Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA
“GANGGUAN CITRA TUBUH”

Oleh:
NAMA : DEVI INDAH PRATIWI
NIM : 22223021

Dosen Pembimbing:
Apriyani, S. Kep., Ns., M. Kep

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2024
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN CITRA TUBUH

I. Masalah Keperawatan
Gangguan Citra Tubuh

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Definisi
Gangguan Citra tubuh adalah suatu kondisi dimana pola pikir seseorang terhadap
tubuhnya yang tidak sesuai dengan keinginan individu tersebut. Gangguan citra tubuh
dapat diartikan sebagai perasaan negatif tentang tubuh yang meliputi penampilan,
struktur, bentuk badan yang tidak ideal, muka yang berjerawat, fungsi fisik seseorang
dan aspek-aspek lain yang terdapat pada tubuh (SDKI, 2016). Definisi gangguan citra
tubuh menurut (Wati & Sumarmi, 2017) adalah keadaan perubahan persepsi tentang
tubuh. Perubahan tersebut mengakibatkan kegagalan individu dalam penerimaan
terhadap suatu kondisi yang terjadi. Akibatnya, seseorang akan memiliki persepsi
buruk tentang tubuhnya.

B. Faktor Predisposisi
Menurut Dwira Mayorin, (2018) faktor predisposisi gangguan citra tubuh yaitu :
1. Biologi merupakan ambaran tentang tubuhnya meliputi bentuk, fungsi, struktur
yang diinginkan namun tidak tercapai karena suatu hal.
2. Psikologi merupakan terjadi suatu masalah atau peristiwa yang mengakibatkan
individu mengalami strees dan tertekan secara mental.
3. Sosio kultural yaitu terdapat perubahan di lingkungan sekitar yang mengalami
perubahan nilai-nilai sosial dan norma-norma Masyarakat
4. Fisik yang berubah dari segi bentuk, fungsi, struktur, penampilan dan aspek
perubahan lain yang berada ditubuh
5. Suatu proses patologik sebuah penyakit yang berdampak pada perubahan struktur
ataupun fungsi
6. Dampak dari pengobatan yang dijalani, misalnya kemoterapi, radiasi dan lain-lain
7. Didikan dari keluarga yang tidak tepat
8. Penolakan dari orang lain

C. Faktor Presipitasi
Faktor ini dapat terjadi karena faktor dari luar ataupun faktor dari individu itu sendiri.
Menurut Dwira Mayorin, (2018) faktor presipitasi gangguan citra tubuh yaitu :
1. Operasi yang pernah dilakukan, seperti operasi katarak, operasi tumor yang ada
diwajah dan lain sebagainya
2. Perubahan tubuh perihal bentuk, ukuran, fungsi dan lain-lain
3. Ketegangan peran dimana individu tidak mampu melakukan perannya ataupun
peran yang dilakukan bertentangan dengan keinginan dalam dirinya
4. Prosedur perawatan medis
5. Fisik yang berubah berkaitan dengan tumbuh kembang

D. Manifestasi klinik
Menurut (Adityasto, 2017) manifestasi klinis Gangguan Citra Tubuh
meliputi :
1. Menarik diri
2. Aktivitas sosial menurun
3. Banyak diam
4. Komunikasi terbatas
5. Perasaan malu yang berlihan
6. Tidak bergairah melakukan aktivitas
7. Mudah tersinggung

E. Rentang Respon
1. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
b. Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang
negatif dari dirinya.
2. Respon maladaptive
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
a. Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya
negatif dan merasa dirinya lebih rendah dari orang lain.
b. Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak
memberikan kehidupan dan mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) yaitu mempunyai kepribadian secara
intim.

III. Analisis Data


Data Masalah
Gejala dan tanda Subjektif Gangguan Citra
1. Mayor Tubuh
a. Pasien mengungkapkan kekacauan atau kehilangan
bagian tubuh
b. Menolak perubahan atau kehilanga tubuh
c. Perasaan negative tentang tubuh
2. Minor
a. Tidak mau mengungkapkan kecacatan atau kehilangan
bagian tubuh
b. Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan atau
reaksi orang lain
c. Mengungkapkan perubahan gaya hidup
Gejala dan tanda Objektif
1. Mayor
a. Kehilangan bagian tubuh
b. Fungsi tubuh atau struktur tubuh berubah atau hilang
c. Menghindari melihat atau menyentuh tubuh yang
berubah
2. Minor
a. Hubungan social menarik diri
b. Respon non verbal pada perubahan dan persepsi tubuh
c. Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
Trauma terhadap bagian tubuh yang tidak berfungsi

