Anda di halaman 1dari 19

LP & SP HARGA DIRI RENDAH

Diajukan untuk memenuhi praktek lapangan jiwa

Disusun Oleh :

SALMA IKA PRASTUTI


(433131420119092)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HORIZON KARAWANG

TAHUN AKADEMIK 2020 – 2021

Jln. Pangkal Perjuangan KM 01 By Pass – Karawang


Laporan Pendahuluan

I. Kasus (Masalah Utama)


Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
II. Proses Terjadinya Masalah
A. Pengertian
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang
membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya
dengan orang lain (Stuart GW dan Sundeen SJ, 1998, Hal. 227).

Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang penampilan diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri
dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Tim Keperawatan Jiwa FIK-
UI,1999)

Gangguan harga diri adalah evaluasi diri yang negatif dan perasaan tentang diri,
kemampuan diri, yang dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung.
(Towsend MC, 1998 H.336)

B. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah


Harga diri merupakan gangguan yan terjadi pada diri klien akibat harga diri rendah
sitasional yang tidak diselesaikan atau ketiadaan feed back ( umpan balik ) positif dari
lingkungan mengenai prilaku klien sebelumnya. Selain itu, respon negatif dari
lingkungan juga turut berperan terhadap gangguan harga diri. Klien awalnya
dihadapkan pada stresor (krisis) dan berusaha untuk menyelesaikannya, tetapi tidak
tuntas.

C. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Konsep Diri Harga Diri Kekaluan Depersonilisasi


Aktualisasi Diri
Positif Rendah Identitas
D. Tanda dan Gejala
1. Mengkritik diri sendiri
2. Penurunan produktivitas
3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
4. Gangguan dalam berhubungan
5. Rasa penting yang berlebihan
6. Perasaan tidak mampu rasa bersalah
7. Rasa bersalah
8. Mudah tersinggung atau marah berlebihan
9. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
10. Ketegangan peran yang dirasakan
11. Pandangan hidup pesimis
12. Penolakan terhadap kemampuan personal
13. Destruktif terhadap diri sendiri
14. Pengurungan diri
15. Menarik diri secara sosial
16. Penyalahgunaan zat
17. Menarik diri dari realitas
18. Khawatir

E. Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi :
1. Penolakan orang tua
2. Harapan orang tua tidak realistis
3. Kegagalan yang berulang kali
4. Kurang mempunyai tanggung jawab personal
5. Ketergantungan pada orang lain
6. Ideal diri tidak realistis

F. Faktor Pencetus
1. Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian
yang mengancam kehidupannya.
2. Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalaminya sebagai prustasi. Ada 3 jenis transisi peran :
a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai dan
tekanan untuk penyesuaian diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambahnya atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh :
1) Kehilangan bagian tubuh
2) Perubahan bentuk, ukuran, penampilan, dan fungsi tubuh.
3) Perubaha fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal.
4) Prosedur medis keperawatan.

G. Sumber Koping
1. Aktivitas olahraga dan aktivitas lain diluar rumah
2. Hobi dan kerajinan tangan
3. Seni yang ekspresif
4. Kesehatan dan perawatan diri
5. Pekerjaan, vokasi, atau posisi
6. Bakat tertentu
7. Kecerdasan
8. Imaginati dan kreativitas
9. Hubungan interpersonal

H. Mekanisme Koping
1. Jangka pendek
a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas
(misal: konser musik, bekerja keras, menonton tv secara obsesif).
b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara (misal: ikut
serta dalam aktivitas sosial, agama, club politik, kelompok, atau geng).
c. Aktivitas sementara menguatkan perasaan diri (misal: olahraga yang
kompetitif, pencapaian akademik, kontes untuk mendapatka popularitas).
d. Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah
identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu (misal:
penyalahgunaan obat).
2. Jangka Panjang
a. Penutupan identitas-identitas premature yang diinginkan oleh orang yang
penting bagi individu tanpa memperlihatkan keinginan, aspirasi, dan potensi
diri individu tersebut.
b. Identitas negatif asusmsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh
nilai dan harapan masyarakat.
3. Mekanisme pertahanan ego
- Penggunaan fantasi
- Disosiasi
- Isolasi
- Projeksi
- Pergeseran (displacment)
- Peretakan (splitting)
- Berbalik marah pada diri sendiri
- Amuk

III. Pohon masalah

Isolasi Sosial : Menarik diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Berduka disfungsional

IV. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Isolasi sosial : menarik diri
Ds :
- Klien mengatakan lebih baik sendiri

Do :

