S DENGAN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA Tn. S
DENGAN HIPERTENSI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang disertai keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah
mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan eknomi, kemajuan ilmu pengetahuan serta
keberhasilan dalam program kesehatan. Keberhasilan tersebut berdampak terhadap meningkatkan umur harapan
hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut cenderung meningkat.
Peningkatan umur harapan hidup masyarakat di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1 Angka Harapan Hidup di Indonesia
Laki-laki
Perempuan
Total
Tahun
1971
44,2
47,2
45,7
1980
50,6
53,7
52,2
1990
58,1
61,5
59,8
1995
61,5
65,4
63,5
2000
63,3
67,2
65,3
2005
64,9
68,8
66,9
2010
66,4
70,4
68,4
2015
67,7
71,7
69,8
2020
69,0
73,0
71,7
Sumber: BPS, 1992, 1993 Keterangan: Angka harapan hidup sejak lahir
Saat ini, jumlah orang lanjut usia di selluruh dunia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata rata 60
tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat
pertambahan orang lanjut usia lebih kurang 1000 orang per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari
penduduk berusia di atas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti menjadi Ledakan
penduduk lanjut usia.
Berdasarkan Data pada Biro Pusat Statistika dan beberapa sumber lain, dapat diketahui jumlah dan
prosentase populasi lansia di Indonesia pada tahun 2000 2020 sesuai pada tabel berikut ini:
Tabel 1.2 Jumlah dan Persentase Populasi Lansia Indonesia 1971 2020
Jumlah Lansia
Persentase
Tahun
2000 (d)
15.262.199
2005 (d)
17.767.709
2010 (d)
19.936.859
2015 (d)
23.992.553
2020 (d)
28.822.879
Sumber: (a) Biro Pusat Statistika, 1974; (b) Biro Pusat Statistika,1983; (c) Biro Pusat
Statistika, 1992; (d) Ananta dan Anwar, 1994. Dikutip oleh Djuhari dan Anwar, 1994
Meningkatnya umur harapan hidup dipengaruhi oleh:
1) Majunya pelayanan kesehata
2) Menurunnya angka kematian bayi daan anak
7,28%
7,97%
8,48%
9,77%
11,34%
3)
4)
1.2 Tujuan
Tujuan umum
Meningkatkan derajat kesehatan para lanjut usia.
Tujuan khusus
KONSEP TEORI
1)
2)
3)
4)
1)
2)
3)
1)
2)
3)
4)
5)
1)
Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep teori yang memuat: Konsep Lansia, Konsep dan Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Hipertensi.
2.1 Konsep Teori Lansia
2.1.1 Batasan Lansia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
Lanjut usia (elderly) antara 60 74 tahu
Lanjut usia tua (old) antara 75 90 tahun
Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
2.1.2 Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara
biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis.
Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan
memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang
gairah.
Meskpun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus menimbulkan
penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini diartikan:
Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari hari,
Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan perubahan yang menuntut dirinya untuk
menyesuakan diri secara terus menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil
maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto (1994) menyebutkan
masalah masalah yang menyertai lansia yaitu:
Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya,
Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau pindah,
Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak dan
Belajar memperlakukan anak anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan perubahan fisk, Hurlock
mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin bertambah.
Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir
minta terhadap kegiatan kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi
yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi
tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh
setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola
hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari
pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para lanjut usia
adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial
(Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri ciri penyesuaian yang tidak baik
dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
2.1.3
1)
a)
c)
f)
g)
h)
2)
a)
b)
c)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan
diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas
maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
1. kehilangan peran
2. hambatan kontak sosial
3. berkurangnya kontak komitmen
2.1.4 Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain:
(Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)
1) Permasalahan umum
a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai
dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
2) Permasalahan khusus :
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial.
b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia
2.1.5 Faktor faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
Hereditas atau ketuaan genetik
Nutrisi atau makanan
Status kesehatan
Pengalaman hidup
Lingkungan
Stres
2.1.6 Perubahan perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1) Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh, diantaranya sistim pernafasan,
pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal, genito
urinaria, endokrin dan integumen.
