito, Yogyakarta

Penulis : Nuzul Sri Hertanti

Jurnal : Indonesian Journal of Cancer Vol. 9,No. 4

October-December 2015

Ringkasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi SeLIMuT berpengaruh terhadap tingkat


nyeri pasien kanker paliatif. Pengaruh tersebut berupa penurunan nyeri pada kelompok yang
mendapatkan SeLIMuT, sedangkan pada kelompok yang tidak diberi terapi justru terjadi
peningkatan nyeri. Hal ini berarti SeLIMuT memiliki pengaruh yang efektif dalam menurunkan
nyeri pasien kanker paliatif. Penurunan nyeri yang terjadi pada kelompok intervensi dapat
dijelaskan sebagai akibat dari karakteristik dan metode pemberian SeLIMuT. Karakteristik
SeLIMuT yang dapat memengaruhi penurunan nyeri yaitu musik yang digunakan dalam terapi
merupakan musik pilihan yang disukai responden dari daftar lagu yang disediakan oleh peneliti.
Jenis musik yang ditawarkan adalah musik slow dengan tempo stabil. Metode yang digunakan
dalam terapi juga dapat memengaruhi penurunan nyeri melalui alat yang digunakan dalam
mendengarkan musik, yaitu dengan earphone. Selain itu, juga waktu, durasi, dan frekuensi
terapi yang sesuai. Responden kelompok intervensi mendengarkan terapi melalui earphone yang
disambungkan dengan MP3 Player. Penggunaan earphone lebih bersifat individual sehingga
responden lebih dapat menikmati musik dan tidak terganggu dengan kebisingan di lingkungan
sekitar. Metode tersebut dapat meningkatkan kenyamanan dan ketenangan sehingga membuat
pasien relaks dan meningkatkan toleransi terhadap rasa nyeri. SeLIMuT berperan dalam
menurunkan nyeri dengan cara memengaruhi hipofisis otak untuk melepaskan endorfin. Musik
yang didengarkan akan masuk melalui telinga, kemudian akan menggetarkan gendang telinga
dan mengguncang cairan yang ada di telinga bagian dalam. Musik juga menggetarkan sel-sel
berambut di dalam koklea, kemudian melalui saraf koklearis getaran tersebut menuju ke otak
dan memengaruhi hipofisis untuk melepaskan endorphin.
Mendengarkan musik yang disukai juga berpengaruh terhadap sistem limbik dan saraf
otonom. Pada sistem limbik, musik dapat membangkitkan respons psikofisiologi melalui
pengaruh pitch dan ritme musik. Musik juga menstimulasi sistem neurohormonal dan pelepasan
endorphin yang bereaksi pada reseptor spesifik di otak untuk mengubah emosi, mood, dan
fisiologi. Adanya respons psikofisiologi ini juga dapat berpengaruh terhadap persepsi dan
respons pasien terhadap nyeri yang dirasakan.

d) Judul : Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)

Menurunkan Stres Pasien Kanker Serviks

Penulis : Desmaniarti, Z dan Nani Avianti

Jurnal : Jurnal Ners Vol 9 No 1 April 2014: 91-96

Ringkasan

SEFT merupakan perpaduan teknik yang menggunakan energi psikologis dan kekuatan
spiritual serta doa untuk mengatasi emosi negative. SEFT efektif mengatasi stress karena
didalamnya terdapat beberapa Teknik terapi yang terangkum dan dipraktikkan secara sederhana,
terpai tersebut meliputi doa, NLP (Neuro Linguistic Programming), Hypnoterapy, visualisasi,
meditasi, relaksasi, imagery dan desensitisasi (Zainudin,2008). Stress merupakan salah satu
bentuk emosi negative yang dialami oleh seseorang dan dapat mengganggu keamanan serta
kenyamanan dalam melaksanakan tugas kehidupan sehari-hari (Z, & Avianti, 2017). Stress pada
pasien kanker serviks terjadi karena ketidakmampuan pasien dalam mengatasi ancaman
psikologis yang ditimbulkan oleh kondisi penyakit kanker serviks ynag dikenal sebagai penyakit
mematikan (Nelson, 2008)

e) Judul : Pengaruh Teknik Relaksasi Hand Massage

terhadap Nyeri pada pasien Kanker Payudara di Yayasan Kanker Indonesia Surabaya

Penulis : Puput Nur Fadilah, Puji Astuti,Wesiana HerisSanty

Jurnal : Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol 9 No 2, Agustus 2016, Hal 221-226

