KEPERAWATAN JIWA
“GANGGUAN CITRA TUBUH”
Oleh:
NAMA : DEVI INDAH PRATIWI
NIM : 22223021
Dosen Pembimbing:
Apriyani, S. Kep., Ns., M. Kep
I. Masalah Keperawatan
Gangguan Citra Tubuh
B. Faktor Predisposisi
Menurut Dwira Mayorin, (2018) faktor predisposisi gangguan citra tubuh yaitu :
1. Biologi merupakan ambaran tentang tubuhnya meliputi bentuk, fungsi, struktur
yang diinginkan namun tidak tercapai karena suatu hal.
2. Psikologi merupakan terjadi suatu masalah atau peristiwa yang mengakibatkan
individu mengalami strees dan tertekan secara mental.
3. Sosio kultural yaitu terdapat perubahan di lingkungan sekitar yang mengalami
perubahan nilai-nilai sosial dan norma-norma Masyarakat
4. Fisik yang berubah dari segi bentuk, fungsi, struktur, penampilan dan aspek
perubahan lain yang berada ditubuh
5. Suatu proses patologik sebuah penyakit yang berdampak pada perubahan struktur
ataupun fungsi
6. Dampak dari pengobatan yang dijalani, misalnya kemoterapi, radiasi dan lain-lain
7. Didikan dari keluarga yang tidak tepat
8. Penolakan dari orang lain
C. Faktor Presipitasi
Faktor ini dapat terjadi karena faktor dari luar ataupun faktor dari individu itu sendiri.
Menurut Dwira Mayorin, (2018) faktor presipitasi gangguan citra tubuh yaitu :
1. Operasi yang pernah dilakukan, seperti operasi katarak, operasi tumor yang ada
diwajah dan lain sebagainya
2. Perubahan tubuh perihal bentuk, ukuran, fungsi dan lain-lain
3. Ketegangan peran dimana individu tidak mampu melakukan perannya ataupun
peran yang dilakukan bertentangan dengan keinginan dalam dirinya
4. Prosedur perawatan medis
5. Fisik yang berubah berkaitan dengan tumbuh kembang
D. Manifestasi klinik
Menurut (Adityasto, 2017) manifestasi klinis Gangguan Citra Tubuh
meliputi :
1. Menarik diri
2. Aktivitas sosial menurun
3. Banyak diam
4. Komunikasi terbatas
5. Perasaan malu yang berlihan
6. Tidak bergairah melakukan aktivitas
7. Mudah tersinggung
E. Rentang Respon
1. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
b. Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang
negatif dari dirinya.
2. Respon maladaptive
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
a. Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya
negatif dan merasa dirinya lebih rendah dari orang lain.
b. Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak
memberikan kehidupan dan mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) yaitu mempunyai kepribadian secara
intim.
Ansietas
Causa
Koping individu tidak efektif
2) Pengobata
3) Aniaya
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur/bentuk tubuh (mis. Amputasi,
trauma, luka bakar, obesitas, jerawat) d.d mengungkapkan kekacauan/kehilangan
bagian tubuh (D.0086)
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
Nama Pasien :
Jln. Gubernur M. Ali Amin RT/RW 20/04KM.12 No. 02 Kelurahan Alang-Alang Lebar TTL :
Kecamatan Alang-Alang Lebar Palembang, Provinsi Sumatera Selatan No RM :
Telp.(0711) 5645126 Fax.(0711) 564512 NIK :
Website : www.rs-erba.go.id. Email : layanan@rs-erba.go.id DPJP :
Adityasto, T. (2017). Asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan gangguan citra tubuh.
Dwira Mayorin. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Fraktur Terbuka Ekstremita
Bawah Dengan Gangguan Citra Tubuh Di Ruang Trauma Center RSUP Dr. Mdjamil
Padang.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik
((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI. PPNI, T. P. (2018).
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan Keperawatan
((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI. PPNI, T. P. (2019).
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil Keperawatan
((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI
Wati, D. K., & Sumarmi, S. (2017). Citra Tubuh Pada Remaja Perempuan Gemuk Dan Tidak
Gemuk: Studi Cross Sectional. Amerta Nutrition
STRATEGI PELAKSANAAN (SP 1)
GANGGUAN CITRA TUBUH
A. Proses keperawatan
1. Diagnosa keperawatan
Gangguan citra tubuh
2. Tujuan tindakan keperawatan
Pasien tidak mengalami harga diri rendah
Pasien mampu meningkatkan kepercayaan diri
a. Meningkatkan harga diri pasien
b. Membantu pasien menerima kondisi yang sekarang
3. Tindakan keperawatan
a. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya (dulu dan sekarang)
b. Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu
c. Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap
B. Fase orientasi
Perawat : “Assalamualaikum… Selamat pagi bapak/ibu…”(senyum).
Perawat : “Perkenalkan nama saya……, saya paling senang dipanggil…, saya perawat
yang akan merawat bapak/ibu. Nama bapak/ibu siapa?...”
Perawat : “Senangnya dipanggil siapa bapak/ibu…?
Perawat : “Bagaimana kabar bapak/ibu hari ini…?”