2)Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.
Kesehatan umum
Tingkat pendidikan
Keturunan (hereditas)
Lingkungan
Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h)
Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili.
i)
Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep dir.
2)
Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970)
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam seharihari (Murray dan Zentner, 1970)
2.1.7 Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia
1)
2)
3)
4)
5)
Menurut the National Old Peoples Welfare Council , dikemukakan 12 macam penyakit lansia, yaitu :Depresi
mental
Gangguan pendengaran
Bronkhitis kronis
Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
Gangguan pada koksa / sendi pangul\Anemia
Demensia
2.2 Konsep Hipertensi
2.2.1 Batasan Hipertensi
1.
2.
2.2.2
1.
2.
3.
1)
2)
3)
4)
2.2.3
Hipertensi didefinisikan adanya kenaikan tekanan darah yang persisten . Pada orang dewasa rata-rata
tekanan sistolik sama atau di atas 140 mm Hg dan tekanan diastolik sama atau di atas 90 mm Hg , menurut
American Heart Association, rata-rata dari dua kali pemeriksaan yang berbeda dalam dua minggu. Menurut
Pusdiknakes Depkes disebutkan hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik diatas standar dihubungkan
dengan usia.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu :
Hipertensi esensial (hipertensi primer / idiopathic) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, sebanyak 90
% kasus.
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain , sebanyak 10 % .
Faktor Predisposisi
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya data-data penelitian telah
menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi . Faktor-faktor tersebut antara lain :
Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa sesorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan
hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah : umur, jenis kelamin dan ras. Umur yang
bertambah akan menyebabkan kenaikan tekanan darah. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan
tekanan darah wanita.Juga statistik di Amerika menunjukan prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua
kali lipat dibandingkan dengan orang kulit putih.
Kebiasaan Hidup.
Kebiasaan hidup yang yang sering menyebabkan hipertensi adalah :
Konsumsi garam yang tinggi, dari statistik diketahui bahwa suku bangsa atau penduduk dengan konsumsi garam
rendah jarang menderita hipertensi. Dari dunia kedokteran juga telah dibuktikan bahwa ,pembatasan garam dan
pengeluaran garam / natrium oleh obat diuretik akan menurunkan tekanan darah lebih lanjut.
Kegemukan atau makan berlebihan ; dari penelitian kesehatan terbukti ada hubungan antara kegemukan dan
hipertensi . Meskipun mekanisme bagaimana kegemukan menimbulkan hipertensi belum jelas, tetapi sudah terbukti
penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah.
Stres dan ketegangan jiwa ; sudah lama diketahui bahwa ketegangan jiwa seperti rasa tertekan, murung, rasa
marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah dapat mmerangsang kelenjar anak ginjal melepaskaqn hormon adrenalin
dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat , sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres
berlangsung cukup lama , tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga tinbul kelainan organis atau
perubahan patologis (Dr. Hans Selye: General Adaptation Syndrome, 1957). Gejala yang muncul dapat berupa
hipertensi atau penyakit maag.
Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah adalah sebagai berikut : merokok: karena
merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan tekanan darah ; minum alkohol, minum obat-obat,misal; ephedrin,
Prednison, epinefrin.
Patofisiologi
Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan tahanan perifer. Curah jantung pada penderita
hipertensi umumnya normal. Kelainannya terutama pada peninggian tahanan perifer. Kenaikan tahanan perifer ini
disebabkan karena vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos pembuluh darah tersebut. Bila hipertensi
sudah berjalan cukup lama maka akan dijumpai perubahan-perubahan struktural pada pembuluh darah arteriol
berupa penebalan tunika interna dan hipertropi tunika media. Dengan adanya hipertropi dan hiperplasi, maka
sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga terjadi anoksia relatif. Keadaan ini dapat diperkuat
dengan adanya sklerosis koroner.
2.2.4
Usaha Pencegahan Hipertensi.
