Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN

Dosen Pembimbing : I Gede Widjanegara, SKM. M. Kes

OLEH :

Nama : Ni Putu Intan Octa Dewi

Nim/Absen : P07120121110/ 30

Kelas : 2.3

Prodi/Jurusan : D-III Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Kekerasan (violence) merupakan suatu bentuk perilaku agresi (aggressive behavior) yang
menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain, termasuk terhadap hewan atau benda-benda. Ada
perbedaan antara agresi sebagai bentuk pikiran maupun perasaan dengan agresi sebagai bentuk perilaku.
Agresi adalah suatu respon terhadap kemarahan, kekecewaan, perasaan dendam atau ancaman yang
memancing amarah (Muhith, 2015).
Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang
meningkat dan dirasakan sebagai ancaman. Marah juga merupakan reaksi atau ungkapan perasaan terhadap
keadaan yang tidak menyenangkan seperti kecewa, tidak puas, tidak tercapai keinginan sehingga dapat
membangkitkan suatu perilaku kekerasan sebagai suatu cara untuk melawan dan menghukum (Dalami,dkk,
2014).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis (Muhith, 2015). Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk
ekspresi kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat
membahayakan atau mencederai diri sendiri, orang lain bahkan merusak lingkungan (Prabowo, 2014).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan
individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Perilaku kekerasan ini dapat berupa
muka masam, bicara kasar, menuntut dan perilaku yang kasar disertai kekerasan (Saragih,dkk, 2014).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang yang diarahkan
pada diri sendiri (dapat berupa melukai diri sendiri atau membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri),
orang lain (dengan melakukan tindakan agresif pada orang lain) atau lingkungan seperti perilaku
lingkungan (Yusuf,dkk,2015)
2. Rentang Respon

3. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang merupakan faktor predisposisi, artinya mungkin terjadi
atau mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu adalah:
1) Faktor Biologis
Dalam otak sistem limbik berfungsi sebagai regulator atau pengatur perilaku. Adanya lesi pada
hipotalamus dan amigdala dapat mengurangi dan meningkatkan perilaku agresif. Perangsangan pada
sistem neurofisiologis dapat menimbulkan respon-respon emosional dan ledakan agresif. Penurunan
norepinefrin dapat menstimulasi perilaku agresif misalnya pada peningkatan kadar hormon
testosteron atau progesteron. Pengaturan perilaku agresif adalah dengan mengatur jumlah
metabolisme biogenik amino- norepinefrin (Dalami, dkk, 2014).
2) Faktor Psikologis
 Psychoanalitytical Theory
Teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan akibat dari instinctual drives. Freud
berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting. Pertama, insting hidup
yang diekspresikan dengan seksualitas dan kedua, insting kematian yang diekspresikan
dengan agresivitas.
 Frustation-agression theory
Teori yang dikembangkan oleh pengikut freud ini berawal dari asumsi bahwa bila usaha
seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan, maka akan timbul dorongan
agresif yang pada gilirannya akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai orang
atau objek yang menyebabkan frustasi. Jadi hampir semua orang yang melakukan tindakan
agresif mempunyai riwayat perilaku agresif.
3) Faktor Sosial Budaya
Seseorang akan berespon terhadap peningkatan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon
yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori menurut Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan
responsrespons yang lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi dan semakin sering
mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya juga dapat
mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi marah
yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima. Kontrol masyarakat yang rendah dan
kecendrungan menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat.
b. Faktor precipitasi
Menurut Dalami,dkk tahun 2014 stressor presipitasi yang muncul pada pasien perilaku kekerasan yaitu :
1) Ancaman terhadap fisik : pemukulan, penyakit fisik
2) Ancaman terhadap konsep diri : frustasi, harga diri rendah
3) Ancaman eksternal : serangan fisik, kehilangan orang atau benda berarti
4) Ancaman internal : Kegagalan,kehilangan perhatian
4. Pohon Masalah

5.Gejala Klinis
Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara tentang perilaku berikut
(Dermawan & Rusdi, 2013) :
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Menggepalkan tangan
e. Bicara kasar
f. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
g. Mengancam secara verbal dan fisik
h. Melempar atau memukul benda atau orang lain
i. Merusak barang atau benda
j. Tidak mempunyai kemampuan mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan
6.Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang
Untuk mengetahui penyebab perilaku kekerasan, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:
a. Computed Tomograph (CT) Scan
Hasil yang ditemukan pada pasien dengan Skizofrenia berupa abnormalitas otak seperti atrofi lobus
temporal, pembesaran ventrikel dengan rasio ventrikel-otak meningkat yang dapat dihubungkan dengan
derajat gejala yang dapat dilihat.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat memberi gambaran otak tiga dimensi, dapat memperlihatkan gambaran yang lebih kecil dari
lobus frontal rata-rata, atrofi lobus temporal (terutama hipokampus, girus parahipokampus, dan girus
temporal superior).
c. Positron Emission Tomography (PET)
Alat ini dapat mengukur aktivitas metabolik dari area spesifik otak dan dapat menyatakan aktivitas
metabolik yang rendah dari lobus frontal, terutama pada area prefrontal dari korteks serebral.
d. Regional Cerebral Blood Flow (RCBF)
Alat yang dapat memetakan aliran darah dan menyatakan intensitas aktivitas pada daerah otak yang
bervariasi
e. Brain Electrical Activity Mapping (BEAM)
Alat yang dapat menunjukkan respon gelombang otak terhadap ransangan yang bervariasi disertai
dengan adanya respons yang terhambat dan menurun, kadang-kadang di lobus frontal dan sistem limbik.

