Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari
begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain itu penulis juga merasa
sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun islam. Penulis
juga menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari isinya
maupun dari struktur penulisannya, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran positif untuk perbaikan dikemudian hari,
Dengan demikian semoga makalah ini dapat memberikan maanfaat umumnya pada
para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri. Aamin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Maslah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Keperawatan Gerontik
B. Teori-teori Penuaan
C. Perubahan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual-Cultural Yang Lazim Terjadi Pada Proses
Menua
D. Program Nasional Kesehatan Lansia
E. Isu-Isu, Strategi Dan Kegiatan Untuk Promosi Kesehatan Dan Kesejahteraan
Lansia Serta Dukungan Terhadap Orang Yang Terlibat Merawat Lansia
F. Komunikasi Dengan Lansia Dan Keluarga Lansia
G. Masalah Yang Umum Terjadi Pada Lansia Dengan Masalah Komunikasi
H. Askep Kegawatdaruratan Gerontik (Pengkajian Keperawatan Pada Lansia)
I. Askep Kegawatdaruratan Gerontik (Diagnosa Keperawatan Pada Lansia)
J. Askep Kegawatdaruratan Gerontik (Rencana Keperawatan Pada Lansia)
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu Gerontik ini tidak dapat dipisahkan dari kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi karena sampai setengah abad yang lalu, ilmu memang
belum dikenal. Padahal ilmu kesehatan anak (pediatri) berkembang pesatnya.
Berbagai istilah berkembang terkait dengan lanjut usia (Lansia), Yaitu Gerontologi,
Geriatri serta keperawatan gerontik, dan keperawatan geriatrik (Gerontological
Nursing and Geriatric Nursing).
Teori-teori Proses Penuaan
1) Teori Biologi
a) Teori genetic dan mutasi (Somatik Mutatie Theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies
tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang terprogramoleh
molekul-molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
b) Teori radikal bebas
Tidak setabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan organik yang
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
c) Teori autoimun
Penurunan sistem limfosit T dan B mengakibatkan gangguan pada keseimbangan
regulasi system imun (Corwin, 2001). Sel normal yang telah menua dianggap benda
asing, sehingga sistem bereaksi untuk membentuk antibody yang menghancurkan sel
tersebut. Selain itu atripu tymus juga turut sistem imunitas tubuh, akibatnya tubuh
tidak mampu melawan organisme pathogen yang masuk kedalam tubuh.Teori
meyakini menua terjadi berhubungan dengan peningkatan produk autoantibodi.
d) Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan internal, dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
e) Teori telomer
Dalam pembelahan sel, DNA membelah denga satu arah. Setiap pembelaan akan
menyebabkan panjang ujung telomere berkurang panjangnya saat memutuskan
duplikat kromosom, makin sering sel membelah, makin cepat telomer itu memendek
dan akhirnya tidak mampu membelah lagi.
f) Teori apoptosis
Teori ini disebut juga teori bunuh diri (Comnit Suitalic) sel jika lingkungannya
berubah, secara fisiologis program bunuh diri ini diperlukan pada perkembangan
persarapan dan juga diperlukan untuk merusak sistem program prolifirasi sel tumor.
Pada teori ini lingkumgan yang berubah, termasuk didalamnya oleh karna stres dan
hormon tubuh yang berkurang konsentrasinya akan memacu apoptosis diberbagai
organ tubuh.
Perubahan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual-Cultural Yang Lazim Terjadi Pada Proses
Menua
1. Perubahan Psiokososial
a) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika lansia
mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan
mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
b) Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat atau bahkan hewan kesayangan dapat
meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Sehingga dapat
memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
c) Depresi
Depresi juga dapat disebabkan karena stress lingkungan dan menurunnya
kemampuan adaptasi.
d) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan : fobia, panik, gangguan cemas umum, gangguan
stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif.
e) Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham. Biasanya terjadi
pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan social.
f) Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat
mengganggu, yang dapat terulang kembali.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan psikososial :
1. Penurunan kondisi fisik
2. Penurunan fungsi dan potensi seksual
3. Perubahan aspek psikososial
4. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan
5. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat
Perubahan Kognitif
a) Memory (daya ingat, ingatan)
b) IQ (Intellegent Quotient)
c) Kemampuan belajar (Learning)
d) Kemampuan pemahaman (Comprehension)
e) Pemecahan masalah (Problem Solving)
f) Pengambilan keputusan (Decision Making)
g) Kebijaksanaan (Wisdom)
h) Kinerja (Performance) Motivasi
MASALAH FISIK SEHARI-HARI YANG SERING DITEMUKAN PADA
LANSIA
1. Mudah jatuh
a. Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata
yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran atau luka (Ruben, 1996).
b. Jatuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor intrinsik: gangguan
gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekuatan sendi dan sinkope-
dizziness; faktor ekstrinsik: lantai yang licin dan tidak rata, tersandung oleh
benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya yang kurang terang dan
sebagainya.
2. Mudah lelah, disebabkan oleh :
a. Faktor psikologis: perasaan bosan, keletihan, depresi
b. Gangguan organis: anemia, kurang vitamin, osteomalasia, dll
c. Pengaruh obat: sedasi, hipnotik
3. Kekacauan mental karena keracunan, demam tinggi, alkohol, penyakit
metabolisme,dehidrasi, dsb
4. Nyeri dada karena PJK, aneurisme aorta, perikarditis, emboli paru, dsb
5. Sesak nafas pada waktu melakukan aktifitas fisik karena kelemahan jantung,
gangguan sistem respiratorius, overweight, anemia.
Angka Kecukupan Gizi Lansia
Kecukupan gizi usia lanjut berada dengan usia muda. Kebutuhan gizi sangat
dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas/kegiatan, postur tubuh, aktivitas fisik
dan mental (termasuk pekerjaan) sehari-hari, iklim/suhu udara,kondisi fisik tertentu
(masa pertumbuhan,sedang sakit) dan unsure lingkungan (misalnya bekerja dibahan
dengan bahan nuklir). Konsumsi makan yang cukup dan seimbang akan brmanfaat
bagi usia lanjut untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan penyakit
degenerative seperti penyakit jantung,ginjal,diabetes mellitus arthritis dan lain-lain
atau kekurangan gizi yang seyogianya telah dilakukan sejak muda.
Masalah Yang Umum Terjadi Pada Lansia Dengan Masalah
Komunikasi
Gangguan yang sering dijumpai pada lansia :
1. Gangguan neurology sering menyebabkan gangguan bicara dan berkomunikasi
dapat juga karena pengobatan medis, mulut yang kering dan lain-lain.
2. Penurunan daya pikir sering menyebabkan gangguan dalam mendengarkan,
mengingat dan respon pada pertanyaan seseorang.
3. Perawat sering memanggil dengan “nenek”, “sayang”, dan lain-lain. Hal tersebut
membuat tersinggung harga dirinya dianjurkan memanggil nama panggilannya.
4. Dianjurkan menegur dan mendengarkan dengan penuh perhatian.
5. Perbedaan budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan saling
percaya.