- Klien terlihat lebih sering menyendiri


- Klien terlihat melamun
2. Harga diri rendah
Ds :
- Klien mengatakan gagal dalam mencapai cita-citanya
- Klien mengatakan malu karena tubuhnya gemuk
Do :
- Klien selalu gagal dalam mencaoai cita-citanya
- Klien merasa citra tubuh kurang ideal
3. Berduka disfungsional
Ds:
- Klien mengatakan sedih karena bercerai dengan suaminya

Do :

- Klien terlihat sedih


- Klien terlihat melamun
-
V. Pengkajian
1. Batasan Karakteristik
NANDA (2016) menyatakan batasan karakteristik harga diri rendah situasional:
a. Meremehkan kemampuan menghadapi situasi
b. Perilaku tidak asertif
c. Prilaku tidak selaras dengan nilai
d. Tanpa tujuan
e. Tantangan situasi terhadap harga diri
f. Tidak berdaya
g. Ungkapan negatif tentang diri
2. Perilaku dan Respons
Berdasarkan prilaku dan respons, terdapat standar pengkajian terhadap gangguan
harga diri rendah situasional, yaitu:
a. Kognitif
1) Mengungkapkan rasa ketidakmampuan dalam menghadapi situasi atau
peristiwa
2) Mengungkapkan ketidak berdayaan dalam menghadapi situasi atau peristiwa
3) Mengungkapkn perasaan tidak berguna, tidak mampu menghadapi apa yang
dialami
4) Mengungkapkan rasa tidak mampunya, rasa gagal dalam menjalankan
peranakibat situasi atau peristiwa yang dialami
5) Mengungkapkan adanya tantangan situasional terhadap harga diri.
b. Afektif
Secara afektif, klien dengan gangguan harga diri rendah situasional akan merasa
tidak berdaya, malu, bersalah, tidak mampu, tidak berguna, putus asa, sedih, dan
mudah tersinggung.
c. Fisiologis
1) Terdapat perubahan aktual fungsi dan struktur tubuh ( salah satunya )
2) Gangguan tidur atau insomnia
3) Tekanan darah meningkat
4) Makan dan minum berlebihan atau juga sebaliknya, kurang
5) Penurunan berat badan
6) Pusing dan sakit kepala
7) Kelelahan dan keletihan
8) Tampak lesu
9) Kurang nafsu makan
10) Mual dan muntah
11) Konstipasi atau diare

d. Perilaku
1) Kurang mendukung progrm pengobatan ( malas makan dan minum obat )
2) Kurang mampu melakukan semua aktivitas, seperti penurunan produktifitas
3) Tampak ragu-ragu atau bimbang melakukan sesuatu
4) Tidak suka membicarakan penyakitnya
5) Menolak memegang bagian yang sakit atau adanya penolakan realitas

e. Sosial
1) Banyak diam, seperti tidak membicarakan penyakitnya
2) Tidak suka berkomunikasi secara verbal
3) Kurangnya kontak mata
4) Kurangnya partisipasi sosial ( dalam pembicaraan )

VI. Diagnosa Keperawatan


Gambar. Pohon Masalah Harga Diri Rendah Situasional

Gangguan konsep diri: harga


diri rendah kronis

Gangguan konsep diri: harga


diri rendah situasional

kehilangan

VII. Perencanaan
Rencana Keperawatan Dengan Konsep Harga Diri Rendah

PERENCANAAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
( TUK/TUM) EVALUASI
Harga diri rendah TUM : Pasien menunjukan 1.1. Bina hubungan Kepercayaan dari
Pasien tanda-tanda saling percaya dengan pasien merupakan
mengungkapkan percaya kepada mengemukakan hal yang akan
pandangan positif perawat melalui: prinsip komunikasi memudahkan
untuk masa a. Ekspresi terapeutik: perawat dalam
depan dan wajah a. Mengucapkan melakukan
melanjutkan cerah, salam terapeutik. pendekatan
tingkat fungsi tersenyum Sapa pasien keperawatan atau
sebelumnya. b. Mau dengan ramah, intervensi
berkenalan baik verbal selanjutnya
TUK1: c. Ada kontak ataupun nonverbal. terhadap pasien.
Pasien dapat mata b. Berjabat tangan
membina d. Bersedia dengan pasien
hubungan saling menceritaka c. Perkenalkan diri
percaya n dengan sopan
perasaanny d. Tanya nama
a lengkap pasien,
e. Bersedia dan nama
mengungka panggilan yang
pkan disukai pasien
masalah e. Jelaskan tujuan
pertemuan
f. Membuat kontrak
topik, waktu, dan
tempat setiap kali
bertemu pasien.
g. Tunjukan sikap
empati dan
menerima pasien
apa adanya
h. Beri perhatian
kepada pasien dan
perhatian
kebutuhan dasar
pasien.
TUK 2: Kriteria evaluasi: 2.1. Jadilah empati, Penerimaan diri
Membantu pasien Pasien dapat tidak menghakimi dapat
untuk mengidentifikasi 2.2. Mendengarkan, ditingkatkan
mengidentifikasi dan jangan mengecilkan dengan klarifikasi
dan mengekspresikan ungkapan kemarahan, perasaan dan
mengekspresikan perasaannya tangisan dan fikiran
perasaan. sebagainya
2.3. Tanyakan apa
yang terjadi saat dia
mulai merasa seperti ini
2.4. Memperjelas
hubungan antara
peristiwa kehidupan

