KEPERAWATAN GERONTIK
KOORDINATOR MK:
HENNY LILYANTI
NIDN.0422027603
Learning Outcomes:
1. Perubahan yang terjadi pada tahap 1. Ebersole, P., Hess, P., Touhy, T., Jett, K. (2005).
kemandirian Gerontological nursing & health aging. 2nded. St.
2. Perubahan yang terjadi pada resiko jatuh Louis, Missouri: Mosby, Inc.
3. Perubahan yang terjadi pada status 2. Stanley, M. & Beare, P.G. (1999). Gerontological
mental nursing: a health promotion/ protection approch. 2nd
4. Perubahan yang terjadi pada status ed. Philadephia: F. A. Davis Company
nutrisi 3. Miller, C.A. (2004). Nursing for wellness in older
adults: theory and practice. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkin.
4. Annete, G. L. (2000). Gerontologic Nursing. St.
Louis : Mosby.
MAIN LESSON
Learning Outcome’s
1. Perubahan yang terjadi pada tingkat kemandirian lansia
2. Perubahan yang terjadi pada resiko jatuh
3. Perubahan yang terjadi pada status mental
4. Perubahan yang terjadi pada status nutrisi
ADL (Activity of Daily Living) adalah aktivitas pokok bagi perawatan diri. ADL(Activity of Daily Living)
meliputi antara lain ke toilet, makan, berpakaian, berpindah tempat dan mandi(Ediwati, 2013). Salah satu
kriteria yang dapat dipakai untuk menilai ADL (Activity of Daily Living) adalah Indeks Katz, penilaian
didasarkan pada kemampuan lansia untuk melakukan ke 6 hal yang dikriteriakan untuk memastikan status
fungsional usia lanjut (Dien GA Nursal, 2009).
Kemandirian lansia tidak hanya diukur dari kemampuan mereka dalam beradaptasi dan beraktivitas
normal sehari–hari, tetapi juga dari kondisi tubuh ataupun kesehatan lansia.Semakin lemah kondisi
kesehatan lansia semakin berkurang pula tingkat kemampuan mereka dalam beraktivitas (Yunita,
2010).Kurang lebih 74% penduduk lansia telah menderita penyakit kronik yang menyebabkan tingkat
kemandirian dan beraktivitas lansia berkurang. Menurut Yunita (2010), adapun gangguan penyakit yang
dapat mempengaruhi kestabilan psikologis, kemandirian, dan kemampuan beraktivitas para lansia adalah:
Lima penyakit utama yang sering diderita para lansia, yaitu meliputi: Diabetes, infeksi saluran
pernafasan, kanker, TBC, jantung dan hipertensi;
Kondisi fisik yang menurun seperti, kemampuan pengelihatan, pendengaran, moralitas dan stabilitas
semakin menurun;
Gangguan jiwakarena setelah mengalami pasca stroke;
Inkontinensia (tidak bisa menahan keluarnya untuk buang air).
Menurut Nugroho 2008, faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari, seperti usia, imobilitas, dan mudah jatuh. Pendapat lain menurut Depertemen
Kesehatan Sosial Indonesia dalam Hardywinoto dan Setiabudhi terdiri dari 2 faktor yaitu: faktor kesehatan
dan faktor sosial.
1. Faktor Kesehatan
Faktor kesehatan meliputi kesehatan fisik dan kesehatan psikis. Faktor kesehatn fisik yaitu kondisi fisik
lanjut usia dan daya tahan fisik terhadap serangan penyakit, sedangkan faktor kesehatan psikis yaitu
penyesuaian terhadap kondisi lanjut usia.