6. Gangguan syaraf dalam pendengarannya.
7. Gangguan penglihatan sehingga sulit menginterprestasikan pesan- pesan non-verbal.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Konsep Dasar Keperawatan Gerontik
2. Teori-teori Penuaan
3. Perubahan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual-Cultural Yang Lazim Terjadi Pada
Proses Menua
4. Program Nasional Kesehatan Lansia
5. Isu-Isu, Strategi Dan Kegiatan Untuk Promosi Kesehatan Dan Kesejahteraan
Lansia Serta Dukungan Terhadap Orang Yang Terlibat Merawat Lansia
6. Komunikasi Dengan Lansia Dan Keluarga Lansia
7. Masalah Yang Umum Terjadi Pada Lansia Dengan Masalah Komunikasi
8. Askep Kegawatdaruratan Gerontik (Pengkajian Keperawatan Pada Lansia)
9. Askep Kegawatdaruratan Gerontik (Diagnosa Keperawatan Pada Lansia)
10. Askep Kegawatdaruratan Gerontik (Rencana Keperawatan Pada Lansia)
C. TUJUAN
1. Mampu mengetahui dan memahami konsep Dasar Keperawatan Gerontik
2. Mampu mengetahui dan memahami Teori-teori Penuaan
3. Mampu mengetahui dan memahami Perubahan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual-
Cultural Yang Lazim Terjadi Pada Proses Menua
4. Mampu mengetahui dan memahami Program Nasional Kesehatan Lansia
5. Mampu mengetahui dan memahami Isu-Isu, Strategi Dan Kegiatan Untuk
Promosi Kesehatan Dan Kesejahteraan Lansia Serta Dukungan Terhadap
Orang Yang Terlibat Merawat Lansia
6. Mampu mengetahui dan memahami Komunikasi Dengan Lansia Dan
Keluarga Lansia
7. Mampu mengetahui dan memahami Masalah Yang Umum Terjadi Pada
Lansia Dengan Masalah Komunikasi
8. Mampu mengetahui dan memahami Askep Kegawatdaruratan Gerontik
(Pengkajian Keperawatan Pada Lansia)
9. Mampu mengetahui dan memahami Askep Kegawatdaruratan Gerontik
(Diagnosa Keperawatan Pada Lansia)
10. Mampu mengetahui dan memahami Askep Kegawatdaruratan Gerontik
(Rencana Keperawatan Pada Lansia)
BAB II
PEMBAHASAN
DEFINISI
Perkembangan ilmu Gerontik ini tidak dapat dipisahkan dari kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi karena sampai setengah abad yang lalu, ilmu memang belum
dikenal. Padahal ilmu kesehatan anak (pediatri) berkembang pesatnya. Berbagai istilah
berkembang terkait dengan lanjut usia (Lansia), Yaitu Gerontologi, Geriatri serta
keperawatan gerontik, dan keperawatan geriatrik (Gerontological Nursing and Geriatric
Nursing).
Berbagai istilah berkembang terkait dengan lanjut usia sehingga perlu dibedakan
pengertian antara Gerontologi dan Geriatri, walaupun berobjek sama, yaitu Lansia.
Gerontologi berasal dari kata “ GEROS” latin yang artinnya Lanjut Usia dan “Logos”
yang berarti Ilmu.
1.Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai masalah/faktor
yang menyangkut lansia.
2.Gerontology is Comprehensive study of Ageing and the Problem of the Aged.
(Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari proses menua dan masalahnya.
3. Gerontologi adalah pengetahuan yang mencakup segala bidang persoalan mengenai
orang berusia lanjut, yang di dasarkan pada hasil penyelidikan ilmu ; antropologi,
antropometri, sosiologi, pekerjaan sosial, kedokteran geriatrik, psikiatrik geriatrik,
psikologi, dan ekonomi (menurut Pergeri).
4.Gerontologi menurut Kozier, 1987 adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek menua.
5.Gerontologi adalah cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang
mungkin terjadi pada lanjut usia (Miller, 1990)
6. Gerontic Nursing / Gerontological Nursing, adalah spesialis keperawatan lanjut usia
yang dapat menjalankan perannya pada setiap tatanan pelayanan dengan menggunakan
pengetahuan, keahlian, dan keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal
lanjut usia secara komprehensif. Oleh karena itu perawatan lansia yang menderita
penyakit (Geriatric Nursing), dan dirawat di rumah sakit merupakan Gerontic Nursing.
Keprawatan gerontik adalah salah satu bentuk pelayanan profesionalyang didasarkan
lLmu dan kiat keperawatan gerontik yang berbentuk Boipsikososial spiritual yang
komperhensip, ditujukan pada lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkatan
individu, keluarga, kelompok/pantiatau masyarakat. Menua atau menjadi tua adalah suatu
keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan.Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap berbeda,
baik secara biologis maupun secara psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya : kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur,
rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin
memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional.
WHO dan undang-undang No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada
Bab I pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan
kematian. Dalam buku ajar Geriatri, Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr.H.hadi Martono
(1994) mengatakan bahwa “ menua “ (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia secara bertahap/perlahan
mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini dapat memengaruhi
kemandirian dan kesehatan lanjut usia, termasuk kehidupan seksualnya. Proses menua
merupakan proses yang terus menerus /berkelanjutan secara alamiah dan umumnya di
alami oleh semua makhluk hidup. Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada
otot susunan saraf, dan jaringan lain,hingga tubuh “ mati“ sedikit demi sedikit.
Kecepatan proses menua pada setiap individu pada organ tubuh tidak sama.
Adakalanya seseorang belum tergolong lanjut usia / masih muda, tetapi telah menunjukan
kekurangan yangMencolok (Deskripansi). Adakalanya pula orang telah tergolong lanjut
usia, tetapi penampilannyua masih sehat, segar bugar, dan badan tegap. Walaupun
demikian harus diakui ada beberapa penyakit yang sering dialami lanjut usia. Manusia
secara lambat dan progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi, dan akan
menempuh semakin banyak distorsi meteoritic dan structural yang disebut sebagai
penyakit degeneratif. Misalnya hipertensi, arteriosclerosis, diabetes mellitus, dan kanker,
yang akan menyebabkan berakhir hidup dengan episode terminal yang dramatis,
misalnya stroke, infark miokard, koma asidotik, kanker metastasis, dan sebagainya.
D. Batasan Lansia
a) Menurut WHO, batasan lansia meliputi:
1. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun.
2. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun.
3. Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun.
4. Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas.
Sedangkan Teori penuaan secara umum menurut Ma’rifatul (2011) dapat dibedakan
menjadi dua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial:
1. Teori Biologi
a) Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan
sel–sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika seldari tubuh lansia
dibiakkan lalu diobrservasi di laboratorium terlihat jumlah sel–sel yang akan
membelah sedikit. Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem
musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak
dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu,
sistem tersebut beresiko akan mengalami proses penuaan dan mempunyai
kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki
diri (Azizah, 2011).
b) Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses
kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada
komponen protein dalam jaringan tertentu. Pada lansia beberapa protein (kolagen
dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur
yang berbeda dari protein yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada
kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih
tebal, seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dapat lebih mudah dihubungkan
dengan perubahan permukaan kulit yang kehilangan elastisitanya dan cenderung
berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatan pada system
musculoskeletal (Azizah dan Lilik, 2011).
c) Keracunan Oksigen
Teori ini tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh untuk
mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang
tinggi, tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan
mempertahankan diri dari toksin tersebut membuat struktur membran sel
mengalami perubahan serta terjadi kesalahan genetik. Membran sel tersebut
merupakan alat sel supaya dapat berkomunikasi dengan lingkungannya dan
berfungsi juga untuk mengontrol proses pengambilan nutrisi dengan proses
ekskresi zat toksik di dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel
yang sangat penting bagi proses tersebut, dipengaruhi oleh rigiditas membran.
Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi sel oleh
mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan organ
berkurang. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh (Azizah
dan Lilik, 2011).
d) Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun
demikian, kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan
khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses
penuaan. Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca tranlasi, dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya
sendiri. Jika mutasi isomatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen
permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun tubuh
menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan
menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa
autoimun. Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami
penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi
menurun, sehingga sel kanker leluasa membelah-belah (Azizah dan Ma’rifatul L.,
2011).
e) Teori Menua Akibat Metabolisme
Menurut Mc. Kay et all., (1935) yang dikutip Darmojo dan Martono (2004),
pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan
dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut antara
lain disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme.
Terjadi penurunan pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya
insulin dan hormon pertumbuhan.
2. Teori Psikologis
a) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya setelah
menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara sampai
tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lansia yang sukses adalah mereka yang aktif
dan ikut banyak dalam kegiatan sosial (Azizah dan Ma’rifatul, L., 2011).
b) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Identity pada lansia
yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan masyarakat,
melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, kelurga dan hubungan interpersonal
(Azizah dan Lilik M, 2011).
c) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan
tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya (Azizah dan Lilik M, 2011).
2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a) Perubahan fisik, khususnya organ perasa
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan (hereditas)
e) Lingkungan
f) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian
g) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
h) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan family.
Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
Pengkajian Status Mental
MMSE (Mini Mental State Exam) : menguji aspek kognitif dari fungsi mental,
orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa.
Osteoporosis
Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa atau kepadatan
tulang berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk pada percepatan
kehilangan tulang selama dua dekade pertama setelah menopause, sedangkan tipe II
adalah hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena terganggunya produksi vitamin D.
Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi dari
140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena
menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat
memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal
jantung, dan gagal ginjal.
Diabetes Mellitus
Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana gula darah masih
tetap normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi ini dapat berkembang menjadi
diabetes melitus, dimana kadar gula darah sewaktu diatas atau sama dengan 200 mg/dl
dan kadar glukosa darah saat puasa di atas 126 mg/dl. Obesitas, pola makan yang buruk,
kurang olah raga dan usia lanjut mempertinggi risiko DM. Sebagai ilustrasi, sekitar 20%
dari lansia berusia 75 tahun menderita DM. Beberapa gejalanya adalah sering haus dan
lapar, banyak berkemih, mudah lelah, berat badan terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa,
dan luka yang lambat sembuh.
Dimensia
Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi intelektual dan
daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-
hari. Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi pada usia lanjut.
Adanya riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit vaskular/pembuluh darah (hipertensi,
diabetes, kolesterol tinggi), trauma kepala merupakan faktor risiko terjadinya
demensia. Demensia juga kerap terjadi pada wanita dan individu dengan pendidikan
rendah.
Penyakit jantung koroner
Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung terganggu.
Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan, hingga kebingungan.
Kanker
Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel mengalami
perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat. Sel yang berubah ini
mengalami mutasi karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa lagi menjalankan fungsi
normalnya. Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa tahapan, mulai dari yang
ringan sampai berubah sama sekali dari keadaan awal (kanker). Kanker merupakan
penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung. Faktor resiko yang paling utama
adalah usia. Dua pertiga kasus kanker terjadi di atas usia 65 tahun. Mulai usia 40 tahun
resiko untuk timbul kanker meningkat.
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan periode
di mana seseorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta
telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini
dapat mulai sari usia 55 tahun sampai meninggal.
Beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia sebagai berikut:
a. Kurang bergerak
Gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia kurang
bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi dan otot,
gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.
b. Istabilitas
Penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang berkaitan
dengan keadaan tubuh derita) baik karena prosen menua, penyakit maupun proses
ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat obatan tertentu dan faktor
lingkungan.
Akibat yang paling sering dari terjatuh pada lansia adalah kerusakan bagian tertentu
dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka
bakar karena air panas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi. Selain dari pada itu,
terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi pergerakannya. Walaupun
sebagian lansia yang terjatuh tidak sampai menyebabkan kematian atau gangguan
fisik yang berta, tetapi kejadian ini haruslah dianggap bukan merupakan peristiwa
yang ringan. Terjatuh pada lansia dapat menyebabkan gangguan psikologis berupa
hilangnya harga diri dan perasaan takut akan terjatuh lagi, sehingga untuk selanjutnya
lansia tersebut menjadi takut berjalan untuk melindungi dirinya dari bahaya terjatuh.
c. Beser
Beser, buang air besar (bak) merupakan salah satu masalah yang sering didapati pada
lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang
cukup mengakibtkan masalah kesehatan atau social. Beser bak merupakan masalah
yang sering kali dianggap wajar dan normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini
tidak dikehendaki terjadi baik oleh lansia tersebut maupun keluarganya.
Akibat timbul berbagai masalah, baik masalah kesehatan maupun social, yang
kesemuanya akan memperburuk kualitas hidup dari lansia tersebut. Lansia dengan
beser bak sering mengurangi minum dengan harapan untuk mengurangi keluhan
tersebut, sehingga dapat menyebabkan lansia kekurangan kandungan kemih. Besek
bak sering pula disertai dengan beser buang air besar (bab), yang justru akan
memperberat keluhan beser bak mandi.
d. Gangguan intelektual
Merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan
ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan
sehari-hari. Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60-85 tahun atau lebih,
yaitu kurang dari 5% lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami demensia
(kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian meningkat
mendekati 50%. Salah satu hal yang dapat menyebabkan gangguan intelektual adalah
depresi sehingga perlu dibedakan dengan gangguan intelektual lainnya.
e. Infeksi
Merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena selain
sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan
keterlambatan di dalam diagnosis dan pengobatan serta resiko menjadi fatal
meningkat pula.
Beberapa faktor resiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi
karena kekurangan gizi, kekebalan tubuh yang menurun, berkurangnya fungsi
berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus (komordibitas) yang
menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat berkurang. Selain tiu, faktor nutrisi,
faktor lingkungan, jumlah dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh
mengalami infeksi.
g. Depresi
Perubhan status social, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian social
serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu
munculnya depresi pada lansia. Namun demikian, sering kali gejala depresi
menyertai penderita dengan penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat
diketahui ataupun terpikirkan sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang muncul
sering kali dianggap sebagai suatu bagian dari proses menua yang normal ataupun
tidak khas.
Gejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering menangis,
merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh lamban, cepat lelah dan
menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan, berat badan berkurang, daya ingat
berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatain, kurangnya minat,
hulangnya kesenangan yang biasanya dinikmati, menyusahkan orang lain, merasa
rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang merasa bersalah dan tidak
berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan gejala-gejala fisik
lainnya. Akan tetapi, pada lansia sering timbul depresi terselubung, yaitu yang
menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar,
nyeri pinggan, gangguan pencernaan dan lain-lain, sedangkan gangguan jiwa tidak
jelas.
h. Kurang gizi
Kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi
kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan
yang bergizi, isolasi social (terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan
pancaindera, kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang
sangat tua dan baru kehilangan pasangan hidup, sedangkang faktor kondisi kesehatan
berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan, dan lain-lain.
j. Impotensi
Merupakan ketidak mampuan untuk mencapai dan mempertahankan ereksi yang
cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit tiga
bulan. Menurut Massachusetts Male Aging Study (MMAS) bahwa penelitian yang
dilakukan pada pria usia 40-70 tahun yang di wawancarai ternyata 52% menderita
disfungsi ereksi, yang terdiri dari disfungsi ereksi total 10%, disfungsi ereksi sedang
25% dan minimal 17%.
Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran darah ke dalam alat
kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis)
baik karena proses menua maupun penyakit dan juga berkurangnya sel-sel otot polos
yang terdapat pada alat kelamin serta berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria
terhadap rangsangan.
l. Penyakit obat-obatan
Salah satu yang sering didapati pada lansia adalah menderita penyakit lebih dari satu
jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering
menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter dapat
menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obatan yang digunakan.
a. Energi
Pada manusia , kebutuhan energi menurun sehubungan dengan meningkatnya usia.
Hal ini disebabkan banyak sel,yang sudah kurang aktif yang mengakibatkan kegiatan
fisik juga menurun. Dalam “Widya Karya Pangan Dan Gizi Tahun 1988” disebut
kecukupan gizi yang dianjurkan untuk pria manula adalah sebesar 2.100 kalori dan
wanita 1.700 kalori. Kebutuhan kalori akan mulai menurun pada usia 40-49 tahun
sekitar 5%,pada usia 50-59 tahun dan usia 60-69 tahun menurun 10%.
Dengan penurunan ini berarti jumlah makanan yang seharusnya dikonsumsi juga
menurun.Kebutuhan energy pada usia 40 tahun sekitar 35 kkal/kg BB ideal. Setiap
usia 10 tahun perkembangan usia, kebutuhan energy akan menurun 10 g. Tetapi,
pembagian ke dalam zat-zat gizi tetap berprinsip pada pola gizi seimbang.
b. Protein
Fungsi protein pada manula tidak lagi untuk pertumbuhan, tetapi untuk pemeliharaan
dan pengganti sel-sel yang rusak,serta pengaturan fungsi fisiologis tubuh. Pada usia
tua tubuh lebih tergantung pada asam-asam amino esensial. Dianjurkan kecukupan
protein usia lanjut dipenuhi dari protein yang berkualitas baik seperti susu, telur,
daging karena kecukupan asam amino yang pentingnya pada usia lanjut meningkat.
Jumlah protein pada usia lanjut meningkat. Jumlah protein yang diperlukan bagi laki-
laki lanjut adalah 49 g per hari dan perempuan sebesar 41 g perhari. Pada usia lanjut
tidak diperlukan jumlah konsumsi protein yang berlebih karena akan memberikan
fungsi ginjal dan hati,sebaiknya konsumsi protein asal hewani atau nabati adalah 10 %
dari total kebutuhan total kalori perhari.
c. Hidrat Arang
Penggunaan hidrat arang relatif menurun pada manula karena kecukupan kalori juga
menurun. Dianjurkan 50% dari total energy berasal dari hidrat arang.
d. Lemak
Lemak merupakan sumber tenaga selain hidrat arang. Lemak yang berlebih dapat
disimpan dalam tubuh sebagai cadangan tenaga, dan bila sangat berlebih akan
disimpan sebagai lemak tubuh. Konsumsi yang berlebih pada manula dihindari
karena dapat meningkatkan kadar lemak tubuh,khususnya kadar kolesterol darah.
Dianjurkan konsumsi lemak hewani dikurangi dan banyak menggunakan lemak
nabati. Jumlah lemak yang dianjurkan diatur tidak melebihi 25 % dari total
kecukupan energy sehari , karena kebutuhan lemak pada lansia hanya berkisar antara
20-25% dari total kalori/hari.
e. Vitamin
Kebutuhan vitamin pada manula tidak jauh berbeda dengan kebutuhan pada waktu
muda,kecuali niasin,riboflavin,dan tiamina. Kecukupan ketiga vitamin itu tergantung
dari jumlah yang diperlukan. Pada manula, konsumsi vitamin seperti riboflavin
,tiamina,vitamin B6 asam folat, Vitamin C dan D, dan vitamin E dari makanan perlu
mendapat perhatian yang khusus terutama bagi mereka yang menginjak usia
menopause (50 tahun ke atas) memerlukan vitamin-vitamin antioksidan
seperti Vitamin A dan Vitamin E (400-600 unit/hari).
f. Mineral
Pada prinsipnya, mineral memang dibutuhkan sedikit,tetapi pada manula sering
dijumpai masukan makanan kurang dalam beberapa jenis mineral seperti zat besi,
kalsium. Kalsium yang dibutuhkan pada usia 19-50 tahun 1.000 mg, sedangkan untuk
usia lebih dari 51 tahun,kebutuhan kalsium sebesar 1.200 mg. Organisasi kesehatan
menyarankan bagi manusia yang sudah pasca menopause untuk mengonsumsi harian,
kalsium sebesar 1.500 mg, lebih tinggi dari kebutuhan biasa sebesar 1.200 mg.
suplemen kalsium hingga 1.000 mg/hari juga disarankan bagi mereka yang tidak
mendapatkan mineral yang lebih cukup dari makanan. Adapun kecukupan yodium
yang dianjurkan untuk orang Indonesia untuk usia 10-59 tahun dan lebih dari 60 tahun
baik pria maupun wanita adalah sebanyak 150 mg.
5. Mineral
Pada usia lanjut di anjurkan mengonsumsi makanan fe,Zn,selenium, dan kalsium
untuk mencegah anemia dan pengeroposan tulang terutama pada wanita. Adapun
kebutuhan mineral untuk usia lanjut perhari adalah:
Ø Kalsium wanita 500 mg dan laki-laki 600mg.
Ø Zat besi wanita 14 ug dan laki-laki 13 ug.
Ø Natrium (NaCl)2,8-7,8 g.
Ø Seng (Zn) 15 ug.
Ø Selenium wanita 55 ug dan laki-laki 70 ug.
Dianjurkan pada usia lanjut dengan tekanan darah tinggi mengonsumsi NaCl sejumlah
3 g per orang per hari karena dapat membantu menurunkan tekanan darah.
C. Peranan Gizi Bagi Lansia
Peranan Energi
· Energi untuk diukut dengan kalori dan menghasilkan dari karbohidrat,protein, dan
lemak.
· Kelebihan energi dapat memengaruhi terjadinya penyakit degeneratif,karena energy ini
disimpan dalam bentuk jaringan lemak.
· Penyakit jantung dan penyakit degeneratif lainnya lebih banyak terdapat pada orang-
orang dengan energi yang berlebihan.
·Kekurangan energi mengakibatkan berat badan rendah yang dapat mengakibatkan fungsi
umum menurun,seperti menurunnya daya tahan dan kesanggupan kerja.
Peranan Protein
· Pada usia lanjut fungsi protein yang di konsumsi tubuh tidak lagi untuk pertumbuhan.
Peranan protein yang utama adalah memelihara dan mengganti sel-sel jaringan yang
rusak,pengatur fungsi fisiologi organ tubuh.
· Kebutuhan protein pada usia lanjut didasarkan kepada kebutuhan orang dewasa muda
pada umur 25 tahun,yaitu pada pria 0,95g/kg berat badan/hari sedangkan pada wanita
0,87 g/kg berat badan/hari.