TUK 3: Pasien Diskusi mengenai


Mmembantu menyebutkan aspek 3.1. Diskusi bagaimana tingkat
pasien positif yang pasien menangani krisis kemampuan
mengidentifikasi dimiliki pasien, lainnya pasien,seperti
evaluasi diri seperti kegiatan 3.2. Diskusikan menilai realitas,
positif pasien dirumah, bagaimana pasien kontrol diri atau
adanya keluarga, mengatasi ansietas, integritas ego
dan lingkungan seperti melalui diperlukan
terdekat olahraga, menarik diri, sebagai dasar
lingkungan pasien minum/narkoba, atau asuhan
dengan berbicara keperawatan
3.3. Memperkuat
mekanisme penanganan Penguatan ( rein-
adaptif forcement) positif
3.4. Memeriksa dan akan
memperkuat meningkatkan
kemampuan dan sipat harga diri pasien.
positif ( misalnya: hobi,
keterampilan, sekolah,
hubungan, penampilan
loyalitasdan sifat rajin)
3.5. Bantu pasien
menerima perasaan
positif dan negatif
3.6. Jangan
membantah pembelaan
pasien
3.7. Komunikasikan
kepercayaan diri pada
kemampuan seseorang
3.8. Libatkan orang
dalam menetapkan
tujuan bersama
3.9. Mintalah pasien
menulis pernyataan
kebenaran positif
tentang diri sendiri
( menurut persepsi
pasien sendiri),
kemudian mintalah
pasien membaca
daftarnya setiap hari
sebagai bagian dari
rutinitas normal
3.10. Memperkuat
penggunaan latihan
membangun harga diri
( self- affirma-tions,
imagery, meditasi,
doa, relaksasi, atau
penggunaan humor).
TUK 4: Kriteria Evaluasi: 4.3. penyalahan terhadap Distorsi kognitif
Membantu Pasien dapat diri sendiri (self-blame) ini memperkuat
mengidentifikasi mengidentifikasi 4.4. ajarkan untuk persepsi negatif
distorsi kognitif distorsi kognitif. mengevaluasi apakah dan persepsi yang
yang pasien benar-benar tidak akurat
meningkatkan bertanggung jawab serta tentang diri dan
penilaian diri alasan yang mendasarinya dunia (Varcarolis
negatif 4.5. membaca pikiran dalam carpenito-
(Varcarolis,2006 ( mind-reading ) moyet,2009)
dalam carpeni-to- 4.6. Anjurkan untuk
moyet) mengklarifikasikan secara
verbal apa yang pasien
pikir sedang terjadi.
4.7. mengabaikan
( discounting) tanggapan
positif orang lain.
4.8. Ajarkan untuk hanya
menanggapi dengan
ucapan: terimakasih
TUK 5: Kriteria Evaluasi: 5.1. mengetahui sistem Dukungan sosial
Menilai dan Pasien pendukung yang ada pada meningkatkan
memobilisasi memanfaatkan saat ini melalui penilaian akal, harga diri,
sistem sistem pendukung berikut: dan kesejahteraan
pendukung yang yang ada a. Apakah dia tinggal (dirksen dalam
ada saat ini sendiri? Carpenito-
b. Apakah dia moyet ,2009).
dipekerjakan?
c. Apakah dia
memiliki teman
dan keluarga yang
tersedia?
d. Apakah agama itu
pendukung?
e. Pernahkah dia
menggunakan
sumberdaya
masyarakat?
5.2. Rujuk pasien ke
rehabilitasi vokasional
untuk pelatihan ulang
5.3. dukukung kembali
kesekolah untuk pelatihan
lebih lanjut
5.4. membantu pasien
untuk melibatkan
organisasi sukarelawan
lokal (pekerjaan waga
senior, kakek nenek
angkat, ataupun kelompok
pendukung lokal).
5.5. atur kelanjutan studi
sekolah bagi siswa.
TUK 6: Kriteria Evaluasi: 6.1. Berlatih bicara sendiri Pembicaraan
Membantu pasien Pasien dapat ( Murray dalam sendiri tidak
untuk mengetahui mengatasi harga Carpenito- menyiratkan
kemampuan diri rendah Moyet,2009) bahwa orang
koping baru situasionalnya a. Tulislah uraian menyukai
dengan koping singkat tentang perubahan. Akan
yang adaptif perubahan dan tetapi, hal ini
konsekuensinya membantu
( misalnya, seseorang
pasangan saya menemukan
berselingkuh. manfaat potensial
Saya dikhianati) dari perubahan
b. Tuliskan tiga hal ( Muarray dalam
yang mungkin Carvenito-Moyet,
berguna mengenai 2009)
situasi ini.