a. Kesehatan fisik Kebugaran dan kesehatan mulai menurun pada usia setengah baya. Penyakit-penyakit
degeneratif mulai menampakkan diri karena usia lanjut mengalami menurunan fisik, pancaindra,
potensi dan kapasitas intelektual(Depkes dan Kesejahteraan Sosial, 2001). Sudah seharusnya lansia
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi seperti kemampuan motorik yang
menurun sehingga menyebabkan usia lanjut menjadi lambat dan kurang aktif, penurunan fungsi otak
yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan
berbahasa dan mengenal benda-benda, kegagalan dalam melakukan aktivitas, gangguan menyusun
rencana, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas seharihari yang disebut
dementia atau pikun (Depkes,2003), sehingga keluhan yang terjadi adalah mudah kelelahan, mudah
lupa, gangguan saluran pencernaan, saluran kencing, fungsi indra dan menurunnya konsentrasi.
b. Kesehatan psikis Masalah pisikologis yang dialami golongan lansia antara lain kebingungan untuk
memikirkan disebut dengan disengagement theory, yang berarti penarikan diri dari masyarakat dan dari
pribadinya satu sama lain (Darmojo, 2000). Menurutnya kondisi psikis juga ditandai dengan
menurunnya fungsi kognitif, adanya penurunan fungsi kognitif dan psiko motorik pada diri lanjut usia
maka akan timbul beberapa keprbadian lanjut usia (sifat stereotype) sebagai:
1. Tipe kepribadian konstruktif yaitu orang yang mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidupnya,
mempunyai toleransi tinggi, humoristik, fleksibel dan tahu diri.
2. Tipe ketergantungan (dependent) yaitu lansia tersebut masih diterima dimasyarakat tetapi selalu
pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyai inisiatif dan bertindak tidak praktis.
3. Tipe depensive, yaitu lasia yang memiliki pekerjaan yang tidak stabil, bersifat selalu menolak, emosi
tidak terkontrol, memegang teguh pasa kebiasaannya, bersifat konpulsif aktif.
4. Tipe bermusuhan (hostility) yaitu mereka yang menganggap orang lain yang menyebabkan
kegagalannya, selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga.
5. Tipe membenci atau menyalahkan diri sendiri (self haters) yaitu bersifat kritis terhadap diri sendiri
dan menyalahkan diri sendiri, tidak ada ambili, mengalami penurunan kondisi sosioekonomi
(Darmojo, 2000).
6. Dalam hal inikehidupan spritual mempunyai peran sangat penting. Seseorang yang mensyukuri
nikmat umurnya, tentu akan memelihara umurnya danmengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat.
2. Faktor sosial
Sosilisasi lanjut usia mengalami kemunduran setelah terjadinya pemutusan hubungan kerja atau
tibanya saat pensiun, sehingga teman sekerja yang biasanya menjadi teman curhat segala masalah
sudah tidak dapat dijumpai setiap hari, apalagi kalau teman sebaya atau sekampung sudah lebih
dahulu meninggalnya. Umumnya hubungan sosial yang dilakukan para lanjut usia adalah karena
mengacu pada teori pertukaran sosial. Dalam teori pertukaran sosial sumber kebahagian manusia
umunya berasal dari hubungan sosial.
Peningkatan resiko jatuh pada Lansia terus meningkat. Kongres XII PERSI 2012 melaporkan bahwa
kejadian pasien jatuh di Indonesia bulan Januari-September 2012 sebesar 14% (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia/Depkes RI, 2008). Kejadian resiko jatuh meningkat seiring pertambahan
usia dengan kejadian usia lebih dari 65 tahun sebesar 30% dan pada pasien lebih dari 80 tahun
mencapai 50% (Mupangati, 2018). Jatuh sering kali dialami para lansia yang disebabkan beberapa
faktor, yaitu
a. Faktor intrinsik berupa penyakit yang diderita terutama semua penyakit dalam, digestif, endokrin,
gangguan penglihatan, sistem anggota gerak, gangguan sistem saraf pusat, penyakit sistemik dan
efek dari terapi obat-obatan yang digunakan.
b. Faktor ekstrinsik dapat diidentifikasi dari kondisi lingkungan tinggal lansia yaitu penggunaan alat
bantu berjalan, lingkungan rumah turun tangga, lantai licin, penerangan kurang, toilet jauh dari
kamar, kondisi ruang tidak ergonomis, tempat tidur terlalu tinggi/rendah (Miller, 1999; Darmojo &
Martono, 2009). Faktor situasional dapat didentifikasi dari riwayat penyakit yang diderita klien 6
bulan terkhir, serta aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan seperti naik turun tangga, berolahraga,
dan aktifitas lain. Hal ini situasi yang umum dialami lansia berupa penurunan fungsi organ fisik.
