Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIK KLINIK III

STASE KEPERAWATAN JIWA


LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN UTAMA RISIKO BUNUH DIRI

Pembimbing Akademik :
Mita, S.Kep., Ns., M.Kep
Pembimbing Klinik :
Ns. Rara Anggraini, M.Kep., Sp.Kep.J

Disusun Oleh :
Zenita Indra Ramadhita
I1031191027

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
A. Pengertian
Risiko bunuh diri adalah rentan terhadap menyakiti diri sendiri dan
cedera yang mengancam jiwa (NANDA-I, 2018). Tindakan mengakhiri
hidupnya berupa isyarat, ancaman,dan percobaan bunuh diri ( Stuart, Keliat,
Pasaribu, 2016).
Bunuh diri merupakan tindakan melukai diri sendiri dengan sengaja
untuk mengakhiri hidupnya (CDC, 2020). Menurut WHO, kematian akibat
bunuh diri berjumlah sekitar 800 ribu orang di dunia atau bisa diartikan ada
satu kematian akibat bunuh diri setiap 40 detik di dunia. Kejadian bunuh diri
termasuk dalam peringkat tiga dalam penyebab kematian kepada populasi
dunia dengan jarak usia 15 hingga 19 tahun (Budijanto,2019).
Bunuh diri menurut Videbeck (2011) merupakan tindakan yang secara
sadar dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri kehidupannnya. Perilaku
bunuh diri adalah tindakan yang dilakukan secara sengaja untuk membunuh
diri sendiri. Bunuh diri dapat melibatkan ambivalensi antara keinginan untuk
hidup dan keinginan untuk mati. Perilaku bunuh diri terdiri dari tiga tingkatan
yaitu berupa ide/isyarat bunuh diri, ancaman bunuh diri, dan percobaan bunuh
diri (Dewi & Erawati, 2020).
B. Etiologi
1. Stres yang berlebihan
2. Gangguan konsep diri
3. Kehilangan dukungan sosial
4. Kejadian negatif dalam hidup
5. Penyakit kritis
6. Perpisahan dan/atau perceraian
7. Kesulitan ekonomi
8. Korban kekerasan
9. Riwayat bunuh diri individu dan/atau keluarga
C. Diagnosa Medis
Depresi
D. Manifestasi Klinis
Mayor
Subjektif :
a. Mengungkapkan kata-kata seperti “Tolong jaga anak-anak karena saya
akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”.
b. Mengungkapkan kata-kata “Saya mau mati”, “Jangan tolong saya,
“Biarkan saya”, “Saya tidak mau ditolong”
c. Memberikan ancaman akan melakukan bunuh diri
d. Mengungkapkan ingin mati
e. Mengungkapkan rencana ingin mengakhiri hidup
Objektif :
a. Murung, tak bergairah
b. Banyak diam
c. Menyiapkan alat untuk melakukan rencana bunuh diri
d. Membenturkan kepala
e. Menjatuhkan kepala dari tempat yang tinggi
f. Melakukan percobaan bunuh diri secara aktif dengan berusaha
memotong nadi, menggantung diri, meminum racun
E. Tujuan Asuhan Keperawatan
a. Kognitif
Klien mampu :
1. Menyebutkan penyebab risiko bunuh diri
2. Menyebutkan tanda dan gejala risiko bunuh diri
3. Menyebutkan akibat yang di timbulkan bunuh diri
4. Menetapkan aspek positif dan kemampuan diri sendiri, keluarga dan
kelompok
5. Menyebutkan aspek positif dan kemampuan diri sendiri,keluarga, dan
kelompok
b. Psikomotor
Klien mampu :
