Anda di halaman 1dari 7

MODUL MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN STIKES KEPANJEN

A. Pendahuluan
Pada modul keperawatan gerontik ini mahasiswa dapat mempelajari dasar-dasar ilmu dan
meningkatkan pemahaman tentang lanjut usia. Teori proses penuaan (Aging Theory),
proses penuaan (Aging Process), perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada usia
lanjut yang meliputi: secara biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Mekanisme
perubahan fisiologis dan dampatknya terhadap status kesehatan pada lansia, masalah
kesehatan yang lazim terjadi pada lansia di Indonesia, trend dan issue masalah kesehatan
lansia serta perawatan pada lansia dalam skala nasional dan internasional yang meliputi:
palliative care, kesehatan mental, hukum dan etik dalam geriatrik. Prinsip pengobatan
dan polifarmasi pada lansia, pengelolaan kesejahteraan lanjut usia di institusi,
masyarakat dan panti werdha, terapi modalitas pada lansia, konsep dasar keperawatan
gerontik serta asuhan keperawatan geriatrik di tatanan individu, keluarga, masyarakatat
maupun institusi seperti panti werdha.
B. Deskripsi Mata Ajar
Fokus mata ajar ini membahas konsep lansia dengan segala kompleksitas
permasalahannya dan asuhan keperawatan kesehatan lansia dalam rentang sehat sakit.
Lingkup asuhan keperawatan meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemeliharaan kesehatan, dan pemulihan kesehatan gerontikd engan pendekatan proses
keperawatan dan pelibatan penuh keluarga serta pemanfaatan sumber-sumber yang ada
dikomunitas. Proses pembelajaran diarahkan untuk mencapai pemahaman dan
keterampilan dalam asuhan keperawatan pada lansia, meliputi kuliah dan pengalaman
belajar praktik lapangan.
C. Tujuan Mata Ajar
Setelah mengikuti pembelajaran mata ajar keperawatan gerorntik, mahasiswa DIII
Keperawatan STIKes Kepanjen Smester V yang mengikuti mata kuliah ini akan mampu
memahami teori-teori tentang penuaan secara biopsikososialkultural dan spiritual,
konsep dasar gerontik serta asuhan keperawatan gerontik pada berbagai tatanan
pelayanan individu, keluarga, masyarakat maupun institusi.

D. Kompetensi Mata Ajar


Pada akhir perkuliahan ini mahasiswa mampu sebagai berikut:
1. Sikap dan Tata Nilai: mahasiswa mampu melaksanakan praktik keperawatan gerontik
dengan prinsip etis dan peka budaya sesuai dengan kode etik perawat Indonesia
2. Penguasaan pengetahuan: Menguasai teknik, prinsip, dan prosedur pelaksanaan
asuhan/ praktik keperawatan gerontik yang dilakukan secara mandiri atau kelompok:
a. Mengaplikasikan konsep dasar gerontik, teori biopsikosisokultural dan spiritual
pada proses penuaan dalam bentuk perencaan asuhan keperawatan pada lansia
b. Mampu memahami konsep-konsep gerontik, teori penuaan dari segi
biopsikososiokultural dan spiritual.
c. Mampu menjelaskan pengkajian pada lansia berhubungan dengan proses penuaan
d. Mampu menjelaskan masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia
berhubungan dengan proses penuaan
e. Mampu membuat perencanaan asuhan keperawatan lansia sesuai dengan masalah
kesehatan yang dialami lansia di berbagai setting
f. Mengetahui trend dan issu terkait dengan gerontik.
3. Ketrampilan khusus: mampu memberikan asuhan keperawatan gerontik kepada
individu keluarga dan kelompok baik sehat, sakit dan kegawatdaruratan dengan
meperhatikan aspek biopsikososiokultural dan spiritual yang menjamin keselamatan
klien, sesuai standar asuhan keperawatan dan berdasarkan perencanaan keperawatan
yang telah tersedia
E. Strategi Pembelajaran
Proses pembelajaran pada mata ajar keperawatan gerontik berupa:
1. Lecture
2. FGD/ Focus Group Discussion
3. PBL/ Problem Bast Learning
4. Pembelajaran model Jigsaw
5. Seminar
6. Belajar mandiri
F. Evaluasi Pembelajaran
Metode evaluasi pada mata ajar keperawatan gerontik yaitu:
1. Ujian Tengah Semester/ UTS : 20%
2. Ujian Akhir Semester/ UAS : 20%
3. Peer Review Assessment : 20%
4. Penugasan/makalah/laporan : 20%
5. Keaktifan dan afektif : 20%
G. Contact Person
Ns. Zulfikar Muhammad, M.Kep
Modul 1
Menua (Aging)

A. Pengertian.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan manusia yang terjadi dalam siklus
kehidupan seseorang. Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur
dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa semua manusia
akan mengalami proses menua atau menjadi tua, yang mana akan mengalami kemunduran
fungsi baik fisik, psikologi maupun sosial. Dari segi fisik, manusia semakin lama akan
mengalami penurunan fungsi organ misalnya organ pernafasan, pencernaan, persarafan dan
lain sebagainya. Setiap manusia akan mengalami perkembangan sampai dengan kemunduran
baik fisik maupun psikologis, pada fase kehidupan psikologi seseorang berubah dan akhirnya
mengalami kemunduran pada saat fase lansia. Pada tatanan sosial setiap orang mempunyai
peran di dalamnya, semakin berumur seseorang maka peran sosialnya akan berubah.

