Anda di halaman 1dari 21

1.

Definisi

Diri merupakan bagian paling kompleks dari semua kualitas manusia. Diri adalah
kerangka acuan dimana seseorang mempersepsi dan mengevaluasi dunia. Konsep
diri terdiri semua nilai-nilai, keyakinan dan ide-ide yang berkonstribusi terhadap
pengetahuan diri dan memengaruhi hubungan seseorang tentang karakteristik dan
kemampuan pribadi serta tujuan dan cita-cita seseorang (Stuart,2016:213).

2. Rentang Respon

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi diri Konsep diri positif Harga diri renda Difusiidentitas


Disosiasi

3. Faktor Predisposisi

1. Biologi :

Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat atau sakit. Stresor fisik atau jasmani yang lain seperti : suhu dingin
atau panas, suara bising, rasa nyeri atau sakit, kelelahan fisik, lingkungan yg
tidak memadai dan pencemaran (polusi) udara atau zat kimia.

2. Psikologi

Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Stressor yang lain adalah
konflik, tekanan, krisis dan kegagalan.

3. Sosio kultural
Stereotipi peran gender, tuntutan peran kerja, harapan peran budaya, tekanan
dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial.

4. Faktor predisposisi gangguan citra tubuh

a. Kehilangan / kerusakan bagian tubuh.

b. Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh.

c. Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun


fungsi tubuh.

d. Prosedur pengobatan seperi radiasi, transplantasi, kemoterapi

5. Faktor predisposisi gangguan harga diri

a. Penolakan dari orang lain.

b. Kurang penghargaan.

c. Pola asuh yang salah

d. Kesalahan dan kegagalan yang berulang.

e. Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan.

6. Faktor predisposisi gangguan peran

a. Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan


situasi dan keadaan sehat – sakit.

b. Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang


bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi.

c. Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan


peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai.

d. Peran yang terlalu banyak.

7. Faktor predisposisi gangguan identitas diri


a. Ketidakpercayaan orang tua pada anak.

b. Tekanan dari teman sebaya.

c. Perubahan struktur sosial (Stuart,2016 : 221).

4. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar
individu terdiri dari :

1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan


peristiwa yang mengancam kehidupan.

2) Ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu merasa tidak


adekuat melakukan peran atau melakukan peran yang bertentangan dengan
hatinya atau tidak merasa cocok dalam melakukan perannya. Ada 3 jenis
transisi peran :

a) Perkembangan transisi, yaitu perubahan normatif yang berkaitan dengan


pertumbuhan. Pertumbuhan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma – norma budaya, nilai –
nilai, serta tekanan untuk menyesuaikan diri.

b) Situasi transisi peran adalah bertambah atau berkurangnya anggota


keluarga melalui peristiwa penting dalam kehidupan individu seperti
kelahiran atau kematian.

c) Transisi peran sehat – sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh :

1) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.

2) Perubahan fisik yang berkaitan dengan tumbuh kembang normal.


3) Prosedur medis dan perawatan (Stuart,2016 : 221).

5. Manifestasi Klinis/Tanda Gejala

Perilaku yang berhubungan dengan gangguan konsep diri antara lain:

1. Mengkritik diri sendiri atau orang lain

2. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan

3. Perasaan tidak mampu

4. Rasa bersalah

5. Sikap negatif pada diri sendiri

6. Sikap pesimis pada kehidupan

7. Keluhan sakit fisik

8. Pandangan hidup yang terpolarisasi

9. Menilak kemampuan diri sendiri

10. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri

11. Perasaan cemas dan takut

12. Merasionalisasi penolakan atau menjauh dari umpan balik positif

13. Ketidakmampuan menentukan tujuan (Wijayaningsih, 2015 : 50).


6. Pathway

Isolasi social menarik

Gangguan konsep diri

Tidak efektifnya koping


individu
(Wijayaningsih, 2015:53)