1. Mengendalikan lingkungan yang aman
2. Menggunakan kelompok untuk bercakap-cakap dalam menyelesaikan
masalah
3. Melakukan aspek positif dalam bercakap dalam menyelesaikan
masalah
4. Melakukan aspek positif dalam mencapai harapan dan masa depan
c. Afektif
1. Merasakan manfaat dari latihan yang dilakukan
2. Memebedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan
3. Merasa hidup lebih optimis
F. Tindakan Keperawatan Ners Untuk Individu
Tindakan Keperawatan Ners :
a. Pengkajian : Kaji tanda dan gejala risiko bunuh diri, penyebab,
kemampuan mengatasinya, dan akibatnya
b. Diagnosis : jelaskan proses terjadinya risiko bunuh diri
c. Tindakan keperawatan :
1. Mengamankan lingkungan dari risiko bunuh diri (lingkungan aman)
2. Membangun harapan dan masa depan
1) Diskusikan tujuan dari kehidupan
2) Diskusikan membangun harapan terkait diri sendiri ,orang yang
berarti dalam kehidupan
3) Diskusikan dan buat cara dan tekad untuk mencapai harapan dan
masa depan
4) Latih untuk mencapai harapan dan masa depan
3. Latih cara mengendalikan dorong bunuh :
1) Diskusikan dan buat aspek positif diri dan lakukan afirmasi positif
2) Diskusikan dan buat dafatr aspek positif dari orang yang berarti
dalam hidup dan lakukan afirmasi positif
3) Diskusikan dan buat daftar aspek positif dari lingkungan dan
lakukan afirmasi positif
4) Latih semua aspek positif yang di miliki: dari diri sendiri, orang
yang berarti dan
5) Latih mengevaluasi perasaan dan pikiran atas keberhasilan latih
4. Berikan motivasi untuk membangun harapan dan mengendalikan
dorongan bunuh diri
5. Minta klien menghubungi care giver (keluarga) dan tentang
Kesehatan jika tidak dapat mengendalikam dorongan bunuh diri
6. Berikan pengawasan ketat dan terkendali jika klien tidak dapat
megendalikan dorongan bunuh diri (Perawatan intensif)
G. Tindakan Keperawatan Ners Untuk Keluarga
a. Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
b. Menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta proses
terjadinya risiko perilaku kekerasan yang dialami klien
c. Mendiskusikan cara merawat risiko perilaku kekerasan dan memutuskan
cara merawat yang sesuai dengan kondisi klien
d. Melatih keluarga cara merawat risiko bunuh diri:
- Menyediakan lingkungan yang aman dari risiko bunuh diri antar lain
menjauhkan alat-alat yang berbahaya yang dapat melukai diri.
- Memberi pujian atas semua aspek positif klien, hindari
menyampaikan aspek negative atau kekurangan
- Berdiskusi tentang harapan masa depan
- Memotivasi dan membimbing klien melakukan kegiatan sesuai
dengan asuhan yang telah diberikan perawat
- Mendampingi klien sampai melakukan kegiatan positif
e. Melibatkan seluruh anggota keluarga untuk menciptakan suasana keluarga
yang positif : saling memuji, mendukung, dan peduli.
f. Menjelaskan tanda dan gejala yang memerlukan rujukan segera serta
melakukan follow up ke pelayanan kesehatan secara teratur
DAFTAR PUSTAKA