Perubahan ini mengakibatkan kelambatan bergerak, gangguan keseimbangan dan koordinasi gerak
sehingga mudah jatuh. Selain itu faktor gizi juga sangat berpengaruh terhadap keseimbangan lansia
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010; Mauk, 2010).
Insiden jatuh pada lansia dapat menyebabkan cedera jaringan lunak dan fraktur paha, pergelangan
tangan dan bahkan kematian. Selain itu, juga dapat menyebabkan masalah lain, yaitu nyeri,
keterbatasan mobilisasi, ketidaknyamanan fisik, dan proses penyembuhan yang lambat sehingga
berdampak pada kondisi lansia, terutama mereka yang mengalami ketergantungan dalam aktivitas
sehari-hari.
Status mental adalah suatu pengkajian status mental yang merupakan komponen penting dari setiap
evaluasi apapun tentang fungsi sensorinya, penampilan, perilaku fisik dan kemampuan kognitif.
Wawancara klien selama pengambilan riwayat, pemeriksaan fisik, dan pemberian perawatan memberikan
data berharga yang berfungsi sebagai dasar evaluasi untuk pengkajian status mentalnya (Potter. 2005).
Pengkajian keperawatan pada klien psikogeriatri merupakan proses yang komplek. Pengaruh aspek
biologik, psikologik, dan sosiokultural akibat proses penuaan menyebabkan kesulitan dalam
mengidentifikasi masalah yang muncul. Pengkajian status mental merupakan pendekatan sistematis untuk
mengumpulkan data tentang fungsi psikososial. Pengkajian ini meliputi penampilan umum klien,
kesadaran, fungsi afektif, karakteristik bicara, orientasi, perhatian dan konsentrasi, penilaian, memori,
persepsi, serta isi dan proses pikir. Pengkajian ini bertujuan untuk menentukan pikiran – pikiran dan
proses mental yang mempengaruhi pada pencapaian tingkat optimal dari fungsi lansia. Pengkajian ini
terintegrasi (Keliat, 2005)
berfungsi sebagai regenerasi sel dan antioksidan untuk melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas
yang dapat merusak sel.
b. Jenis kelamin
Umumnya laki-laki memerlukan zat gizi lebih banyak (terutama energi, protein dan lemak)
dibandingkan pada wanita, karena postur, otot dan luas permukaan tubuh laki-laki lebih luas dari
wanita. Namun kebutuhan zat besi (Fe) pada wanita cenderung lebih tinggi, karena wanita mengalami
menstruasi. Pada wanita yang sudah menopause kebutuhan zat besi (Fe) turun kembali.
c. Lanjut usia mengalami penurunan kemampuan fisik yang berdampak pada berurangnya aktivitas fisik
sehingga kebutuhan energinya juga berkurang. Kecukupan zat gizi seseorang juga sangat tergantung
dari pekerjaan sehari-hari : ringan, sedang, berat. Makin berat pekerjaaan seseorang makin besar zat
gizi yang dibutuhkan. Lanjut usia dengan pekerjaaan fisik yang berat memerlukan zat gizi yang lebih
banyak.
d. Postur tubuh
Postur tubuh yang lebih besar memerlukan energi lebih banyak dibandingkan postur tubuh yang lebih
kecil.
e. Iklim/suhu udara
Orang yang tinggal di daerah bersuhu dingin (pegunungan) memerlukan zat gizi lebih untuk
mempertahankan suhu tubuhnya.
f. Kondisi kesehatan (stress fisik dan psikososial)
Kebutuhan gizi setiap individu tidak selalu tetap, tetapi bervariasi sesuai dengan kondisi kesehatan
seseorang pada waktu tertentu. Stress fisik dan stressor psikososial yang kerap terjadi pada lanjut usia
juga mempengaruhi kebutuhan gizi. Pada lanjut usia masa rehabilitasi sesudah sakit memerlukan
penyesuaian kebutuhan gizi.
g. Lingkungan
Lanjut usia yang sering terpapar di lingkungan yang rawan polusi (pabrik, industri, dll) perlu mendapat
suplemen tambahan yang mengandung protein, vitamin dan mineral untuk melindungi sel-sel tubuh
dari efek radiasi.