6.2. Komunikasikan
kepada pasien bahwa
ia dapat menangani
perubahan tersebut.
6.3. Tantang pasien untuk
membayangkan masa
depan yang positif dan
hasilnya.
6.4. Dorong percobaan
perilaku baru
6.5. Tegaskan keyakinan
bahwa orang tersebut
memiliki kendali atas
situasi ini
6.6. Berkomitmen untuk
bertindak

TUK 7: Kriteria Evaluasi: VII.1. Diskusikan Keluarga sebagai


Meningkatkan Keluarga masalah yang support system
pengetahuan dan mengetahui dirasakan keluarga ( sistem
kesiapan keluarga masalah harga diri dalam merawat pendukung ) akan
dalam merawat rendah situasional pasien sangat
pasien dengan serta mengetahui VII.2. Diskusikan berpengaruh
harga diri rendah cara perawatan dan tentang harga diri dalam
situasional penanganan rendah situasional mempercepat
anggota keluarga dan dampaknya poses
terhadap gangguan VII.3. Melatih keluarga penyembuhan
psikososial ini. untuk mempraktikan pasien.
cara merawat pasien
dengan harga diri
rendah situasional
VII.4. Diskusikan dengan
keluarga tentang
sumber-sumber
bantuan yang dapat
dimanfaatkan pasien
serta perilaku pasien
yang perlu dirujuk
dan bagaimana cara
merujuk pasien.

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)


TINDAKAN KEPERAWATAN
SP I

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Ds :
 Klien mengeluh hidupnya tidak bermakna
 Klien tidak memiliki kelebihan apapun
 Klien merasa jelek
 Klien mengatakan malas
 Klien mengeluh putus asa dan ingin mati

Do :

 Kontak mata berkurang


 Tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
 Klien tampak malas-malasan
 Produktivitas menurun

2. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah

3. Tujuan Khusus
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2) Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
4) Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat
6) Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
4. Tindakan Keperawatan
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2) Membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
3) Membantu klien memilih kegiatan yang akan di latih sesuai dengan kemampuan
kita
4) Melatih klien sesuai kemampuan yang dipilih
5) Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien
6) Menganjurkan klien memasukan dalam jadwak kegiatan harian
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya suster mulyasaroh, ibu bisa panggil saya
suster saroh, saya mahasiswa STIKes Kharisma Karawang yang bertugas di
ruangan ini selama 1 minggu kedepan. Saya bertugas dari pukul 07.00-14.00
WIB. Nama ibu siapa? Senang dipanggil apa? Ibu asalnya dari mana ? Baik,
tujuan saya disini agar saya dapat membantu menyelesaikan masalah yang sedang
ibu hadapi.

b. Evaluasi/Validasi data
Badaimana perasaan ibu sekarang? Ibu sudah makan? Bagaimana tidurnya
semalam?

c. Kontrak
1. Topik :
“Apa yang ingin kita bicarakan? Bagaimana kalau kita berbincamg-bincang
tentang kemampuan yang ibu miliki dan kita akan masukan dalam kegiatan
harian ibu?”
2. Tempat :
“ Dimana kita akan bicara?” “Bagaimana kalau disini saja?”
3. Waktu :
“Berapa lama kita akan bicara?” “Bagaimana kalau 15 menit?” “ibu setuju?”

d. Tujuan
Tujuan pembicaraan kita adalah mengetahui kemampuan yang ibu miliki dan
memasukannya kedalam kegiatan ibu sehari-hari, sehingga ibu tidak merasa putus
asa dan megeluh dengan hidup ibu, yang ternyata kehidupan ibu sangat berarti
bagi keluarga, lingkungan, terutama untuk ibu sendiri.