IV. Pohon Masalah Harga diri rendah


Effect

Gangguan citra tubuh


Core Problem

Ansietas
Causa
Koping individu tidak efektif

Perubahan bentuk tubuh/fisik

V. Rencana Tindakan keperawatan


A. Pengkajian
Pengumpulan Data
a) Identitas klien : Identitas klien meliputi nama,umur,jenis kelmain, pendidikan,
agama, pekerjaan, status marital, suku/bangsa, alamat, nomor medrek, ruang
rawat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, dan diagnosa medis,
dan identitas penanggung jawab.
b) Alasan masuk : Tanya kepada pihak klien/keluarga atau pihak yang berkaitan
dantuliskan hasilnya, apa yang menyebabkan klien datang kerumah sakit, dan
Apa yang sudah dilakukan klien/keluarga sebelum atau sesudah berobat
kerumah sakit.
c) Faktor predisposisi

1) Riwayat ganguan jiwa

2) Pengobata

3) Aniaya

4) Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

5) Pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan

d) Pengkajian fisik : Tanda-tanda vital , Ukur dan observasi tandatanda vital:


tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan klien, berat badan, dan tinggi
badan.
e) Pengkajian psikososial
1) Genogram
2) Konsep diri
a. Gambaran`diri : Disukai dan tidak disukai, klien akan mengatakan
tidak ada keluhan apapun.
b. Identitas diri : Kaji bagaiman kepuasan klien terhadap jenis
kelaminnya, status sebelum dirawat dirumah sakit. Klien merasa tidak
berdaya dan rendah diri sehingga tidak mempunyai status yang
dibanggakan atau diharapkan dikeluarga maupun masyarakat
c. Peran : Biasanya pasien mengalami penurunan produktifitas,
ketegangan peran dan merasa tidak mampu dalam melaksanakan
tugas.
d. Ideal diri : Tanyakan harapan terhadap tubuh, posisi, status,
tugas/peran. Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekola,
tempat kerja, masyarakat),harapan klien terhadap penyakitnya.
e. Harga diri : Pasien mengejek dan mengkritiki diri sendiri, menurunkan
martabat, menolak kemampuan yang dimiliki yang nyata dan perasaan
dirinya lebih penting.
f) Hubungan sosial
1) Klien tidak mempunyai orang yang berarti untuk mengadu atau meminta
dukungan
2) Pasien merasa berada dilingkungan yang mengancam.

3) Keluarga kurang memberikan penghargaan kepada klien.