B. Proses Menua (aging process)


Proses penuaan merupakan proses yang berhubungan dengan umur seseorang. Proses
menua ini akan terjadi pada seluruh organ tubuh, meliputi organ dalam tubuh, seperti jantung,
paru-paru, ginjal, indung telur, otak, dan lain-lain, juga organ terluar dan terluas tubuh, yaitu
kulit. Banyak faktor yang mempengaruhi proses penuaan, sehingga muncullah teori-teori
yang menjelaskan mengenai faktor penyebab proses penuaan. Diantara teori yang terkenal
adalah Teori Telomere dan teori radikal bebas, yang dikemukakan oleh J.M. McCord dan I.
Fridovich dan Denham Harman (1956). Ada beberapa teori tentang penuaan, sebagaimana
dikemukakan oleh Maryam, dkk (2008), yaitu teori biologi, teori psikologi, teori kultural,
teori sosial, teori genetika, teori rusaknya sistem imun tubuh, teori menua akibat
metabolisme, dan teori kejiwaan sosial.

C. Perubahan-perubahan Fisiologis yang Terjadi pada Usia Lanjut


Perubahan-perubahan ini meliputi dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh,
diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, cardiovascular, sistem pengaturan
tubuh, musculoskeletal, gastrointestinal, genitalia urinaria, endokrin, dan integument. Adapun
perubahan-perubahan lainnya yang terjadi pada lansia diantaranya perubahan secara
psikologi, sosial dan spiritual.
1. Biologis
a. Sel
Jumlah sel pada lansia lebih sedikit, ukurannya lebih besar, jumlah cairan tubuh
dan cairan intraseluler berkurang, proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan
hati menurun. Jumlah sel otak menurun, otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-
10%, dan terganggunya mekanisme perbaikan sel.
b. Perubahan pada sistem sensoris
Sensoris memengarui kemampuan sesorang untuk berhubungan dengan orang lain
dan untuk memelihara atau membentuk hubungan baru, berespon terhadap bahaya,
dan menginterpretasikan masukan sensoris dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Lansia yang mengalami penurunan persepsi sensori, akan merasa enggan
bersosialisasi karena kemunduruan fungsi-fungsi sensoris yang dimiliki. Indera
yang dimiliki, seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, dan
perabaan merupakan kesatuan integrasi dari persepsi sensori.
1) Penglihatan
Dengan samkin bertambahnya usia, lemak akan berakumulasi di sekitar kornea
dan membentuk lingkaran berwarna putih atau kekuningan di antara iris dan
sklera. Kejadian ini disbut arkus sinilis.
Perubahan yang terjadi pada penglihatan akibat proses menua, antara lain: (1)
terjadinya awitan presbiopi dengan kehilangan kemampuan akomodasi.
Kerusakan ini terjadi karena otot-otot siliaris menjadi lebih lemah dan kendur,
dan lensa kritalin mengalami sklerosis, dengan kehilangan elastisitas dan
kemampuan untuk memusatkan penglihatan jarak dekat. Implikasi dari
perubahan ini adalah kesulitan dalam membaca huruf-huruf kecil dan
kesukaran dalam melihat dengan jarak dekat. (2) penurunan ukuran pupil atau
miosis pupil terjadi karena sfingkter pupil mengalami sklerosis. Implikasinya
adalah terjadinya penyempitan lapang pandang dan memengaruhi penglihatan
perifer pada tingkat tertentu. (3) perubahan warna dan meningkatnya
kekeruhan lensa kristal yang terakumulasi dapat menimbulkan katarak.
Implikasinya adalah penglihatan menjadi kabur yang mengakibatkan kesukaran
dalam membaca dan memfokuskan penglihatan, peningkatan sensitivitas
terhadap cahaya, berkurangnya penglihatan pada malam hari, gangguan dalam
persepsi kedalaman atau strereopsis (masalah dalam penilaian ketinggian), dan
perubahan dalam persepsi warna. (4) penurunan produksi air mata.
Implikasinya mata berpotensi terjadi sindrom mata kering.
2) Pendengaran

Anda mungkin juga menyukai