Pada prinsipnya kebutuhan gizi pada lanjut usia mengikuti prinsip gizi seimbang. Konsumsi makanan
yang cukup dan seimbang bermanfaat bagi lanjut usia untuk mencegah atau mengurangi risiko
penyakit degeneratif dan kekurangan gizi. Kebutuhan gizi lanjut usia dihitung secara individu.
Pesan gizi seimbang pada lanjut usia :
1. Makanlah aneka ragam makanan
Makanan yang beraneka ragam adalah makanan yang terdiri dari minimal 4 sumber bahan
makanan yaitu bahan makanan pokok, lauk-pauk, sayuran dan buah. Semakin beraneka ragam dan
bervariasi jenis makanan yang dikonsumsi, semakin baik. Sayur dan buah sangat baik untuk
dikonsumsi (dianjurkan 5 porsi per hari).
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
Karbohidrat diperlukan guna memenuhi kebutuhan energi. Bagi lanjut usia, dianjurkan untuk memilih
karbohidrat kompleks seperti beras, beras merah, havermout, jagung, sagu, ubi jalar, ubi kayu dan
umbi-umbian. Karbohidrat yang berasal dari biji-bijian dan kacang-kacangan utuh berfungsi sebagai
sumber energi dan sumber serat. Dianjurkan agar lanjut usia mengurangi konsumsi gula sederhana
seperti gula pasir dan sirup.
3. Batasi konsumsi lemak dan minyak
Bagi lanjut usia, mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi tidak dianjurkan, karena
akan menambah risiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi,
jantung, ginjal, dan lain-lain. Sumber lemak yang baik adalah lemak tidak jenuh yang berasal dari
kacang-kacangan, alpukat, miyak jagung, minyak zaitun. Lemak minyak ikan mengandung omega 3,
yang dapat menurunkan kolesterol dan mencegah arthritis, sehingga baik dikonsumsi oleh lanjut
usia. Lanjut usia sebaiknya mengkonsumsi lemak tidak lebih dari seperempat kebutuhan energi.
4. Makanlah makanan sumber zat besi
Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Zat besi
secara alamiah diperoleh dari makanan seperti daging, hati dan sayuran hijau. Kekurangan zat besi
yang dikonsumsi bila berkelanjutan akan menyebabkan penyakit anemia gizi besi dengan tanda-
tanda pucat, lemah, lesu, pusing, dan mata berkunang-kunang. Demikian juga pada lanjut usia,
perlu mengkonsumsi makanan sumber zat besi dalam jumlah cukup
5. Biasakan makan pagi
Makan pagi secara teratur dalam jumlah cukup dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan
daya tahan tubuh dan meningkatkan produktifitas kerja. Lanjut usia sebaiknya membiasakan makan
pagi agar selalu sehat dan produktif.
6. Minumlah air bersih dan aman yang cukup jumlahnya
Air minum yang bersih dan aman adalah air yang tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa dan
telah dididihkan serta disimpan dalam wadah yang bersih dan tertutup. Air sangat dibutuhkan
sebagai media dalam proses metabolisme tubuh. Apabila terjadi kekurangan air minum akan
mengakibatkan kesadaran menurun.
7. Lakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur
Agar dapat mempertahankan kebugaran, lanjut usia harus tetap berolah raga. Aktifitas fisik sangat
penting peranannya bagi lansia. Dengan melakukan aktifitas fisik, maka lanjut usia dapat
mempertahankan bahkan meningkatkan derajat kesehatannya. Namun, karena keterbatasan fisik
yang dimilikinya perlu dilakukan penyesuaian dalam melakukan aktifitas fisik sehari-hari.