Ringkasan

Hand massage merupakan langkah yang paling efektif untuk meningkatkan relaksasi dan
dijadikan sebagai terapi paliatif (Kolcaba et al, 2004). Hand massage artinya memberikan
stimulasi di bawah jaringan kulit dengan memberikan rasa nyaman (Ackley et al, 2008). Hand
massage diberikan untuk menimbulkan efek yang menyenangkan bagi pasien kanker payudara
(Nur Fadilah & Astuti, 2018). Apabila pasien kanker payudara mempersepsikan sentuhan
sebagai stimulus untuk rileks. Kemudian akan muncul respon relaksasi. Relaksasi juga dapat
mengurangi rasa cemas akibat nyeri, sehingga dapat mencegah nyeri bertambah berat. Cara
kerja dari masase in menyebabkan terjadinya pelepasan endorphin, sehingga memblok transmisi
stimulus nyeri (Potter & Perry, 2005).

f) Judul : Program Self Management : Atasi Nyeri dan

Tingkatkan Kualitas Hidup Penderita Kanker

Penulis : Ni Putu Purnama Sari

Jurnal : Jurnal Ners LENTERA, September 2014, vol 2 hal 39-47

Ringkasan

Konsep SM telah dipertimbangkan secara ilmiah sejak empat dekade lalu. Barlow, et al
(2002), mendefinisikannya sebagai kemampuan seseorang untuk menangani gejala dan segala
konsekuensi akibat hidup dengan kondisi kronis, termasuk perubahan terapi, fisik, sosial, dan
gaya hidup. Lorig & Holman (2003) mengidentifikasi tujuan SM adalah untuk menjaga
kesejahteraan psikologis seseorang. Untuk itu penderita penyakit kronis memiliki tiga tugas SM,
yaitu: 1) mengelola aspek medis dari penyakitnya, 2) mengelola peran dalam kehidupan,
termasuk perubahan peran akibat penyakit, dan 3) mengelola konsekuensi psikologis dari
penyakit kronis. Agar dapat melaksanakan tugas-tugas ini, penderita penyakit kronis
memerlukan keterampilan SM inti yang terdiri dari kemampuan untuk memecahkan masalah,
membuat keputusan, menggunakan sumberdaya yang ada, bekerjasama dengan tenaga
kesehatan, dan mengambil tindakan. Tambahannya, SM juga berkaitan dengan konteks
keluarga, yaitu dengan menjadi proses dinamis seumur hidup terkait evaluasi diri dan
pengawasan diri, serta dengan terlibat dalam proses transisi dari sakit menjadi sehat (Ni Putu
Wulan Purnama Sari, 2014). Dukungan SM didefinisikan oleh IOM (2003) sebagai pemberian
layanan sistematis tentang intervensi pendukung dan edukasi oleh tenaga kesehatan untuk
meningkatkan keterampilan dan rasa percaya diri pasien dalam mengelola masalah
kesehatannya, termasuk pengkajian regular terhadap masalah kesehatan dan perbaikan
kondisinya, penetapan tujuan, dan dukungan untuk memecahkan masalah. Dengan demikian
SM merupakan tugas yang diemban pasien untuk mengelola aspek medis dan emosional, juga
perannya terkait kondisi kesehatannya (McCorkle, et al, 2011).

g) Judul : Implementing a Palliative Medicine Music Therapy Program : A Quality


Improvement Project

Penulis : Christina Wood, MA, MT-BC, Susanne M.Cutshall, Jacob J. Strand

Jurnal : American Journal of Hospice & palliative Medicine

Ringkasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian terapi music terhadap penurunan
tingkat kecemasan dan nyeri pada pasien dan anggota keluarga yang berkunjung di layanan
konsultasi di Mayo Clinic (Rochester, Minnesota) pada Juni hingga 31 Desember 2016. Terapi
musik diberikan kepada 57 pasien dan 53 anggota keluarga. Survei pasien menunjukkan
penurunan kecemasan dan nyeri. Semua pasien melaporkan bahwa terapi musik memfasilitasi
sebagai penghilang stres, relaksasi, penghilang nyeri, dukungan spiritual, dukungan emosional,
dan perasaan sehat secara umum. Semua peserta merekomendasikan layanan terapi musik
kepada lainnya.Dokter perawatan paliatif melaporkan bahwa terapi musik adalah nilai tambah
sebagai layanan holistik. Penyedia layanan yang melengkapi survei juga berkomentar bahwa
mereka terkejut bahwa intervensi terapi music memberikan kelegaan bagi fisik dan distress
emosional. Bahkan pasien yang mengaku tidak suka musik menemukan sesi terapi musik
sebagai sesuatu hal yang menyenangkan.
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Critical Analysis