7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan yang dapat diberikan kepada kliendengan isolasi sosial antara lain pendekatan farmakologi,
psikososial, terapi aktivitas, terapi okupasi, rehabilitasi, dan program intervensi keluarga (Yusuf, 2019).
a. Terapi Farmakologi
Salah satu farmakoterapi yang digunakan pada klien dengan perilaku kekerasan biasanya diberikan
antipsikotik. Obat antipsikotik pertama yaitu klorpromazin, diperkenalkan tahun 1951 sebagai
pramedikasi anestesi. Kemudian setelah itu, obat itu diuji coba sebagai obat skizofrenia dan terbukti
dapat mengurangi skizofrenia. Antipsikotik terbagi atas dua yaitu antipsikotik tipikal dan antipsikotik
atipikal dengan perbedaan pada efek sampingnya. Antipsikotik tipikal terdiri dari (butirofenon,
Haloperidol/haldol, Fenotiazine,Chlorpromazine, perphenazine (Trilafon), trifluoperazine (stelazine),
sedangkan untuk antipsikotik atipikal terdiri dari (clozapine (clozaril), risperidone (Risperidal). Efek
samping yang ditimbulkan berupa rigiditas otot kaku, lidah kaku atau tebal disertai kesulitan menelan.
Biasanya sering digunakan klien untuk mengatasi gejala-gejala psikotik (Perilaku kekersan, Halusinasi,
Waham), Skizofrenia, psikosis organik, psikotik akut dan memblokade dopamine pada pascasinaptik
neuron di otak (Katona, dkk, 2012)
b. Terapi SomatisTerapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan
tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang
ditujukan pada kondisi fisik klien. Walaupun yang diberi perlakuan adalah fisik klien, tetapi target
terapi adalah perilaku klien. Jenis terapi somatis adalah meliputi pengikatan, ECT, isolasi dan fototerapi
c. Strategi pelaksanaan pasien perilaku kekerasan
Startegi pelaksanaan dapat dilakukan berupa komunikasi terapeutik kepada pasien perilaku kekerasan
maupun pada keluarga. Tindakan keperawatan terhadap pasien dapat dilakukan minimal empat kali
pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan keluarga dapat mengontrol dan mengendalikan perilaku
kekerasan
d. Terapi modalitas
Terapi modalitas keperawatan jiwa dilakukan untuk memperbaiki dan mempertahankan sikap klien agar
mampu bertahan dan bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat sekitar dengan harapan klien dapat
terus bekerja dan tetap berhubungan dengan keluarga, teman, dan sistem pendukung yang ada ketika
menjalani terapi (Nasir & Muhits dalam Direja, 2011)
e. Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien dengan memberikan
perhatian :
 Bina hubungan saling percaya (BHSP)
 Jangan memancing emosi klien
 Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
 Memberikan kesempatanpada klien dalam mengemukakan pendapat
 Anjurkan pada klien untuk mengemukakan maslah yang dialami
 Mendengarkan keluhan klien
 Membantu memecahkan masalah yang dialami oleh klien

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Indentitas
Identitas dijabarkan dengan lengkap yang berisikan nama, usia, alamat,pendidikan, agama, staus
perkawinan, pekerjaan, jenis kelamin, nomor rekam medis dan diagnosa medis
2. Keluhan Utama
Alasan yang menyebabkan pasien atau keluarga datang atau dirawat di rumah sakit. Faktor pencetus
perilaku kekerasan meliputi ancaman terhadap fisik, ancaman internal dan ancaman eksternal.
3. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah faktor biologi (biasanya
klien mempunyai keluarga yang mempunyai riwayat perilaku kekerasan, klien pernah mengalami
gangguan jiwa) , psikologis ( harapan yang tidak sesuai, sering melihat perilaku kekerasan atau
mengalami perilaku kekerasan dan sosiokultural (Dermawan, 2013)
4. Faktor Precipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu yang bersifat unik. Stressor
tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain-lain) maupun dalam
(putus hubungan dengan orang berarti, kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit fisik dan lain-
lain). Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat, kritikan yang mencegah pada penghinaan,
tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan
5. Fisik
Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran pada umumnya yang dikaji
meliputi TTV (Tekanan Darah, Nadi, Pernafasan dan suhu), Tinggi badan, serta keluhan fisik lainnya.