Perawat : “Baiklah bapak/ibu, apa keluhan yang bapak/ibu rasakan hari ini?”
Perawat : “Baiklah bapak/ibu, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang
bapak/ibu rasakan selama ini?” “Bapak/ibu maunya dimana…?”
Perawat : “Berapa lama bapak/ibu..??
Perawat : “Baiklah bapak/ibu. Bagaimana kalau 20 menit saja yah…?”
C. Fase kerja
Perawat : “Baiklah bapak/ibu…., (pegang tangan atau pundak pasien). Bagaimana
perasaan bapak/ibu, setelah ibu mengalami bencana ini dan kehilangan tangan kiri
bapak/ibu…?”
Perawat : “Kemudian, apa yang bapak/ibu lakukan ketika perasaan bersalah dan putus
asa bapak/ibu muncul…?”
Perawat : “Maaf bapak/ibu sebelumnya…sekarang bapak/ibu hanya memiliki satu tangan
yang berfungsi dan dapat bapak/ibu gunakan dengan baik.” “Apa yang dapat bapak/ibu
lakukan atau yang ingin bapak/ibu lakukan hanya dengan satu tangan bapak/ibu miliki
sekarang?”
Perawat :”Baiklah begini bapak/ibu , bapak/ibu hanya memiliki satu tangan yang
berfungsi dan satunya lagi sebelah kiri sudah tidak berfungsi lagi. Tapi, tangan sebelah
kanan bapak/ibu kan masih bisa digunakan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan
kaki bapak/ibu juga dapat difungsikan dengan baik.”
Perawat : “Saya mengerti bapak/ibu…. Tapi setidaknya bapak/ibu sudah berusaha untuk
melatihnya sendiri. Sekarang saya ajarkan ibu bagaimana agar bisa tetap beraktivitas
meskipun dengan menggunakan tangan bapak/ibu yang masih dapat digunakan dengan
baik yaitu sebelah kanan.”
Perawat : “Bapak/ibu… dulu sebelum mengalami bencana ini dan kehilangan tangan
bapak/ibu. Apa saja kegiatan atau aktivitas yang bapak/ibu sering lakukan di rumah?”
Perawat : “Apa sekarang bapak/ibu masih ingin melakukan kegiatan-kegiatan tersebut
bapak/ibu….?”
Perawat : “Begini bapak/ibu, seperti yang saya katakan tadi, saya akan ajarkan bapak/ibu
agar dapat beraktivitas meskipun dengan menggunakan satu tangan. Tapi sebelumnya
kita coba berlatih untuk menggerakkan dan melakukan aktivitas yang ringan-ringan.
Perawat : “Baiklah bapak/ibu, coba sekarang bapak/ibu mencoba untuk mengangkat
tangan sebelah kanan pelan-pelan dan mencoba menggenggam dengan sekuat-kuatnya.
(Sebelumnya sediakan benda yang dapat digunakan seperti sapu dll). (contohkan kepada
pasien). “sekarang bapak/ibu bisa mencobanya sendiri ya…”
Perawat : “Baiklah bapak/ibu, itu sudah bagus sekali…..”
“Sekarang kita akan mencoba dengan menggunakan sapu langsung bapak/ibu ya… Nah
ini tangan bapak/ibu pegang sapunya dan ayunkan perlahan, anggap saja ibu sedang
menyapu beneran (sambil mencontohkan). Nah, sekarang giliran bapak/ibu mencobanya
ya,,? Tapi sambil beriri bapak/ibu ya…?!”
Perawat : “Baiklah pak/bu terima kasih. Bagus sekali dan terus dilatih bapak/ibu yah.”
(tulis atau masukkan ke dalam tugas harian terapi dengan rapi pada buku Rencana
tindakan pasien).”
C. Fase terminasi
Perawat : “Bapak/ibu… Bagaimana perasaan bapk/ibu setelah kita berbincang-bincang
dan melakukan latihan hari ini…?”
Perawat : “Kalau begitu sekarang bapak/ibu coba beritahu saya kembali, kegiatan apa
saja yang sudah kita lakukan hari ini?”
Perawat : “Baik sekali bapak/ibu, ternyata bapak/ibu masih mengingatny ya…?
(senyum)”
Perawat : “Baiklah bapak/ibu. Apa yang kita lakukan hari ini bapak/ibu dapat melatihnya
sendiri dan mulai mencoba-coba melakukannnya sendiri di rumah.”
Perawat : “Bpak/ibu saya akan kembali lagi besok kesini dan melatih bapak/ibu beberapa
cara untuk mengkoordinasikan anggota-anggota tubuh bapak/ibu yang lain dan
melatihnya dengan-kegiatan yang lain.”“Bagaiamana apa bapak/ibu bersedia?
Perawat : “Bapak/ibu maunya jam berapa?”
Perawat : “Ya bapak/ibu… Terima kasih dan saya akan kembali lagi besok pada jam 10
pagi ke rumah bapak/ibu. Baiklah kalau begitu saya permisi dulu bapak/ibu dan terima
kasih untuk waktunya bapak/ibu ya…?? Assalamualaikum”