a)Pengaruh Self-Selected Individual Music Therapy (SeLIMuT) terhadap Tingkat Nyeri Pasien
Kanker Paliatif di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta

Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi SeLIMuT berpengaruh terhadap tingkat
nyeri pasien kanker paliatif.

Pengaruh tersebut berupa penurunan nyeri pada kelompok yang mendapatkan SeLIMuT,
sedangkan pada kelompok yang tidak diberi terapi justru terjadi peningkatan nyeri. Hal ini
berarti SeLIMuT memiliki pengaruh yang efektif dalam menurunkan nyeri pasien kanker
paliatif.

Penurunan nyeri yang terjadi pada kelompok intervensi dapadijelaskan sebagai akibat dari
karakteristik dan metode pemberian SeLIMuT. Karakteristik SeLIMuT yang dapat
memengaruhi penurunan nyeri yaitu musik yang digunakan dalam terapi merupakan musik
pilihan yang disukai responden dari daftar lagu yang disediakan oleh peneliti. Jenis musik yang
ditawarkan adalah musik slow dengan tempo stabil. Metode yang digunakan dalam terapi juga
dapat memengaruhi penurunan nyeri melalui alat yang digunakan dalam mendengarkan
musik, yaitu dengan earphone. Selain itu, juga waktu, durasi, dan frekuensi terapi yang
sesuai. Responden kelompok intervensi mendengarkan terapi melalui earphone yang
disambungkan dengan MP3Player. Penggunaan earphone lebih bersifat
individual sehingga responden lebih dapat menikmati musik dan tidak terganggu dengan
kebisingan di lingkungan sekitar.

Metode tersebut dapat meningkatkan kenyamanan dan ketenangan sehingga membuat pasien
relaks dan meningkatkan toleransi terhadap rasa nyeri.

SeLIMuT berperan dalam menurunkan nyeri dengan cara memengaruhi hipofisis otak untuk
melepaskan endorfin. Musik yang didengarkan akan masuk melalui telinga, kemudian akan
menggetarkan gendang telinga dan mengguncang cairan yang ada di telinga bagian dalam.
Musik juga menggetarkan sel-sel berambut di dalam koklea, kemudian melalui saraf koklearis
getaran tersebut menuju ke otak dan memengaruhi hipofisis untuk melepaskan endorphin.

Mendengarkan musik yang disukai juga berpengaruh terhadap sistem limbik dan saraf otonom.
Pada sistem limbik, musik dapat membangkitkan respons psikofisiologi melalui pengaruh pitch
dan ritme musik. Musik juga menstimulasi sistem neurohormonal dan pelepasan endorphin
yang bereaksi pada reseptor spesifik di otak untuk mengubah emosi, mood, dan fisiologi.
Adanya respons psikofisiologi ini juga dapat berpengaruh terhadap persepsi
dan respons pasien terhadap nyeri yang dirasakan. Kelebihan Terapi musik memiliki kelebihan
sebagai intervensi yang dapat diterapkan secara sederhana, noninvasif, perangsang relaksasi
nonfarmakologis yang aman, murah, dan efektif. Kekurangan Tidak dilakukan matching dalam
pemilihan sampel penelitian menjadi kelemahan dalam penelitian ini sehingga bagi peneliti
selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan responden yang lebih banyak dan
meneliti pengaruh terapi musik pada masing-masing tingkat nyeri.

b) Perbedaan Intensitas Nyeri Pada Pasien Kanker Sebelum dan Sesudah Pemberian
Terapi Musik Klasik di Rumah Sakit Telogorejo Semarang

Hasil Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan intensitas nyeri pada pasien kanker
sebelum dan sesudah pemberian terapi musik klasik di Rumash Sakit Telogorejo Semarang.

