Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN MASALAH RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Dosen Pembimbing : I Gusti Ayu Harini, S.Km., M.Kes

Oleh :

Nama : Pande Luh Putu Rani Agustini


NIM/Absen : P07120221026 / 26
Kelas : 3A
Prodi : STR Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2023/2024
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami perilaku yang
dapat melukai secara fisik baik terhadap dirisendiriatauorang lain (Yosep 2011).
Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai
dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol (Wati, 2010).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untukmelukai seseorang,
baik secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisiini, perilaku kekerasan dapat di
lakukan secara verbal di arahkan pada dirisendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku
kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu perilaku kekerasan saat sedang berlangsung
atau perilaku kekerasanterdahulu (riwayat perilaku kekerasan). (Keliat, 2012)
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang di hadapiolehseseorang yang
di tunjukan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan,baik pada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan secara verbal maupun nonverbal,bertujuan untuk melukai orang lain
secara fisik maupun psikologis(Yosep 2011).
2. Faktor Terjadinya Perilaku Kekerasan
Proses terjadinya perilaku kekerasan itu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
predisposisi dan faktor presipitasi.
a. Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang merupakan faktor predisposisi, artinya
mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami
oleh individu adalah:
1) Faktor Biologis
Dalam otak sistem limbik berfungsi sebagai regulator atau pengatur perilaku.
Adanya lesi pada hipotalamus dan amigdala dapat mengurangi dan meningkatkan
perilaku agresif. Perangsangan pada sistem neurofisiologis dapat menimbulkan
respon-respon emosional dan ledakan agresif. Penurunan norepinefrin dapat
menstimulasi perilaku agresif misalnya pada peningkatan kadar hormon
testosteronatau progesteron. Pengaturan perilaku agresif adalah dengan mengatur
jumlah metabolisme biogenik amino- norepinefrin (Dalami, dkk, 2014). Berdasarkan
faktor biologis, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi seseorang melakukan
perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut(Direja, 2011).
a) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku bermusuhan dan respon agresif.
b) Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam townsend (1996)
menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epineprin, norepineprin,
dopamine, asetilkolin dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi
dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormone androgen dan
norepineprin serta penurunanserotonin dan GABA (6 dan 7) pada ciran
serebrospinal merupakan penyebab timbulnya perilaku agresif pada
seseorang.
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitanyadengan penghuni penjara tindak criminal (narapidana).
d) Gangguan otak, sindrom otak organic berhubungan dengan gangguan
serebral, tumor otak (khususnya pada limbic dan lobus temporal),trauma
otak, penyakit ensefalitis, epilepsy (lobus temporal) terbukti berpengaruh
terhadap perilaku agresif ataukekerasan.
2) Faktor Psikologis
a) Psychoanalitytical Theory; Teori ini mendukung bahwa perilaku agresif
merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat bahwa
perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting. Pertama, instinghidup yang
diekspresikan dengan seksualitas dan kedua, insting kematian yang
diekspresikan dengan agresivitas.
b) Imitation, modeling, and information processing theory: Menurut teoriini
perilaku kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan yang menolelir
kekerasan.Adanya contoh, model dan perilaku yang ditiru dari madia atau
lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru perilaku tersebut.
Dalam suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk menonton
tayangan pamukulan pada boneka dengan raward positif (makin keras
pukulanya akan diberi coklat), anak lainmenontontayangan cara mengasihii
dan mencium boneka tersebutdengan reward positif pula (makin baik
belainya mendapat hadiah coklat). Setelahanak- anak keluar dan diberi
boneka ternyata masing- masing anak berperilaku sesuai dengan tontonan
yang pernah dialaminya.\
c) Learning Theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan
terdekatnya.Ia mengamati bagaimana respon ayah saat menerima
kekecewaan dan mengamati bagaimana respons ibu saat marah.Ia juga
belajar bahwa dengan agresifitas lingkungan sekitarmenjadi peduli,
bertanya, menanggapi, dan menganggap bahwa dirinya
eksis danpatutuntuk diperhitungkan. (Yosep, 2011)
Menurut Fitria (2009) faktor predisposisi berdasarkan faktor psikologis perilaku
kekerasan meliputi :
- Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
untukmaengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang
memotivasi PK.
- Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan
masa kecilyangtidak menyanangkan.
- Frustasi
- Kekerasan dalam rumah atau keluarga.
3) Faktor Sosial Budaya
Seseorang akan berespon terhadap peningkatan emosionalnya secara
agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori
menurut Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respons-
respons yang lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi dan
semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar
kemungkinan terjadi. Budaya juga dapat mempengaruhi perilaku
kekerasan. Adanya normadapat membantu mendefinisikan ekspresi
marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima. Kontrol
masyarakat yang rendah dan kecendrungan menerima perilaku
kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat
b. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injuri secara fisik,
psikis atau ancaman konsep diri. Beberapafaktorperilaku kekerasan sebagai berikut:
 Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan,
kehidupanyangpenuh agresif, dan masa lalu yang tidak
menyenangkan.
 Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang
berarti,merasaterancam baik internal maupun eksternal.
 Lingkungan : panas, padat, dan bising.
3. Pohon Masalah Perilaku Kekerasan