· Kecukupan protein yang dianjurkan untuk orang indosnesia adalah 50 g/hari untuk pria
dengan umur 60 tahun ke atas dan 44g/hari untuk wanita dengan umur 60 tahun ke
atas.
·Ia njurkan kebutuhan protein pada usia lanjut dipenuhi dari protein yang bernilai biologi
tinggi seperti telut, akan dan lain-lain karena kebutuhan asam-asam amino esensial
meningkat pada usia lanjut.Tetapi konsumsi protein yang berlebihan tidak bermanfaat
Karena akan dapat memberatkan fungsi ginjal dan hati.
Peranan lemak
· Lemak merupakan sumber energi yang dapat disimpan di dalam tubuh sebagai
cadangan energy.
· Konsumsi lemak yang berlebihan pada usia lanjut tidak dianjurkan karena dapat
meningkatkan kadar lemak dalam tubuh, khususnya kadar kolesterol darah.
· Masukan lemak melalui makanan dianjurkan tidak melebihi 30% dari jumlah total
energi yang dibutuhkan.Untuk bangsa Indonesia konsumsi lemak dianjurkan tidak
melebihi 25% dari energi yang di butuhkan.
Peranan Mineral
Mineral dibutuhkan dalam jumlah sedikit namun peranannya sangat penting dalam
berbagai proses metabolik dalam tubuh,sehingga bila mengonsumsi mineral kurang dari
kebutuhan akan dapat mengganggu kelangsungan proses tersebut.
Kalsium
Pada proses menua terjadi gangguan absorpsi kalsium,karena itu sangat dianjurkan untuk
mengonsumsi susu 1 gelas/hari.Kebutuhan kalsium yang di anjurkan adalah 500
mg/orang/hari.Untuk yang menderita osteoporosis dianjurkan pemberian kalsium
sejumlah 800 mg/orang/hari.Namun kalsium yang di butuhkan pada usia 19-20 tahun
1.000 mg,sedangkan untuk usia lebih 51 tahun,kebutuhan kalsium sebesar 1.200 mg.
Fe/Zat besi
Kebutuhan Fe yang dianjurkan sebesar 9 mg/orang/hari untuk pria,sedangkan 8
mg/orang/hari untuk wanita.Anemia gizi sering terjadi pada usia lanjut,diakibatkan
rendahnya jumlah Fe dalam makanan yang di konsumsi ataupun adanya penyakit pada
lambung yang dapat mengganggu penyerapan Fe di dalam saluran pencernaan.Oleh
karena itu,sebaiknya dipilih zat besi yang berasal dari hewani.Konsumsi protein asal
hewan antara lain daging perlu di konsumsi dalam jumlah yang cukup tetapi tidak boleh
berlebihan,karena zat besi asal protein hewani lebih mudah diserap.
Natrium
Kebutuhan NaCl adalah 2,8-7,8 g/orang/hari.Dianjurkan lansia dengan tekanan darah
tinggi mengonsumsi NaCl sejumlah 3 mg/orang /hari karena dapat membantu
menurunkan tekanan darah.Pada keadaan ini menyebabkan nafsu makan usia lanjut
menurun,karena makanannya kurang garam.
Air
Kebutuhan air meningkat dengan bertambahnya usia seseorang.Dengan berkurangnya
kemampuan ginjal,,maka air mempunyai peranan penting sebagai pengangkut sisa
metabolism dalam tubuh.Dianjurkan meminum air sebanyak 6-8 gelas atau lebih dalam
sehar.Air juga mempunyai peranan mendorong peristaltik usus sehingga dapat mencegah
kontipasi.
Peranan Serat
· Pada manula serat diperlukan memungkinkan proses buang air besar menjadi teratur dan
menghindari berbagai penyakit.
· Fungsi serat dalam usaha pencegahan penyakit yaitu mencegah penyakit jantung
koroner,kanker usus besar,penyakit diabetes melitus,penyakit divertikular (penonjolan
bagian luar usus), dan mencegah kegemukan.
Peranan Vitamin
Secara umum vitamin mempunyai fungsi yaitu mengatur berbagai proses
metabolisme dalam tubuh,mempertahankan fungsi berbagai jaringan,memengaruhi
pertumbuhan dan pembentukan sel-sel baru dan membentuk pembuatan zat-zat tertentu
dalam tubuh.
Vitamin A
Penghasilan yang baik,ketahanan jaringan,daya tahan tubuh terhadap infeksi sangat
tergantung kepada kecukupan Vitamin A.Pada pria maupun wanita usia umur 60 tahun ke
atas kecukupan Vitamin A adalah 3.500-4.000 mikrogram/orang/hari.
Vitamin B1/Tiamina
Kecukupan Vitamin B1 untuk pria lanjut adalah 1,2 mg/orang/hari dan 1,0 mg untuk
wanita lanjut.
Vitamin B6
Kecukupan Vitamin B6 yang dianjurkan pria lansia adalah 2,2 mikrogram/hari dan
2,0 mikrogram untuk wanita lanjut.
Folat
Di dalam tubuh asam folat berfungsi memproduksi sel darah merah dan di butuhkan
untuk sintesis asam amino.
Asam folat berfungsi sebagai kafaktor yang sangat penting dan juga merupakan
koenzim yang berfungsi mengatur proses remetilasi dan transulfurasi metabolisme
homosistein.Asam folat juga merupakan koenzim yang sangat besar peranannya
dalam reaksi di dalam tubuh,seperti sintesis DNA,pembelahan sel normal,sintetis
purin,interkonversi asam amino,dan berbagai reaksi seluler lainnya.konsumsi asam
folat tidak hanya berperan besar pada pembentukan jaringan otak janin saja,tetapi juga
berpotensi mengatasi kepikunan pada kelompok lanjut usia.Hasil penelitian
membuktikan,mengonsumsi makanan yang lunak yang banyak mengandung asam
folat akan menurunkan risiko terserang kanker usus besar.
Vitamin B12
Vitamin B12 merupakan unsur penting untuk meningkatkan kemampuan daya
ingat,bahkan bisa mengatasi persoalan kelainan saraf di samping itu Vitamin B12
bekerja sama dengan asam folat memproduksi sel darah merah.
Vitamin B12 juga berfungsi sebagai kofaktor yang sangat penting dan juga merupakan
koenzim yang berfungsi mengatur proses remetilasi dan transulfurasi metabolisme
homosistem kecukupan yang dianjurkan untuk B12 adalah 0,3 mikrogram/hari bagi
usia lanjut.
Vitamin C
Vitamin C sangat bermangfaat untuk menghambat berbagai penyakit pada usia
tua,berfungsi antara lain meningkatkan kekebalan tubuh,melindungi dari serangan
kanker,melindungi arteri,meremajakan dan memproduksi sel darah putih,mencegah
katarak,memperbaiki kualitas sperma,dan mencegah penyakit gusi.Kecukupan
Vitamin C adalah 60 mg/hari.
Vitamin D
Kecukupan Vitamin D yang dianjurkan lansia sebanyak 5 mikro gram/hari atau 200
IU.Pada umumnya konsumsi Vitamin D wanita usia lanjut rendah daripada pria usia
lanjut.
Vitamin E
Vitamin E merupakan anti-oksida dan diduga berperan memperlambat proses ketuaan
pada usia lanjut.Kecukupan yang dianjurkan adalah 8mg alpha tokoferol untuk pria
dan 10 mg/hari untuk wanita.