Pencegahan lebih baik dari pada pengobatan, demikian juga terhadap hipertensi.pada umumnya, orang akan
berusaha mengenali hipertensi jika dirinya atau keluarganya sakit keras atau meninggal dunia akibat hipertensi.
Sebenarnya sangat sederhana dan tidak memerlukan biaya, hanya diperlukan disiplin dan ketekunan
menjalankan aturan hidup sehat, sabar, dan ikhlas (jawa; nrimo) dalam mengendalikan perasaan dan keinginan
atau ambisi. Di samping berusaha untuk memperoleh kemajuan, selalu sadar atau mawas di ri untuk ikhlas
menerima kegagalan atau kesulitan.
Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak menjadi lebih parah ,
tentunya harus disertai pemakaian obat-obatan yang harus ditentukan oleh dokter. Agar terhindar dari komplikasi
fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik (Stop high blood pressure), antara lain dengan cara
sebagai berikut :
1. Mengurangi konsumsi garam
2. Menghindari kegemukan
3. Membatasi konsumsi lemak
4. Olahraga teratur
5. Makan banyak sayur segar
6. Tidak merokok dan tidak minum alkohol
7. Latihan relaksasi atau meditasi
8. Berusaha membina hidup yang positif.
2.2.4 Penanggulangan Hipertensi
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua penatalaksanaan yaitu :
Penatalaksanaan Nonfarmakologis dan farmakologis
2.2.4.1 Penatalaksanaan Nonfarmakologis :
Hipertensi atau tekanan darah tinggi sebetulnya bukan suatu penyakit, tetapi hanya merupakan suatu
kelainan dengan gejala gangguan pada mekanisme regulasi tekanan darah yang timbul.
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja, tetapi juga mengurangi dan
mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita bertambah kuat (Barry,1987).
Penatalaksanaan nonfarmakologi adalah dengan jalan memodifikasi gaya.
2.2.4.2 Penatalaksanaan farmakologis
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan obat standar yang
dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( Joint National Commite On Detection, Evaluation and Treatment
of high Blood Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretik, Penyekat Betha , Antagonis kalsium, atau
penghambatan ACE, dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan
penyakit lain yang ada pada penderita. Bila tekanan darah tidak dapat diturunkan dalam satu bulan, dosis obat dapat
disesuaikan sampai dosis maksimal atau menambahkan obat golongan lain atau mengganti obat pertama dengan
obat golongan lain. Sasaran penurunan tekanan darah adalah kurang dari 140/90 mm Hg dengan efek samping
minimal. Penurunan tekanan dosis obat dapat dilakukan pada golongan hipertenssi ringan yang sudah terkontrol
dengan baik selama 1 tahun.
2.2.5 Komplikasi
Hipertensi merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner, cedera cerebrovaskuler, dan gagal ginjal.
Hipertensi menetap yang disertai dengan peningkatan tahanan perifer menyebabkan gangguan paada endothelium
pembuluh darah mendorong plasma dan lipoprotein ke dalam intima dan lapisan sub intima dari pembuluh darah
dan menyebabkan pembentukan plaque /aterosklerosis. Peningkatan tekanan juga menyebabkan hiperplasi otot
polos , yang membentuk jaringan parut intima dan mengakibatkan penebalan pembuluh darah dengan penyempitan
lumen. (Underjillet all.,1989) dikutip dari Carpenito (1999).
Komplikasi yang dapat timbul bila hipertensi tidak terkontrol adalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Krisis Hipertensi
Penyakut jantung dan pembuluh darah : penyakit jantung koroner dan penyakit jantung hipertensi adalah dua
bentuk utama penyakit jantung yang timbul pada penderita hipertensi.
Penyakit jantung cerebrovaskuler : hipertensi adalah faktor resiko paling penting untuk timbulnya stroke. Kekerapan
dari stroke bertambah dengan setiap kenaikan tekanan darah.
Ensefalopati hipertensi yaitu sindroma yang ditandai dengan perubahan neurologis mendadak atau sub akut yang
timbul sebagai akibat tekanan arteri yang meningkat dan kembali normal apabila tekanan darah diturunkan.
