Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

HARGA DIRI RENDAH

DOSEN PENGAMPU
Ns.Aty Nurillawaty Rahayu.M.Kep.,Sp.Kep.J

Nama Kelompok:
1. Dhiya alya lasyifah
2. Mia ani mahara
3. Nadia alfiana
4. Putri yani
5. Reni febriana

PRODI : S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH
Jl. RA. Kartini No.66, Margahayu, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat 17113
2020-2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No. 23 Tahun 1992, pasal 1)
departemen kesehatan (DEPKES) memberikan perhatian besar untuk meningkatkan derajat
kesehatan bangsa Indonesia dengan visi dan misi Indonesia sehat 2020.

Jumlah penduduk gangguan jiwa di jawa barat diperkirakan lebih dari 30% dari jumlah
penduduk dewasa. Jumlah tersebut bakal semakin bertambah dengan kesulitan ekonomi
yang disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Keadaan tersebut diperparah
dengan beberapa kejadian yang menimpa Indonesia seperti bencana alam, diantaranya
tsunami di Aceh dan pangandaran, Lumpur panas sidoarjo, serta gempa di Yogyakarta. Selain
itu adanya gejolak politik lokal diberbagai daerah dan meningkatnya tingkat persainganantar
individu merupakan salah satu pemicu terjadinya gangguan mental.

Penyebab gangguan jiwa yang diderita terjadi karena frustasi, napza


(narkotika,psikotropika, dan zat adiktif lainnya) masalah keluarga, pekerjaan, organik dan
ekonomi. Namun jika dilihat dari presentase, penyebab tertinggi yaitu karena frustasi.
Stigma penderita gangguan jiwa saat ini masih tinggi. Tetapi masih sedikit yang sadar untuk
meminta bantuan psikiater. Akibatnya banyak penderita gangguan jiwa yang sudah sembuh
dan dipulangkan ke rumahnya, balik lagi ke rumah sakit. Para pasien itu memilih untuk
tinggal lagi di rumah sakit karena mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di
rumahnya. Keluarga mereka merasa malu karena ada anggota keluarganya yang tidak waras.
Akhirnya tidak sedikit yang memilih kabur.
BAB II
TINJAUAN TEORIS

A. DEFINISI
Harga diri (self esteem) adalah penilaian tentang individu dengan menganalisa
kesesuaian perilaku dengan ideal diri
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan-perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif, yang dapat diekspresikan sacara langsung maupun tidak
langsung, individu yang mempunyai harga diri rendah cenderung untunk menilainya negatif
dan merasa dirinya lebih rendah dari orang lain. (Stuart dan sundeen, 1991)
Gangguan harga diri adalah evaluasi diri yang negatif perasaan tentang diri,
kemampuan dirinyang dapat di ekspresikan secara langsung atau tidak langsung.(Townsend,
Mary C, 1998)
Gangguan harga diri adalah ketika individu mengalami atau beresiko mengalami
evaluasi diri yang negatif tentang kemampuan atau diri. (Carpenito, Lynda Juall-Moyet,2007)

B.RENTANG RESPON
1. Respon adaptif
2. Respon maladaptif

C. FAKTOR PREDESPOSISI
Fakor-Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi
1.Faktor Predisposisi gangguan citra tubuh
a. kehilangan atau kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
b. perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan perkembangan
atau penyakit)
c. proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh
d. Proses pengobatan seperti radiasi,kemotrapi, transplantasi

2. Faktor predisposisi gangguan harga diri


a. Penolakan diri orang lain
b. Kurang penghargaan
c. Pola asuh yang salah : terlalu dilarang, terlalu di kontrol, terlalu dituntut dan tidak
konsisten.
d. Persaingan antar saudara
3. Faktor predisposisi ganguan peran
a. transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi dan
keadaan sehat sakit
b. Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan secara
terus menerus yang tidak terpenuhi
4. Faktor predisposisi gangguan identitas diri
a. Ketidak percayaan orang tua pada anak
b. Tekanan dari teman sebaya
c. Perubahan dari struktur sosial

D. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor pencetus terjadinya gangguan konsep diri bisa timbul dari sumber internal
maupuneksternal klien, yaitu :
a. Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian
yangmengancam kehidupannya
b. Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana
individu mengalaminya sebagai frustasi
c. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan
pertumbuhan.perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan indi+idu atau
keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai dan tekanan penyesuaian diri.