7. Proses Keperawatan

6.1 Pengkajian
1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Data yang perlu dikaji

a) Perasaan malu terhadap diri sendiri

b) Rasa bersalah terhadap diri sendiri

c) Merendahkan martabat

d) Gangguan hubungan social

e) Percaya diri kurang

f) Menciderai diri akibat harga diri rendah disertai harapan yang suram

2. Coping individu tidak efektif

Pola yang perlu dikaji


a) Pola makan berubah atau perubahan pola tidur dan kegiatan

b) Mudah marah atau tersinggung

c) Perasaan tidak mampu atau motivasi hilang, mudah bosan

d) Produktivitas dan kualitas kerja menurun

e) Cenderung melakukan kesalahan atau daya nilai buruk

f) Pelupa dan sering bloking

g) Sering melamun

3. Isolasi sosial : menarik diri


Data yang perlu dikaji

a) Apatis, ekspresi wajah sedih, afek tumpul

b) Menghindar dari orang lain

c) Komunikasi verbal kurang

d) Tidak ada konyak mata, klien lebih banyak menunduk

e) Berdiam diri di kamar atau tempat terpisah. Klien kurang


mobilitasnya

f) Menolak berhubungan dengan orang lain

g) Tidak merawat diri

h) Tidur dengan posisi janin

6.2 Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi social: menarik diri

2. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

3. Gangguan citra tubuh


6.3 Rencana Tindakan Keperawatan
 Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri

Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :

1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip


komunikasi terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar
klien

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri


Tindakan:
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
c. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
d. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain
e. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
f. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
g. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
dengan orang lain
h. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
i. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial


Tindakan:
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
melalui tahap :
Klien – Perawat
Klien – Perawat – Perawat lain
Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain
K – Keluarga atau kelompok masyarakat
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah
dicapai.
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan


orang lain
Tindakan:
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengan orang lain
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain.
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga


Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
Salam, perkenalan diri
Jelaskan tujuan
Buat kontrak
Eksplorasi perasaan klien
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
Perilaku menarik diri
Penyebab perilaku menarik diri
Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada
klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk
klien minimal satu kali seminggu.
Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai
oleh keluarga
 Diagnosa II : harga diri rendah.
Tujuan umum: Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.

Tujuan khusus:

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.


1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip
komunikasi terapeutik
Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
Perkenalkan diri dengan sopan
Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
Jelaskan tujuan pertemuan
Jujur dan menepati janji
Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2.2 Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
2.3 Utamakan memberi pujian yang realistik.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
3.1 Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
3.2 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
4.1 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.
4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
5.1 Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
5.2 Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mearwat klien
dengan harag diri rendah.
6.2 Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.

 Diagnosa III: Gangguan Citra Tubuh.

Tujuan umum: klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri
rendah/klien akan meningkat harga dirinya.

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya


Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, perkenalan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
1.2 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
1.3 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
1.4 Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga
dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan:
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2 Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan
memberi pujian yang realistis
2.3 Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan:
3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.2 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang
ke rumah
4. Klien dapat menetapkan/merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan:
4.1 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
4.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan:
5.1 Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2 Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan:
6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
6.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
6.4 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

8. Strategi Pelaksanaan

Proses keperawatan pertemuan 1

1. Kondisi

1.1 Klien menyendiri

1.2 Klien menghindar dari kontak mata

1.3 Klien tidak dapat mempertahankan komunikasi lama

1.4 Klien tampak merenung di pojok ruangan

2. Diagnosa keperawatan

Isolasi sosial menarik diri.

3. Tujuan Khusus

3.1 Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

3.2 Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri


(Wijayaningsih,2015:113).

Strategi Komunikasi Tindakan Keperawatan

a. Orientasi
1) Salam terapeutik

“Selamat pagi mas, sedang apa?”.“Kenalkan nama saya Iwan


setiawan, mas bisa panggil saya bapak atau mas Iwan saja”.”Mas
namanya siapa? o o o

Sigit Eko, senang dipanggil siapa mas?”ooooo baik mas sigit saya
akan menemani mas sigit selama 2minggu kedepan, nanti bisa
cerita masalah yang dialami mas sigit ya”.

2) Evaluasi

“Bagaimana perasaan mas Sigit saat ini?.....o o kalau saya lihat


mas Sigit tampak duduk sendiri ada apa sebenarnya?”.