Resiko Mencederai Diri Sendiri,

Orang Lain Dan Lingkungan

EFFECT

Resiko Perilaku
Kekerasan

CORE PROBLEM

Halusinasi

CAUSE

4. Mekanisme Koping Perilaku Kekerasan


Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan steress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri. Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang
timbul karena adanya ancaman.Beberapa mekanisme koping yang dipakai padaklien marah
untuk melindungi diri antara lain (Afnuhazi, 2015):
a. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat
untuksuatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal.
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai kesukaran atau keinginan yang tidak baik.
c. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar.
d. Reaksi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-
lebihkansikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan.
e. Displacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang
tidakbegitu berbahaya.
5. Rentang Respon Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang
dimanifestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk
komunikasi dan proses penyampaian pesan dari indivuidu. Rentang respons kemarahan
individu dimulai dari respons normal (asertif) sampai pada respons sangattidak normal
(maladaptif) . Berikut rentang respon marah menurut (Direja, Ade Herman Surya, 2011).

Keterangan :
a. Asertif Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain danmemberi
ketenangan.
b. Frustasi Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukanalternatif.
c. Pasif Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
d. Agresif Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi
masihterkonrol.
e. Kekerasan Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol.

6. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan


Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala
perilakukekerasan:(Yosep, 2011)
1. Fisik: muka merah dan tegang, mata melotot atau pandangan tajam, tanganmengepal,
postur tubuh kaku, jalan mondar mandir.
2. Verbal: bicara kasar, suara tinggi, membentak atau berteriak, mengancam secarafisik,
mengumpat dengan kata-kata kotor.
3. Perilaku: melempar atau memukul benda pada orang lain, menyerang orang lain atau
melukai diri sendiri, merusak lingkungan, amuk atau agresif.
4. Emosi: tidak ade kuat, dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan,
mengamuk,menyalahkan dan menuntut.
5. Intelaktual: cerewet, kasar, berdebat, meremehkan.
6. Spiritual: merasa berkuasa, merasa benar sendiri, mengkritik pendapat orang
lain,menyinggung perasan orang lain, tidak peduli dan kasar.
7. Sosial: menarik diri, penolakan, ejekan, sindiran