E. POHON MASALAH
Isolasi sosial : Menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Gangguan citra tubuh

F. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan harga diri rendah meliput
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit.1isalnya 4 malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar
matahari.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. 1isalnya 4 ini tidak akan terjadi bila saya segera ke
rumahsakit.
c. Merendahkan martabat. 1isalnya 4 saya tidak bisa menulis, tulisan saya jelek, saya orang
bodohdan tidak tahu apa-apa.
d. Gangguan berhubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin bertemu dengan
orang laindan lebih suka sendiri
7. SUMBER KOPING
a. Aktivitas olahraga dan aktivitas lain di luar rumah
b. Hobi dan kerajinan tangan
c. Seni uang ekpresif
d. Kesehatan dan kerawatan diri
e. Pekerjaan ,vokasi,atau posisi
f. Bakat tertentu
g. Kecerdasan
h. Imaginasi dan kreativitas
i. Hubungan interpersonal
G. MEKANISME KOPING
1. Jangka pendek
a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis dentitas ( misal : konser
musik,bekerja keras ,menonton televisi secara obaesif
B. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara (misal : ikut serta dalam
aktivitas sosial,agama,klub publik,kelompok,atau geng)
C. Aktivitas sementara menguatkan perasan diri( misal: olahraga yang kompetitif,pencapaian
akademik,kontes untuk mendapatkan poipilaritas)
D. Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas menjadi
kurang berarti dalam kehidupan individu(misal: penyalahgunaan obat).
2. Jangka Panjang
a. Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting
bagi individu tanpa memperlihatkan keinginan,aspirasi,dan potensi diri individu tersebut.
b. Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan
harapan masyarakat.
c. Mekanisme pertahanan ego
1. Penggunaan fantasi
2. Disosiasi
3. Isolasi
4. Projeksi
5. Pergeseran( displasement)
6. Peretakan ( spliting)
7. Berbalik marah pada diri sendiri 8. Amuk
H. PERILAKU
1. Mengkritik diri sendiri
2. Penurunan produktivitas
3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
4. Gangguan dalam berhubungan
5. Rasa penting yang berlebihan
6. Perasaan tidak mampu
7. Rasa bersalah
8. Mudah tersinggung atau marah berlebihan
9. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
10. Ketegangan peran yang dirasakan
11. Pandangan hidup pesimis
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
melalui data biologis, psikologis, social dan spiritual (Keliat, Budi Ana, 1998 : 3)

Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah:


1. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama
panggilan,
nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan
dibicarakan. tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal pengkajian dan
sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk 
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit,
apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah ini.
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan
sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan criminal.
Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami gangguan jiwa,
menanyakan kepada klien tentang pengalaman yang tidak menyenangkan.
4. Pemeriksaan fisik 
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah
ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilankeputusan dan pola asuh
b. Konsep diri
c. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi
klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai.
d. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status dan
posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang
dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
e. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga - pekerjaan - kelompok masyarakat,
kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan
yang terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien akibat
perubahan tersebut.
f. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam
keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan
klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan
harapannya.
g. Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada klien
dalam berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai
harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan,
penilaian klien terhadap pandangan – penghargaan orang lain.
h. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang biasa
dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam
masyarakat, keterlibatan atau peranserta dalam kegiatan kelompok - masyarakat,
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain,minat dalam berinteraksi dengan
orang lain.
i. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah - menjalankan keyakinan, kepuasan dalam
menjalankan keyakinan.
j. Status mental
1. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada
yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak
seperti biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian, dampak
ketidakmampuan berpenampilan baik - berpakaian terhadap status psikologis
klien.
2. Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering
terhenti /bloking,apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu memulai
pembicaraan.
3. Aktifitas motorik
a. Lesu, tegang, gelisah.
b. Agitasi : gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan
c. Tik: gerakan gerakan kecil otot muka yang tidak terkontrol
d. Grimasem : gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak terkontrol
klien
e. Tremor : jari jari yang bergetar ketika klien menjulurkan tangan dan
merentangkan jari jari
f. Kompulsif : kegiatan yang dilakukan berulang ulang
4. Alam perasaan
a. Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
b. Ketakutan : objek yang ditakuti sudah jelas
c. Khawatir: Objeknya belum jelas
5. Afek
a. Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang
menyenangkan atau menyedihkan.
b. Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat
c. Labil : emosi klien cepat berubah ubah
d. Tidak sesuai : emosi bertentangan atau berlawanan dengan stimulus
6. Interaksi selama wawancara
a. Kooperatif: berespon dengan baik terhadap pewawancara
b. Tidak kooperatif: tidak dapat menjawab pertanyaan pewawancara dengan
spontan
c. Mudah tersinggung
7. Proses pikir
a. Sirkumtansial: pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
b. Tangensial: pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan
c. Perseferasi: kata-kata yang diulang berkali kali
d. Perbigerasi: kalimat yang diulang berkali-kali
8. Isi fikir
a. Obsesi: pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha
menghilangkannya
b. Phobia: ketakutan yang patologis/ tidak logis terhadap objek/situasi tertentu
c. Hipokondria: keyakinan terhadap adanya gangguan organ tubuh yang
sebenarnya tidak ada
d. Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang lain
dan lingkungan.
e. Ide yang terkait : keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi dilingkungan
yang bermakna yang terkait pada dirinya.
f. Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal
yang mustahil atau diluar kemampuannya.
g. Waham :
1. Agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan
dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
2. Somatik : keyakinan klien terhadap tubuhnya dan diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan keyakinan
3. Kebesaran : keyakinan klien yang berlebihan terhadap
kemampuannya dan diucapkan berulang- ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan
4. Curiga : keyakinan klien bahwa ada seseorang yang berusaha
merugikan, mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan
5. Nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada didunia /
meninggal yang dinyatakan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan
6. Waham yang bizar
a. Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain yang disisipkan didalam pikirannya,
disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
b. Siar pikir : klien yakin ada orang lain yang mengetahui apa yang klien pikirkan walaupun
klien tidak pernah menceritakannya kepada orang, disampaikan secara berulang-ulang dan
tidak sesuai kenyataan
c. Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar, disampaikan
secara c. berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
6. Tingkat kesadaran
a. Bingung : tampak bingung dan kacau ( perilaku yang tidak mengarah pada tujuan).
b. Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar atau tidak sadar
c. Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh
klien dalam sikap yang canggung dan dipertahankan klien tapi klien mengerti semua yang
terjadi dilingkungannya.
d. Orientasi : waktu, tempat dan orang
e. Jelaskan apa yang dikatakan klien saat wawancara
f. Memori
1. Gangguan mengingat jangka panjang : tidak dapat mengingat kejadian lebih dari 1 bulan.
2. Gangguan mengingat jangka pendek : tidak dapat mengingat kejadian dalam minggu
terakhir.
3. Gangguan mengingat saat ini : tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
4. Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukan cerita yang
tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya.
5. Tingkat konsentrasi
a. Mudah beralih : perhatian mudah berganti dari satu objek ke objek lainnya.
b. Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar pertanyaan diulang karena
menangkap apa yang ditanyakan atau tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan.
c. Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan atau pengurangan pada
benda- benda yang nyata
d. Daya tilik diri
1. Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan
fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta pertolongan / klien menyangkal
keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya
2. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya menyalahkan orang lain atau lingkungan yang
menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah sekarang
3. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
Tanyakan frekuensi, jumlah, variasi, macam dan cara makan, observasi kemampuan
klien menyiapkan dan membersihkan alat makan.
b. Buang Air Besar dan Buang Air Kecil
Observasi kemampuan klien untuk Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil
(BAK), pergi menggunakan WC atau membersihkan WC.
c. Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci rambut,
gunting kuku, observasi kebersihan tubuh dan bau badan klien.
d. Berpakaian
Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan mengenakan pakaian,
observasi penampilan dandanan klien.
e. Istirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang atau malam, persiapan sebelum
tidur dan aktivitas sesudah tidur.
f. Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara pemberian.
g. Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada klien tentang bagaimana, kapan perawatan lanjut, siapa saja sistem
pendukung yang dimiliki.
h. Aktivitas di dalam rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam mengolah dan menyajikan makanan, merapikan
rumah, mencuci pakaian sendiri, mengatur kebutuhan biaya sehari-hari.
i. Aktivitas di luar rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam belanja untuk keperluan sehari-hari, aktivitas lain
yang dilakukan di luar rumah.
j. Pola dan mekanisme koping
Data didapat melalui wawancara dengan klien atau keluarganya.
4. Aspek medis
Tulis diagnosa medis yang telah diterapkan oleh Dokter, tuliskan obat-obatan klien saat ini,
baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lain.
5. Masalah Keperawatan
Dari pengkajian dapat disimpulkan masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada klien
dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah yaitu
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah situasional
3. Gangguan citra tubuh
6. Pohon masalah
Bagan 1
Pohon masalah
- Isolasi sosial : menarik diri
- Gangguan konsep diri: harga diri rendah
- Gangguan citra tubuh
(Keliat, Budi Ana. 2002)

