Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

SEPTUM DEVIASI
DI OK SENTRAL/IBS RSUD ULIN

OLEH:

Fahruzi, S.Kep

NPM 1416901110062

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN TAHUN 2017
LEMBAR PENGESAHAN

NAMAMAHASISWA : Fahruzi, S.Kep


NPM : 1614901110062
JUDUL LP : SEPTUM DEVIASI

BANJARMASIN, Agustus 2017

PRESEPTOR AKADEMIK PRESEPTOR KLINIK

.............................................. .......................................
.

.
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Obstruksi saluran pernapasan hidung dapat disebabkan oleh perubahan
struktur atau mukosa, atau keduanya. Ada yang bersifat akut dan kronik.
Beberapa penyebab obstruksi yang bersifat kronik diantaranya: deviasi
septum nasi, pembesaran mukosa hidung, rinitis alergi kronik, risitis
kronik vasomotor, polip hidung, sinusitis kronik, atresia koana, adenoiditis
kronik, dan deformitas hidung yang terkait dengan trauma. Gangguan
struktur yang paling lazim menyebabkan obstruksi saluran napas adalah
abnormalitas septum hidung yang meliputi deviasi, obstruksi, impaksi, dan
kompresi konka media. Dimana kelainan yang paling sering ditemukan
adalah deviasi septum.

Bentuk septum normal adalah lurus di tengah dan memisahkan dua jalan
aliran udara pada hidung tetapi pada orang dewasa biasanya septum tidak
lurus di tengah. Deviasi septum adalah suatu keadaan dimana ada
pergeseran septum dari garis tengah. Deviasi septum yang ringan (1 atau 2
mm) masih dalam batas normal dan tidak akan mengganggu, akan tetapi
bila deviasi itu cukup berat, akan menyebabkan penyempitan pada salah
satu sisi hidung.

B. TUJUAN
Mencegah trauma yang terus menerus pada tulang rawan hidung secara
langsung atau pun tidak langsung menyebabkan perubahan dan
pertumbuhan struktur mukosa tulang rawan sehingga drainage dari sekret
terganggu dan hal inilah yang membuat hidung bebau dan dirasa buntu.
C. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI
1. Adanya pirau dari ruang jantung kiri ke kanan dengan rasio aliran
darah pulmonal dibanding aliran darah sistemik/ flow ratio (Qp/Qs) -+
1.5 dan/atau terdapat pembesaran ventrikel kanan
2. Pasien DSA dengan kecurigaan adanya emboli paradoksikal
3. Tidak terdapat resistensi vaskular paru yang tinggi
4. Penutupan melalui transkateter dengan ASO merupakan pilihan
pertama pada DSA sekundum yang mempunyai morfologi anatomi
dengan diameter defek 5-32 mm dan lebar rim atau tepi lubang
minimal 4 mm.
5. Prosedur penutupan DSA transkateter dilakukan di laboratorium
kateterisasi jantung dengan menggunakan fluoroskopi dan
ekokardiografi. Salah satu jenis alat okluder septal yang umumnya
dipakai adalah Amplatzer (ASO) yang bentuknya menyerupai
cangkram ganda dan dapat mengembang sendiri (self expandanble).
Alat ini terbuat dari kawat nitinol berdiameter 0.004-0.0075 inci yang
teranyam kuat menjadi dua cakram dengan pinggang penghubung.

D. PENATALAKSANAAN/JENIS-JENIS TINDAKAN
Penatalaksanaan bervariasi dari tidak melakukan apa-apa bila pada
hakekatnya pasien asimtomatik, pemberian analgesik bila pasien menderita
sakit kepala, dekongestan untuk mengurangi sekret, antibiotik untuk
mencegah infeksi sampai pembedahan septum yang luas. Aspek
pentingnya seberapa jauhgejala tersebut mengganggu pasien. Operasi ini
harus dilakukan oleh ahli yang mengetahui cara pembedahan saluran
pernapasan hidung.

Pembedahan deviasi septum mempunyai indikasi primer obstruksi saluran


pernapasan hidung. Indikasi-indikasi lain timbul pada pasien yang
mengalami epistaksis; pada kasus ini septum perlu dioperasi untuk
membuang deformitas dan mencapai lokasi perdarahan. Suatu operasi
mungkin diperlukan karena deformitas ini merupakan predisposisi bagi
rinosinusitis berulang atau karena abnormalitas bermakna yang tidak
hanya mengganggu fungsi saluran pernapasan hidung dengan
menimbulkan obstruksi hidung tetapi juga menyebabkan gejala-gejala
seperti nyeri kepala dan nyeri wajah. Indikasi lain bagi operasi septum nasi
adalah untuk mencapai os sphenoidalis bagi lesi-lesi di sinus sphenoidalis,
atau untuk mencapai sella tursika dan kelenjar pituitaria. Lebih lanjut,
indikasi terpenting pembedahan septum nasi adalah obstruksi saluran
pernapasan hidung sewaktu bernapas.

Ada 2 jenis tindakan operatif yang dapat dilakukan pada pasien dengan
keluhan yang nyata yaitu reseksi submukosa dan septoplasti.