7. Penatalaksanaan Perilaku Kekerasan


Penatalaksanaan pada pasien perilaku kekerasan bukan hanya meliputi pengobatan dengan
farmakoterapi, tetapi juga pemberian psikoterapi, serta terapi modalitas yang sesuai dengan
gejala pada perilaku kekerasan. Pada terapi ini juga perlu dukungan keluarga dan sosial
akan memberikan peningkatan kesembuhan klien. Penatalaksanaan pada pasien perilaku
kekerasan terbagi dua yaitu :
1. Penatalaksanaan medik
a. Farmakoterapi
Salah satu farmakoterapi yang digunakan pada klien dengan perilaku
kekerasan biasanya diberikan antipsikotik. Obat antipsikotik pertama yaitu
klorpromazin, diperkenalkan tahun 1951 sebagai pramedikasi anestesi.
Kemudian setelah itu, obat itu diuji coba sebagai obat skizofrenia dan
terbukti dapat mengurangi skizofrenia. Antipsikotik terbagi atas dua yaitu
antipsikotik tipikal dan antipsikotik atipikal dengan perbedaan pada efek
sampingnya. Antipsikotik tipikal terdiri dari (butirofenon).
Haloperidol/haldol, Fenotiazine,Chlorpromazine, perphenazine (Trilafon),
trifluoperazin(stelazine), sedangkan untuk antipsikotik atipikal terdiri dari
(clozapine (clozaril), risperidone (Risperidal). Efek samping yang
ditimbulkan berupa rigiditas otot kaku, lidah kaku atau tebal disertai
kesulitan menelan. Biasanya sering digunakan klien untuk mengatasi gejala-
gejalapsikotik (Perilaku kekersan, Halusinasi, Waham), Skizofrenia, psikosis
organik, psikotik akut dan memblokade dopamine pada pascasinaptik neuron
di otak (Katona, dkk, 2012).
b. Terapi Somatis
Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan
jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku
adaptif dengan melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien.
Walaupun yang diberi perlakuan adalah fisik klien, tetapi target terapi adalah
perilaku klien. Jenis terapi somatis adalah meliputi pengikatan, ECT,
isolasidan fototerapi (Kusumawati & Yudi, 2010).
1) Pengikatan
Merupakan terapi menggunakan alat mekanik atau manual untuk
membatasi mobilitas fisik klien yang bertujuan untuk melindungi cedera
fisik pada klien sendiri dan orang lain.
2) Terapi Kejang listrik
Terapi kejang listrik atau Electro Convulsif Therapi (ECT) adalah
bentuk terapi kepada pasien dengan menimbulkan kejang grand mall
dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempatkan
dipelipis pasien. Terapi ini ada awalnya untuk menangani skizofrenia
membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan setiap 2-3 hari
sekali (seminggu 2 kali) dengan kekuatan arus listrik (2-3 joule).
3) Isolasi
Merupakan bentuk terapi dengan menempatkan klien sendiri diruang
tersendiri untuk mengendalikan perilakunya dan melindungi klien,
orang lain dan lingkungan. Akan tetapi tidak dianjurkan pada klien
dengan risiko bunuh diri.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Strategi pelaksanaan pasien perilaku kekerasan
Startegi pelaksanaan dapat dilakukan berupa komunikasi terapeutik kepadapasien
perilaku kekerasan maupun pada keluarga. Tindakan keperawatan terhadap
pasien dapat dilakukan minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai
pasien dan keluarga dapat mengontrol dan mengendalikan perilaku kekerasan.