3) Kontrak

a) Topik

“Maukah mas Sigit bercakap-cakap tentang kejadian dirumah


dan yang menyebabkan mas widi hanya diam menyendiri, mau
kan?”.

b) Tempat

“Dimana kita akan berbincang-bincang mas? Bagaimana kalau di


taman? mau?”.

c) Waktu

“Kita akan bercakap-cakap berapa menit mas?”.”5menit saja


yaaa?” (Wijayaningsih,2015:114).

b. Kerja

“Yah sekarang coba mas Sigit ceritakan dirumah tinggal siapa


saja?”.”terus siapa lagi........bagus”.”diantara mereka siapa yang
paling dekat dengan mas? Mas sigit tadi mengatakan lebih dekta
dengan ibu dan kakak, mengapa? Apa ada sesuatu yang membuat
mas sigit senang dengan mereka berdua?”. “Nah sekarang diantara
mereka, apakah ada sesuatu yang mas sigit tidak suka, yang sering
membuat jengkel misalnya? Ooooo begitu, mengapa mas sigit sangat
tidak menyukainya? sering memarahi mas sigit?”

“apa yang dilakukan mas sigit sipaya dekat dengan orang lain?
Bagus!”. “Sekarang apa yang menyebabkan mas Sigit senang
menyendiri dan tidak mau bicara dengan orang lain? Mungkin tidak
ada teman yang sebaya dengan mas sigit? Sehigga mas sigit malas
keluar rumah?” (Wijayaningsih,2015:114).

c. Terminasi

1) Evaluasi subyektif

“Bagaimana perasaan mas Sigit setelah kita berbincang-bincang


tentang penyebab menyendiri/tidak mau bergaul?”.

2) Evaluasi obyektif

“Jadi yang membuat mas Sigit menyendiri tadi apa saja? Tolong
ceritakan kembali?” yah bagus.”

3) Rencana tindak lanjut

“Baiklah mas, nanti diingat-ingat lagi yang menyebabkan enggan


bergaul dengan orang lain dan esok ceritakan kepada saya ya..”

4) Kontrak

a) Topik

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang cara


mengendalikan suara-suara tersebut? Setuju?”.

b) Tempat
“Baiklah kalau begitu, dimana kita akan bercakap-cakap,
mungkin mas sigit punya tempat yang teduh dan santai untuk
ngobrol?”

c) Waktu

“Berapa lama kita akan bercakap-cakap? 10 menit?”.”Sampai


jumpa besok ya mas ya ” (Wijayaningsih,2015:115).

Proses keperawatan pertemuan 2

1. Kondisi

1.1 Klien sudah dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

1.2 Klien dapat mengenal penyebab menarik diri.

2. Diagnosa Keperawatan

Isolasi sosial menarik diri.

3. Tujuan Khusus

3.1 Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain


dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

Startegi pelaksanaan tindakan keperawatan

a. Orientasi

1) Salam terapeutik

“ selamat pagi, mas widioko ?”,” masih ingat nama saya ?


bagus !’.

2) Evaluasi / validasi

“ bagaimana perasaan mas widi saat ini? Apakah ada


penyebab menyendiri yang lain dan belum di
ceritakan kemarin?”.

3) Kontrak

a) Topik

“ seperti kesepakatan kemarin pagi ini kita akan


bercakap_cakap tentang keuntungan berhubungan dengan
orang lain serta kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain ?”.

b) Tempat

“ seperti kesepakatan kemarin kita bercakap_cakap di taman


ya!”.

4) Waktu

“ mas widi mau berapa lama kita bercakap_cakap ?”.” 10 menit,


baiklah”.

b. Kerja

“ kemarin mas widi sudah menceritakan penyebab menyendiri


sekarang menurut mas widi apa keuntungan berhubungan dengan
orang lain?”,”ya......bagus,terus apa lagi?”. “ kalau kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain ?” tidak tahu yang tidak apa_apa”.

“ jadi begini,banyak manfaat yang dapat di ambil jika kita mau


bergaul atau berhubungan dengan orang lain,misalnya jadi banyak
teman, dapat mengisi waktu dan terhindar dari kesepian.

“ dengan bergaul kita juga jadi tambah ilmu dan wawasan.