8. Pesan lainnya :
- Tidak minum alkohol
- Mambaca label makanan : kandungan dan tanggal expired
a. A
b. B
c. C
d. D
e. E
2. Saat kita memberi asuhan keperawatan kepada lansia, perlu memperhatikan beberapa hal terutama resiko
jatuh. Upaya pencegahan lansia terjatuh di kamar mandi yaitu
a. Memperhatikan jenis ubin kamar mandi
b. Memberi mat khusus di lantai kamar mandi
c. Mengatur posisi bak mandi
d. Melihat jenis closet
e. Melihat jenis pintu kamar mandi
3. Seorang perempuan berusia 63 tahun tinggal sendiri di rumahnya dan mempunyai riwayat hipertensi, nyeri
leher dan punggung. Hasil pengkajian didapatkan tekanan darah 180/110 mmHg, denyut nadi 88x/menit,
respirasi 26x/menit. Pasien sering merasa sedih dan khawatir sampai akhirnya mengalami gangguan tidur
karena tidak bisa melakukan pekerjaan rumah tangga dan tidak dapat bersosialisasi dengan
lingkungannya.. Apakah tindakan keperawatan yang tepat untuk klien di atas?
A. Mengkaji tingkat kemandirian klien
B. Mengkaji kemampuan kognitif klien
C. Mengkaji status psikologis klien
D. Mengkaji Status Mental (SPMSQ/Short Portable Mental Status Questionare)
E. Mengkaji barthel indeks klien
4. Ny. A berusia 65 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri pada bagian punggung dan posturnya
terasa lebih bungkuk. Pasien didiagnosa oleh dokter mengalami osteoporosis. Bagaimanakah terjadinya
osteoporosis pada pasien diatas?
A. Pasien kurang aktifitas
B. Kurang aliran darah ke tulang
C. Ketidakseimbangan antara reabsopsi tulang dan formasi tulang
D. Kurang terpapar sinar matahari
E. Gangguan absorpsi kalsium ke dalam tulang
LESSON WRAP-UP
You are done with this session! Let’s track your progress. Shade the session number you just completed.
Teori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Praktikum
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
2.
3.
Tuliskan 2 hal (materi/ dll) yang ingin anda pelajari terkait materi saat ini:
1.
2.
Learning Outcomes:
1. Pengkajian fisik pada lansia 1. Ebersole, P., Hess, P., Touhy, T., Jett, K. (2005).
2. Pengkajian psikologis pada lansia Gerontological nursing & health aging. 2nded. St.
3. Pengkajian sosial pada lansia Louis, Missouri: Mosby, Inc.
4. Pengkajian spiritual pada lansia 2. Stanley, M. & Beare, P.G. (1999). Gerontological
nursing: a health promotion/ protection approch. 2nd
ed. Philadephia: F. A. Davis Company
3. Miller, C.A. (2004). Nursing for wellness in older
adults: theory and practice. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkin.
4. Annete, G. L. (2000). Gerontologic Nursing. St.
Louis : Mosby.
1. Introduction (2 mins)
Assalamualaikum Wr. Wb/ Selamat pagi/siang semuanya, semoga dalam keadaan sehat.
Pada sesi ini kita akan mempelajari bersama topik mengenai Perubahan-perubahan secara fisik
pada lansia Kita akan membahas dan melakukan praktikum tentang pengkajian khas pada lansia, kita
akan memfokuskan pada hal-hal berkaitan dengan proses perubahan tingkat kemandirian, status
nutrisi, status mental dan resiko jatuh
MAIN LESSON
Learning Outcome’s
1. Pengkajian fisik head to toe
2. Pengkajian khas pada lansia
Pendahuluan
Pada materi ini kita akan mempelajari tentang hal-hal yang perlu dikaji pada lansia yang khas terkait proses
penuaan yaitu berkaitan dengan tingkat kemandirian, resiko jatuh, status mental dan status nutrisi
Carilah lansia yang ada di lingkungan sekitar anda lalu kaji tentang
Tanggal: ……………………………….