Nefrosklerosis karena hipertensi.
Retinopati hipertenssi.
- CT Scan
- EKG
Prioritas keperawatan:
- Mempertahankan/ meningkatkan fungsi kardiovaskuler.
- Mencegah komplikasi.
- Kontrol aktif terhadap kondisi.
- Beri informasi tentang proses/ prognose dan program pengobatan.
2. Diagnosa Keperawatan:
Intoleran aktivitas sehubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2.
Tujuan/ kriteria:
- Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan/ diperlukan.
- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat diukur.
- Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.
Intervensi:
- Kaji respon terhadap aktifitas.
- Perhatikan tekanan darah, nadi selama/ sesudah istirahat.
- Perhatikan nyeri dada, dyspnea, pusing.
- Instruksikan tentang tehnik menghemat tenaga, misal: menggunakan kursi saat mandi, sisir rambut.
- Melakukan aktifitas dengan perlahan-lahan.
- Beri dorongan untuk melakukan aktifitas/ perawatan diri secara bertahap jika dapat ditoleransi.
- Beri bantuan sesuai dengan kebutuhan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri (akut), sakit kepala sehubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Hasil yang diharapkan: melapor nyeri/ ketidaknyamanan berkurang.
Intervensi:
- Pertahankan tirah baring selama fase akut.
- Beri tindakan non farmakologik untuk menghilangkan nyeri seperti pijat punggung, leher, tenang, tehnik relaksasi.
- Meminimalkan aktifitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan nyeri kepala,misal: membungkuk, mengejan saat
buang air besar.
- Kolaborasi dalam pemberian analgetika, anti ancietas.
Diagnosa Keperawatan
Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan fungsi motorik sekunder terhadap kerusakan neuron
motorik atas.
Kriteria:
Klien akan menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
Intervensi:
1) Ajarkan klien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit pada sedikitnya empat
kali sehari.
R/ Rentang gerak aktif meningkatkan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan.
2) Lakukan latihan rentang gerak pasif pada ekstremitas yang sakit tiga sampai empat kali sehari. Lakukan latihan
dengan perlahan untuk memberikan waktu agar otot rileks dan sangga ekstremitas di atas dan di bawah sendi untuk
mencegah regangan pada sendi dan jaringan.
R/ Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak digunakan. Kontraktur pada otot fleksor dan adduktor
dapat terjadi karena otot ini lebih kuat dari ekstensor dan abduktor.
3) Bila klien di tempat tidur lakukan tindakan untuk meluruskan postur tubuh.
R/ Mobilitas dan kerusakan fungsi neurosensori yang berkepanjangan dapat menyebabkan kontraktur permanen.
TINJAUAN KASUS
f)
g)
h)
i)
3.1 Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2002 pada pukul 11.00 WIB.
3.1.1 Pengumpulan data
Data biografi klien
a) Nama
: Tn. S
b) Tempat dan tanggal lahir
: - / umur 67 tahun
c) Pendidikan terakhir
: SD tidak tamat
Agama
: Islam
Satus perkawinan
: Duda
TB/BB
: 155 cm / 37 kg
Penampilan umum
: Bersih dan rapi, badan kurus.
Ciri ciri tubuh
: jalan masih tegak, rambut sebagian memutih
Alamat
: Karang Patian Pulung - Ponorogo.
Orang yang dekat dihubungi: Tn. Asnat
Hubungan dengan klien : Cucu.
Alamat
: Ponorogo.
2)
Riwayat keluarga
1)
a)
b)
c)
d)
Keterangan:
= laki - laki
= perempuan
3)
= Tn. S
= Perempuan meninggal
Riwayat pekerjaan
Pekerjaan sebelumnya Tukang Kayu .
h)
i)
j)
k)
l)
m)
n)
o)
10)
a)
b)
Sistem integumen
Inspeksi: tekstur kulit terlihat kendur, keriput(+), peningkatan pigmen (-), dekubitus (-), bekas luka (-). Palpasi: turgor
kulit normal.