2. Fase Kerja
“Sekarang saya mau tanya kegiatan apa saja yang dpat melupakan masa lalu ibu?
Bagus sekali, selain itu apa lagi bu?”
“Kegiatan apa saja yang sudah ibu lakukan saat ini? bagus sekali”
“Apa rencana kegiatan yang akan ibu lakukan?”
“Baik kegiatan tersebut akan saya masukan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari ibu”

3. Fase Terminal
a. Evaluasi
1) Subjektif
“bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dengan saya?”
2) Objektif
“sekarang saya tanya lagi kegiatan apa saja yang sudah ibu rencanakan?”
“kemudian kegiatan yang sudah ibu kerjakan apa saja?”
a. Rencana Tindak Lanjut
“Ibu, selama kita tidak bertemu silahkan ibu melakukan kegiatan yang
telah ibu rencanakan tadi, kemudian masukkan ke dalam jadwal harian
ibu?”

b. Kontrak Yang Akan Datang


“Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi, dimana? Disini
lagi? Berapa lama ibu? Bagaimana kalau 15 menit? Pukul 10.00-10.15
WIB
STRATEGI PELAKSANAA ( SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN
SPII
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS:
 Klien mengeluh hidup tidak bermakna
 Klien tidak memiliki kelebihan apapun
 Klien merasa jelek
 Klien mengatakan malas
 Klien mengatakan putus asa dan ingin mati

DO:

 Kontak mata kurang


 Tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
 Klien tampak malas-malasan
 Produktivitas menurun
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

3. Tujuan Khusus
1) Klien dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Klien dapat melatih kemampuan kedua
3) Klien dapat memasukan dalam jadwal kegiatan harian

4. Tindakan Keperawatan
1) Mengevaluasi / observasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Anjurkan melatih kemampuan kedua
3) Anjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum, ibu terlihat lebih segar”.

b. Evaluasi / Validasi Data


“Bagaimana perasaan ibu pagi ini?”, Bagaimana tidur ibu semalam?”
c. Kontrak
1) Topik : “bagaimana kalau ibu kembali menyebutkan apa saja kegiatan yang
ibu dapat lakukan? Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang
kelebihan atau keahlian yang ibu miliki yang lain”
2) Tempat : “ Dimana kita akan biacara?”, bagaimana kalau dikursi disana ibu?”
3) Waktu : “bagaimana kalau kita berbincang0bincang selama 15 menit ibu,
apakah ibu setuju?”
d. Tujuan
“Tujuan pembicaraan kita adalah agar ibu dapat mengevaluasi jadwal kegiatan
harian ibu dan ibu dapat melatih kemampuan kedua serta ibu dapat memasukan
dalam jadwal harian ibu”.

2. Fase Kerja
“menurut ibu kita akan melatih kegiatan mana dulu, bagaimana kalau ibu
menyebutkan dan saya membantu mencatatnya, baik ternyata cukup banyak langkah-
langkah kegiatan yang ibu masih ingat”.
“Coba bagaimana kalau ibu mendemonstrasikan kegiatan pertama ini ! Bagus, sudah
baik apa yang sudah ibu lakukan, Bagaimana kalau dicoba latihan kegiatan kedua?
Bagaimana ibu perasaanya setelah melakukan kegiatan tadi? Bagaiman kegiatan ini
ibu masukan kedalam catatan harian ibu?, Biar ibu dapat menginagt kegiatan-
kegiatan yang telah ibu kerjakan bagaimna kalau ibu yang mencatat kegiatan kegiatan
ibu”.

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah melakukan kegiatan kedua ini? Saya senang,
karena ibu dapat melakukannya dengan baik”.
2) Evaluasi Objektif
“Coba ibu sebutkan kembali kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan hari ini”.
“Cobalah melakukan kegiatan sbutkan kembali kegiatan yang ibu catat”.

b. Rencana Tindakan Lanjut ( RTL )


“Bagaimana kalau ibu menggali lagi kegiatan ibu yang lainya? Nanti selama kita
tidak bertemu, silahkan ibu melakukan kegiatan yang telah ibu lakukan tadi yang
telah ibu catat, kemudian ibu masukan ke dalam jadwal kegiatan harian ibu ya,
nanti akan suster periksa jadwal kegitan ibu.”

c. Kontrak Yang Akan Datang


“Pembicaraan kita sudah selesai, Bagaimana jika nanti kita lanjutkan lagi, berapa
lama kita akan bicara?”, bagaimana jika 15 m3nit, ngobrolnya kita mau dimana
ibu, bagaimana kalau disini lagi?, apakah ibu setuju?, baiklah ibu selamt siang.”
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSUD Dr. Amino
Gonohutomo,2003

Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehata Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

Maramis, WF. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press

Anda mungkin juga menyukai