4) Klien sulit berinteraksi karena berprilaku kejam dan mengeksploitasi


orang lain
g) Spiritual
1) Falsafah hidup

Pasien merasa perjalanan hidupnya penuh dengan ancaman, tujuan hidup


biasanya jelas, kepercayaannya terhadap sakit serta engan
penyembuhannya.
2) Konsep kebutuhan dan praktek keagamaan
Pasien mengakui adanya tuhan tetapi kurang yakin terhadap Tuhan, putus
asa karena tuhan tidak memberikan sesuatu yang diharapkan dan tidak
mau menjalankan kegiatan keagamaan.
h) Status mental
1) Penampilan
Penampilan tidak rapih, tidak sesuai karena klien kurang minat untuk
melakukan perawatan diri.
2) Pembicaraan
Klien dengan frekuensi lambat, tertahan, volume suara rendah, sedikit
bicara, inkoheren, dan bloking.
3) Aktivitas motorik
Tegang, lambat, gelisah, dan terjadi penurunan aktivitas interaksi.
4) Alam perasaan
Klien biasanya merasa tidak mamapu dan pandangan hidup yang pesimis.
5) Afek
Afek klien biasanya tumpul yaitu klien tidak mampu berespon bila ada
stimulus emosi yang bereaksi.
6) Interaksi selama wawancara
Biasanya kurang kooperatif dan mudah tersinggung.
7) Persepsi
Klien mengalami halusinasi dengar/lihat yang mengancam atau member
perintah.
8) Proses pikir
Data diperoleh dari hasil observasi ketika wawancara tentang
sirkumtansial (pembicaraan yang berbelit-belit, tetapi samapai pada
tujuan pembicaraan). Tangensial (pembicaraan yang berbelit-belit, tetapi
tidak sampai pada tujuan pembicaraan). Kehilangan asosiasi
(pembicaraan tidak memiliki hubungan antara satu kalimat dengan
kalimat lainnya, serta klien tidak menyadarinya). Fight of ideas
(pembicaraan yang meloncat dari satu toipik ke topik lain, masih ada
hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan). Blocking
(pembicaraan terhenti secara tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian
dilanjutkan kembali). Perseverasi (pembicaraan yang diulang berkali-kali.
9) Isi pikir
Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri,
mengejek dan mengkritik diri sendiri.
10) Tingkat kesadaran
Data tentang bingung (tampak bingung dan kacau) dan sedasi (klien
mengatakan malu bila bertemu orang lain karena dirinya mengalami
gangguan jiwa) diperoleh melalui wawancara dan observasi, stupor
(gangguan motorik seperti ketakutan, gerakan yang di ulang-ulang,
anggota tubuh klien dalam sikap canggung yang dipertahankan dalam
waktu lama.
11) Memori
Klien dengan harga diri rendah, umumnya tidak terdapat gangguan pada
memorinya, baik memori jangka pendek ataupun memori jangka panjang.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi terganggu dan mudah beralih atau tidak mampu
mempertahankan konsentrasi dalam waktu lama, karena merasa cemas.
Dan biasanya tidak mengalami gangguan dalam berhitung.
13) Kemampuan menilai
Gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat mengambil keputusan
yang sederhana dengan bantuan orang lain.
14) Daya tilik diri
Klien tidak tahu alasan dibawa ke Rumah Sakit dan tidak menyadari
mempunyai gangguan jiwa.

B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur/bentuk tubuh (mis. Amputasi,
trauma, luka bakar, obesitas, jerawat) d.d mengungkapkan kekacauan/kehilangan
bagian tubuh (D.0086)
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
Nama Pasien :
Jln. Gubernur M. Ali Amin RT/RW 20/04KM.12 No. 02 Kelurahan Alang-Alang Lebar TTL :
Kecamatan Alang-Alang Lebar Palembang, Provinsi Sumatera Selatan No RM :
Telp.(0711) 5645126 Fax.(0711) 564512 NIK :
Website : www.rs-erba.go.id. Email : layanan@rs-erba.go.id DPJP :

Rencana Keperawatan Jiwa dengan Diagnosis Gangguan Citra Tubuh No RM :


Assessment keperawatan Diagnosa
No Luaran Intervensi Evaluasi
Data subjektif & objektif Analisa data keperawatan
1 Tanda dan gejala subjektif Factor biologis Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan Intervensi utama : □ Melihat bagian tubuh
a. Mayor b.d perubahan intevensi keperawatan Promosi citra tubuh membaik
□ Pasien struktur/bentuk tubuh selama….., maka □ Menyentuh bagian
( I. 09305)
mengungkapkan Kehilangan bagian (mis. Amputasi, persepsi tubuh membaik
kekacauan/ kehilangan tubuh (mis., trauma, luka bakar, Citra tubuh meningkat Observasi □ Verbalisasi kecacatan
bagian tubuh amputasi, obesitas, jerawat d.d dengan kriteria hasil: □ Identifikasi harapan citra bagian tubuh membaik
□ Menolak mastektomi, mengungkapkan □ Melihat bagian tubuh □ Verbalisasi kehilangan
tubuh berdasarkan tahap
membaik
perubahan/kehilangnan histerektomi). kekacauan/kehilanga perkembangan bagian tubuh membaik
□ Menyentuh bagian
tubuh n bagian tubuh □ Identifikasi budaya,
tubuh membaik
□ Perasaan negatif agama, jenis kelami, dan
□ Verbalisasi kecacatan
tentang tubuh Mekanisme koping umur terkait citra tubuh
bagian tubuh membaik
b. Minor in efektif □ Identifikasi perubahan
□ Verbalisasi kehilangan
□ Tidak mau citra tubuh yang
bagian tubuh
mengungkapkan mengakibatkan isolasi
kecacatan/kehilangan Gangguan citra membaik
sosial
bagian tubuh
tubuh □ Monitor frekuensi
□ Mengungkapkan
kekhawatiran pada pernyataan kritik tehadap
penolakan/reaksi diri sendiri
orang lain □ Monitor apakah pasien
□ Mengungkapkan bisa melihat bagian tubuh
perubahan gaya hidup yang berubah