Sistem perkemihan
Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi, frekuensi 3-4 x/hari, Ngompol (-)
Sistem muskuloskletal
ROM klien baik/penuh, klien seimbang dalam berjalan, kemampuan menggenggam kuat, otot ekstremitas ka/ki
sama kuat, tidak ada kelainan tulang, atrofi dll.
Sistem endokrin
Klien mengatakan tidak menderita kencing manis. Palpasi: tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.
Sistem immune
Klien mengatakan tidak mengerti imunisasi, sensitivitas terhadap zat alergen (-), riwayat penyakit berkaitan dengan
imunisasi, klien mengatakan tidak tahu.
Sistem gastrointestinal
Klien hanya mengkonsumsi makanan yang disediakan dari dapur umum panti dengan frekuensi 3 kali sehari dan
setiap makan hanya porsi. Kebiasaan minum kopi (-), susu (-), peristaltik (+). Klien mengatakan bab tiap hari
sekali dengan konsistensi lembek.
Sistem reproduksi
Klien mengatakan memiliki 2 orang anak putra dan putri.
Sistem persyarafan
Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon klien terhadap pembicaraan (+) dengan bicara yang
normal dan jelas, suara pelo (-). Interpretasi klien terhadap lawan bicara cukup baik.
Status kognitif/afektif/sosial
Short potable mental status questionaire (SPMSQ) dengan kesalahan 6, karena klien sekolah SD tidak tamat.
Mini mental state exam (MMSE) dengan skore 9, karena klien memang tidak mengerti.
Data
DS:
- Klien mengeluh cepat merasa lelah
kalau bekerja, Jantung berdebar
debar, sering berkeringat.
DO:
- Tekanan darah 170 / 90 mmHg, Nadi
80 kali/menit,.
DS:
2.
- Klien mengatakan sering merasa
pusing dan penglihatan kabur.
DO:
- Tekanan darah 170 / 90 mmHg, Nadi
80 kali/menit,.
Etiologi
Masalah
Ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan
O2.
Intoleran aktivitas
Defisit lapang
pandang, motorik atau
persepsi.
3.3 Perencanaan
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
No
1.
2.
Intoleransi Aktivitas
Tujuan/ kriteria:
sehubungan dengan ketidak
- Berpartisipasi dalam aktifitas yang
seimbangan antara suplai dan
diinginkan/ diperlukan.
kebutuhan akan oksigen
- Melaporkan peningkatan dalam
toleransi aktifitas yang dapat diukur.
- Menunjukkan penurunan dalam tandatanda intoleransi fisiologi
Untuk
seberap
Untuk
Mence
Memb
aktivita
Aktivita
kebutuh
Memba
Kerusa
mempe
Pengg
pas dap
Klein d
[emasa
3.4 Implementasi
Waktu/tgl
5 03 --2002
12.00
6 03 2002
07.30
08.00-10.30
Implementasi
Memberikan HE tentang:
Penyebab terjadinya kelelahan pada pasien
dan alasan timbulnya keluhan yang seperti,
penglihatan kabur dan cara cara untuk
mengatasinya agar tidak timbul cedera.
Menemani pasien saat klien mengikuti senam.
Mengukur Nadi pasien setelah melakukan
senam .
Mengkaji keluhan pasien setelah melakukan
senam.
11.00
7 03 2002
08.00
Evaluasi
Klien kooperatif.
Klien tampak serius memperhatikan.
11.00
Klien kooperatif.
Klien tampak serius memperhatikan
3.5 Evaluasi
No
Diagnosa Keperawatan
Intoleransi Aktivitas sehubungan dengan
Tanggal: 7 Maret 2002-03-14
1.
Evaluasi
ketidak seimbangan antara suplai dan S: Klien mengatakan mengatakan tidak mengeluh lelah. Merasa agak kuat .
kebutuhan akan oksigen
O: nadi 70 Kali/menit, RR 18 Kali/menit, bebas melakukan aktivitas
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Rencana dapt diteruskan.
S: Klien mengatakan tidak merasa pusing dan penglihatannya tidak kabur.
2.
Daftar Pustaka
Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara,
Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little Brown and Company. Boston
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta