DOSEN PENGAMPU
Ns.Aty Nurillawaty Rahayu.M.Kep.,Sp.Kep.J
Nama Kelompok:
1. Dhiya alya lasyifah
2. Mia ani mahara
3. Nadia alfiana
4. Putri yani
5. Reni febriana
PRODI : S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH
Jl. RA. Kartini No.66, Margahayu, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat 17113
2020-2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No. 23 Tahun 1992, pasal 1)
departemen kesehatan (DEPKES) memberikan perhatian besar untuk meningkatkan derajat
kesehatan bangsa Indonesia dengan visi dan misi Indonesia sehat 2020.
Jumlah penduduk gangguan jiwa di jawa barat diperkirakan lebih dari 30% dari jumlah
penduduk dewasa. Jumlah tersebut bakal semakin bertambah dengan kesulitan ekonomi
yang disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Keadaan tersebut diperparah
dengan beberapa kejadian yang menimpa Indonesia seperti bencana alam, diantaranya
tsunami di Aceh dan pangandaran, Lumpur panas sidoarjo, serta gempa di Yogyakarta. Selain
itu adanya gejolak politik lokal diberbagai daerah dan meningkatnya tingkat persainganantar
individu merupakan salah satu pemicu terjadinya gangguan mental.
A. DEFINISI
Harga diri (self esteem) adalah penilaian tentang individu dengan menganalisa
kesesuaian perilaku dengan ideal diri
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan-perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif, yang dapat diekspresikan sacara langsung maupun tidak
langsung, individu yang mempunyai harga diri rendah cenderung untunk menilainya negatif
dan merasa dirinya lebih rendah dari orang lain. (Stuart dan sundeen, 1991)
Gangguan harga diri adalah evaluasi diri yang negatif perasaan tentang diri,
kemampuan dirinyang dapat di ekspresikan secara langsung atau tidak langsung.(Townsend,
Mary C, 1998)
Gangguan harga diri adalah ketika individu mengalami atau beresiko mengalami
evaluasi diri yang negatif tentang kemampuan atau diri. (Carpenito, Lynda Juall-Moyet,2007)
B.RENTANG RESPON
1. Respon adaptif
2. Respon maladaptif
C. FAKTOR PREDESPOSISI
Fakor-Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi
1.Faktor Predisposisi gangguan citra tubuh
a. kehilangan atau kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
b. perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan perkembangan
atau penyakit)
c. proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh
d. Proses pengobatan seperti radiasi,kemotrapi, transplantasi
D. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor pencetus terjadinya gangguan konsep diri bisa timbul dari sumber internal
maupuneksternal klien, yaitu :
a. Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian
yangmengancam kehidupannya
b. Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana
individu mengalaminya sebagai frustasi
c. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan
pertumbuhan.perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan indi+idu atau
keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai dan tekanan penyesuaian diri.
E. POHON MASALAH
Isolasi sosial : Menarik diri
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan masalah keperawatan pasien yang
mencakup baik respon sehat adaptif atau maladaptif serta stressor yang menunjang. (Stuart &
Sundeen, 1998 41)
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi
kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. (Marilyn E.
Doenges, 1999 : 8)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan adalah suatu cara
mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon
terhadap masalah aktual dan resiko tinggi mencakup respon adaptif maupun maladaptif serta
stresor yang menunjang.
Diagnosa keperawatan yang mungkin untuk masalah gangguan konsep diri : harga diri
rendah adalah:
a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
1) Definisi
Suatu kondisi dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami
perasan negatif mengenai dirinya dalam berespon.
2) Batasan karakteristik
a) Mayor
(1) Kekambuhan episodik dari penghargaan diri negatif dalam berespon terhadap kejadian
kehidupan pada seorang individu dengan evaluasi diri positif sebelumnya.
(2) Pengungkapan perasaan negatif, mengenai diri ( ketidak berdayaan, kegunaan )
b) Minor
(1) Pengungkapan diri yang negatif
(2) Ekpresi malu
(3) Evaluasi diri sebagai tidak mampu menangani situasi-situasi / kejadian
(4) Kesukaran mengambil keputusan Gelisah
(5) Pengabaian diri
(6) Isolasi sosial
(Carpenito. L.J, 1998 : 353)
b. Isolasi sosial : menarik diri
1). Definisi
Harga diri rendah situasional : suatu keadaan dimana seseorang memiliki perasaan-
perasaan yang negatif tentang dirinya dalam berespon terhadap peristiwa ( kehilangan,
perubahan ).
2) Batasan karakteristik
a) Mayor
(1). Kekambuhan episodik dari penghargaan diri negatif dalam berespon terhadap kejadian
kehidupan pada seorang individu dengan evaluasi diri positif sebelumnya.
(2). Pengungkapan perasaan negatif, mengenai diri (ketidakberdayaan,kegunaan)
b) Minor
(1) Pernyataan negatif atas dirinya
(2) Mengekspresikan rasa malu, bersalah.
(3) Penilaian diri tidak mampu mengatasi peristiwa / situasi
(4) Kesulitan membuat keputusan
(5) Mengabaikan diri (tidak peduli pada diri sendiri)
(6) Mengisolasi diri
( Carpenito .L.J, 1998 : 853)
Intervensi Keperawatan
a. Diskusikan
dengan klien
kemampuan
yang masih
dapat
digunakan
selama sakit.
