Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN JIWA

Oleh :

Nama : Mentari Damaiyanti

NIM : 22221073

Pembimbing Akademik : Imardiani, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1. Definisi
Resiko perilaku kekerasan merupakan respon terhadap sensor yang dihadapi oleh
sesorang yang ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan baik pada diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan secara verbal maupun non verbal, bertujuan
untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Yosep, 2011).
Resiko perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku
seseorang yang diharapkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Yusuf, 2015).

2. Etiologi
Menurut Nurhalima (2016) proses terjadinya perilaku kekerasan pada pasien
akan dijelaskna menggunakan konsep adaptasi Stuart yang meliputi faktor predisposisi
dan presipitasi.
1) Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
Hal yang perlu dikaji meliputi adanya factor herediter yaitu adanya anggota
keluarga yang sering memperlihatkan atau melakukan perilaku kekerasan,
adanya keluarga yang menderita gangguan jiwa, adanya penyakit/trauma kepala,
dan riwayat penggunaan napza.
b. Faktor Psikologis
Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus eksternal,
internal, maupun lingkungan.
c. Faktor Sosiokultural
Lingkungan sosial dapat mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan
marah. Perilaku kekerasan daapt dipelajari secara langsung melalui proses
sosialisasi.
2) Faktor Presipitasi
a. Faktor Psikologis
Konsep diri sebagai pencetus pasien mengalami risiko perilaku kekerasan.
b. Faktor Sosial Budaya
Lingkungan yang menjadi stressor dan penyebab seseorang mengalami
gangguan jiwa. Ketidakharmonisan membuat diri ingin marah dan berbicara
dengan kasar.
c. Putus Obat
Putus obat sebagai pencetus pasien mengalami risiko perilaku kekerasan.
Penyebab putus obat disebabkan berbagai faktor, seperti efek samping obat
yang membuat pasien pusing, tidak ada yang mengingatkan untuk kontrol
dan minum obat serta keinginan untuk tidak mengkonsumsi obat lagi

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan Gejala perilaku kekerasan berdasarkan standar asuhan keperawatan
jiwa dengan masalah resiko perilaku kekerasan (Pardede, 2020).
a. Emosi yaitu tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah, dan jengkel.
b. Intelektual, yaitu berdebat, meremehkan, dan bawel.
c. Fisik, yaitu muka merah, pandangan tajam, mengepalkan tangan, bicara kasar,
merusak barang atau benda, jantung berdebar, dan tekanan darah meningkat.
d. Spiritual, yaitu Kemahakuasaan, kebijakan atau kebenaran diri, keraguan, tidak
bermoral, kebejaran, dan kreativitas terhambat.
e. Sosial, yaitu menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, dan ejekan.

4. Rentang Respon Marah


Rentang respon marah menurut (Fitria, 2010)
Asertif Maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Keterangan :
a. Asertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti
b. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan
c. Pasif adalah dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami
d. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh
individu
e. Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kendali diri
5. Pohon Masalah
Resiko Mencederai diri, Orang Lain dan Lingkungan

Perilaku Kekerasan

Gangguan Konsep Diri : HDR

6. Masalah Keperawatan
1) Resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan
2) Perilaku kekerasan
3) Gangguan konsep diri : Harga diri Rendah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kasus
Tn. Z 52 tahun dibawa oleh keluarganya ke rumah sakit Ernaldi Bahar 1 minggu yang lalu
karena mengamuk, marah-marah, sering membanting barang, memukul dinding dan pintu.
Keadaan fisik klien tampak cukup rapi dan bersih. Saat dilakukan pengkajian, klien sudah
tampak tenang dan dapat mengendalikan diri, ada kontak mata, dan klien kooperatif. Klien
mengatakan sudah 2 kali dibawa oleh keluarganya kerumah sakit. Klien juga mengatakan
sering merasa badannya dimasuki oleh macan, macan tersebut menyuruh untuk marah dan
ngamuk. Klien merasa sedih karena hanya seorang pengumpul sampah dan saat ini tidak
bisa bekerja.

2. Pertanyaan Klinis

Bagaimana upaya penurunan resiko perilaku kekerasan dengan cara fisik : pukul bantal
pada pasien?
BAB III
ANALISIS JURNAL

1. Metode pencarian jurnal (PEO)

P : Resiko Perilaku Kekerasan

I : Pukul bantal

C : Tidak ada pembanding


O : Penurunan resiko perilaku kekerasan

2. Searching literature (journal)

Setelah dilakukan pencarian artikel di google schoolar, didapatkan hasil pencarian


“Upaya Penurunan Resiko Perilaku Kekerasan Dengan Cara Fisik : Pukul Bantal Pada
Pasien Di RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta“