Budijanto, D., Kurniawan, R., Widianti, W., et.al., (2019). InfoDATIN Situasi dan
Pencegahan Bunuh Diri. Jakarta Selatan: Pusdatin Kemkes.
Dewi, I. W., & Erawati, E. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA
KLIEN SKIZOFRENIA DENGAN RISIKO BUNUH DIRI. Jurnal
Keperawatan Jiwa, Volume, 211-216.
Direja, A. H. S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika.
Keliat, B. ., & Pawirowiyono, A. (2015). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas
Kelompok (2nd ed.). EGC.
Keliat, B. A. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku Kedoteran ECG.
Kusumayanti, N. K. D. W., Swedarma, K. E., & Nurhesti, P. O. Y. (2020).
Hubungan Faktor Psikologis Dengan Risiko Bunuh Diri Pada Remaja Sma
Dan Smk Di Bangli Dan Klungkung. Coping: Community of Publishing in
Nursing, 8(2), 124. https://doi.org/10.24843/coping.2020.v08.i02.p03
Stuart, G. W., Keliat, B. A., & Pasaribu, J. (2016). Prinsip dan praktik keperawatan
kesehatan jiwa stuart. Edisi Indonesia (Buku 1). Singapura: Elsevier
STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP)

DENGAN KELUARGA

SP 1 KELUARGA

Proses Keperawatan

Diagnosis Keperawatan : Risiko bunuh diri

Tujuan : Mengembangkan hubungan saling percaya dengan


keluarga, dan membantu keluarga mengembangkan aspek positif dan kemampuan

Tindakan Keperawatan : Latihan relaksasi: tarik napas dalam

1. Orientasi
1.1 Salam
“Selamat pagi Ibu, saya Budi dari Puskesmas Mulya. Nama Ibu siapa?
Panggilannya apa?”
1.2 Evaluasi
“Bagaimana kesehatan anggota keluarga Ibu? Apakah ada yang sakit?”
1.3 Validasi
“Apakah sudah dibawa ke Puskesmas atau sudah berobat ke tempat yang
lain? Bagaimana hasilnya?”
1.4 Kontrak
1.4.1 Tindakan dan tujuan
"Baiklah saya akan melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap
keluarga Ibu, agar dapat membantu meningkatkannya."
1.4.2 Waktu
"Waktunya 5-15 menit ya Bu, apakah ibu setuju?"
1.4.3 Tempat
"Kita lakukan di sini saja ya, Bu?"
2. Kerja
2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas Keluarga
"Saya akan mendata siapa saja yang tinggal serumah dengan Ibu. Di
rumah ini Ibu tinggal bersama siapa aja? Oh, bersama Bapak dan
anak ya. Kita mulai dengan Bapak dulu ya Bu. Bapak nama
lengkapnya siapa? Berapa usia saat ini? Pendidikan Bapak apa?
Bapak bekerja di mana? Bagaimana kondisi kesehatan Bapak saat
ini?"
"Sekarang saya akan mendata Ibu sendiri. Nama lengkap Ibu?
Berapa usia ibu saat ini? Pendidikan ibu apa? Apakah Ibu bekerja?
Di mana? Bagaimana kondisi kesehatan Ibu saat ini?"
"Nah, sekarang saya akan mendata anak Ibu. Nama lengkap anak?
Berapa usianya saat ini? Pendidikannya apa? Apakah anak Ibu
bekerja? Di mana? Bagaimana kondisi kesehatan anak Ibu saat ini?."
2.1.2 Pengkajian Indikator Keluarga Sehat (IKS)
"Bu, saya akan cek dulu kesehatan keluarga ibu dengan indikator
keluarga sehat (IKS)."
"IKS merupakan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat.
Ibu akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak. Mari kita
mulai!"
- Apakah keluarga Ibu mengikuti program keluarga berencana?
- Apakah Ibu melahirkan di fasilitas kesehatan?
- Apakah anak Ibu mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
- Apakah anak Ibu mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
- Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
- Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
- Apakah anggota keluarga Ibu menjadi anggota JKN/ BPJS?
- Apakah anggota keluarga Ibu memiliki akses sarana air bersih ?
- Apakah keluarga Ibu memiliki akses jamban sehat?
- Apakah anggota keluarga Ibu ada yang menderita TBC? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
- Apakah ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
- Apakah ada anggota keluarga yang menderita diabetes melitus?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
- Apakah ada anggota keluarga yang menderita hipertensi? Jika
iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
- Apakah ada yang menderita kanker? Jika iya, apakah sudah
mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari pelayanan
kesehatan?
Kesimpulan:
“Baiklah bu, berdasarkan jawaban yang ibu berikan, kesehatan
keluarga ibu sudah cukup bagus, namun ada yang perlu dilanjutkan
dengan pemeriksaan terhadap kesehatan jiwa”
2.2 Diagnosis
“Baik bu, setelah berbincang-bincang jadi dari hasil pemeriksaan yang
telah saya lakukan tadi, maka ada beberapa kondisi kesehatan keluarga ibu
yang tidak sehat seperti anak ibu mengalami resiko bunuh diri, untuk itu
saya membantu memberikan latihan relaksasi napas dalam untuk
mengurangi kecemasan.”
2.3 Tindakan Keperawatan
“Oke bu, kita mulai dengan tarik napas dalam perlahan dari hidung, tahan
sebentar lalu hembuskan pelan-pelan dari mulut seperti menghembuskan
kekesalan”
Dampingi: “Nah ayo kita coba bersama bu” “Benar sekali bu”
Mandiri: “Sekarang coba ibu lakukan sendiri Tarik napasnya.” “Bagus
sekali bu, caranya sudah benar.”
“Baiklah, sudah selesai latihan yang kita lakukan, untuk selanjutnya
mungkin bisa dibuat jadwal ya bu untuk semua kegiatan yang akan ibu
dilakukan”
“Baiklah bu, sebelum saya menjelaskan cara merawat anak bu, Mari kita
menemui anak ibu terlebih dahulu...”
STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP1)

DENGAN KLIEN RISIKO BUNUH DIRI

Proses Keperawatan

Kondisi Klien : Klien merasa sudah tidak berguna hidup karena


baru saja di PHK dan ingin mati saja.