Pada masingmasing pertemuan dilakukan tindakan keperawatan berdasarkan
strategi pelaksanaan (SP) sebagai berikut (Pusdiklatnakes, 2012) :
- Latihan strategi pelaksanaan 1 untuk pasien :
BHSP (Bina hubungan saling percaya), mengidentifikasi penyebab marah,
tanda marah, respon marah, mengontrol marah dengan relaksasi nafas
dalam.
- Latihan strategi pelaksanaan 2 untuk pasien :
Evaluasi sp 1, memukul bantal, memasukkan ke jadwal kegiatan harian.
- Latihan strategi pelaksanaam 3 untuk pasien :
Evaluasi sp 2, mengungkapkan secara verbal yang baik,
masukkan ke jadwal ke jadwal kegiatan harian pasien.
- Latihan strategi pelaksanaan 4 untuk pasien :
Evaluasi sp3, latihan cara spiritual .
- Latihan strategi pelaksanaan 5 untuk pasien:
Evaluasi sp 4, minum obat
Tindakan keperawatan berdasarkan strategi pelaksanaan (SP) sebagai berikut :
a) Latihan strategi pelaksanaan 1 untuk keluarga : Cara merawat
pasiendanmelatih latihan fisik
b) Latihan strategi pelaksanaan 2 untuk keluarga : Cara memberi minum obat
c) Latihan strategi pelaksanaan 3 untuk keluarga : Melatih
keluarga caramengontrol marah dengan cara sosial atau
verbal.Latihan strategi pelaksanaan 4 untuk keluarga : cara
mengontrol rasa marah dengan cara spiritual, latih cara spiritual,
jelaskan follow up ke puskesmas,tanda kambuh.
b. Terapi modalitas
Terapi modalitas keperawatan jiwa dilakukan untuk memperbaiki dan
mempertahankan sikap klien agar mampu bertahan dan bersosialisasi dengan
lingkungan masyarakat sekitar dengan harapan klien dapat terus bekerja dan tetap
berhubungan dengan keluarga, teman, dan sistem pendukung yang ada ketika
menjalani terapi (Nasir & Muhits dalam Direja, 2011). Jenis-jenis terapi
modalitasadalah :
1) Psikoterapi
Merupakan suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional terhadap
pasienyang dilakukan oleh seseorang yang terlatih dan sukarela. Psikoterapi
dilakukanagar klien mengalami tingkah lakunya dan mengganti tingkah laku
yang lebih konstruktif melalui pamhaman- pemahaman selama ini kurang baik
dan cenderung merugikan baik diri sendiri , orang lain maupun lingkungan
sekitar.
2) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi Aktivitas Kelompok sering digunakan dalam praktik kesehatan jiwa,
bahkan merupakan hal yang terpenting dari keterampilan terapeutik dalam ilmu
keperawatan. Pemimpin atau leader kelompok dapat menggunakan keunikan
individu untuk mendorong anggota kelompok untuk mengungkapkan masalah
dan mendapatkan bantuan penyelesaian masalahnya dari kelompok, perawat
juga adapatif menilai respon klien selamaberada dalam kelompok. Jenis Terapi
Aktivitas Kelompok yang digunakan pada klien dengan perilaku kekerasan
adalah Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi atau Kognitif. Terapi yang
bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi,
menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif serta
mengurangi perilaku maladaptif. Karakteristiknya yaitu pada penderita
gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilainilai, menarik diri dari realitas
dan inisiasi atau ide-ide negatif.
c. Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah
klien dengan memberikan perhatian :
1. Bina hubungan saling percaya (BHSP

2. .Jangan memancing emosiklien

3. Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga

4. Memberikan kesempatanpada klien dalam mengemukakan


pendapat
5. Anjurkan pada klien untuk mengemukakan maslah yang dialam

6. Mendengarkan keluhan klien

7. Membantu memecahkan masalah yang dialami oleh klien

8. Hindari penggunaan kata-kata yang menyinggung perasaan klien 9.Jika

klien melakukan kesalahan jangan langsung memvonis


9. Jika terjadi perilaku kekerasan yang dilakukan adalah : bawa klien

ketempat yang tenang dan aman, hindari benda tajam, lakukan fiksasi
sementara, rujukke pelayanan kesehatan (Afnuhazi, 2015).
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERILAKU KEKERASAN
1. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses


keperawatan dan merupsksn proses yang sistematis dala pengumpulan data
dari berbagai sumberuntuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan pasien (Iyer et.al dalam Muhith 2015). Tahap pengkajian terdiri
atas pengumpulan data dan perumusankebutuhan ataumasalah pasien.
a) Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan status
mental, suku bangsa, tanggal masuk, tanggal pengkajian, ruang rawat dan
alamat.
b) Alasan Masuk
Alasan yang menyebabkan pasien atau keluarga datang atau dirawat di rumah
sakit. Faktor pencetus perilaku kekerasan meliputi ancaman terhadap fisik,
ancaman internaldan ancaman eksternal.
c) Riwayat Penyakit sekarang
Keluhan saat ini pada pasien perilaku kekerasan, faktor yang memperberat
kejadian seperti putus pengobatan, melukai orang lain, diri sendiri maupun
lingkungan.
d) Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah
faktor biologi (biasanya klien mempunyai keluarga yang mempunyai riwayat
perilaku kekerasan, klien pernah mengalami gangguan jiwa) , psikologis (
harapan yang tidak sesuai, sering melihat perilaku kekerasan atau mengalami
perilaku kekerasan dan sosiokultural (Dermawan, 2013).
e) Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu yang
bersifat unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik,
kehilangan, kematian danlain-lain) maupun dalam (putus hubungan dengan
orang berarti, kehilangan rasa cinta,takut terhadap penyakit fisik dan lain-
lain). Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat, kritikan yang mencegah
pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan.
f) Pemeriksaan Fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan dan tanyakan apakah
ada keluhanfisik yang dirasakan pasien.
g) Pengkajian Psikososial
1) Genogram Genogram menggambarkan pasien dengan tiga generasi
keluargadilihat dari pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola
asuh.
2) Konsep diri
 Gambaran diri
Menggambarkan persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
tidakdisukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan
bagian yang disukai.
 Identitas diri
Status dan posisi pasien sebelum pasien dirawat, kepuasan pasien
terhadap status dan posisinya, kepuasan pasien sebagai laki-laki atau
perempuan, keunikan yangdimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan
posisinya.
 Fungsi peran
Tugas atau peran pasien dalam keluarga atau kelompok masyarakat,
kemampuan pasien dalam melaksanakan fungsi atau perannya,
perubahan yang terjadi saat pasien sakit dan dirawat, bagaimana
perasaan pasien akibat perubahan tersebut.
 Ideal diri
Harapan pasien terhadap keadaan tubuh ideal, posisi, tugas, peran dalam
keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan pasien terhadap penyakitnya,
bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
 Harga diri
Hubungan pasien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak
pada pasien dalam berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas
diri tidak sesuai harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri
tidak sesuai harapan, penilaian pasien terhadap pandangan atau
penghargaan orang lain.
3) Hubungan Sosial
Menggambarkan orang yang paling berarti dalam hidup pasien, dan upaya yang biasa
dilakukan bila ada masalah, kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat,peran dalam
kelompok, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
4) Spiritual
Nilai keyakinan, kegiatan ibadah atau menjalankan keyakinan, kepuasan dalam menjalankan
keyakinan.
h) Status Mental
1. Penampilan
Melihat penampilan pasien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada yang
tidak rapi, penggunaan pakaian sesuai, cara berpakaian.