3. Hasil penelusuran

a. Validity

1) Desain

Jenis penelitian ini adalah metode observasi parsipasif, wawancara, dan


dokumentasi dengan menggunakan format asuhan keperawatan pada pasien
resiko perilaku kekerasan, lembar observasi, alat tulis, lembar jadwal aktivitas
terjadwal sebagai instrumen
2) Sampel

Sampel penelitian adalah 3 pasien resiko perilaku kekerasan berjenis kelamin


perempuan.
3) Kriteria inklusi dan eksklusi
Inklusi :
a) Artikel dengan sample pasien resiko perilaku kekerasan

b) Artikel yang membahas upaya penurunan resiko perilaku kekerasan dengan


cara fisik : pukul bantal

Eklusi :

a) Artikel selain yang membahas pasien resiko perilaku kekerasan

b) Artikel yang membahas selain upaya penurunan resiko perilaku kekerasan


dengan cara fisik : pukul bantal

4) Randominasi

Tidak dilakukan randomisasi dalam pengambilan sampel, dengan menggunakan


metode pengumpulan data melalui metode observasi, wawancara dan
dokumentasi yang meliputi data primer dan sekunder serta ditambah
menggunakan instrumen studi kasus yang menerapkan format asuhan
keperawatan jiwa meliputi : pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi yang dilakukan selama 3x pertemuan.
b. Importance

1) Karakteristik subjek : Pasien dengan resiko perilaku kekerasan


2) Beda proporsi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali pertemuan, ketiga klien
mengatakan mampu mendemonstrasikan teknik pukul bantal ketika ingin marah
dan merasakan puas dengan melampiaskan marahnya dengan cara pukul bantal,
sehingga tidak merugikan orang lain ataupun diri sendiri. Strategi pelaksanaan
dengan cara pukul bantal efektif menurunkan resiko perilaku kekerasan.

c. Applicability

1) Dalam diskusi :

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi parsipasif,


wawancara, dan dokumentasi dengan menggunakan format asuhan keperawatan
pada pasien resiko perilaku kekerasan, lembar observasi, alat tulis, lembar
jadwal aktivitas terjadwal sebagai instrument. Didapatkan bahwa ketiga klien
dengan diagnosa resiko perilaku kekerasan yang dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 kali pertemuan dengan tujuan, dan perencanaan yaitu
tujuan umum antara lain klien dapat mengontrol perilaku kekerasan. Intervensi
antara lain membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab
perilaku kekerasannya, mengidentifikasi tanda-tanda saat terjadi perilaku
kekerasan, mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya,
mengidentifikasikan akibat perilaku kekerasan, mengidentifikasikan cara efektif
dalam mengungkapkan kemarahannya, mendemonstrasikan cara mengontrol
perilaku kekerasan, memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan yaitu,
cara fisik : nafas dalam, pukul bantal. Berdasarkan hal ini dibuktikan setelah 3
kali pertemuan dengan peneliti ke 3 klien mengatakan sudah dapat
mendemonstrasikan teknik pukul bantal ketika ingin marah dan merasakan puas.
2) Karakteristik klien : Pasien dengan resiko perilaku kekerasan
3) Fasilitas Biaya : Tidak dicantumkan jumlah biaya yang digunakan.

4. Diskusi (membandingkan jurnal dan kasus)


Berdasarkan hasil penelitian mengenai upaya penurunan resiko perilaku kekerasan dengan
cara fisik : pukul bantal didapatkan bahwa 3 klien mampu melakukan pukul bantal secara
mandiri saat emosi mulai muncul dan mengatakan merasa lebih tenang setelah melakukan
pukul bantal. Mereka juga mengatakan bahwa pukul bantal efektif untuk melampiaskan
emosinya sebab tidak merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
Sedangkan dari kasus yang didapat di Rs Ernaldi Bahar setelah dilakukan latihan fisik
selama 2 kali pertemuan dengan pukul kasur bantal klien mengatakan lebih legah dan
tenang karena klien meluapkan emosinya dengan pukul kasur bantal saat emosi itu mulai
muncul. Sehingga didapatkan bahwa hasil analisis jurnal dan kasus yaitu sama latihan
fisik pukul kasur bantal sama-sama efektif untuk mengontrol amarah yang dilakukan pada
klien resiko perilaku kekerasan.
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai upaya penurunan resiko perilaku kekerasan


dengan cara fisik : pukul bantal didapatkan bahwa setelah dilakukan tindakan pelaksanaan
cara fisik pukul bantal yang dilakukan oleh klien untuk mengontrol perilaku kekerasan
didapatkan bahwa pukul bantal efektif untuk menurunkan resiko perilaku kekerasan karena
klien melampiaskan emosinya dengan pukul bantal yang tidak merugikan diri sendiri
ataupun orang lain.

Anda mungkin juga menyukai