Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ZENITA INDRA RAMADHITA

NIM : I1031191027

TERAPI KOMPLEMENTER DAN ALTERNATIF PADA PERAWATAN PASIEN


PALIATIF

A. Definisi Terapi Komplementer dan Alternatif


Jawaban : Menurut (Rufaida, Lestari, & Sari, 2018), terapi komplementer dan alternatif
adalah sebuah kelompok dari macam-macam sistem pengobatan dan perawatan kesehatan,
praktik dan produk yang secara umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional.
Menurut WHO, terapi komplementer adalah penanggulangan penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan
pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional. Sedangkan menurut (Husna,
Setiawan, & Tarigan, 2016), menyatakan bahwa terapi aternatif komplementer atau
Complementary Alternative Medicine (CAM) adalah sebuah kelompok praktek medis
yang dianggap bukan termasuk dalam bagian dari pengobatan konvensional. Penggunaan
terapi ini banyak digunakan pada pasien yang mengalami kondisi kronis dan pada pasien
dengan gangguan neurologi seperti stroke.
B. Jenis terapi komplementer Pada Pasien Paliatif
Jawaban : Jenis terapi komplementer pada pasien paliatif menurut (Rufaida, Lestari, &
Sari, 2018) terbagi menjadi 5 jenis yaitu:
1. Mind-body therapy : merupakan suatu intervensi dengan teknik bertujuan untuk
memfasilitasi kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi berpikir
yang mempengaruhi fisik maupun fungsi tubuh. Dalam mind-body therapy terdapat
berbagai jenis yaitu imagery, yogo, terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback,
humor, tai chi, dan hypnotherapy.
2. Alternatif sistem pelayanan : merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan yang
berfokus dalam pengembangan pendekatan pelayanan biomedis antara lain yaitu,
cundarismo, homeopathy, dan nautraphaty.
3. Terapi Biologis : merupakan suatu terapi yang berdasarkan pada praktik biologis
terhadap hasil-hasilnya seperti herbal, dan makanan.
4. Terapi manipulatif dan sistem tubuh : merupakan suatu terapi yang didasari oleh
manipulasi dan pergerakan tubuh contohnya seperti kiropraksi, macam-macam pijat,
rolfing, terapi cahaya dan warna serta hidroterapi.
5. Terapi energi : merupakan suatu terapi yang berfokus pada biofields (energi tubuh)
dengan mendapatkan energi dari eksternal tubuh, terapi ini merupakan kombinasi
antara energi dan bioelektromagnetik, contohnya: terapeutik sentuhan, pengobatan
sentuhan, reiki, dan eksternal qi gong magnet.
C. Peran Perawat Dalam Terapi Komplementer dan Alternatif
Jawaban : Dalam Buku Terapi Komplementer oleh (Rufaida, Lestari, & Sari, 2018)
dijelaskan bahwa peran perawat dalam terapi komplementer dan alternatif yaitu:
1. Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan, yaitu dengan memperhatikan suatu
keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan
diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang sesuai
dengan tingkat kebutuhan dasar manusia.
2. Sebagai Advokat Klien, yaitu membantu klien dan keluarga dalam memberikan
informasi, memperhatankan dan melindungi hak-hak klien yang meliputi hak atas
informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan pilihannya
sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian, dan pemberi pelayanan
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan berkaitan
dengan terapi komplementer.
3. Sebagai Edukator, yaitu bertujuan untuk membantu klien dalam meningkatkan
pengetahuan kesehatan mengenai terapi komplementer, gejala penyakit bahkan suatu
tindakan yang akan diberikan, sehingga akan terjadi suatu perubahan perilaku dari
klien setelah dan sebelum diberikan pendidikan kesehatan.
D. Bukti klinik terkait terapi komplementer (Cari salah satu Jenis Terapi
Komplementer untuk mangatasi masalah kesehatan yang terjadi pada pasien dengan
kondisi Paliatif) minimal 3 artikel. (Paparan Hasil dan Pembahasan pada artikel
tersebut)
Jawaban :
1. Artikel : Pengaruh SEFT Intervensi (Spiritual Emotional Freedom
Technique) terhadap Penurunan Tingkat Depresi Ibu
Rumah Tangga dengan HIV
Paparan Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum
diberikan intervensi SEFT (Spritual Emotional Freedom
Technique) yang mengalami depresi dari tingkat rendah
hingga ke berat. Pada kelompok intervensi setelah diberikan
perlakuan SEFT mengalami penurunan tingkat depresi,
sedangkan pada kelompok kontrol terdapat perubahan yang
tidak begitu signifikan dan cenderung mengalami
peningkatan. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat depresi ibu
rumah tangga dengan HIV setelah dilakukan intervensi
SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique).