2. Pembicaraan
Biasanya pada klien perilaku kekerasan ketika bicara nada suara keras, tinggi,
menjerit atau berteriak.
3. Aktivitas motorik
Agitasi (gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan), kompulsif
(kegiatan berulang- ulang), grimasem (otot-otot wajah yang berubah-ubah
dan tidak terkontrol).Seperti menggepalkan tangan, merusak barang atau
benda, rahang mengatup.
4. Afek dan Emosi
- AfekBiasanya klien labil, emosi cepat berubah-rubah dan tidak
sesuai,emosi bertentangan dan berlawanan dengan stimulus
- Emosi
Biasanya klien memiliki emosi yang tidak adekuat, tidak aman dan
nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, bermusuhan,
mengamukserta menuntut.
5. Interaksi selama wawancara
• Kooperatif, berespon dengan baik terhadap pewawancara
• Tidak kooperatif, tidak dapat menjawab pertanyaan dengan spontan
• Mudah tersinggung
• Bermusuhan
• Kontak kurang, tidak menantap lawan bicara
• Curiga
6. Persepsi sensori
Persepsi ini meliputi persepsi mengenai pendengaran, penglihatan,
pengecapan,penghidu.
7. Proses pikir
• Sirkumtansial, pembicaraan yang berbelit tapi sampai pada tujuan.
• Tangensial, pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan.
• Kehilangan asosiasi, pembicaraan tidak ada hubungan antara satu
kalimatdengan kalimat yang lain.
8. Isi pikir
Biasanya klien memiliki ambang isi fikir yang wajar, dimana ia selalu
menanyakankapania akan pulang dan mengharapkan pertemuan dengan
keluarga dekatnya.
9. Tingkat kesadaran
Biasanya klien tampak bingung dan kacau (perilaku yang tidak mengarah
pada tujuan).
10. Memori
• Gangguan mengingat jangka panjang, tidak dapat mengingat kejadian.
• Gangguan mengingat jangka pendek, tidak dapat mengingat dalam
mingguterakhir.
11. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Menilai tingkat konsentrasi klien apakah mudah beralih atau tidak mampu
berkonsentrasi.
12. Kemampuan penilaian
Menggambarkan kemampuan pasien dalam melakukan penilaian
terhadap situasi,kemudian dibandingkan dengan yang seharusnya.
13. Daya litik diri
• Mengingkari penyakit yang diderita : pasien tidak menyadari gejala penyakit
(perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan pasien menyangkal keadaan
penyakitnya.Menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang lain atau
lingkunganyang menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah sekarang.
14. Kebutuhan persiapan pulang
• Makan
Biasanya frekuensi makan, jumlah, variasi, macam dan cara makan,
observasi kemampuan pasien menyiapkan dan membersihkan alat
makan.
• Buang Air Besar dan Buang Air Kecil
Observasi kemampuan pasien untuk Buang Air Besar (BAB) dan BAK,
pergimenggunakan WC.
• Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi,
cuci rambut, gunting kuku, observasi kebersihan tubuh.
• Berpakaian
Observasi kemampuan pasien dalam mengambil, memilih dan
mengenakan pakaian, observasi penampilan dadanan pasien.
• Istirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang,malam, persiapan
sebelumtidur dan aktivitas sesudah tidur.
• Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara pemberian.
• Pemeliharaan kesehatan
Biasanya tentang perawatan lanjut yang dilakukan klien.
• Aktivitas di dalam rumah
Observasi kemampuan pasien dalam mengolah dan menyajikan
makanan, merapikan rumah, mengatur kebutuhan biaya sehari-hari.
• Aktivitas di luar rumah
Biasanya menggambarkan kemampuan pasien dalam belanja untuk
keperluansehari-hari.
i) Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat
membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif
dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum
digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement,
sublimasi, proyeksi, represi, dan resaksi formasi.
j) Masalah psikososial dan lingkungan
Perlu dikaji tentang masalah dengan dukungan kelompok, maslah
berhubungan dengan lingkungan dan masalah pendidikan, pekerjaan,
perumahan ekonomi, pelayanan kesehatan.
k) Pengetahuan
Biasanya pasien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan
yangkurangtentang penyakit atau gangguan jiwa.
l) Aspek medis
Pada klien perilaku kekerasan biasanya mendapatkan obat untuk klien
skizofrenia sepertihaloperidol, clorpromazine dan anti kolinergik.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko Perilaku Kekerasan b.d Riwayat atau ancaman kekerasan terhadap diri sendiri atau
orang lain atau destruksi properti orang lain

3. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Dx Hasil
Risiko Setelah dilakukan Pencegahan Perilaku Pencegahan Perilaku
Perilaku asuhan keperawatan Kekerasan Kekerasan
Kekerasan selama (I.14544) : (I.14544) :
2 pertemuan diharapkan Intervensi Utama Intervensi Utama
Kontrol diri Observasi Observasi
meningkat 1. Monitor adanya benda 1. Menghindari benda
Dengan Kriteria Hasil: yang berpotensi yang berpotensi
1. Verbalisasi membahayakan (mis, membahayakan
ancaman kepada benda tajam, tali) pasien
orang lain menurun 2. Monitor keamanan 2. Membuat
2. Verbalisasiumpatan barang yang dibawaoleh lingkungan aman
menurun pengunjung baik pasien, dan
3. Perilaku 3. Monitor petugas medis yang
menyerang selama pengunaan memeriksa
menurun barang yang dapat 3. Menghindarkan
4. Perilaku melukai membahayakan (mis, barang yang
diri sendiri/orang pisau cukur) berbahaya bagi
lain menurun pasien
Terapeutik
5. Perilaku merusak Terapeutik
4. Pertahankan lingkungan
lingkungan sekitar 4 Untuk
bebas dari bahaya
menurun mencegah
secara rutin
6. Perilaku pasien berprilaku
5. Libatkan keluarga dalam
agresif/amuk yang berisiko
perawatan
menurun membahayakan
7. Suara keras keselamatan
menurun 5 Dukungan keluarga
8. Bicara ketus sangat diperlukan
menurun sebagai support
9. Verbalisasi sistem
keinginan bunuh Edukasi Edukasi
diri menurun 6. Anjurkan pengunjung 6 Agar hubungan
10. Verbalisasi isyarat dan keluarga untuk sosial pasien dengan
bunuh diri menurun mendukung sekitar nya tetap
11. Verbalisasi keselamatan pasien terjalin baik
ancaman bunuh diri 7. Latih cara 7. Membantu pasien
menurun Mengungkapkan mengeluarkan apa
12. Verbalisasi rencana perasaan secara asertif yang sedang
bunuh diri menurun 8. Latih mengurangi dialami/dirasakan
13. Verbalisasi kemarahan secara 8. Untuk mencegah
Kehilangan verbal dan nonverbal tekanan darah
hubungan yang (mis, relaksasi, pasien naik dan
penting menurun bercerita) mengurangi beban
14. Perilaku pikiran/ rasa
Merencanakan curiga/marah
bunuh diri menurun pasien
15. Euforia menurun
Alam perasaan Intervensi Pendukung Intervensi Pendukung
depresi menurun Dukungan Koping Dukungan Koping
Keluarga Keluarga
(I.09260) (I.09260)
Observasi Observasi
1. Identifikasi respons 1. Untuk mengetahui
emosional terhadap keadaan emosional
kondisi saat ini pasien saat ini
2. Identifikasi beban 2. Untuk mengetahui
prognosis secara adanya faktor
psikologis penyebab
3. Identifikasi munculnya masalah
pemahaman tentang pada pasien
keputusan perawatan 3. Untuk mengetahui
setelah pulang tingkat pemahaman
pasien setelah
pulang dari
perawatan
4. Untuk
4. Identifikasi menyesuaikan
kesesuaian antara harapan pasien,
harapan keluarga dan tenaga
pasien,keluarga, dan kesehatan
tenaga kesehatan
Terapeutik Terapeutik
5. Dengarkan masalah, 5. Untuk mengetahui
perasaan, dan masalah yang
pertanyaan keluarga sedang dihadapi
pasien
6. Terima nila-nilai 6. Menerima setiap
keluarga dengan cara perkataan/nilai-
yang tidak nilai
Menghakimi sosial/budaya
pasien sebagai
Sebuah
keberagaman
7. Diskusikan rencana 7. Untuk memberikan
medis dan perawatan pengetahuan
tentang perawatan
yang akan
dilakukan kepada
pasien
8. Fasilitasi 8. Untuk mengetahui
Pengungkapan mengenai perasaan
perasaan antara pasien, keluarga
pasien dan dan anggota
keluarga atau keluarga lainnya
anggotakeluarga
9. Fasilitasi pengambilan 9. Menjadi konsultan
keputusan dalam Dalam
merencanakan Merencanakan
perawatan jangka perawatan jangka
panjang, jika perlu panjang
10. Fasilitasi anggota 10. Membantu
keluarga dalam penyelesaian
mengidentifikasi dan masalah secara
menyelesaikan konflik bertahap
nilai
11. Fasilitasi pemenuhan 11. Supaya pasien
kebutuhan dasar tetapmendapatkan
keluarga (mis. hak nya sebagai
Tempat tinggal, anggota keluarga
makanan, pakaian)
12. Fasilitasi anggota
12. Untuk
keluarga melalui
memberikan
proses kematian dan
edukasi/
berduka, jika perlu
pemahaman awal
kepada keluarga
13. Fasilitasi memperoleh
13. Memberikan KIE
pengetahuan,
kepada keluarga
keterampilan, dan
pasien agar bisa
peralata yang diperluk
melakuan
an untuk
perawatan kepada
mempertahankan
pasien secara
keputusan perawatan
mandiri
pasien.
14. Untuk membina
14. Bersikap sebagai
hubungan saling
pengganti keluarga
percaya dan
untuk menenangkan
memberian perasaan
pasien dan /atau jika
nyaman bagi pasien
keluarga tidak dapat
memberikan
perawatan
15. Untuk memperoleh
15. Hargai dan dukung
hasil pengobatan
mekanisme koping
yang maksimal
adaptif yang
digunakan

16. Berikan kesempatan 16. Agar keluargapasien


berkunjung bagi mengetahui
anggota keluarga bagaimana
perkembangan
kondisi kesehatan
keluarga
Edukasi Edukasi
17. Informasikan 17. Untuk
kemajuan pasien memberikan
secara berkala informasi
18. Informasi fasilitas keamajuan
perawatan kesehatan kesehatan pasien
yang tersedia secara berkala
18. Untuk memberitahu
keluarga pasien
tentang ketersediaan
peralatan untuk
perawatan pasien
Kolaborasi Kolaborasi
19. Rujuk untuk terapi 19. 1. Untuk
keluarga, jika perlu memberikan
Pengetahuan kepada
anggota keluarga
agar mampu
memberikan support
kepada pasien
4. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pelaksanaan atau implementasi merupakan realisasi dari rangkaian dan penentuan diagnosa
keperawatan. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun untuk membantu
pasien mencapai tujuan yang diharapkan dan implementasi harus sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah dibuat.
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan tahap akhir proses asuhan keperawatan. Pada tahap ini kita melakukan
penilaian terakhir terhadap kondisi pasien dan disesuaikan dengan kriteria hasil sebelumnya
yang telah dibuat. Dalam evaluasi asuhan keperawatan menggunakanformat SOAP seperti :
S : Subjective ( pernyataan atau keluhan dari pasien)
O : Objective ( data yang diobservasi oleh perawat)
A : Analisys ( kesimpulan dari subjektif dan objektif)
P: Planning (rencana tindakan yang dilakukan berdasarkan analisis)
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan


Jiwa.Yogyakarta:Goysen Publishing.
Dalami, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: TIM.
Direja, Ade Herman Surya.2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
NuhaMedika.
Kusumawati, farida dan Yudi . (2010). Buku Ajar Keperawatan
Jiwa.Jakarta:SalembaMedika.
Keliat, et al. 2016. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course).
Jakarta: EGC.
Muhith A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta:
PenerbitANDI.
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:
Nuha Medika.
Pusdiklatnakes. 2012. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat.
Jakarta:Badan PPSDM Kesehatan.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1 Cetakan III (Revisi).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI): Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1 Cetakan II. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
LEMBAR PENGESAHAN

Bangli, 26 Oktober 2023


Clinical Instructure/CI Mahasiswa

I Made Mega Astra Pande Luh Putu Rani Agustini


NIP. 198705232011011003 NIM. P07120221026

Clinical Teacher/CT

I Gusti Ayu Harini S KM.,M.Kes


NIP. 196412311985032001

Anda mungkin juga menyukai