Musik dapat mempengaruhi hidup sesorang dengan memberikan rasa santai dan nyaman
atau menyenangkan. Di samping sebagai hiburan, musik juga dapat menyembuhkan stres,
depresi dan nyeri. musik terbukti dapat menurunkan denyut jantung.Ini membantu
menenangkan dan merangsang bagian otak yang terkait ke aktivitas emosi dan tidur
(Muttaqin, 2008, hlm.39).

Musik dapat menyembuhkan nyeri kronis, ia bekerja pada sistem syaraf otonom yaitu
bagian sistem syaraf yang bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung,
dan fungsi otak yang mengontrol perasaan dan emosi. Menurut penelitian, kedua
sistemtersebut bereaksi sensitif terhadap musik (Muttaqin, 2008, hlm.40).

Hal ini menunjukan bahwa terapi musik klasik Mozart dapat Mengatasi nyeri
berdasarkan teori Gate Control,bahwa Impuls nyeri dapat diatur atau dihambat
Oleh mekanisme pertahanan disepanjang sistem saraf Pusat (Farida, 2010, hlm.23).
Teori Gate Control dari Melzack dan Wall (1965 dalam Potter & Perry,2006, hlm. 1507)

mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di
sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah
pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan ditutup. Salah satu
cara menutup mekanisme pertahanan ini adalah dengan merangsang sekresi
endorfin yang akan menghambat pelepasan substansi P. Musik klasik
Mozartsendiri juga dapat merangsang peningkatan hormon endorfin yang
merupakan substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh Farida, 2010,
hlm.23).

Sehingga pada saat neuron nyeri perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi sinapsis antara
neuron perifer dan neuron yang menuju otak tempat seharusnya substansi P akan
menghantarkan impuls. Pada saat tersebut, endorfin akan memblokir lepasnya substansi P dari
neuron sensorik, sehinnga transmisi impuls nyeri di medula spinalis menjadi terhambat,
sehingga sensasi nyeri menjadi berkurang (Potter & Perry,2006, hlm. 1507).
Stimulus yang menyenangkan dari luar seperti terapi musik juga dapat merangsang sekresi
endorfin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh pasien menjadi berkurang.

Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan pertisipasi aktif individu,
banyaknya modalitas sensori yang digunakan, dan minat individu dalam stimulasi.
Oleh karena itu, stimulasi otak akan lebih efektif dalam menurunkan
nyeri (Tamsuri, 2007, hlm.61).

Mendengarkan musik secara teratur membantu tubuh santai secara fisik dan
mentalsehingga membantu menyembuhkan dan mencegah nyeri. Para ahli yakin setiap
jenis musik klasik

seperti Mozart atau Beethoven dapat membantu sakit otot

dan nyeri kronis (Muttaqin, 2008, hlm.40).

Kelebihan -

Kekurangan -

c) Efektifitas Terapi Musik terhadap Skala Nyeri pada Pasien Kanker Payudara di Rumah
Sakit Umum Dr. H Soewondo Kendal

Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian musik klasik
Pachelbel Canon In D Major terhadap skala nyeri pada pasien kanker payudara di RSUD

Dr. H. Soewondo Kendal.

Hasil ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Abdurrasyid pada tahun 2009
yang menyatakan ada pengaruh terapi distraksi mendengarkan musik klasik mozart terhadap
penurunan skala nyeri pada pasien kanker di RS. Dharmais Jakarta, dengan hasil p < 0,05.
Terapi musik adalah penggunaan musik untuk relaksasi,mempercepat penyembuhan,
meningkatkan fungsi mental dan menciptakan rasa sejahtera. Musik dapat mempengaruhi

fungsi-fungsi fisiologis, seperti respirasi, denyut jantung dan tekanan darah (Djohan,
2006). Musik juga dapat menurunkan kadar hormon kortisol yang meningkat pada
saatstres. Musik juga merangsang pelepasan hormon endorfin, hormon tubuh
yang memberikan perasaan senang yang berperan dalam penurunan nyeri (Djohan, 2006).

Musik Mozart dipilih karena memiliki keungulan akan kemurnian dan kesederhanaan
bunyi-bunyi yang dimunculkannya, irama, melodi, dan frekuensi tinggi pada musik
Mozartmerangsang dan memberi daya pada daerahdaerah kreatif dan motivasi
dalam otak. Musik karya Mozart memberi rasa nyaman tidak hanya ditelinga tetapi di jiwa juga
yang mendengarkannya. Musik Mozart sesuai dengan pola sel otak manusia, karena musik
Mozart begitu bervariasi dan kaya akan nada-nada dari lembut hingga keras, dari lambat
sampai cepat (Anonym, 2011).
Kelebihan Keunggulan terapi musik yaitu lebih murah daripada analgesia,
prosedur non-invasif, tidak melukai pasien, tidak ada efek samping, penerapannya luas, bisa
diterapkan pada pasien yang tidak bisa diterapkan terapi secara fisik untuk menurunkan nyeri.
Kekurangan Pada penelitian ini, belum diteliti lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih
besar, memilah-milah stadium kanker, menambah waktu pemberian musik klasik dan
meneliti faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap penilaian skala nyeri pada pasien kanker
payudara.

d) Implementing a Palliative Medicine Music Therapy Program : A Quality Improvement


Project

Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian terapi


music terhadap penurunan tingkat kecemasan dan nyeri pada pasien dan anggota
keluarga yang berkunjung di layanan konsultasi di Mayo Clinic (Rochester, Minnesota) pada
Juni hingga 31 Desember 2016.

Terapi musik diberikan kepada 57 pasien dan 53 anggota keluarga. Survei pasien menunjukkan
penurunan kecemasan dan nyeri. Semua pasien melaporkan bahwa terapi musik memfasilitasi
sebagai penghilang stres, relaksasi, penghilang nyeri, dukungan spiritual, dukungan emosional,
dan perasaan sehat secara umum. Semua peserta merekomendasikan layanan terapi musik
kepada lainnya. Dokter perawatan paliatif melaporkan bahwa terapi musik adalah nilai tambah
sebagai layanan holistik.

Penyedia layanan yang melengkapi survei juga berkomentar bahwa mereka terkejut bahwa
intervensi terapi music memberikan kelegaan bagi fisik dan distress emosional. Bahkan pasien
yang mengaku tidak suka musik menemukan sesi terapi musik sebagai sesuatu hal yang
menyenangkan. Kelebihan Terapi musik merupakan intervensi yang dapat disarankan kepada
pasien untuk membantu mengurangi frustasi, sehingga pasien mampu mengurangi penggunaan
obat farmakologis yang dapat menimbulkan multiple gejala.

Kekurangan -

e) Standardizing Music Characteristics for The Management of Pain: A Systematic


Review and Meta-Analysis of Clinical Trials.

Hasil Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa musik tanpa lirik efektif untuk
manajemen nyeri, terutama nyeri non-prosedural. Sepertinya musik itu
intervensi tidak boleh melebihi 30 menit per sesi, dan jika diberikan selama,beberapa hari,
melakukannya selama 14–30 hari tampaknya efektif. Untuk manajemen nyeri non-prosedural,
musik tanpa lirik memiliki efek signifikan sebagai pereda nyeri sedang, dan homogen, sehingga
dianjurkan.
Kelebihan -

Kekurangan Karena data yang tidak mencukupi, tidak ada karakteristik musik yang ideal
untuk manajemen nyeri yang diidentifikasi menunjukkan bahwa musik sebagai intervensi,
memerlukan standarisasi melalui bahasa yang objektif seperti teori musik.

Tidak ada perbandingan untuk mengevaluasi karakteristik mana memiliki efek yang lebih kuat
bisa dilakukan tetapi karakteristik ini tampaknya untuk menjelaskan beberapa heterogenitas
yang diamati. Hasil ini mengkonfirmasi bahwa intervensi mendengarkan musik harus dirancang
dan dijelaskan lebih objektif.

f) The Effectiveness of Music Therapy for Terminally Ill Patients: A Meta-Analysis and
Systematic Review

Hasil Studi meta-analisis ini menunjukkan bahwa terapi musik berfungsi sebagai intervensi
yang efektif untuk mengurangi rasa nyeri dan gejala psikologis pada pasien dengan kondisi
terminal.

Kelebihan -

Kekurangan -

3.2 Aplikasi dan Rekomendasi dari Evidence

Melihat efektivitas dari pengaruh musik terhadap tingkat nyeri pada beberapa penyakit,
kelompok kami merekomendasikan terapi musik sebagai pengurangan intensitas nyeri. Untuk
aplikasinya, jenis musik yang digunakan yaitu musik klasik dengan lack lyrics dan tempo yang
lambat.