Vitamin K
Kecukupan Vitamin K adalah 65 mcg/hari bagi wanita lansia dan 80 mgc/hari bagi
pria lansia.
Angka Kecukupan Energi Dan Zat Gizi Yang Dianjurkan Untuk Lansian Dalam Sehari
Komposisi Laki-laki Perempuan
Energi (Kal) 1960 1700
Protein (gram) 50 44
Vitamin A (RE) 600 500
Thiamin (B1) (mg) 0.8 0.7
Riboflavin (B2)(mg) 1.0 0.9
Niasin (B3) (mg) 8.6 7.5
Vitamin B12 (mg) 1.0 1.0
Asam folat (mikrogram) 170 150
Vitamin C (mg) 40 30
Kalsium (mg) 500 500
Fosfor (mg) 500 450
Besi (mg) 13 16
Seng (mg) 15 15
Iodium (mikrogram) 150 150
a. Lingkungan Sosial
Sosialisasi terhadap lingkungan sekitarnya untuk menghindari terjadinya depresi,
stres, paranoia, dan gangguan lain dengan cara :
·Melakukan komunikasi dengan keluarga, teman maupun tetangga sekitar.
·Melakukan aktivitas yang sesuai minat dan kemampuannya untuk mengisi waktu
luang.
·Berkumpul bersama teman-teman semasa sekolah/kerja dan membuat teman baru
untuk menggantikan mereka yang telah meninggal atau yang telah pindah.
Adapun bagi keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang lanjut usia :
·Memberikan kenyamanan dengan suasana keluarga yang bahagia dan harmonis.
.Memberikan semangat dalam diri lansia untuk tetap berproduktivitas dalam
hidupnya.
·Memberikan semangat dalam hal spiritual untuk mengurangi perasaan takut/khawatir
dalam diri lansia.
b.Gizi (Suplemen)
·Untuk menjaga kondisi kesehatan yang prima dan tetap produktif di hari tua, butuh zat
gizi yang cukup sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu, sehingga kesadaran
akan perlunya menjaga konsumsi yang bergizi seimbang seharusnya memang dimulai
sejak usia muda sehingga setelah di usia lanjut masalah gizi dapat di tanggulangi
dengan baik.
·Makana yang bervariasi dengan sekurang-kurangnya tiga sajian sayur-sayuran, dua
sajian buah-buahan dan enam sajian hasil padi-padian setiap hari dapat di berikan untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi lansia dan pemilihan makanan yang berbeda dari setiap
kelompok makanan merupakan metode yang paling baik untuk memastikan masukan
zat gizi yang cukup.
· Untuk mengatasi perubahan fungsi saluran pencernaan maka di sarankan untuk
mengonsumsi makanan berserat tinggi setiap hari dan minum paling sedikit delapan
gelas cairan seperti air, jus, dan lain-lain setiap haru untuk melembutkan feces.
· Untuk suplementasi tidak ada suplemen kecuali kalsium yaitu 1.000-1.500 mg/hari
yang membutuhkan secara rutin oleh manula atau orang dewasa. Namun jika penilaian
menunjukan defisiensi spesifik maka suplemen mungkin dibutuhkan untuk
mengoreksinya.
Dalam memenuhi kebutuhan nutrisi lansia maka perlu memerhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Maka yang diberikan/disajikan harus cukup memenuhi kebutuhan gizi.
2. Pemberian makanan pada waktunya secara teratur serta dalam porsi kecil tapi sering.
3. Memberikan makanan terhadap dan bervariasi terutama bila nafsu makanya berkurang
4. Memperhatikan makanan agar sesuai dengan selera.
5. Memberikan makanan lunak untuk menghindari obstipasi dan memudahkan
mengunyah.
6. Melakukan terapi gizi untuk usia lanjut yang menderita sakit yang dilakukan oleh ahli
gizi.
c. Pola Hidup
Pada usia lanjut 90% tingkat kesegaran jasmaninya rendah terutama pada komponen
daya tahan kardio respirasi dan kekuatan otot. Maka hal yang dapat dilakukan lansia
untuk memperbaiki fungsi kardiovaskular dan menimbilkan perasaan segar adalah
melakukan olahraga adalah satu bentuk latihan fisik yang memberikan pengaruh yang
baik/positif terhadap kemampuan fisik seseorang apabila dilakukan secara baik dan benar.
Melakukan latihan fisik yang baik dapat bermanfaat sebagai upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif dan apabila ditinjau secara fisiologi, psikologi dan social
memberikan dampak secara langsung dan jangka panjang.
Manfaat Fisiologi :
1. Dampak langsung dapat membantu :
Ø pengaturan kadar gula rendah;
Ø merangsang adrenalin dan nonadrenalin;
Ø peningkatan kualitas dan kuantitas tidur;
Manfaat Psikologis :
1. Dampak langsung dapat membantu :
Ø Member perasaan santai;
Ø Mengurangi ketegangan dan kecemasan;
Ø Meningkatkan perasaan senang.
Macam-macam olahraga/latihan yang baik bagi usia lanjut dalam memelihara kebugaran
kesegaran fisik antara lain:
1.Pekerjaan rumah dan berkebun dapat memberikan suatu latihan yang dibutuhkan untuk
menjaga kesegaran jasmani.
2.Berjalan-jalan. Baik untuk meregangkan otot-otot kaki dan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh.
3.Jalan cepat. Berguna untuk mempertahankan kesehatan dan kesegaran jasmani dan
merupakan cara yang aman, murah, menyenangkan, mudah dan berguna apabila
dilakukan dengan benar.
Pemenuhan Kebutuhan Istrahat
Biasanya pada usia lanjut terjadi gangguan pola tidur sehingga dapat menyebabkan
perubahan fisik. Maka untuk dapat memberikan kebutuhan istrahat yang cukup untuk
menjaga kesehatan lansia maka dapat dilakukan:
1. Memberikan tempat tidur yang nyaman.
2. Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi, bebas darai bau-bauan.
3. Memberikan minum hangat sebelum tidur misalnya susu hangat.
Pola Makan
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai
macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan
merupakan ciri khas masyarakat tertentu. Pola makan yang tidak seimbang akan
menyebabkan ketidakseimbangan zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan
terjadinya kekurangan gizi atau sebaliknya pola konsumsi yang tidak seimbang juga
mengakibatkan zat gizi tertentu berlebih dan menyebabkan terjadinya gizi lebih. Asupan
zat gizi yang tepat berperan dalam menciptakan kesehatan lansia secara optimal,
kecukupan gizi akan terpenuhi jika para lansia memerhatikan pola makan yang beragam
dan bergizi seimbang. Pengurangan waktu makan dapat menyebabkan zat gizi menjadi
tidak seimbang. Dengan demikian, adanya lansia yang tidak teratur makannya dapat
menyebabkan tidak seimbang konsumsi zat gizi yang akan berpengaruh pada status
gizinya.