20 : Mandiri (A)
12 – 19 : Ketergantungan ringan (B)
9 – 11 : Ketergantungan sedang (B)
5–8 : Ketergantungan berat (C)
1
MKK 1624: Keperawatan Gerontik
Program Studi Sarjana Keperawatan-STIKes Horizon
2
MKK 1624: Keperawatan Gerontik
Program Studi Sarjana Keperawatan-STIKes Horizon
Tanggal : ……………………………….
Skor Hasil
Dapat menggunakan telepon
Mengoperasikan telepon sendiri dan mencari dan menghubungi nomor 1
Menghubungi beberapa nomor yang diketahui 1
Menjawab telepon tetapi tidak menghubungi 1
Tidak bisa menggunakan telepon sama sekali 0
Mampu pergi ke suatu tempat
Berpergian sendiri menggunakan kendaraan umum atau menyetir sendiri 1
Mengatur perjalanan sendiri 1
Perjalanan menggunakan transportasi umum jika ada yang menyertai 0
Tidak melakukan perjalanan sama sekali 0
Dapat berbelanja
Mengatur semua kebutuhan belanja sendiri 1
Perlu bantuan untuk mengantar belanja 0
Sama sekali tidak mampu belanja 0
Dapat menyiapkan makanan
Merencanakan, menyiapkan, dan menghidangkan makanan 1
Menyiapkan makanan jika sudah tersedia bahan makanan 0
Menyiapkan makanan tetapi tidak mengatur diet yang cukup 0
Perlu disiapkan dan dilayani 0
Dapat melakukan pekerjaan rumah tangga
Merawat rumah sendiri atau bantuan kadang-kadang 1
Mengerjakan pekerjaan ringan sehari-hari (merapikan tempat tidur, 1
mencuci piring)
Perlu bantuan untuk semua perawatan rumah sehari-hari 1
Tidak berpartisipasi dalam perawatan rumah 0
Dapat mencuci pakaian
Mencuci semua pakaian sendiri 1
Mencuci pakaian yang kecil 1
Semua pakaian dicuci oleh orang lain 0
Dapat mengatur obat - obatan
Meminum obat secara tepat dosis dan waktu tanpa bantuan 1
Tidak mampu menyiapkan obat sendiri 0
Dapat mengatur keuangan
Mengatur masalah finansial (tagihan, pergi ke bank) 1
Mengatur pengeluaran sehari-hari, tapi perlu bantuan untuk ke bank 1
untuk transaksi penting
Tidak mampu mengambil keputusan finansial atau memegang uang 0
Total
Skoring IADL
Dikerjakan oleh orang lain 0
Perlu bantuan sepanjang waktu 1
3
MKK 1624: Keperawatan Gerontik
Program Studi Sarjana Keperawatan-STIKes Horizon
4
MKK 1624: Keperawatan Gerontik
Program Studi Sarjana Keperawatan-STIKes Horizon
Tanggal: ……………………………….
4 Nokturia/Inkontinen 3
6 Kelemahan umum 2
9 Osteoporosis 1
Jumlah
Tingkat risiko :
5
INSTRUMEN
Cara pemeriksaan:
1. Mintalah pasien untuk mendengarkan dengan cermat, mengingat, dan kemudian mengulangi
tiga kata yang tidak berhubungan (bola, melati, kursi) yang akan disampaikan oleh
pemeriksa.
2. Instruksikan pasien untuk menggambar jam pada selembar kertas kosong atau berikan
pasien dengan lingkaran yang telah disediakan pada selembar kertas
3. Pasien diminta untuk menggambar jam yang menunjukkan pukul sebelas lewat sepuluh
menit (pukul 11.10).
4. Minta pasien untuk menyebutkan kembali tiga kata yang telah disebutkan di awal
pemeriksaan.