“ nah, jika kita tidak bergaul atau hanya menyendiri di kamar, kita
jadi banyak melamun dan akhirnya tidak punya teman untuk di
mintai bantuan jika punya masalah “.
“ bagaimana sudah mengerti keuntungan dan kerugian bergaul?”.

c. Terminasi

1) Evaluasi subyektif

“ bagaimana perasaannya setelah bercakap_cakap tentang


keuntungan bergaul dengan orang lain dan kerugian tidak bergaul
?

2) Evaluasi obyektif

“ coba sebutkan kembali keuntungan bergaul !”


bagus........lagi”,” kalau kerugian. ?”>

3) Rencana tindak lanjut

“ nah, karena mas widi sudah tau keuntungan bergaul maka harus
di praktikkan ya!” nanti pak iwan bantu, bagaimana,bersedia?”.

4) Kontrak

a) Topik

“bagaiman kalau kita besok mulai belajar berkenalan dengan


teman lain?

b) Tempat

“ dimana kita belajar berkenalan, ?o..........di ruang tamu


baiklah”.

c) Waktu

“ mas widi berapa lama kita belajar berkenalan?”’ O.......15


menit baiklah,!” (Wijayaningsih,2015:117).

Proses keperawatan pertemuan III

1. Kondisi
1.1 Klien sudah mengetahui berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

2. Diagnosa keperawatan

Isolasi sosial menarik diri

3. Tujuan khusus

3.1 Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan


antara klien dengan perawat

Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


a. Orientasi
1) Salam terapeutik
“ selamat pagi, mas widi”
2) Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan mas widi saat ini?
3) Kontrak
a) Topik
Pagi hari in i kita akan berlatih cara berkenalan yang baik kan
mas??
b) Tempat
Seperti kesepakatan kemarin kita akan berlatih di ruang tamu kan
mas??
c) Waktu
Berapa lama kita akan bercakap cakap?? Bagaimana kalau 15
menit?
b. Kerja
Menurut mas widi, bagaimana cara kita berkenalan dengan orang lain,” ya
bagus, apakah perlu nkita berdiri dan berjabat tangan??” terus apa yang
kita sampaikan saat berkenalan
“ bagus!” jadi kita berkenalan, untuk menambah kehangatan dan
keakraban kita perlu berjabat tangan dan berdiri, sedangkan seperti yang
mas widi sebutkan, kita bisa menyampaikan nama, alamat,hobi dan lain-
lain!.
“ nah kita sekarang telah tahu cara berkenalan yang baik, bagaimana kalau
kita coba
?”. “ anggap saja mas widi belum kenal saya, dan saya belum kenal mas
widi oke !”. “kita mulai, ayo kita berdiri !.
“aku ajari dulu ,ya!. “kenalkan nama saya iwan setiawan, biasa di panggil
iwan,rumah saya kalinegoro,magelang dan hobi saya memancing dan
membaca! “kalau anda siapa, saya bisa panggil......rumahnya dimana ?
“siapa tahu saya bisa mampir suatu saat “,apa hobi anda?...wah bagus
sekali”
“nah sekarang gantian mas berkenalan dengan saya ?.......
Terus!”. Bagus sekali, nanti coba pada temanya, ya.!”.
c. Terminasi
1) Evaluasi subyektif
“bagaimana perasaanya setelah berlatih berkenalan?”.
2) Evaluasi obyektif
“coba ulangi lagi cara berkenalan yang sudah kita pelajari tadi!”.
Bagus!”.
3) Rencana tindak lanjut
“tolong mas joko dibantu untuk menghindari suara-suara itu muncul
lagi , caranya dengan yang sudah saya jelaskan tadi!”.
4) Kontrak
a) Topik
“bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap tentang cara
berkenalan dengan orang lain!”.
b) Tempat
“bagaimana kalau kita bercakap-cakap di taman?”.
c) Waktu
“mau berapa lama?”. “bagaimana kalau 10
menit saja?” (Wijayaningsih,2015:121).

DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G. W. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Singapore:
Elsevier. wijayaningsih, K. s. (2015). Praktik Klinik Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Trans Info Media.

Banjarmasin, 20 Nopember 2020

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(Nor Afny Oktavia, Ns., M.Kep) (Hj. Sri Ningsih, AMK)

Anda mungkin juga menyukai