Pengaturan makan untuk usia lanjut sebagai berikut :
a. Jadwal waktu makan dibuat lebih sering dengan porsi kecil.
b. Banyak minum dan kurangi garam.
c. Membatasi asupan makanan sumber kalori untuk menjaga berat badan tetap dalam
batas normal.
d. Memilih jenis makan yang mengandung serat agar buang air besar menjadi mudah dan
teratur.
e. Bagi mereka yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut
b. Sistem kardiovaskular.
c. Sistem pernapasan.
d. Sistem gastrointestinal.
e. Sistem genitourinarius.
f. Sistem musculoskeletal.
g. Sistem metabolik atau endokrin.
h. Sistem neurologis atau psikiatik.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendukung diagnosis penyakit serta untuk
menentukan entervensi gizi, pemeriksaan laboratorium antara lain:
a. Darah : Hb, kolesterol total, HDL, LDL, gula darah, urrum, creatimin, asam urat dan
trigliserida serta kadar vitamin dan mineral.
b. Urine : Glukosa atau kadar gula, albumin.
c. Faces : fungsi pencernaan, serat dan lemak.
5. Penilaian Antropemetri
Tinggi badan menurun dengan kecepatan 0,03 cm per tahun sampai usia 45 tahun dan
0,28 cm per tahun. Pemendekan ini diduga akibat penipisan lempeng tulang belakang, di
samping pengurangan masa tulang. Susutan ini ditaksir sebanyak 12% (lelaki) dan 25%
(wanita), yang kemudian tampak sebagai osteoporosis dan kifosis.
Berta badan sebaiknya ditimbang setiap minggu bagi lansia yang dirawa di rumah sakit,
atau diasuh di panti wreda : dan cukup 2-3 bulan sekali bagi mereka yang masih sanggup
melakukan kegiatan fisik. Berat badan ideal lansia sulit ditentukan karena berat acuan
mereka yang seusia sukar diperoleh. Oleh karena itu, perubahan berat badan dijadikan
indicator yang peka dalam penentuan resiko gizi.
Berbagai cara pengukuran antropometri dapat di gunakan untuk menentukan status gizi.
Cara lain yang dapat dilakukan sesuai dengan kondisi usua, yaitu dengan mengukur tinggi
lutut (knee high). Cara pengukuran antropometri lansia antara lain:
a. Menghitung indeks masa tubuh (IMT)
Batas ambang yang diperbolehkan adalah + 10%. Bila > 10% sudah kegemukan dan bila
>20% terjadi obesitas.
Catatan:
Ø TL = Tinggi lutut (cm)
Ø Setelah mengetahui TB dan tinggi lutut, selanjutnya IMT dihitung seperti rumus di
atas
Ø Cara mengukur tinggi lutut.
A. Untuk orang sehat (dapat duduk)
1. Orang yang diukur duduk pada kursi.
2. Posisi duduk sempurna (badan tegak, tangan bebas ke bawah dan muka menghadap
ke depan).
3. Lutut kedua kaki membentuk sudut siku (900).
4. Telapak kaki kiri (yang diukur) juga membentuk sudut siku (900).
5. Pasang alat pengukur tepat pada telapak kaki kiri bagian tumit dan lutut.
6. Baca angka (panjang lutut) pada alat secara seksama
7. Catat angka hasil pengukuran.
Dukungan Keluarga
Studi-studi tentang dukungan keluarga telah mengkonseptualisasikan dukungan sosial
sebagai koping keluarga (Friedman, 1985: Stez et al, 1986 dalam Friedman, 1998). Dukungan
sosial keluarga merupakan bantuan penting guna membantu keluarga yang sedang mengalami
kondisi tertentu yang berkaitan dengan masalah yang akan muncul dalam keluarga.
Dukungan sosial keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dan lingkungan
sosialnya (Friedman, Bowden & Jones, 2003).
Dukungan keluarga merupakan sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan,
sifat dan jenis dukungan akan berbeda dalam tahap-tahap siklus kehidupan manusia. Dalam
setiap tahap siklus kehidupan, dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi denga
berbagai hal dan akibatnya adalah meningkatnya kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman,
Bowden & Jones, 2003). Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan keluarga yang adekuat
terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari penyakit, dan
untuk kalangan kaum tua atau lansia dapat meningkatkan fungsi kognitif, fungsi fisik dan
menunjang kesehatan emosi (Ryan & Austin, 1989 dalam Friedman, Bowden & Jones, 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh Lam dan Boey (2004) menyatakan bahwa 24,7%
lansia mengalami gangguan kesehatan mental dan 29,7% mengalami depresi. Kondisi yang
dialami oleh lansia berhubungan dengan kondisi lansia meliputi lingkungan tempat tinggal
lansia, ketersediaan pemberi bantuan atau pemberi pelayanan pada lansia dan kurangnya
dukungan keluarga pada lansia.
Menurut Caplan (1976 dalam Friedman, Bowden & Jones, 2003) bahwa keluarga
memiliki fungsi pendukung. Fungsi dukungan tersebut meliputi dukungan informasional
dimana keluarga berfungsi sebagai pencari dan dan menyampaikan informasi, dukungan
emosional dimana keluarga berfungsi membantu dalam penguasaan emosional, dukungan
kongkrit yang berupa dukungan langsung termasuk bantuan finansial, dukungan untuk
perawatan anak, perawatan fisik lansia, berbelanja dan melakukan tugas rumah tangga dan
dukungan penghargaan dimana keluarga memberikan umpan balik pada anggota keluarga.
Dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dan lingkungan sosial
(Kaakinen et al., 2010).
Dukungan sosial
Secara umum dapat diterima bahwa orang yang hidup dalam lingkungan yang bersifat
supportif, kondisinya jauh lebih baik daripada yang tidak memiliki keuntungan ini. Secara
lebih spesifik dinyatakan bahwa dukungan sosial dianggap dapat melemahkan kesehatan
mental individu dan keluarga (Friedman, 1998).
Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, minum, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu
dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi
dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan
G Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi
dan satu fungsi tambahan
Sekor Kriteria
Lain-lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F
Tabel 1 iIndex Katz di atas untuk mencocokkan kondisi lansia dengan skor yang
diperoleh.
b.Pengkajian status kognitif 1) SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionaire)
adalah penilaian fungsi intelektual lansia.
Benar Salah Nomo Pertanyaan
r
01 Tanggal berapa hari ini ?
02 Hari apa sekarang ?
03 Apa nama tempat ini ?
04 Dimana alamat anda ?
05 Berapa umur anda ?
06 Kapan anda lahir ?( Minimal Tahun )
07 Siapa presiden indonesia sekarang ?
08 Siapa presiden indonesia
sebelumnya ?
09 Siapa nama ibu anda /
10 Kurang 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiap angka
baru ,semua secara menurun .
Total
Nila
2) MMSE (Mini Mental State Exam): menguji aspek kognitif dari fungsi mental,
orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa
Tabel 3. Penilaian MMSE
Nilai Maksimum Pasie Pertanyaan
n
Orientasi
5 lansia mempelajari ke 3 nya dan
jumlahkan skor yang telah dicapai
5
Registrasi
3 Nama 3 obyek (1 detik untuk
mengatakan masingmasing) tanyakan
pada lansia ke 3 obyek setelah Anda
katakan. Beri point untuk jawaban
benar, ulangi sampai
Nilai Maksimum Pasie Pertanyaan
n
lansia mempelajari ke 3 nya dan
jumlahkan skor yang telah dicapai
Perhatian dan kalkulasi
5 Pilihlah kata dengan 7 huruf, misal kata
“panduan”, berhenti setelah 5 huruf,
beri 1 point tiap jawaban benar,
kemudian dilanjutkan, apakah lansia
masih ingat huruf lanjutannya)
Mengingat
3 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek di
atas, beri 1 point untuk tiap jawaban
benar
Bahasa
9 Nama pensil dan melihat ( 2 Poin )
30
Promosi kesehatan,
Contoh :
1) Kesiapan meningkatkan nutrisi
2) Kesiapan meningkatkan komunikasi
3) Kesiapan meningkatkan pembuatan keputusan
Sindrom
1) Sindrom kelelahan lansia
2) Sindrom tidak berguna
D. Rencana Tindakan
Setelah menetapkan tujuan, kegiatan berikutnya adalah menyusun rencana tindakan.