Rasional :
Keterbukaan
dan pengertian
tentang
kemampuan
yang dimiliki
adalah prasarat
untuk berubah.
b. Diskusikan
dengan klien
kemampuan
yang masih
dapat
dilanjutkan
penggunaannya
.
Rasional :
Pengertian
tentang
kemampuan
yang dimiliki
klien
memotifasi
untuk tetap
mempertahank
an
kegunaannya.
- Beri
kesempatan
mencoba
kegiatan yang
Kilen memanfaatkan
telah
sistem pendukung
f. Klien dapat direncanakan
yang ada
- Beri pujian
memanfaatkan
atas
sistem
keberhasilan
pendukung yang klien
ada - Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan di
rumah
- Beri
pendidikan
kesehatan pada
keluarga
tentang cara
merawat klien.
- Bantu
keluarga
memberi
dukungan
selama klien
dirawat.
- Bantu
keluarga
menyiapkan
lingkungan di
rumah.
- Beri
reinforcement
positif atas
keterlibatan
keluarga
Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan asuhan keperawatan oleh perawat dan
klien. Petunjuk dalam implementasi :
a. Intervensi dilakukan sesuai dengan rencana.
b. Keterampilam interpersonal, intelektual, tekhnikal dilakukan dengan cermat dan
efisien dalam situasi yang tepat.
c. Dokumentasi intrvensi dan respon klien.
(Keliat, Budi Anna. 1998 : 15)
Dalam pelaksanaan implementasi, penulis menggunakan langkah-langkah
komunikasi terapeutik yang terdiri dari :
1) Fase Pra Interaksi
Pra interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien,
perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya
sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan
hubungan dengan klien dapat dipertanggung jawabkan.
2) Fase Perkenalan
Pada fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien, hal-hal
yang perlu dikaji adalah alasan klien meminta pertolongan yang
akan mempengaruhi terbinanya rasa percaya antara perawat
dengan klien.
3) Fase Orientasi
A. Memberi salam terapeutik
B. Mengevaluasi dan memvalidasi data subjektif dan objektif
yang mendukung diagnosa keperawatan.
C. Membuat kontrak untuk sebuah topik disertai waktu dan
tempat dan serta mengingatkan kontrak sebelumnya.
4) Fase Kerja
Fase kerja merupakan inti hubungan perawat dengan klien yang
terkait dengan pelaksanaan perencanaan yang sudah ditentukan
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pada fase ini perawat
mengeksplorasi stressor yang tepat mendorong perkembangan
kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, fikiran,
perasaan dan perbuatan klien.
5) Fase Terminasi
Fase terminasi merupakan fase yang amat sulit dan penting dari
hubungan intim terapeutik yang sudah terbina dan berada dalam
tingkat optimal. Fase terminasi terbagi menjadi :
A. Terminasi sementara Adalah terminasi akhir dari tiap
pertemuan antara perawat dengan klien.
B. Terminasi Akhir
(1) Mengevaluasi respon klien setelah tindakan
keperawatan.
(2) Merencanakan tindak lanjut.
(3) Mengeksplorasi perasaan klien.
Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari perencanaan
tercapai dan evaluasi itu sendiri dilakukan terus menerus melalui hubungan yang erat.
Evaluasi dibagi menjadi dua macam yaitu
A. Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terus menerus untuk menilai hasil
tindakan yang telah dilakukan
B. Sumatif yaitu evaluasi akhir yang ditujukan untuk menilai keberhasilan tujuan yang
dilakukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola
pikir :
S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O: Respon objektif klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.
A: Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan masalah : tetap atau
muncul masalah baru atau data yang kontradiktif dengan masalah yang ada.
P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkakn hasil analisa pada respon klien. Rencana
tindak lanjut berupa :
1) Rencana teruskan, bila masalah tidak berubah.
2) Rencana dimodifikasi, jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil
tidak memuaskan.
3) Rencana dibatalkan, jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah
yang ada serta diagnosa lama dibatalkkan.
4) Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan diperlukan adalah
memelihara dan mempertahankan kondisi baru.
Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubhan yang positif.
Klien dan keluarga juga dimotifasi untuk melakukan self-reinforsement.
Hasil yang diharapkan saat merawat klien dengan respon konsep diri mal adatif adalah klien
akan mencapai tingkat aktualitas diri yang maksimal untuk menyadari potensi dirinya.
Evaluasi keberhasilan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah : Pada
akhir keperawatan diharapkan :
a) Klien mampu :
1) Klien dapat mengidentifikasikan aspek positif klien, Keluarga dan kemampuan yang
dimiliki klien.
2) Klien menilai kemampuan yang digunakan.
3) Klien membuat rencana kegiatan
4) Klien membuat rencana kegiatan
5) Klien melakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya
6) Klien mampu memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
7) Melakukan kegiatan hidup sehari hari sesuai jadwal yang dibuat klien.
8) Meminta bantuan keluarga
9) Melakukan follow up secara teratur
b) Keluarga mampu :
1) Mengidentifikasi terjadinya gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis
2) Merawat klien di rumah dan mendukung kegiatan klien.
3) Menolong klien menggunakan obat dan follow up.
REFERENSI : https://www.academia.edu/19169678/ASKEP_HARGA_DIRI_RENDAH