Tanda dan gejala objektif


a. Mayor Terapiutik
□ Kehilangan bagian □ Diskusikan perubahn tubuh
tubuh dan fungsinya
□ Fungsi/struktur tubuh □ Diskusikan perbedaan
berubah/hilang penampilan fisik terhadap
□ Menghindari melihat harga diri
dan /atau menyentuh □ Diskusikan akibat
tubuh yang berubah perubahan pubertas,
kehamilan dan penuwaan
b. Minor □ Diskusikan kondisi stres
□ Hubungan sosial yang mempengaruhi citra
berubah (menarik diri) tubuh (mis.luka, penyakit,
□ Respon nonverbal pembedahan)
pada perubahan dan □ Diskusikan cara
presepsi tubuh mengembangkan harapan
□ Fokus pada citra tubuh secara realistis
penampilan dan □ Diskusikan persepsi pasien
kekuatan masa lalu dan keluarga tentang
□Trauma terhadap perubahan citra tubuh
bagian tubuh yang Edukasi
tidak berfungsi □ Jelaskan kepad keluarga
tentang perawatan
perubahan citra tubuh
□ Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap
citra tubuh
□ Anjurkan menggunakan
alat bantu( mis. Pakaian ,
wig, kosmetik)
□ Anjurkan mengikuti
kelompok pendukung( mis.
Kelompok sebaya)
□ Latih fungsi tubuh yang
dimiliki
□ Latih peningkatan
penampilan diri (mis.
Berdandan)
□ Latih pengungkapan
kemampuan diri kepad
orang lain maupun
kelompok
DAFTAR PUSTAKA

Adityasto, T. (2017). Asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan gangguan citra tubuh.
Dwira Mayorin. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Fraktur Terbuka Ekstremita
Bawah Dengan Gangguan Citra Tubuh Di Ruang Trauma Center RSUP Dr. Mdjamil
Padang.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik
((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI. PPNI, T. P. (2018).
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan Keperawatan
((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI. PPNI, T. P. (2019).
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil Keperawatan
((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI
Wati, D. K., & Sumarmi, S. (2017). Citra Tubuh Pada Remaja Perempuan Gemuk Dan Tidak
Gemuk: Studi Cross Sectional. Amerta Nutrition
STRATEGI PELAKSANAAN (SP 1)
GANGGUAN CITRA TUBUH

A. Proses keperawatan
1. Diagnosa keperawatan
Gangguan citra tubuh
2. Tujuan tindakan keperawatan
Pasien tidak mengalami harga diri rendah
Pasien mampu meningkatkan kepercayaan diri
a. Meningkatkan harga diri pasien
b. Membantu pasien menerima kondisi yang sekarang
3. Tindakan keperawatan
a. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya (dulu dan sekarang)
b. Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu
c. Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap

B. Fase orientasi
Perawat : “Assalamualaikum… Selamat pagi bapak/ibu…”(senyum).
Perawat : “Perkenalkan nama saya……, saya paling senang dipanggil…, saya perawat
yang akan merawat bapak/ibu. Nama bapak/ibu siapa?...”
Perawat : “Senangnya dipanggil siapa bapak/ibu…?
Perawat : “Bagaimana kabar bapak/ibu hari ini…?”
Perawat : “Baiklah bapak/ibu, apa keluhan yang bapak/ibu rasakan hari ini?”
Perawat : “Baiklah bapak/ibu, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang
bapak/ibu rasakan selama ini?” “Bapak/ibu maunya dimana…?”
Perawat : “Berapa lama bapak/ibu..??
Perawat : “Baiklah bapak/ibu. Bagaimana kalau 20 menit saja yah…?”