Berikut ini dijelaskan rencana tindakan beberapa masalah keperawatan yang lazim
terjadi pada lansia.
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi Penyebab gangguan nutrisi pada lansia
adalah penurunan alat penciuman dan pengecapan, pengunyahan kurang
sempurna, gigi tidak lengkap, rasa penuh pada perut dan susah buang air besar,
otot-otot lambung dan usus melemah.
Rencana makanan untuk lansia :
a. Berikan makanan sesuai dengan kalori yang dibutuhkan,
b. Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin,
c. Berikan makanan yang mengandung serat,
d. Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori,
e. Batasi minum kopi dan teh.
2. Gangguan keamanan dan keselamatan lansia :
Penyebab kecelakaan pada lansia :
a. Fleksibilitas kaki yang berkurang.
b. Fungsi pengindraan dan pendengaran menurun.
c. Pencahayaan yang berkurang.
d. Lantai licin dan tidak rata.
e. Tangga tidak ada pengaman.
f. Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak.
3. Tindakan mencegah kecelakaan :
a. Anjurkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan keselamatan.
b. Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi.
c. Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur.
d. Bila mengalami masalah fisik misalnya reumatik, latih klien untuk
menggunakan alat bantu berjalan.
e. Bantu klien kekamar mandi terutama untuk lansia yang menggunakan obat
penenang/deuretik.
f. Anjurkan lansia memakai kaca mata jika berjalan atau melakukan sesuatu.
g. Usahakan ada yang menemani jika berpergian.
h. Tempatkan lansia diruangan yang mudah dijangkau.
i. Letakkan bel didekat klien dan ajarkan cara penggunaannya.
j. Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi.
k. Letakkan meja kecil didekat tempat tidur agar lansia menempatkan alat-alat
yang biasa digunakannya.
l. Upayakan lantai bersih, rata dan tidak licin/basah.
m. Pasang pegangan dikamar mandi/WC 14) Hindari lampu yang
redup/menyilaukan, sebaiknya gunakan lampu 70-100 watt.
n. Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan lansia untuk memejamkan
mata sesaat.
4. Gangguan kebersihan diri
Penyebab kurangnya perawatan diri pada lansia adalah :
a. Penurunan daya ingat,
b. Kurangnya motivasi,
c. Kelemahan dan ketidak mampuan fisik.
A. KESIMPULAN
Perkembangan ilmu Gerontik ini tidak dapat dipisahkan dari kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi karena sampai setengah abad yang lalu, ilmu memang belum
dikenal. Padahal ilmu kesehatan anak (pediatri) berkembang pesatnya. Berbagai istilah
berkembang terkait dengan lanjut usia (Lansia), Yaitu Gerontologi, Geriatri serta
keperawatan gerontik, dan keperawatan geriatrik (Gerontological Nursing and Geriatric
Nursing).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses menua. Menurut Bernice
Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang
dapat merasa puas dengan keberhasilannya
Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga, yang
merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota lainnya,
sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai yang
dibutuhkan sebagai pegangan hidup.
Komunikasi pada lansia membutuhkan peratian khusus. Perawat harus waspada
terhadap perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi pola
komunikasi. Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris dapat
mengakibatkan kerusakan pada pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan
telinga mengalangi proses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran teradap suara.
Berdasarkan hal – hal tersebut kami menulis makalah ini yang berjudul “ komunikasi
pada lansia.
Dukungan keluarga dalam kapasitas perkembangan keluarga adalah bertujuan untuk
mengatur dan mengatasi adanya periode krisis dan adanya kondisi stres kronik dalam
keluarga (Kaakinen et al., 2010).
B. SARAN
Komunikasi terpeutik harus di terapkan oleh seorang perawat, karena komunikasi
merupakan elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk
menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan oran lain karena
komunikasi dilakukan oleh seseorang.
1. Perawat
Sebagai perawat dalam menjalankan tugas pelayanan kesehatan, perawat harus lebih
tanggap dalam mengidentifikasi masalah – masalah apa saja yang terkait dengan keluarga
lanjut usia, sehingga dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan tahap lanjut usia serta
perawat menjadi fasilitator dalam membantu penyelesaian masalah.
2. Pasien
Pasien diharapkan agar menjalankan tugas perkembangan sesuai dengan tahap lanjut
usia, dapat menjaga keharmonisan keluarga, juga menjaga kesehatan dengan
menkonsumsi makanan-makanan yang bernutrisi tinggi serta mengoptimalkan
kemampuan yang dimiliki.
3. Masyarakat
Sebagai masyarakat juga harus memahami tentang masalah-masalah yang sering
terjadi pada lansia serta perawatannya pada masing-masing masalah tersebut dengan
mengikuti pendidikan kesehatan yang diadakan oleh perawat sehingga apabila dikeluarga
masyarakat terdapat keluarga dengan tahap lanjut usia, masyarakat dapat memberikan
saran-saran yang bermanfaat pada lansia-lansia yang ada disekitar masyarakat itu sendiri
Judul Jurnal
: Evaluasi Asuhan Keperawatan pada Lansia
Latar Belakang
: Proses penuaan adalah proses yang tersembunyi, dan permulaannya berbeda-beda antara
tiap individu, demikian pula kecepatan penurunannya. Perubahan ini meliputi perubahan
kekuatan jantung, penurunan sekresi cairan pencernaan ,penurunan aktivitas endokrin.
Pada tingkatan psikologis, proses penuaan ini ditandai dengan melambatnya waktu
beraksi, melambatnya proses belajar, serta penurunan daya ingat dan efisiensi intelektual.
Tujuan, Menilai atau membandingkan apakah tujuan yang ingin dicapai dalam rencana
keperawatan tercapai atau tidak, setelah dilakukan tindakan keperawatan. Melakukan
pengkajian ulang apabila ternyata rencana keperawatan yang telah ditetapkan belum atau
sudah tercapai sehingga hasil evaluasi dapat dipergunakan untuk perbaikan perencanaan
selanjutnya. Menilai keterlibatan secara aktif sasaran, tenaga pelaksanaan, serta tim
kesehatan lainnya. Menemukan faktor penghambat maupun penunjang dalam
pelaksanaan pemberian pelayanan keperawatan. Metode, Penulisan ini menggunakan
metode literature review dengan pendekatan jurnal atau artike, buku dan e-book yang
relevan dan akurat. Hasil, Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan
psikologik. Teori-teori biologis sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan
dan mendukung berbagai definisi mengenai proses penuaan. Pembahasan, Dalam
evaluasi memiliki tahap untuk menerapkannya, yaitu : Kriteria, Teknik evaluasi,
Langkah-langkah evaluasi, Beberapa hal yang ada dalam evaluasi, Evaluasi pencapaian
tujuan, Evaluasi pencapaian tujuan.