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan masalah keperawatan pasien yang
mencakup baik respon sehat adaptif atau maladaptif serta stressor yang menunjang. (Stuart &
Sundeen, 1998 41)
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi
kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. (Marilyn E.
Doenges, 1999 : 8)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan adalah suatu cara
mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon
terhadap masalah aktual dan resiko tinggi mencakup respon adaptif maupun maladaptif serta
stresor yang menunjang.
Diagnosa keperawatan yang mungkin untuk masalah gangguan konsep diri : harga diri
rendah adalah:
a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
1) Definisi
Suatu kondisi dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami
perasan negatif mengenai dirinya dalam berespon.
2) Batasan karakteristik
a) Mayor
(1) Kekambuhan episodik dari penghargaan diri negatif dalam berespon terhadap kejadian
kehidupan pada seorang individu dengan evaluasi diri positif sebelumnya.
(2) Pengungkapan perasaan negatif, mengenai diri ( ketidak berdayaan, kegunaan )

b) Minor
(1) Pengungkapan diri yang negatif
(2) Ekpresi malu
(3) Evaluasi diri sebagai tidak mampu menangani situasi-situasi / kejadian
(4) Kesukaran mengambil keputusan Gelisah
(5) Pengabaian diri
(6) Isolasi sosial
(Carpenito. L.J, 1998 : 353)
b. Isolasi sosial : menarik diri
1). Definisi
Harga diri rendah situasional : suatu keadaan dimana seseorang memiliki perasaan-
perasaan yang negatif tentang dirinya dalam berespon terhadap peristiwa ( kehilangan,
perubahan ).
2) Batasan karakteristik
a) Mayor
(1). Kekambuhan episodik dari penghargaan diri negatif dalam berespon terhadap kejadian
kehidupan pada seorang individu dengan evaluasi diri positif sebelumnya.
(2). Pengungkapan perasaan negatif, mengenai diri (ketidakberdayaan,kegunaan)