6. Pengkajian Psikososial
1) Genogram
Genogram menggambarkan pasien dengan tiga generasi keluarga dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.

1) Konsep diri

a) Gambaran diri

Menggambarkan persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang


tidak disukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai
dan bagian yang disukai.
b) Identitas diri

Status dan posisi pasien sebelum pasien dirawat, kepuasan pasien


terhadap status dan posisinya, kepuasan pasien sebagai laki-laki atau

perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan


posisinya.
c) Fungsi peran

Tugas atau peran pasien dalam keluarga atau kelompok masyarakat,


kemampuan pasien dalam melaksanakan fungsi atau perannya,
perubahan yang terjadi saat pasien sakit dan dirawat, bagaimana
perasaan pasien akibat perubahan tersebut.
d) Ideal diri

Harapan pasien terhadap keadaan tubuh ideal, posisi, tugas, peran dalam
keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan pasien terhadap penyakitnya,
bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
e) Harga diri

Hubungan pasien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada
pasien dalam berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri
tidak sesuai harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak
sesuai harapan, penilaian pasien terhadap pandangan atau penghargaan
orang lain.

2) Hubungan Sosial

Menggambarkan orang yang paling berarti dalam hidup pasien, dan upaya
yang biasa dilakukan bila ada masalah, kelompok apa saja yang diikuti dalam
masyarakat, peran dalam kelompok, hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain.

3) Spiritual

Nilai keyakinan, kegiatan ibadah atau menjalankan keyakinan, kepuasan


dalam menjalankan keyakinan.

b. Status Mental

1) Penampilan Melihat penampilan pasien dari ujung rambut sampai ujung kaki
apakah ada yang tidak rapi, penggunaan pakaian sesuai, cara berpakaian.
2) Pembicaraan Biasanya pada klien perilaku kekerasan ketika bicara nada suara
keras, tinggi, menjerit atau berteriak.
3) Aktivitas motorik Agitasi (gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan),
kompulsif (kegiatan berulang-ulang), grimasem (otot-otot wajah yang
berubah-ubah dan tidak terkontrol). Seperti menggepalkan tangan, merusak
barang atau benda, rahang mengatup.

4) Afek dan Emosi

a) Afek Biasanya klien labil, emosi cepat berubah-rubah dan tidak sesuai,
emosi bertentangan dan berlawanan dengan stimulus
b) Emosi Biasanya klien memiliki emosi yang tidak adekuat, tidak aman dan
nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, bermusuhan, mengamuk
serta menuntut.
5) Interaksi selama wawancara

a) Kooperatif, berespon dengan baik terhadap pewawancara

b) Tidak kooperatif, tidak dapat menjawab pertanyaan dengan spontan

c) Mudah tersinggung

d) Bermusuhan

e) Kontak kurang, tidak menantap lawan bicara

f) Curiga

6) Persepsi sensori

Persepsi ini meliputi persepsi mengenai pendengaran,


penglihatan, pengecapan, penghidu.

7) Proses pikir

a) Sirkumtansial, pembicaraan yang berbelit tapi sampai pada tujuan.

b) Tangensial, pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan.

c) Kehilangan asosiasi, pembicaraan tidak ada hubungan antara satu kalimat


dengan kalimat yang lain.

8) Isi pikir

Biasanya klien memiliki ambang isi fikir yang wajar, dimana ia selalu
menanyakan kapan ia akan pulang dan mengharapkan pertemuan dengan
keluarga dekatnya.
9) Tingkat kesadaran

Biasanya klien tampak bingung dan kacau (perilaku yang tidak mengarah pada
tujuan).
10) Memori

a) Gangguan mengingat jangka panjang, tidak dapat mengingat kejadian.

b) Gangguan mengingat jangka pendek, tidak dapat mengingat dalam minggu


terakhir.
11) Tingkat konsentrasi dan berhitung

Menilai tingkat konsentrasi klien apakah mudah beralih atau tidak mampu
berkonsentrasi.
12) Kemampuan penilaian

Menggambarkan kemampuan pasien dalam melakukan penilaian terhadap


situasi, kemudian dibandingkan dengan yang seharusnya.
13) Daya litik diri

a) Mengingkari penyakit yang diderita : pasien tidak menyadari gejala


penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan pasien menyangkal
keadaan penyakitnya.
b) Menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang lain atau
lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah sekarang.