C. Fase kerja
Perawat : “Baiklah bapak/ibu…., (pegang tangan atau pundak pasien). Bagaimana
perasaan bapak/ibu, setelah ibu mengalami bencana ini dan kehilangan tangan kiri
bapak/ibu…?”
Perawat : “Kemudian, apa yang bapak/ibu lakukan ketika perasaan bersalah dan putus
asa bapak/ibu muncul…?”
Perawat : “Maaf bapak/ibu sebelumnya…sekarang bapak/ibu hanya memiliki satu tangan
yang berfungsi dan dapat bapak/ibu gunakan dengan baik.” “Apa yang dapat bapak/ibu
lakukan atau yang ingin bapak/ibu lakukan hanya dengan satu tangan bapak/ibu miliki
sekarang?”
Perawat :”Baiklah begini bapak/ibu , bapak/ibu hanya memiliki satu tangan yang
berfungsi dan satunya lagi sebelah kiri sudah tidak berfungsi lagi. Tapi, tangan sebelah
kanan bapak/ibu kan masih bisa digunakan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan
kaki bapak/ibu juga dapat difungsikan dengan baik.”
Perawat : “Saya mengerti bapak/ibu…. Tapi setidaknya bapak/ibu sudah berusaha untuk
melatihnya sendiri. Sekarang saya ajarkan ibu bagaimana agar bisa tetap beraktivitas
meskipun dengan menggunakan tangan bapak/ibu yang masih dapat digunakan dengan
baik yaitu sebelah kanan.”
Perawat : “Bapak/ibu… dulu sebelum mengalami bencana ini dan kehilangan tangan
bapak/ibu. Apa saja kegiatan atau aktivitas yang bapak/ibu sering lakukan di rumah?”
Perawat : “Apa sekarang bapak/ibu masih ingin melakukan kegiatan-kegiatan tersebut
bapak/ibu….?”
Perawat : “Begini bapak/ibu, seperti yang saya katakan tadi, saya akan ajarkan bapak/ibu
agar dapat beraktivitas meskipun dengan menggunakan satu tangan. Tapi sebelumnya
kita coba berlatih untuk menggerakkan dan melakukan aktivitas yang ringan-ringan.
Perawat : “Baiklah bapak/ibu, coba sekarang bapak/ibu mencoba untuk mengangkat
tangan sebelah kanan pelan-pelan dan mencoba menggenggam dengan sekuat-kuatnya.
(Sebelumnya sediakan benda yang dapat digunakan seperti sapu dll). (contohkan kepada
pasien). “sekarang bapak/ibu bisa mencobanya sendiri ya…”
Perawat : “Baiklah bapak/ibu, itu sudah bagus sekali…..”
“Sekarang kita akan mencoba dengan menggunakan sapu langsung bapak/ibu ya… Nah
ini tangan bapak/ibu pegang sapunya dan ayunkan perlahan, anggap saja ibu sedang
menyapu beneran (sambil mencontohkan). Nah, sekarang giliran bapak/ibu mencobanya
ya,,? Tapi sambil beriri bapak/ibu ya…?!”
Perawat : “Baiklah pak/bu terima kasih. Bagus sekali dan terus dilatih bapak/ibu yah.”
(tulis atau masukkan ke dalam tugas harian terapi dengan rapi pada buku Rencana
tindakan pasien).”

C. Fase terminasi
Perawat : “Bapak/ibu… Bagaimana perasaan bapk/ibu setelah kita berbincang-bincang
dan melakukan latihan hari ini…?”
Perawat : “Kalau begitu sekarang bapak/ibu coba beritahu saya kembali, kegiatan apa
saja yang sudah kita lakukan hari ini?”
Perawat : “Baik sekali bapak/ibu, ternyata bapak/ibu masih mengingatny ya…?
(senyum)”
Perawat : “Baiklah bapak/ibu. Apa yang kita lakukan hari ini bapak/ibu dapat melatihnya
sendiri dan mulai mencoba-coba melakukannnya sendiri di rumah.”
Perawat : “Bpak/ibu saya akan kembali lagi besok kesini dan melatih bapak/ibu beberapa
cara untuk mengkoordinasikan anggota-anggota tubuh bapak/ibu yang lain dan
melatihnya dengan-kegiatan yang lain.”“Bagaiamana apa bapak/ibu bersedia?
Perawat : “Bapak/ibu maunya jam berapa?”
Perawat : “Ya bapak/ibu… Terima kasih dan saya akan kembali lagi besok pada jam 10
pagi ke rumah bapak/ibu. Baiklah kalau begitu saya permisi dulu bapak/ibu dan terima
kasih untuk waktunya bapak/ibu ya…?? Assalamualaikum”

Anda mungkin juga menyukai