Diagnosis Keperawatan : Risiko bunuh diri

Tujuan : Mengembangkan hubungan saling percaya dengan


klien, dan membantu klien mengembangkan aspek positif dan kemampuan

Tindakan Keperawatan : Diskusikan mengenai aspek positif dan kemampuan


klien

1. Orientasi
1.1 Salam
”Selamat pagi Dik, perkenalkan saya perawat Budi, Perawat Puskesmas
Mulya. Nama Adik siapa? Senang dipanggil apa? Oh baik, kalau begitu
saya memanggilnya dengan Tini ya."
1.2 Evaluasi
"Apa yang Tini rasakan saat ini?"
"oo.. jadi Tini merasa tidak berguna karena baru saja di PHK dari
perusahaan tempat Tini bekerja.”
“Dimulai kapan Tini merasa seperti itu?”
1.3 Validasi
"Apa yang telah Tini lakukan untuk mengatasi perasaan tersebut? Lalu,
apakah berhasil?
1.4 Kontrak
1.4.1 Tindakan dan Tujuan
“Iya Tini, bagaimana kalau sekarang kita bediskusi tentang
harapan dan masa depan yang bapak miliki. Tujuannya untuk
meningkatkan aspek postif dalam diri Tini.”
1.4.2 Waktu
"Baik, kita akan berdiskusinya selama 5-15 menit ya, Tini.
Apakah Tini bersedia?"
1.4.3 Tempat
"Jika kita berbicaranya di sini saja, apakah Tini merasa nyaman?”
2. Kerja
2.1 Pengkajian
“Apa yang terjadi sehingga Tini merasa tidak lagi berguna dan memiliki
harapan?”
“Apa yang Tini pikirkan setelah kejadian tersebut terjadi?”
"Apa yang ada dibenak Tini? Apakah ada ide-ide yang mengarah untuk
mengakhiri hidup?”
2.2 Diagnosis
“Jika Tini mulai merasa ingin mengakhiri kehidupan maka sudah masuk
dalam ide bunuh diri ya dik. Disini saya memiliki cara mencegah bunuh
diri dengan latihan yang telah kita bahas sebelumnya yaitu latihan
membangun harapan dan masa depan.”
2.3 Tindakan
“Oke pak, pertama yang kita lakukan adalah mengamankan lingkungan
terlebih dahulu dari benda-benda berbahaya dan berisiko.”
“Baik pak, coba kita lanjutkan dengan mendiskusikan apa yang menjadi
harapan bapak dimasa depan.”
“Iya pak bagus sekali, selanjutnya apa yang menjadi upaya bapak untuk
mencapai harapan tersebut.”
“Baik kita buat daftar harapan bapak dulu, kira-kira dari semua keinginan
ini mana yang paling ingin bapak ingin capai.”
“Pertama, ingin berpikir positif. Kedua, ingin banyak tertawa.”
“Nah untuk yang pertama bisa dilakukan dengan memikirkan hal-hal
baik pada diri sendiri dan orang lain, perbanyak bersyukur dan ikhlas.”
“Untuk harapan kedua bisa dilakukan memperbanyak berdikusi dengan
teman dan keluarga, bercerita dan bertukar pikiran tentang hal-hal yang
disukai bapak.”
“Baik pak, sekarang kita boleh menyusun jadwal kegiatannya.”
3. Terminasi
3.1 Evaluasi subjektif
“ Bagaimana perasaan Tini setelah Latihan tadi?”
3.2 Evaluasi objektif
“ Coba Tini sebutkan bagaimana latihan kita tadi?.”
“ Iya Tini, bagus sekali.”
3.3 Rencana tindak lanjut
“Nah bagaimana kalau Tini melakukan latihan relaksasi napas dalam
setiap kali merasa kesal?.”
3.4 Rencana tindak lanjut perawat
“Baik Tini, saya ijin pamit ke ruang perawat dulu, besok saya akan kembali
untuk menentukan rencana latihan Tini. Terimakasih”
3.5 Salam
“ Semoga Tini lekas sembuh.”

Anda mungkin juga menyukai