14) Kebutuhan persiapan pulang

a) Makan
Biasanya frekuensi makna, jumlah, variasi, macam, dan cara makan, observasi
kemampuan pasien menyiapkan dan membersihkan alat makan.
b) Buang Air Besar dan Buang Air Kecil
Observasi kemampuan pasien untuk Buang Air Besar (BAB) dan BAK pergi
menggunakan wc
c) Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci rambut,
gunting kukku observasi kebersihan tubuh.
d) Berpakaian
Observasi kemampuan pasien dalam mengambil, memilih dan mengenakan pakaian,
observasi penampilan dandanan pasien.
e) Istirahat dan Tidur
Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang, malam, persiapan sebelum tidur
dan aktivitas sesudah tidur.
f) Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara pemberian.
g) Pemeliharaan kesehatan
Biasanya tentang perawatan lanjut yang dilakukan klien.
h) Aktivitas di dalam rumah
Observasi kemampuan pasien dalam mengolah dan menyajikan makanan, merapikan
rumah, mengatur kebutuhan biaya sehari-hari
i) Aktivitas di luar rumah
Biasanya menggambarkan kemampuan pasien dalam belanja untuk keperluansehari-
hari
j) Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat membantu
klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam
mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah
mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi, represi, dan
resaksi formasi.
k) Masalah psikososial dan lingkungan:
Perlu dikaji tentang masalah dengan dukungan kelompok, maslah berhubungan
dengan lingkungan dan masalah pendidikan, pekerjaan, perumahan ekonomi,
pelayanan kesehatan.

l) Pengetahuan
Biasanya pasien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang
kurang tentang penyakit atau gangguan jiwa
m) Aspek medis
Pada pasien perilaku kekerasan biasanya mendapatkan obat untuk klien skizofrenia
seperti haloperidol, chlorpromazine dan anti kolinergik.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Risiko prilaku kekerasan dibuktikan dengan pemikiran waham/delusi, curiga pada
orang lain, halusinasi, berencana bunuh diri, disfungsi sistem keluarga, kerusakan
kognitif, disorientasi, disorientasi atau konfusi, kerusakan kontrol impuls, persepsi
pada lingkungan tidak akurat, alarm perasaan depresi, riwayat kekerasan pada hewan,
kelainan neurologis, lingkungan tidak teratur, penganiayaan atau pengabaian anak,
riwayat atau ancaman kekerasan terhadap diri sendiri atau orang lain atau destruksi
properti orang lain, impulsif, ilusi.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Tujuan Khusus :
- TUM : Pasien dan keluarga mampu mengatasi atau mengendalikan
risiko perilaku kekerasan
- TUK :
o TUK 1 : pasien dapat membina hubungan saling percaya
o TUK 2 : Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
yang dilakukan
o TUK 3 : Pasien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku
kekerasan
o TUK 4 : Pasien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang bisa
dilakukannya
o TUK 5 : Pasien dapat mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasa
o TUK 6 : Pasien dapat mengidentifikasi cara konstruktif atau cara-
cara sehat dalam mengungkapkan kemarahan.
o TUK 7: Pasien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan Pemberian Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi
persepsi : sesi 1 mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik.
b. Tindakan keperawatan

Diagnosis PERENCANAAN
Keperawatan Tujuan (Tuk/Tum) Kriteria evaluasi Intervensi Rasional
Halusinasi TUM : Pasien dan Setelah di lakukan Bina hubungan saling Hubungan saling
keluarga mampu tindakan asuhan percaya dengan prinsip percaya
mengatasi atau keperawatan selama merupakan dasar
mengendalikan risiko x… pertemuan. komunikasi terapetik untuk kelancaran
perilaku kekerasan Diharapkan pasien - Sapa klien dengan hubungan
TUK 1: dapat halusinasi hasil ramah baik secara interaksi
Klien dapat membina mengontrol dengan verbal maupun non selanjutnya
hubungan saling kriteria: verbal - Untuk
percaya dengan - Ekspresi wajah -perkenalkan diri menciptakan
kriteria hasil : cerah, dengan sopan tras kepada
- Ekspresi wajah tersenyum -tanyakan nama lengkap pasien.
cerah, - Mau berkenalan klien dan nama - Suapaya
tersenyum - Ada kontak panggilan yang pasien kenal
- Mau berkenalan mata disukai klien dengan
- Ada kontak - Bersedia -jelaskan tujuan perawat
mata menceritakan pertemuan - Untuk
- Bersedia perasaannya -jujur dan menepati mengetahui
menceritakan - Bersedia janji indentitas dan
perasaannya mengungkapkan -tunjukkan sikap empati nama pangilan
- Bersedia masalah dan terima klien apa yang di sukai
mengungkapka adanya pasien
n masalah -Beri perhatian kepada - Supaya pasien
klien dan perhatikan tahu tujuan
kebutuhan dasar kita
klien melakukan
pertemuan
- supaya pasien
selau
mempercai
setian apa
yang perawat
katakan
- Supaya pasien
menganggap
perawat juga
merasakan apa
yang pasien
rasakan
- Supaya pasien
merasa di
perhatikan dan
di hargain
TUK 2:Pasien dapat Kriteria evaluasi : - Diskusikan Menentukan
mengidentifikasi - Pasien dapat bersama Pasien mekanisme
penyebab perilaku menceritakan untuk koping yang
kekerasan yang penyebab perilaku menceritakan dimiliki oleh
dilakukan Kriteria kekerasan yang penyebab rasa pasien dalam
hasil : dilakukannya kesal atau rasa menghadapi
1) Pasien dapat - Pasien dapat jengkelnya dan masalah. Selain
menceritakan menceritakan perilaku itu, juga sebagai
penyebab perilaku penyebab perasan kekerasan. langkah awal
kekerasan yang jengkel/kesal, baik - Dengarkan dalam menyusun
dilakukannya dari diri sendiri penjelasan pasien strategi
2) Pasien dapat maupun lingkungan. tanpa menyela berikutnya.an
menceritakan dapat menyebutkan atau memberi pasien saat
penyebab perasan waktu halusinasi penilaian pada halusinasi terjadi.
jengkel/kesal, baik  setiap ungkapan
dari diri sendiri
maupun lingkungan.
dapat menyebutkan
waktu halusinasi