5. Bila pasien tidak mampu menyebutkan kata-kata yang pertama kali diucapkan pada awal
pemeriksaan, maka tidak perlu ditanyakan kembali. Karena hal tersebut telah menunjukkan
hendaya kognitif.
Hasil
Poin Penilaian : Penilaian
1. Gambar lingkaran utuh
2. Menulis angka lengkap 1-12
3. Angka berurutan dan tepat letaknya
4. Jarum jam menunjukkan pukul 11.10
Jika poin tersebut dilakukan tidak sesuai maka diberikan skor 0
Interpretasi hasil pemeriksaan Mini Cog dan Clock Drawing Test (CDT4)
Dikatakan curiga fungsi kognitifnya menurun apabila tidak dapat mengingat satu atau lebih kata
yang diberikan sebelumnya dan atau tidak mampu menggambar jam dengan sempurna (skor
4)
Tetapi apabila dapat mengingat tiga kata yang diberikan sebelumnya dan atau mampu
menggambar jam dengan sempurna (skor 4) : kemungkinan fungsi kognitif dalam batas normal
6
LEMBAR PEMERIKSAAN CLOCK DRAWING TEST
Tanggal: ……………………………….
Hasil Penilaian :
Mini Cog :
6
INSTRUMEN
Nomor identifikasi :
7 BAHASA 1
8 Responden diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (perlihatkan 3
pensil dan jam tangan )
Responden diminta mengulang kalimat:” tanpa kalau dan atau
9 tetapi” 1
Responden diminta melakukan perintah: “ Ambil kertas ini dengan tangan
anda,
10 1
lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”.
11 1
Responden diminta membaca dan melakukan yang dibacanya:
“Pejamkanlah mata anda”
Skor Total 30
Catatan pemeriksa:
………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………......
7
INSTRUMEN
Tanggal : ……………………………….
Salah = 0 Benar = 1
A Berapakah umur Anda?
B Jam berapa sekarang?
C Di mana alamat rumah Anda?
D Tahun berapa sekarang?
E Saat ini kita sedang berada di mana?
F Mampukah pasien mengenali dokter atau perawat?
G Tahun berapa Indonesia merdeka?
H Siapa nama presiden RI sekarang?
I Tahun berapa Anda lahir?
j Menghitung mundur dari 20 sampai 1
Jumlah skor:
K Perasaan hati (afek): pilih yang sesuai dengan kondisi pasien
Cara Pelaksanaan:
1. Minta pasien untuk menjawab pertanyaan tersebut, beri tanda centang (V) pada nilai nol (0) jika
salah dan satu (1) jika benar
2. Jumlahkan skor total A sampai J, item K tidak dijumlahkan, hanya sebagai keterangan.
3. Interpretasi :
8
INSTRUMEN
I. SKRINING
Tanggal :
Nama: Jenis kelamin :
Umur :
Berat badan (kg) : Tinggi badan (cm) :
FORM SKRINING*
Hasil Penilaian
A. Apakah anda mengalami penurunan asupan makanan dalam 3 bulan terakhir
disebabkan kehilangan nafsu makan, gangguan saluran cerna, kesulitan
mengunyah atau menelan?
0 = kehilangan nafsu makan berat (severe)
1 = kehilangan nafsu makan sedang (moderate)