b) Minor
(1) Pernyataan negatif atas dirinya
(2) Mengekspresikan rasa malu, bersalah.
(3) Penilaian diri tidak mampu mengatasi peristiwa / situasi
(4) Kesulitan membuat keputusan
(5) Mengabaikan diri (tidak peduli pada diri sendiri)
(6) Mengisolasi diri
( Carpenito .L.J, 1998 : 853)

c) Gangguan citra tubuh


1) Definisi
Keadaan dimana individu mengalami atau beresiko untuk menglami gangguan dalam cara
penerapan citra diri seseorang.
2) Batasan karakteristik
a) Mayor
Respon negatif verbal atau nonverbal terhadap perubahan aktual atau dalam struktur dan/ atau
fungsi (misal malu, keadaan yang memalukan, bersalah, reaksi mendadak)
b) Minor
(1) Tidak terlihat pada bagian tubuh
(2) Tidak menyentuh bgian tubuh
(3) Bersembunyi atau memanjakan bagian tubuhsecara berlebihan
(4) Perubahan dalam keterlibatan sosial
(5) Perasaan terhadap bagian tubuh, perasaan ketidak berdayaan, keputusasaan, tidak ada
kekuatan, kerentanan
(6) Larut dalam perubahan atau kehilangan
(7) Penolakan untuk membuktikan perubahan aktual
(8) Depersonalisasi bagian tubuh atau kehilangan
(9) Tingkah laku merusak diri (misal mutilasi, usahah bunuh diri, makan berlebihan, kurang
makan)
( Carpenito. L.J, 2001:348)
Diagnosa Keperawatan
1.Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
2. Isolasi sosial : menarik diri

Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


. Keperawata
n
1. Gangguan Tujuan umum: - Ekspresi wajah Bina hubungan
konsep Klien dapat berhubungan bersahabat saling percaya
diri : harga dengan orang lain secara - Menunjukkan dengan
diri rendah optimal. rasa senang menggunakan
berhubunga dan ada kontak prinsip
n dengan Tujuan khusus mata komunikasi
a. Klien dapat terapeutik a.
gangguan - Mau berjabat
membina hubungan Sapa klien
citra tubuh tangan dan
saling percaya dengan ramah
mau baik verbal
menyebutkan maupun non
nama verbal
- Mau menjawab b. Perkenalkan
salam dan diri dengan
duduk sopan
berdampingan c. Tanyakan
dengan nama lengkap
perawat klien dan nama
- Mau panggilan yang
disukainya
mengutarakan
d. Jelaskan
masalah yang
tujuan
dihadapi pertemuan
e. Jujur dan
menepati janji
f. Tunjukkan
sikap empati
dan menerima
klien apa
Klien mengidentifikasi adanya
kemampuan dan aspek g. Beri
b. Klien dapat yang dimiliki : perhatian pada
mengidentifikasi 1. Kemampuan yang
kemampuan dan klien dan
dimiliki klien perhatikan
aspek positif yang 2. Aspek positif kebutuhan
dimiliki. keluarga dasar klien
3. Aspek positif
keluarga yang dimiliki 1. Diskusikan
klien kemampuan
dan aspek
positif yang
dimiliki klien.
Rasional :
Mendiskusikan
tingkat
kemampuan
klien seperti
menilai
realitas, kontrol
diri atau
integritas ego
diperlukan
sebagai dasar
asuhan
keperawatan.
2. Setiap
bertemu
dengan klien
hindarkan dari
memberi
penilaian
negatif
Rasional :
Reinforcement
positif akan
meningkatkan
harga diri
- Klien menilai klien.
kemampuan 3. Usahakan
yang dapat memberi pujian
c. Klien dapat menilai digunakan. yang realistik
kemampuan yang Rasional :
masih dapat Pujian yang
digunakan selama realistik tidak
sakit. menyebabkan
klien
melakukan
kegiatan hanya
mendapatkan
pujian.

a. Diskusikan
dengan klien
kemampuan
yang masih
dapat
digunakan
selama sakit.
Rasional :
Keterbukaan
dan pengertian
tentang
kemampuan
yang dimiliki
adalah prasarat
untuk berubah.

b. Diskusikan
dengan klien
kemampuan
yang masih
dapat
dilanjutkan
penggunaannya
.
Rasional :
Pengertian
tentang
kemampuan
yang dimiliki
klien
memotifasi
untuk tetap
mempertahank
an
kegunaannya.

2. Isolasi Tujuan Umum : - Ekspresi wajah Bina hubungan


sosial Klien dapat berhubungan dengan bersahabat saling percaya
menarik orang lain secara optimal. - Ada kontak dengan
diri Tujuan Khusus : mata menerapkan
berhubunga a. Klien dapat - Mau berjabat prinsip
n dengan membina tangan Mau komunikasi
hubungan saling terapeutik:
harga diri menyebutkan
percaya. - Sapa klien
rendah. nama
dengan ramah
- Mau duduk secara verbal
berdampingan dan nonverbal
dengan - Perkenalkan
perawat diri dengan
- Mau sopan
mengutarakan - Tanyakan
masalah yang nama lengkap
dihadapi klien dan nama
panggilan yang
disukai klien
- Jelaskan
tujuan
pertemuan
- Jujur dan
menepati janji
- Tunjukkan
sikap empati
dan menerima
klien apa
adanya
- Beri perhatian
kepada klien
dan perhatikan
- Kemampuan kebutuhan
b. Klien dapat yang dimiliki dasar klien
mengidentifikasi klien
kemampuan dan - Aspek positif a. Klien dapat
aspek positif keluarga menilai
yang dimiliki - Aspek positif kemampuan
lingkungan yang dapat
yang dimiliki b. Diskusikan
klien kemampuan
dan aspek
positif yang
dimiliki
c. Hindarkan
memberi
penilaian
negatif setiap
bertemu klien,
utamakan
memberi pujian
yang realistis
d. Klien dapat
menilai
Kemampuan yang kemampuan
c. Klien dapat dapat digunakan dan aspek
menilai positif yang
kemampuan dimiliki
yang dapat
digunakan. - Diskusikan
kemampuan
dan aspek
positif yang
dimiliki
- Diskusikan
pula
Klien dapat membuat kemampuan
d. Klien dapat rencana kegiatan yang dapat
menetapkan / harian dilanjutkan
merencanakan setelah pulang
kegiatan sesuai ke rumah
dengan
kemampuan - Rencanakan
bersama klien
yang dimiliki
aktivitas yang
dapat
dilakukan
setiap hari
sesuai
kemampuan
- Tingkatkan
kegiatan sesuai
Klien melakukan dengan
e. Klien dapat
kegiatan sesuai toleransi
melakukan kondisi dan kondisi klien
kegiatan sesuai kemampuannya - Beri contoh
kondisi dan cara
kemampuan pelaksanaan
kegiatan yang
boleh klien
lakukan

- Beri
kesempatan
mencoba
kegiatan yang
Kilen memanfaatkan
telah
sistem pendukung
f. Klien dapat direncanakan
yang ada
- Beri pujian
memanfaatkan
atas
sistem
keberhasilan
pendukung yang klien
ada - Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan di
rumah
- Beri
pendidikan
kesehatan pada
keluarga
tentang cara
merawat klien.
- Bantu
keluarga
memberi
dukungan
selama klien
dirawat.
- Bantu
keluarga
menyiapkan
lingkungan di
rumah.
- Beri
reinforcement
positif atas
keterlibatan
keluarga

Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan asuhan keperawatan oleh perawat dan
klien. Petunjuk dalam implementasi :
a. Intervensi dilakukan sesuai dengan rencana.
b. Keterampilam interpersonal, intelektual, tekhnikal dilakukan dengan cermat dan
efisien dalam situasi yang tepat.
c. Dokumentasi intrvensi dan respon klien.
(Keliat, Budi Anna. 1998 : 15)
Dalam pelaksanaan implementasi, penulis menggunakan langkah-langkah
komunikasi terapeutik yang terdiri dari :
1) Fase Pra Interaksi
Pra interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien,
perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya
sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan
hubungan dengan klien dapat dipertanggung jawabkan.
2) Fase Perkenalan
Pada fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien, hal-hal
yang perlu dikaji adalah alasan klien meminta pertolongan yang
akan mempengaruhi terbinanya rasa percaya antara perawat
dengan klien.
3) Fase Orientasi
A. Memberi salam terapeutik
B. Mengevaluasi dan memvalidasi data subjektif dan objektif
yang mendukung diagnosa keperawatan.
C. Membuat kontrak untuk sebuah topik disertai waktu dan
tempat dan serta mengingatkan kontrak sebelumnya.
4) Fase Kerja
Fase kerja merupakan inti hubungan perawat dengan klien yang
terkait dengan pelaksanaan perencanaan yang sudah ditentukan
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pada fase ini perawat
mengeksplorasi stressor yang tepat mendorong perkembangan
kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, fikiran,
perasaan dan perbuatan klien.
5) Fase Terminasi
Fase terminasi merupakan fase yang amat sulit dan penting dari
hubungan intim terapeutik yang sudah terbina dan berada dalam
tingkat optimal. Fase terminasi terbagi menjadi :
A. Terminasi sementara Adalah terminasi akhir dari tiap
pertemuan antara perawat dengan klien.
B. Terminasi Akhir
(1) Mengevaluasi respon klien setelah tindakan
keperawatan.
(2) Merencanakan tindak lanjut.
(3) Mengeksplorasi perasaan klien.
Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari perencanaan
tercapai dan evaluasi itu sendiri dilakukan terus menerus melalui hubungan yang erat.
Evaluasi dibagi menjadi dua macam yaitu
A. Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terus menerus untuk menilai hasil
tindakan yang telah dilakukan
B. Sumatif yaitu evaluasi akhir yang ditujukan untuk menilai keberhasilan tujuan yang
dilakukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola
pikir :
S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O: Respon objektif klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.
A: Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan masalah : tetap atau
muncul masalah baru atau data yang kontradiktif dengan masalah yang ada.
P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkakn hasil analisa pada respon klien. Rencana
tindak lanjut berupa :
1) Rencana teruskan, bila masalah tidak berubah.
2) Rencana dimodifikasi, jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil
tidak memuaskan.
3) Rencana dibatalkan, jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah
yang ada serta diagnosa lama dibatalkkan.
4) Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan diperlukan adalah
memelihara dan mempertahankan kondisi baru.
Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubhan yang positif.
Klien dan keluarga juga dimotifasi untuk melakukan self-reinforsement.
Hasil yang diharapkan saat merawat klien dengan respon konsep diri mal adatif adalah klien
akan mencapai tingkat aktualitas diri yang maksimal untuk menyadari potensi dirinya.
Evaluasi keberhasilan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah : Pada
akhir keperawatan diharapkan :
a) Klien mampu :
1) Klien dapat mengidentifikasikan aspek positif klien, Keluarga dan kemampuan yang
dimiliki klien.
2) Klien menilai kemampuan yang digunakan.
3) Klien membuat rencana kegiatan
4) Klien membuat rencana kegiatan
5) Klien melakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya
6) Klien mampu memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
7) Melakukan kegiatan hidup sehari hari sesuai jadwal yang dibuat klien.
8) Meminta bantuan keluarga
9) Melakukan follow up secara teratur

b) Keluarga mampu :
1) Mengidentifikasi terjadinya gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis
2) Merawat klien di rumah dan mendukung kegiatan klien.
3) Menolong klien menggunakan obat dan follow up.

REFERENSI : https://www.academia.edu/19169678/ASKEP_HARGA_DIRI_RENDAH

Anda mungkin juga menyukai