TUK 3 : Kriteria evaluasi : - Anjurkan pasien - Ungkapan


Pasien dapat Klien dapat mengungkapkan perasaan
mengidentifikasi menyebutkan 1) perasaan saat Pasien di
tanda dan gejala Pasien dapat marah/jengkel perlukan agar
perilaku kekerasan mengungkapkan sakit Pasien lebih
Kriteria hasil : perasaan saat - Diskusikan dan dapat terbuka
1) Pasien dapat marah atau jengkel motivasi pasien - Untuk
mengungkapkan 2) Pasien dapat untuk mengetahui
perasaan saat menyimpulkan menceritakan tanda perilaku
marah atau jengkel tanda – tanda kondisi fisik saat kekerasan
2) Pasien dapat marah atau jengkel perilaku kekerasan pada pasien
menyimpulkan yang dialami. terjadi. - Deteksi dini
tanda – tanda 3) Pasien dapat - Diskusikan dan dapat
marah atau jengkel menceritakan motivasi pasien mencegah
yang dialami. tanda-tanda untuk tindakan yang
3) Pasien dapat perilaku kekerasan menceritakan bisa
menceritakan secara : kondisi emosinya membahaykan
tanda-tanda Fisik : mata merah, saat terjadi pasien dan
perilaku kekerasan tangan mengepal, perilaku kekerasan lingkungan
secara : ekspresi tegang, - Diskusikan dan sekitar
Fisik : mata merah, dan lain-lain. motivasi pasien
tangan mengepal, Emosional : untuk
ekspresi tegang, perasaan marah, menceritakan
dan lain-lain. jengkel, bicara kondisi hubungan
Emosional : kasar. dengan orang lain
perasaan marah, Sosial : saat terjadi
jengkel, bicara bermusuhan yang perilaku kekerasa
kasar. dialami saat terjadi
Sosial : perilaku kekerasan
bermusuhan yang
dialami saat terjadi
perilaku kekerasan.
TUK 4 : Pasien dapat Kriteria evaluasi: - Diskusikan dengan - Untuk
mengidentifikasi a. Jenis- jenis pasien seputar mendapatkan
perilaku kekerasan ekspresi perilaku kekerasan bantuan
yang bisa kemarahan yang dilakukan keluarga
dilakukannya. yang selama selama ini dalam
Kriteria hasil : ini elah - Motivasi pasien mengontrol
- Jenis- jenis dilakukannya. menceritakan jenis- halusnasi.
ekspresi b. Perasaannya jenis tindak - Untuk
kemarahan yang saat kekerasan yang meningkatkan
selama ini elah melakukan selama ini pernah pengetahuan
dilakukannya. kekerasan dilakukannya. tentang
- Perasaannya c. Efektivitas - Motivasi pasien halusinasi
saat melakukan cara yang menceritakan
kekerasan dipakai dalam perasaan pasien
- Efektivitas cara menyelesaikan setelah tindak
yang dipakai masalah kekerasan tersebut
dalam percaya terjadi.
menyelesaikan dengan - Diskusikan apakah
masalah perawat dengan tindak
percaya dengan kekerasan yang
perawat dilakukannya,
masalah yang dialami
teratasi.