Pembahasan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh


intervensi SEFT terhadap penurunan tingkat depresi pada
ibu rumah tangga dengan HIV, karena itu digunakan metode
quasiexperimental dengan pre test and post test design.
Responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok intervensi (n=15)
dan kelompok kontrol (n=15). Masing-masing kelompok
diukur tingkat depresinya dengan menggunakan BDI (Beck
Depression Invantory). Dengan hasil penelitian yaitu,
terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat depresi ibu
rumah tangga dengan HIV setelah dilakukan intervensi
SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique).

2. Artikel : Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique


(SEFT) Terhadap Perubahan Skor Depresi Pada Orang
Dengan Hiv-Aids (ODHA) Di Rumah Sakit Jiwa Sungai
Bangkong

Paparan Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor depresi


responden sebelum diberikan terapi SEFT terbanyak
mengalami depresi ringan (skor 14-19) yang berjumlah 12
orang (54%). Skor depresi responden setelah diberikan 3x
terapi menjadi depresi minimal (skor 0-13) sebanyak 20
orang (91%). Dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat
pengaruh terapi SEFT terhadap perubahan skor depresi pada
pasien orang dengan ODHA.

Pembahasan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi


SEFT terhadap perubahan skor depresi pada ODHA di
Rumah Sakit Jiwa Sungai Bangkong. Metode penelitian ini
adalah penelitian kuasi eksperimen dengan time series
design. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling dengan sampel sebanyak 22 responden.
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner Beck
Depression Inventory (BDI)-II. Analisa data menggunakan
paired t-test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh terapi SEFT terhadap perubahan skor
depresi pada orang dengan HIV-AIDS (ODHA).

3. Artikel : Pengaruh Spyritual Emotional Freedom Technique (SEFT)


Terhadap Penurunan Tingkat Insomnia pada Penderita
HIV/IDS (ODHA)

Paparan Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan


skor tingkat insomnia sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan pada kelompok intervensi adalah sebesar 6,29,
dimana ratarata skor sebelum terapi adalah 13,8 dalam
kategori sedang berubah menjadi 7,58 dalam kategori
ringan. Uji t dependen, didapatkan nilai pvalue sebesar 0,00
maka hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan tingkat insomnia sebelum dan sesudah diberikan
Spyritual Emotional Freedom Technique (SEFT). Ada
pengaruh yang signifikan terapi Spyritual Emotional
Freedom Technique Terhadap Penurunan tingkat insomnia
pada ODHA. Terapi SEFT sebagai salah satu
penatalaksanaan non-farmakologi untuk menurunkan
tingkat insomnia pada ODHA.

Pembahasan : Penelitian ini bertujuan untuk untuk menganalisa pengaruh


terapi SEFT terhadap penurunan tingkat insomnia pada
ODHA. Metode Penelitian ini ialah penelitian kuantitatif
dengan metode quasi eksperiment design berbentuk non
equivalent (pretest dan postest) control group design.
Pengambilan sampel dengan purposive sampling berjumlah
34 responden. Pengumpulan data dengan instrument skala
insomnia dan analisa data menggunakan Independent t-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi
SEFT terhadap penurunan tingkat insomnia yang dialami
oleh ODHA.

E. Referensi

Astuti, R., Yosep, I., & Susanti, R. D. (2016, April). Pengaruh SEFT Intervensi (Spiritual
Emotional Freedom Technique) terhadap Penurunan Tingkat Depresi Ibu Rumah
Tangga dengan HIV. Jurnal Keperawatan Padjajaran, 3(1), 44-56.
doi:https://doi.org/10.24198/jkp.v3i1.98

Husna, E., Setiawan, & Tarigan, R. (2016, Maret). PENGALAMAN PERAWAT


DALAM MENERAPKAN TERAPI COMPLEMENTARY ALTERNATIVE
MEDICINE PADA PASIEN STROKE DI SUMATERA BARAT. NERS Jurnal
Keperawatan, 12(1), 15-23. doi:https://doi.org/10.25077/njk.12.1.15-22.2016

Kasih, C. D., Nurfianti, A., & Pradika, J. (2016). PENGARUH TERAPI SPIRITUAL
EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) TERHADAP PERUBAHAN
SKOR DEPRESI PADA ORANG DENGAN HIV-AIDS (ODHA) DI RUMAH
SAKIT JIWA SUNGAI BANGKONG. Jurnal Proners, 3(1), 1-18.
doi:http://dx.doi.org/10.26418/jpn.v3i1.29489

Pujiati, E., & Febita, I. (2019, Januari). Pengaruh Spyritual Emotional Freedom Technique
(SEFT) Terhadap Penurunan Tingkat Insomnia pada Penderita HIV/IDS (ODHA).
Jurnal Profesi Keperawatan, 6(1), 1-15. Retrieved from
http://jurnal.akperkridahusada.ac.id/index.php/jpk/article/view/59

Rufaida, Z., Lestari, S. W., & Sari, D. P. (2018). Terapi Komplementer. Mojokerto:
STIKes Majapahit Mojokerto.

Anda mungkin juga menyukai