Reseksi subkumukosa (submucous septum resection, SMR) menjadi


operasi yang mencapai puncaknya pada hari-hari peloporannya di awal
abad XX. Pada operasi ini mukoperikondrium dan mukperiosteum kedua
sisi dilepaskan dari tulang rawan dan tulang septum. Bagian tulang atau
tulang rawan septum kemudian diangkat, sehingga mukoperikondrium dan
mukoperiosteum sisi kiri dan kanan akan langsung bertemu di garis
tengah. Pada umumnya operasi ini telah digantikan oleh rekonstruksi atau
reposisi septum nasi.

Septoplasti atau reposisi septum. Pada operasi ini tulang rawan yang
bengkok direposisi. Hanya bagian yang berlebihan saja yang dikeluarkan.
Prosedur ini memakan waktu kira-kira 30 menit hingga 1 jam dengan
pasien di bawah pengaruh sedasi intravena atau anestesi umum. Insisi kecil
dibuat pada hidung sehingga tulang dan tulang rawan hidung dapat
diinspeksi dengan baik. Tonjolan-tonjolan tulang yang ada disingkirkan.
Tulang rawan yang menyimpang dikembalikan ke posisinya yang normal.
Tulang-tulang juga dikembalikan ke tengah untuk menjamin aliran udara
yang normal. Setelah itu sepasang splint/stent intranasal dipasang selama
beberapa hari biasanya 5 – 7 hari , tergantung luas tindakan, dan biasanya
pasien menggunakan pembalut hidung luar. Splint ini memungkinkan
pasien dapat bernapas dengan melalui hidung dan memudahkan untuk
menelan makanan.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologi
Foto waters adanya kelainan tulang hidung
Pemeriksaan laboratorium
meliputi : Darah lengkap, Faal hemostasis
F. GAMBAR
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN, INTERVENSI DAN RASIONAL
Pengkajian
1) Ciri – CiriUmum (berisi identitas pasien).
2) Riwayatkeperawatan
a. KeluhanUtama
Tidakdapatbernafasmelaluihidung, adasesuatu yang mengganjal.
b. RiwayatPenyakitsekarang.
Adanya keluhan tidak dapat bernafas melalui hidung, hidung
terasa nyeri, tidak dapat makan karena takut tersedak.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pilek terus menerus, biasanya lebih dari satu tahun dan tidak ada
perubahan meskipun diberi obat.
Pemeriksaan Fisik.
Hidung: Ada luka operasi, terdapat tampon + 1,5 mm yang tampak dari luar,
pernapasan pindah ke mulut
 Diagnosa
 Perubahan Pola Nafas berhubungan dengan Tampon Pada Hidung.
 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka operasi
 Intervensi
 Perubahan pola nafas sehubungan dengan tampon pada hidung.

Tujuan: Perubahan pola nafas teratasi dalam 2x24 jam.


Kriteria hasil : Tampon di lepas,Klien dapat bernafas melalui hidung.
Intervensi

Rasional
Jelaskan tentang perubahan pola nafas dan bernafas melalui mulut.

Klien / keluarga mengerti sebab akibat perubahan pola nafas.


Anjurkan klien untuk tidur ½ duduk (semi fowler) dan nafas melalui mulut.

Membuat paru mengembang dengan baik


Beri tindakan perawatan untuk : Oral hygiene, Rawatlukadengan BWC dan H2O2
dan xylocain/LA Nebulizer tanpa obat.

Memberi rasa nyaman dan mencegah infeksi.


Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian kalmethason dan bronchodilator.

Fungsi interdependent untuk mengencerkan sekret dan melonggarkan pernafasan.


Monitor vital sign.

Mengetahui kelainan dini.


 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka operasi.
Tujuan: Nyeri berkurang dalam 2 x 24 jam.
Kriteriahasil: Klien bisa tidur.
Klien merasa tenang, T 110/80 mmHg, N 88 x/menit.

Intervensi

Rasional
Kaji faktor – faktor yang mempengaruhi nyeri, misal takut / posisi yang salah.

Ketakutan / posisi salah dapat meningkatkan respon nyeri.


Kaji tingkat nyeri / lokasi nyeri / intensitas nyeri.

Menentukan tindakan keperawatan dalam hal untuk penanganan nyeri


Anjurkan klien untuk menggunakan teknik :distraksi, relaksasi progresif, cutaneus
stimulation.

Mengurangi nyeri
Monitor vital sign.

Mengetahui kelainan dini terhadap respon nyeri

 Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana perawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan agar terpenuhnya kebutuhan
klien secara optimal.

 Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan mengacu pada tujuan dan kriteria yang telah
ditetapkan dalam perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Mitra Medikasi.com, diakses pada 16 April 2017

Sarwendah. S“ ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN MASALAH


UROLOGI.” Erlangga, 2015
www.asepku.com, diakses pada 16 April 2017

Nurarif.A.H. ”ASUHAN KEPERAWATAN BERDSARKAN DIAGNOSA


MEDIS & NANDA NIC NOC”. MEDICATION Publishing, 2015
Banjamasin, Agustus 2017

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(……………………………….) (…………………………………)

Anda mungkin juga menyukai