TUK 5 : Kriteria evaluasi : - Diskusikan dengan - Melihat


Klien dapat Evaluasi: Klien dapat klien dan keluarga mekanisme
memanfaatkan obat menjelaskan efek tentang dosis, koping pasien
dengan baik dengan setelah minum obat frekuensi manfaat dalam
kriteria hasil : obat menyelesaikan
- Klien dan - Pantau saat pasien masalah yang
keluarga dapat minum obat dihadapi.
menyebutkan - Anjurkan klien
manfaat, dosis minta sendiri obat
dan efek samping pada perawat. d.
obat. Beri reinforcemen
- Klien dapat jika pasien
mendemonstrasi menggunakan obat
kan penggunaa dengan benar.
obat secara benar - Diskusikan akibat
- Klien dapat berhenti minum
memahami akibat obat tanpa
berhenti minum konsultasi dengan
obat tampa
konsultasi dengan dokter.
dokter - Anjurkan pasien
berkonsultasi
dengan tim
kesahatan jika
terjadi hal-hal yang
tidak di inginkan
tentang efek
samping obat yang
dirasakan
TUK 6 : Pasien dapat Kriteria evaluasi : - apakah pasien mau - Menurunkan
mengidentifikasi cara Pasien dapat mempelajari cara perilaku yang
konstruktif atau cara- menjelaskan : cara- baru destruktif
cara sehat dalam cara sehat dalam mengungkapkan yang
mengungkapkan mengungkapkan marah yang sehat berpotensi
kemarahan. Kriteria marah - jelaskan berbagai mencederasi
hasil : Pasien dapat alternatif pilihan pasien dan
menjelaskan : cara- untuk lingkungan
cara sehat dalam mengungkapkan sekitar.
mengungkapkan kemarahan selain
marah perilaku kekerasan
yang diketahui
pasien.
- Jelaskan cara sehat
untuk
mengungkapkan
kemarahan : Cara
fisik : nafas dalam
dan pukul bantal
atau kasur, olahraga
TUK 7 : Pasien dapat Kriteria evaluasi : - Bantu pasien - Untuk
mendemonstrasikan Pasien dapat mengidentifikasi mengetahui
cara mengontrol mendemonstrasikan manfaat cara yang manfaat cara
perilaku kekerasan cara mengontrol telah dipilih yang telah
Pemberian Terapi perilaku kekerasan - Bantu pasien untuk dipilih
Aktivitas Kelompok melakukan roleplay - Untuk
stimulasi persepsi : - Bantu mengetahui
sesi 1 mengendalikan reinforcement apakah pasien
perilaku kekerasan positif atas dapat
secara fisik. Kriteria keberhasilan pasien melakukan
hasil : Pasien dapat melakukan roleplay roleplay
mendemonstrasikan - Memberikan
cara mengontrol dukungan
perilaku kekerasan. positif
terhadap
keberhasilan
pasien
melakukan
roleplay.

D. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan atau implementasi merupakan realisasi dari rangkaian dan penentuan
diagnosa keperawatan. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun
untuk membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan dan implementasi harus
sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat.

E. EVALUASI

Evaluasi merupakan tahap akhir proses asuhan keperawatan. Pada tahap


ini kita melakukan penilaian terakhir terhadap kondisi pasien dan
disesuaikan dengan kriteria hasil yang sebelumnya dibuat sesuai SOP :

S : Subjective ( pernyataan atau keluhan dari pasien)

O : Objective ( data yang diobservasi oleh perawat)

A : Analisys ( kesimpulan dari subjektif dan objektif)

P : Planning ( rencana tindakan yang dilakukan berdasarkan analisis)


DAFTAR PUSTAKA
Anggraini,Vany. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Perilaku Kekerasan Di
Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang. Program
Studi DIII Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang: Padang.
Erlinafsiah, 2012. Modal Perawat Dalam Praktek Keperawatan Jiwa. Jakarta : Trans info
Herdman, H.T. (2012). Diagnosis Keperawatan: DefInisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat PPNI. T
im Pokja SLKI DPP PPNI . 2018. Standar Luaran Keperawatan Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN

Pertemuan Ke-1

1. Kondisi pasien (DS dan DO)


Data subjektif :
- Keluarga mengatakan pasien sering melempar barang dan memukul istrinya
Data objektif :

- pasien tampak wajah tegang


- pandangan mata tajam
- sering berkata kasar (bangsat, bangsat, akan kubunuh kau)
- tampak tangan mengepal dan gigi gemertah
- sesekali memukul meja dan menendang kursi
2. Diagnosa keperawatan
Perilaku kekerasan
3. Tujuan keperawatan
- TUM : Pasien dan keluarga mampu mengatasi atau mengendalikan risiko
perilaku kekerasan
- TUK :
o TUK 1 : pasien dapat membina hubungan saling percaya
o TUK 2 : Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang
dilakukan
o TUK 3 : Pasien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku
kekerasan
o TUK 4 : Pasien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang bisa
dilakukannya
o TUK 5 : Pasien dapat mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasa
o TUK 6 : Pasien dapat mengidentifikasi cara konstruktif atau cara-cara
sehat dalam mengungkapkan kemarahan.
o TUK 7: Pasien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan Pemberian Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi : sesi
1 mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik.
4. Fase hubungan terapeutik
a. Membina hubungan saling percaya dengan cara :

1) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien


2) Perkenalkan diri dengan pasien

3) Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini

4) Buat kontrak asuhan

5) Tunjukkan sikap empati terhadap klien

6) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan

1. Klien bisa mengontrol perasaan cemas dan khawatirnya Diskusikan bersama


klien penyebab perasaan tersebut
2. Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang biasa dilakukan pada
saat khawatir baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
3. Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari perasaan cemas.