Terapi nyeri dengan menggunakan musik dianggap efektif karena efeknya bisa dirasakan.
Terapi musik sebagai teknik relaksasi yang digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit
dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu. Jenis musik yang digunakan dalam terapi
musik dapat disesuaikan dengan keinginan, seperti musik klasik, instrumentalia dan slow musik
(Potter, 2005 dikutip dari Erfandi, 2009).

Mendengarkan musik dapat memproduksi zat endorphins (substansi sejenis morfin yang
disuplai tubuh yang dapat mengurangi rasa sakit/nyeri) yang dapat menghambat transmisi
impuls nyeri disistem saraf pusat, sehingga sensasi nyeri dapat berkurang, musik juga bekerja
pada sistem limbik yang akan dihantarkan kepada sistem saraf yang mengatur kontraksi otot-
otot tubuh, sehingga dapat mengurangi kontraksi otot (Potter & Perry, 2011).
Hasil uraian jurnal diatas menjelaskan bahwa banyak sekali manfaat dari terapi musik ini.
Manfaat –manfaat nya yaitu:

1. Musik juga menstimulasi sistem neurohormonal dan pelepasan endorphin yang bereaksi
pada reseptor spesifik di otak untuk mengubah emosi, mood, dan fisiologi.

2. Terapi musik lebih murah daripada analgesia, prosedur non-invasif, tidak melukai
pasien, tidak ada efek samping, penerapannya luas, bisa diterapkan pada pasien yang tidak bisa
diterapkan terapi secara fisik untuk menurunkan nyeri.

3. Untuk membantu mengurangi frustasi, sehingga pasien mampu mengurangi


penggunaan obat farmakologis yang dapat menimbulkan

multiple gejala.

Dari kelompok kami pun merekomendasikan terapi musik sebagaiterapi untuk mengurangi
intensitas nyeri.

Uraian pada analisis diatas menunjukan bahwa manfaat dari terapi musik ini mampu dan efektif
mengurang nyeri pada pasien. Maka dari itu, pengaplikasian terapi musik klasik ini sangat
direkomendasikan guna untuk meminimalisir perasaan nyeri yang dialami pasien, sehingga
tidak timbul masalah-masalah yang baru.
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Terapi musik adalah penggunaan musik untuk relaksasi, mempercepat penyembuhan,


meningkatkan fungsi mental dan menciptakan rasa sejahtera. Musik dapat mempengaruhi
fungsi-fungsi fisiologis, seperti respirasi, denyut jantung dan tekanan darah (Djohan, 2006).

Musik juga dapat menurunkan kadar hormon kortisol yang meningkat pada saat stres. Musik
juga merangsang pelepasan hormon endorfin, hormon tubuh yang memberikan perasaan senang
yang berperan dalam penurunan nyeri (Djohan, 2006).

Terapi musik memiliki kelebihan sebagai intervensi yang dapat diterapkan secara sederhana,
noninvasif, perangsang relaksasi nonfarmakologis yang aman, murah, dan efektif.

4.2 Saran

Kita sebagai mahasiswa keperawatan seharusnya lebih mengembangkan pengetahuan


tentang bagaimana perawatan secara paliatif dengan menggunakan metode terapi musik.
Sebagai perawat, kita perlu melakukan asuhan keperawatan yang terorganisir untuk
meningkatkan mutu pelayanan dan memberikan hasil yang berdampak.
DAFTAR PUSTAKA

Endartanto, A., dan Meikawati, W. 2012. Perbedaan Intensitas Nyeri pada Pasien Kanker
sebelum dan sesudah Pemberian Terapi Musik Klasik di Rumah Sakit Telogo Rejo Semarang.
Karya Ilmiah.

Gao, Y., et al. (2019). The Effectiveness of Music Therapy for Terminally Ill Patients: A Meta-
Analysis and Systematic Review. Journal of Pain and Symptom Management, 57(2), 319–
329.

https://doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2018.10.504

Martin-saavedra, J. S., et al. (2018). Complementary Therapies in Medicine Standardizing


music characteristics for the management of pain: A systematic review and meta-analysis of
clinical trials. Complementary Therapies in Medicine, 41(March), 81–89.
https://doi.org/10.1016/j.ctim.2018.07.008

Anda mungkin juga menyukai