2 = tidak kehilangan nafsu makan
B. Kehilangan berat badan dalam tiga bulan terakhir ?
0 = kehilangan BB > 3 kg
1 = tidak tahu
2 = kehilangan BB antara 1 – 3 kg
3 = tidak mengalami kehilangan BB
C. Kemampuan melakukan mobilitas ?
0 = di ranjang saja atau di kursi roda
1 = dapat meninggalkan ranjang atau kursi roda namun tidak bisa pergi/
jalan-jalan ke luar
2 = dapat berjalan atau pergi dengan leluasa
D. Menderita stress psikologis atau penyakit akut dalam tiga bulan terakhir ?
0 = ya
2 = tidak
E. Mengalami masalah neuropsikologis?
0 = dementia atau depresi berat
1 = demensia sedang
(moderate)
2 = tidak ada masalah psikologis
F. Nilai IMT (Indeks Massa Tubuh) ?
2
0 = IMT < 19 kg/m
1 = IMT 19 - 21
2 = IMT 21 – 23
3 = IMT > 23
SUB TOTAL
SKOR SKRINING
Sub total maksimal : 14
Jika nilai > 12 – tidak mempunyai risiko, tidak perlu melengkapi form penilaian
Jika 11 – mungkin mengalami malnutrisi, lanjutkan mengisi form penilaian
9
II. PENILAIAN
FORMULIR PENILAIAN **
Hasil Penilaian
G. Apakah anda tinggal mandiri ? (bukan di panti/Rumah Sakit)?
0 = tidak
1 = ya
H. Apakah anda menggunakan lebih dari tiga macam obat per hari
0 = ya
1 = tidak
I. Apakah ada luka akibat tekanan atau luka di kulit?
0 = ya
1 = tidak
J. Berapa kali anda mengonsumsi makan lengkap / utama per hari ?
0 = 1 kali
1 = 2 kali
2 = 3 kali
K. Berapa banyak anda mengonsumsi makanan sumber protein?
Sedikitnya 1 porsi dairy produk (seperti susu, keju, yogurt) per hari
ya/tidak
2 atau lebih porsi kacang-kacangan atau telur per minggu ya / tidak
Daging ikan atau unggas setiap hari ya / tidak
0.0 = jika 0 atau hanya ada 1 jawabnya ya
0.5 = jika terdapat 2 jawaban ya
1.0 = anda
L. Apakah jika terdapat 3 jawaban
mengkonsumsi ya atau sayur sebanyak 2 porsi atau lebih per
buah
hari ?
0 = tidak
1 = ya
M. Berapa banyak cairan (air, jus, kopi, teh, susu) yang dikonsumsi per hari ?
0.0 = kurang dari 3 gelas
0.5 = 3 – 5 gelas
1.0 = lebih dari 5 gelas
N. Bagaimana cara makan ?
0 = harus disuapi
1 = bisa makan sendiri dengan sedikit kesulitan
2 = makan sendiri tanpa kesulitan apapun juga
O. Pandangan sendiri mengenai status gizi anda ?
0 = merasa malnutrisi
1 = tidak yakin mengenai status gizi
2 = tidak ada masalah gizi
P. Jika dibandingkan dengan kesehatan orang lain yang sebaya/seumur,
bagaimana anda mempertimbangkan keadaan anda dibandingkan orang
tersebut ?
0 = tidak sebaik dia
0.5 = tidak tahu
1.0 = sama baiknya
2.0 = lebih baik
Q. Lingkar lengan atas (cm)?
0 = < 21 cm
0.5 = 21 – 22 cm
1,0 = ≥22 cm
R. Lingkar betis (cm) ?
0 < 31 cm
1 > 31 cm
SUB TOTAL
PENILAIAN SKOR:
I.Skor Skrining
II.Skor Penilaian
Skor total indikator malnutrisi (maksimum 30)
17 - 23.5 : risiko malnutrisi
Kurang dari 17 malnutrisi
1
0
CHECK FOR UNDERSTANDING
Seorang lansia perempuan berusia 73 tahun. Dibawa petugas panti ke klinik Kesehatan karena baru
pulang setelah ‘hilang 2 hari’ dan saat pulang, diantar oleh seorang penduduk sekitar dan keadaan kotor
dan terdapat luka pada daerah kakinya
1. Hal-hal apa sajakah yang perlu dikaji secara anamnesa pada lansia tersebut terkait dengan kondisi
pasien tersebut?
2. Hal-hal apa sajakah yang perlu dikaji secara fisik pada lansia tersebut terkait dengan keluhan
utamanya
LESSON WRAP-UP
You are done with this session! Let’s track your progress. Shade the session number you just
completed.
Teori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Praktikum
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
2.
3.
Tuliskan 2 hal (materi/ dll) yang ingin anda pelajari terkait materi saat ini:
1.
2.
1
1