1. Fase Orentasi.

a. Salam Terapeutik.

Perawat : Selamat pagi ibu perkenalkan nama saya Intan, saya mahasiswi
Poltekkes yang akan dinas di ruangan ini selama 1 minggu. Hari ini
saya dinas pagi dari jam 08:00 sampai jam 14:00 siang. Saya akan
merawat bapak selama di rumah sakit ini. Nama bapak siapa?
Pasien : Purwo

Perawat : Senangnya bapak di panggil apa?

Pasien : purwo saja

b. Evaluasi / Validasi.

Perawat : “Baik pak apa kabar hari ini ?”

Pasien : (Pasien Diam)

Perawat : “Bagaimana perasaan bapak saat ini?”


Pasien : “Saya merasa kesal”

Perawat : “Apakah masalah yang kemarin bapak ceritakan masih bapak alami
hari ini?”

Pasien : “Iya, saya masih marah dengan mereka”

Perawat : “Apa yang bapak lakukan ketika sedang marah?”

Pasien : “Saya memukul istri saya dan melempar barang apapun yang ada
disekitar saya
Waktu
Perawat : berapa lama pak mau berbincang-bincang?
Pasien 15 menit saja sus
Tempat

Perawat : pak mau berbincang-bincang dimana?bagaimana kalau di ruang


tamu

Pasien : iya

2. Fase kerja
Perawat : “Sebelumnya saya ingin mengetahui apa yang menyebabkan bapak
marah?” Pasien : “Mereka itu tidak pernah menghargai perasaan orang. Saya tahu,
saya tidak bekerja Selalma 4 bulan tapi saya juga manusia,, Bahkan saya tidak kerja
karena habis kecelakaan. Harusnya mereka berterima kasih, saya sudah mau berkorban
untuk mereka, mereka malah menganggap saya beban dalam keluarga, selalu menatap
saya dengan tatapan sinis, seolah-olah saya memang sudah tidak bisa apa-apa lagi..
yang jelas saya merasa tidak dihargailah... Betul-betul kurang ajar mereka,”
Perawat : “Mereka itu suami-nya bapak ya?”
Pasien : “Dan anak saya,, sama saja tidak ada bedanya...”
Perawat : “Apakah sebelumnya bapak pernah marah?”
Pasien : “Iya”
Perawat : “Oh... Jadi bapak marah karena tidak dihargai dalam keluarga bapak.
Pada saat bapak marah, apa yang Ibu rasakan? Apakah bapak merasakan kesal
kemudian dada Ibu berdebar-debar, mata melotot, dan tangan mengepal?”
Pasien : “Ya iya lah, namanya juga lagi marah,gimana sih kamu ini”(muka
meremehkan)
Perawat : “Setelah itu apa yang bapak lakukan”
Pasien : “apa yang ada disekitar saya,saya lempar dan saya pecahkan,”
Perawat : “ Oh..iya, jadi bapak memecahkan barang-barang yang ada disekitar
bapak, apakah dengan cara ini mereka akan lebih menghargai bapak?”
Pasien : “Tidak, tapi rasanya puas,”
Perawat : “ Iya, tentu tidak. Apa kerugian dari cara yang bapak lakukan?”
Pasien : “Mereka ketakutan. Mereka pikir saya pasti akan membunuh mereka
semua,”
Perawat : “Betul, keluarga jadi takut kepada bapak, barang-barang pecah, harus
mengeluarkan uang untuk membeli barang baru lagi. Menurut bapak adakah cara lain
yang lebih baik?
Pasien : “Cara lain apa cobak, tidak ada yang lebih baik daripada itu..mereka
pantas mendapatkannya”
Perawat : “Bagaimana kalau bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan
dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
Pasien : “Bagaimana?”
Perawat : ”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, bapak. Bagaimana
kalau kita coba aja dulu?”
Pasien : ”Iya,”
Perawat : ”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka
bapak duduk dengan rileks, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Coba
sekarang ibu ikuti dan lakukan sebanyak 5 kali”
Pasien : (pasien kooperatif)
Perawat : “Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana
perasaannya?” Pasien : “Agak lebih tenang,”
Perawat : “Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Ibu sudah terbiasa melakukannya”
Pasien : “Iya”
Perawat : “Cara yang kedua yaitu melampiaskan rasa marah bapak dengan
memukul bantal atau kasur, nah disaat rasa marah bapak muncul bisa
melampiaskannya dengan cara memukul bantal atau kasur, seperti ini saya contohkan
(perawat mencontohkan cara melampiaskan marah dengan memukul bantal) bisa
bapak ulangi?
Pasien : (pasien kooperatif)
Perawat : “Bagus sekali bapak bisa melakukannya. Nah sebaiknya laihan ini ibu
lakukan secara rutin , sehingga sewaktu-waktu muncul bapak sudah terbiasa
melakukannya
Perawat : “Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan ?”
Pasien : ”Lumayan lebih tenang,
Perawat : “Baiklah bapak masih ingat tidak tadi berbincang-bincang dan
belajar apa?” Pasien : “Mengontrol rasa marah”
Perawat : “Coba sebutkan apa yang bapak lakukan untuk mengendalikan rasa
marah bapak, yang tadi sudah saya ajarkan?”
Pasien : “Mengatur napas dan memukul bantal”
Perawat : “Coba contohkan kembali bagaimana cara mengontrol rasa marah
bapak ?” Pasien : (Pasien mengulangi cara mengatur napas dan memukul bantal untuk
mengendalikan rasa marahnya yang sudah diajarkan oleh perawat)
Perawat : “Bagus sekali pak, bapak masih mengingatnya dan bisa
melakukannya”
Perawat : “Sekarang kita buat jadwal latihannya ya pak, berapa kali sehari
bapak mau latihan napas dalam?”
Pasien : “3 kali,”
Perawat : ”Baik pak, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan
cara yang lain untuk mencegah/mengontrol marah”
Pasien : “Iya”
Perawat : “Tempatnya disini saja ya pak, Selamat pagi,
SP (STRATEGI PELAKSANAAN)

Pertemuan Ke 2

1. Kondisi Pasien
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan sekarang sudah lebih bisa mengontrol emosinya
Data Objektif :
- Postur tubuh tidak kaku lagi
- Mau melakuakan teknik yang di anjarkan
- Bisa mengontrol marah
2. Diagnosis Keperawatan
Prilaku kekerasan b.d Ketidak mampuan mengendaliankan dorongan marah d.d
Ketidak mampuan mengungkapkan perasaan

3. Tujuan Keperawatan
Tujuan Umum :
Klien dan keluarga mampu mengatasi atau mengendalikan resiko prilaku kekerasan.
Tujuan Khusus :
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Klien dapat mengidentifikasi penyebab prilaku kekerasan yang dilakukan
- Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda prilaku kekerasan
- Klien dapat mengidentifikasi jenis prilaku kekerasan yang pernah
dilakukan
- Klien dapat mengidentifikasi akibat dari prilaku kekerasan
- Klien dapat mengidentifikasi cara konsdtruktif dan cara- cara sehat dalam
mengungkapkan Kemarahan

4. Fase Hubungan Terapeutik


a. Pra-Interaksi
- Memeriksa catatan keperawatan
- Mempersiapkan diri sebelum bertemu dengan pasien

b. Orientasi
Perawat :” om swastiastu selamat pagi bapak, bagaimana kabarnya hari ini?
Masih ingat dengan saya?
Perawat :” Perawat: bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah masih merasa
marah? Apakah ada yang menyebabkan bapak marah? Jika sudah
berukang sangat bagus sekali bapak! Apakah bapak sudah
mempraktekkan yang kita pelajari kemarin? Bagus jika bapak
sudah mempraktekkannya.”
Perawat :” sesuai kesepakatan kita kemarin waktu yang kita perlukan adalah
kurang lebih 20 menit”
Perawat :”sesuai kesepakatan kita kemarin, kita melakukan kegiatan ini di
ruangan bapak/dikamar bapak!”
Perawat :” tujuan dari Latihan ini sama seperti yang saya jelaskann tadi adalah
agar bapak bisa melampiaskan rasa amarah bapak dengan cara
memukul Kasur atau bantal.”

c. Kerja
Perawat:” kalau begitu bagaiaman kalau kita mulai terapinya, bapak bisa ikuti
arahan saya, apa bapak sudah siap?”
Perawat:” jika ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul rasa ingin
melukai atau memukul orang lain selain dengan cara nafas dalam
bapak bisa lakukan dengan cara memukul Kasur dan bantal.
Sekarang mari kita Latihan memukul Kasur dan bantal. Jadi nanti
kalau bapak ingin marah, bapak langsung saja ke kamar bapak dan
lampiaskan semua kemarahan bapak dengan memukul Kasur dan
bantal. Nah coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantalnya bapak,
ya bagus sekali bapak! Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin
jika ada perasaan marah, kemudian jangan lupa rapikan lagi tempat
tidurnya.”
d. Terminasi

Perawat : “Bagaimana perasaan Bapak sekarang? Setelah melakukan latihan


tadi”

Perawat: “baik bapak, coba bapak jelaskan kembali Latihan yang kita lakukan
tadi! Wahh bapak sudah menjelaskan dengan baik”
Perawat: “baik bapak sudah tidak terasa 20 menit kita ngobrol. Dan melakukan
teknik yang bisa digunakan untuk mengontrol rasa amarah bapak.
Baik bapak terima kasih sudah mengikuti Latihan ini dengan
antusias, kita berjumpa lagi dilain kesempatan ya bapak. Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai