Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA 1

Disusun oleh:

TITIN GUMALA SARI

(2014201083)

Dosen pembimbing :

Ns.Amelia Susanti,M.Kep,SP.Kep.J

JURUSAN KEPERAWATAN 3 B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKeS)

ALIFAH PADANG

1441H/2021M
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
bimbinganNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
‘’InterprofesionalEducation’’.Adapun makalah ini di buat sebagai tugas mata kuliah Konsep
Dasar Keperawatanagar dapat menunjang prosaes belajar .
Kami mengakui bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu
kritik dansaran sangat di perlukan untuk membangun dan memberikan kami sebuah masukan
untuk dapatmenjadi yang lebih baik lagi di hari esok.Semoga makalah yang kami buat
dengan sederhana inidapat berguna bagi para pembaca sekalian.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Gangguan jiwa adalah suatu penyakit yang bisa terjadi pada semua orang dan tanpa
mengenal ras,budaya,anak-anak,dewasa miskin ataupun kaya,ganguan jiwa merupakan salah
satu gangguan mental yang di sebabkan oleh beragam faktor yang berasal dari dalam maupun
luar. Gangguan mental ini dapat dikenali dengan perubahan pola pikir, tingkah laku dan
emosi yang berubah secara mendadak tanpa disertai alasan yang jelas. Stres yang menjadi
pemicu awal terjadinya gangguan jiwa akan membuat seseorang tidak mampu beraktivitas
secara normal. Jika stres ini tidak ditangani secara cepat maka akan berlanjut pada gejala
gangguan kejiwaan.Pada umumnya terdapat beberapa fakor yang mempengaruhi kejiwaan
seseorang yakni.Faktor Keturunan,Jika di dalam silsilah keluarga tersebut mempunyai
riwayat ganguan jiwa maka keturunan – keturunan dari keluarga tersebut bisa dan sangat
mungkin juga akan mengalami ganguan medis tersebut karena ada hubungan darah dari orang
tua mereka yang menyebabkan si anak juga bisa mengalami ganguan jiwa tersebut. Faktor
Lingkungan,Faktor lingkungan di sini juga bisa berpengaruh terhadap penyakit medis
ganguanjiwa tersebut,contoh di dalam sebuah lingkungan ada seseorang yang mengalami
suatu masalah atau juga miliki sebuah aib dan dalam lingkungan tersebut ada beberapa orang
yang dengan sengaja mengucilkan dan mengejek orang orang yang dengan sengaja
mengucilkan dan mengejek orang tersebut,maka orang terbebut akan mengalami beban
pikiran yang berat sehingga menyebabkan depresi yang mengakibatkan ganguan
jiwa.Penggunaan obat-obat TerlarangPenggunaan obat – obattan terlarang yang bersifat
adiksi untuk mengurangi stres akan tekanan hidup nyatanya justru dapat memicu terjadinya
gejala gangguan kejiwaan pada si pemakainya tersebut,zat adiksi yang mempunyai efek
ketergantungan bagi pemakainya ini akan merubah persepsi seseorang kedalam hal-hal yang
dapat merusak saraf motorik didalam tubuh.Selain itu,prosesberpikir yang melibatkan kinerja
otak tidak akan berjalan sebagaimana mestinya akibat pengaruh dari zat adiksi yang
terkandung didalam obat-obatan terlarang tersebut. Skizofrenia merupakan bentuk gangguan
psikotik (penyakit mental berat) yang relatif sering. Skizofrenia merupakan sindrom dengan
berbagai presentasi dan satu variabel, perjalanan penyakit umumnya jangka panjang,serta
sering kambuh.Meskipun skizofrenia sering disalah artikan sebagai kepribadian terbelah
(split personality), diagnosisnya memiliki kesahihan yang baik, bahkan pada berbagai usia
dan budaya, meskipun tidak ada penanda biokimia. Melihat keadaan dari para pasien
Skizefronia timbulah keingin tahuan tentang bagaimana pola komunikasi yang dilakukan
pegawai dengan pasien

Skizefronia yang ada di Desa Paringan Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo


untuk melakukan pendekatan dan berinteraksi dengan pasien yang memeliki kondisi tidak
setabil,psikologis yang tidak kondusif,pola pikir yang di penuhi halusinasi serta ada yang
sampai cuma diam saja saat di ajak komunikasi bahkan ada yang suka mengamuk,agar mau
mendegarkan para petugas atau perawat yang ada di yayasan tersebut,untuk menerima
perintah agar mau melakkan sesuatu. Contohnya,bagaimana para petugas atau perawat
mengajak pasien Skizefronia yang tengah asik dengan dunianya agar mau mengalihkan
dunianya dengan berinteraksi dengan orang lain dan membujuk untuk mau mengikuti terapi
makan dan juga melakukan aktifitas mereka seperti bersih–
bersih,menyapu,melakukanibadah,mandi,makan sendiri,cuci piring, cuci baju,dan lain – lain.

B. RUMUSAN MASALAH

Mengacu dari latar belakang masalah peneliti tertarik untuk mengambil garis merah
dari sebuah permasalahan yang terjadi, sebagai berikut:

a. Bagaimana Pola Komunikasi yang di lakukan Pegawai Dengan pasien Skizefronia di


yayasan Ngudi Rahayu,paringan, Jenangan,ponorogo

b. Hambatan apa yang di hadapi pegawai yayasan ngudi rahayu dalam berkomunikasi dengan
pasien Skizefronia tersebut.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin di capai oleh peneliti yaitu untuk mengetahui serta memahami
bagaimana Pola Komunikasi yang di lakukan oleh yayasan Pegawai yayasan Ngudi Rahayu
dalam menghadapi pasien Skizefronia hingga pasien tersebut patuh dan mau mengikuti
intruksi petugas atau perawat yang akhirnya menciptakan komunikasi yang baik serta
kondusif.Serta peneliti mengetahui apa ada hambatan dan kesulitan – kesulitan yayasan
Ngudi Rahayu selain tentang komunikasi dengan pasien Skizefronia
D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Praktis

Setelah adanya penelitian ini diharapkan bisa menjadi penemuan tentang bagai mana
cara berkomunikasi dengan pasien Skizrefronia yang baik dan aman,maka dari itu peneliti
mengharapkan agar keluarga ataupun masyarakat yang di sekitarnya ada yang mengalami
penyakit ini, bisa menerapkan cara–cara tersebut, untuk memperlakukan penderita
Skizefronia dengan baik.

2. Manfaat akademis

Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat di gunakan sebai sumber informa dan dokumentasi
dan dapat turut serta mengembangkan bidang ilmu komunikasi,serta bisa menjadi referensi
dalam pembelajaran bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian di bidang yang
sama.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gangguan Jiwa

1. Pengertian gangguan jiwa

Gangguan jiwa atau mental illness adalah kesulitan yang harus dihadapi oleh
seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena persepsinya tentang
kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri-sendiri (Djamaludin, 2001). Gangguan jiwa
adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive), kemauan (volition),emosi (affective),
tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007). Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah
suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa,
yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran
social. Menurut Townsend (1996) mental illness adalah respon maladaptive terhadap stressor
dari lingkungan dalam/luar ditunjukkan dengan pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang
tidak sesuai dengan norma lokal dan kultural dan mengganggu fungsi sosial, kerja, dan fisik
individu.

2. Penyebab timbulnya gangguan jiwa

Penyebab gangguan jiwa itu bermacam-macam ada yang bersumber dari berhubungan
dengan orang lain yang tidak memuaskan seperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan
semena-mena, cinta tidak terbatas, kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan,
dan lain-lain. Selain itu ada juga gangguan jiwa yang disebabkan faktor organik, kelainan
saraf dan gangguan pada otak (Djamaludin, 2001). Para ahli psikologi berbeda pendapat
tentang sebab-sebab terjadinya gangguan jiwa. Menurut pendapat Sigmund Freud dalam
Maslim (2002), gangguan jiwa terjadi karena tidak dapat dimainkan tuntutan id (dorongan
instinctive yang sifatnya seksual) dengan tuntutan super ego (tuntutan normal social). Orang
ingin berbuat sesuatu yang dapat memberikan kepuasan diri, tetapi perbuatan tersebut akan
mendapat celaan masyarakat. Konflik yang tidak terselesaikan antara keinginan diri dan
tuntutan masyarakat ini akhirnya akan mengantarkan orang pada gangguan jiwa.

Disamping hal tersebut di atas banyak faktor yang mendukung timbulnya gangguan
jiwa yang merupakan perpaduan dari beberapa aspek yang saling mendukung yang meliputi
Biologis, psikologis, sosial, lingkungan. Tidak seperti pada penyakit jasmaniah, sebab-sebab
gangguan jiwa adalah kompleks. Pada seseorang dapat terjadi penyebab satu atau beberapa
faktor dan biasanya jarang berdiri sendiri. Mengetahui sebabsebab gangguan jiwa penting
untuk mencegah dan mengobatinya. Umumnya sebab-sebab gangguan jiwa menurut Santrock
(1999) dibedakan atas :

a. Sebab-sebab jasmaniah/ biologic

1) Keturunan Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas dalam
mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi hal tersebut sangat ditunjang
dengan faktor lingkungan kejiwaan yang tidak sehat.

2) Jasmaniah Beberapa penyelidik berpendapat bentuk tubuh seorang berhubungan dengan


gangguan jiwa tertentu, Misalnya yang bertubuh gemuk / endoform cenderung menderita
psikosa manik depresif, sedang yang kurus/ ectoform cenderung menjadi skizofrenia.

3) Temperamen Orang yang terlalu peka/ sensitif biasanya mempunyai masalah kejiwaan dan
ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami gangguan jiwa.

4) Penyakit dan cedera tubuh Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker
dan sebagainya, mungkin menyebabkan merasa murung dan sedih. Demikian pula
cedera/cacat tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa rendah diri.

b. Sebab Psikologik Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang


dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. Hidup seorang
manusia dapat dibagi atas 7 masa dan pada keadaan tertentu dapat mendukung terjadinya
gangguan jiwa.

1) Masa bayi Yang dimaksud masa bayi adalah menjelang usia 2 – 3 tahun, dasar
perkembangan yang dibentuk pada masa tersebut adalah sosialisasi dan pada masa ini.

2) Masa anak pra sekolah (antara 2 sampai 7 tahun) Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan
dan telah tumbuh disiplin dan otoritas. Penolakan orang tua pada masa ini, yang mendalam
atau ringan, akan menimbulkan rasa tidak aman dan ia akan mengembangkan cara
penyesuaian yang salah, dia mungkin menurut, menarik diri atau malah menentang dan
memberontak.
3) Masa Anak sekolah Masa ini ditandai oleh pertumbuhan jasmaniah dan intelektual yang
pesat. Pada masa ini, anak mulai memperluas lingkungan pergaulannya.

4) Masa Remaja Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi perubahanperubahan yang penting
yaitu timbulnya tanda-tanda sekunder(ciri-ciri diri kewanitaan atau kelaki-lakian) Sedang
secara kejiwaan, pada masa ini terjadi pergolakan- pergolakan yang hebat.

5) Masa Dewasa muda Seorang yang melalui masa-masa sebelumnya dengan aman dan
bahagia akan cukup memiliki kesanggupan dan kepercayaan diri dan umumnya ia akan
berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan pada masa ini.

6) Masa dewasa tua Sebagai patokan masa ini dicapai kalau status pekerjaan dan sosial
seseorang sudah mantap. Sebagian orang berpendapat perubahan ini sebagai masalah ringan
seperti rendah diri.

7) Masa Tua Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan pada masa ini Berkurangnya
daya tanggap, daya ingat, berkurangnya daya belajar,

c. Sebab Sosio Kultural Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang
dapat dilihat maupun yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung
menimbulkan gangguan jiwa, biasanya terbatas menentukan “warna” gejala-gejala.

1) Cara-cara membesarkan anak Cara-cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter ,
hubungan orang tua anak menjadi kaku dan tidak hangat.

2) Sistem Nilai Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan yang satu dengan
yang lain, antara masa lalu dengan sekarang sering menimbulkan masalah-masalah kejiwaan.

3) Kepincangan antar keinginan dengan kenyataan yang ada Iklan-iklan di radio, televisi.
Surat kabar, film dan lain-lain menimbulkan bayangan-bayangan yang menyilaukan tentang
kehidupan modern yang mungkin jauh dari kenyataan hidup seharihari.

4) Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi Dalam masyarakat modern
kebutuhan dan persaingan makin meningkat dan makin ketat untuk meningkatkan ekonomi
hasil-hasil teknologi modern.

5) Perpindahan kesatuan keluarga Khusus untuk anak yang sedang berkembang


kepribadiannya, perubahan-perubahan lingkungan (kebudayaan dan pergaulan)
3. Penggolongan gangguan jiwa Penggolongan gangguan jiwa sangatlah beraneka ragam
menurut para ahli berbeda-beda dalam pengelompokannya, menurut Maslim (1994) macam-
macam gangguan jiwa dibedakan menjadi gangguan mental organik dan simtomatik,
skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana perasaan,
gangguan neurotik, gangguan somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan
gangguan fisiologis dan faktor fisik,

a. Skizofrenia

Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi


personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering
dijumpai dimanamana sejak dahulu kala.

b. Depresi

Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam
perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu
makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan
bunuh diri (Kaplan, 1998).

c. Kecemasan

Sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh setiap
orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-
baiknya, Maslim (1991).

d. Gangguan Kepribadian

Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia) dan


gejala-gejala neurosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan inteligensi tinggi
ataupun rendah.

e. Gangguan Mental

Organik Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan
oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994).
f. Gangguan Psikosomatik

Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah (Maramis,


1994). Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan sebagian besar atau
semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf
vegetatif.

g. Retardasi Mental

Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak
lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya
kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan social

a.Neurosa Neurosa ialah kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis
dimana tidak ada rangsangan yang spesifik yang menyebabkan kecemasan tersebut.

b. Psikosa Psikosis merupakan gangguan penilaian yang menyebabkan


ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya. Hasilnya, terdapat realita
baru versi orang psikosis tersebut.

4. Tanda dan gejala gangguan jiwa

a. Ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-
perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai tujuan,
takut, pikiran-pikiran buruk.

b. Gangguan kognisi pada persepsi: merasa mendengar (mempersepsikan) sesuatu


bisikan yang menyuruh membunuh, melempar, naik genting, membakar rumah, padahal
orang di sekitarnya tidak mendengarnya dan suara tersebut sebenarnya tidak ada hanya
muncul dari dalam diri individu sebagai bentuk kecemasan yang sangat berat dia rasakan.

c. Gangguan kemauan: klien memiliki kemauan yang lemah (abulia) susah membuat
keputusan atau memulai tingkah laku, susah sekali bangun pagi, mandi, merawat diri sendiri
sehingga terlihat kotor, bau dan acak-acakan. d. Gangguan emosi: klien merasa senang,
gembira yang berlebihan (Waham kebesaran). Klien merasa sebagai orang penting, sebagai
raja, pengusaha, orang kaya
e. Gangguan psikomotor : Hiperaktivitas, klien melakukan pergerakan yang
berlebihan naik ke atas genting berlari, berjalan maju mundur, meloncat-loncat,

5. Penanganan Gangguan Jiwa

a. Terapi psikofarmaka Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja
secara selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas
mental dan perilaku,

b. Terapi somatic Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat
gangguan jiwa sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh lain.

c. Terapi Modalitas Terapi modalitas adalah suatu pendekatan penanganan klien


gangguan yang bervariasi yang bertujuan mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan
perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yang adaptif

1) Terapi Individual Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan
pendekatan hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang klien.

2) Terapi Lingkungan Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar
terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif.

3) Terapi Kognitif Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang
mempengaruhi perasaan dan perilaku klien.

4) Terapi Keluarga

Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai
unit penanganan (treatment unit).Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu
melaksanakan Fungsinya.

5) Terapi Kelompok

Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam kelompok, suatu
pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok.

6) Terapi Bermain

Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak akan dapat
berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi verbal.
6. Rehabilitasi Gangguan Jiwa

a. Pengertian Rehabilitasi Rehabilitasi adalah segala tindakan fisik, penyesuaian


psikososial dan latihan vokasional sebagai usaha untuk memperoleh fungsi dan penyesuaian
diri yang optimal serta mempersiapkan klien secara fisik, mental

b. Tujuan Rehabilitasi Maksud dan tujuan rehabilitasi klien mental dalam psikiatri
yaitu mencapai perbaikan fisik dan mental sebesar-besarnya,

c. Tahapan Rehabilitasi Upaya Rehabilitasi menurut Nasution (2006) terdiri dari 3


tahap yaitu ;

1) Tahap persiapan

a) Orientasi.

Selama fase orientasi klien akan memerlukan dan mencari bimbingan seorang yang
professional.

b) Identifikasi

Perawat mengidentifikasi dan mengkaji perasaan klien serta membantu klien seiring
penyakit yang ia rasakan sebagai sebuah pengalaman dan memberi orientasi positif akan
perasaan dan kepribadiannya serta memberi kebutuhan yang diperlukan.

2) Tahap pelaksanaan Perawat melakukan eksploitasi dimana selama fase ini klien menerima
secara penuh nilai-nilai yang ditawarkan kepadanya melalui sebuah hubungan (Relationship).

3) Tahap pengawasan Tahap pengawasan perawat melakukan resolusi. Tujuan baru


dimunculkan dan secara bertahap tujuan lama dihilangkan. Ini adalah proses dimana klien
membebaskan dirinya dari ketergantungan terhadap orang lain.

d. Jenis Kegiatan Rehabilitasi Abroms dalam Stuart (2006) menekankan 4 keterampilan


penting psikososial pada klien gangguan jiwa yaitu:

1) Orientation Orientaton adalah pencapaian tingkat orientasi dan kesadaran terhadap realita
yang lebih baik.
2) Assertion Assertion yaitu kemampuan mengekspresikan perasaan sendiri dengan tepat. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara mendorong klien dalam mengekspresikan diri secara efektif
dengan tingkah laku yang dapat diterima masyarakat melalui kelompok pelatihan asertif

3) Accuption Accuption adalah kemampuan klien untuk dapat percaya diri dan berprestasi
melalui keterampilan membuat kerajinan tangan.

4) Recreation Recreation adalah kemampuan menggunakan dan membuat aktifitas yang


menyenangkan dan relaksasi.
B. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang


diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rahmat, 2005). Pendapat
lain dikemukakan oleh Maramis (2004) persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas dan
hubungan, dan perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui, atau
mengartikan setelah panca inderanya mendapat rangsangan.

2. Fungsi Persepsi

Ditinjau dari fungsinya, secara kognitif berfungsi untuk kontak utama di manusia dan
dunia. Secara emosional berfungsi untuk membangkitkan perasaan dan merangsang tindakan-
tindakan tertentu (Baihaqi dkk, 2007) 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi Menurut
Maramis (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah :

a. Kepercayaan Kepercayaan memberikan perspektif pada manusia dalam mempersepsi


kenyataan, memberikan dasar bagi pengambilan keputusan dan menentukan sikap bagi objek
sikap.

b. Sikap Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam
menghadapi objek, ide, situasi , atau nilai (Rahmat, 2000). Sikap merupakan kecenderungan
untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap.

c. Pendidikan (pengetahuan) Pengetahuan membentuk kepercayaan (Rahmat, 2000)


pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki seseorang, dalam hal ini
informasi tentang gangguan jiwa.

d. Pelayanan kesehatan Masyarakat memerlukan pelayanan mengenai kesehatan jiwa, yang


bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri, dengan begitu masyarakat memahami apa itu
gangguan jiwa sehingga masyarakat tidak salah kaprah dalam mempersepsikan penderita
gangguan jiwa disekitarnya.

e. Lingkungan Persepsi kita tentang sejauh mana lingkungan memuaskan atau


mengecewakan kita, kan mempengaruhi kita dalam lingkungan itu.

f. Budaya Kebudayaan sangat berpengaruh terhadap bagaimana seseorang berpersepsi


terhadap suatu keadaan
4. Proses terjadinya persepsi Proses persepsi dimulai dari objek yang menimbulkan stimulus
yang mengenai alat indera atau reseptor, dimana proses ini dinamakan proses kealaman
(fisik).

5. Sifat Persepsi Secara umum terdapat beberapa sifat persepsi menurut Baihaqi dkk (2007),
antara lain;

a. Bahwa persepsi timbul secara spontan pada manusia, yaitu ketika seseorang berhadapan
dengan dunia yang penuh dengan rangsang.

b. Persepsi merupakan sifat paling asli, merupakan titik tolak perbuatan kesadaran manusia.
c. Dalam mempersepsikan tidak selalu dipersepsikan keseluruhan, mungkin hanya sebagian,
sedangkan yang lain cukup dibayangkan.

d. Persepsi tidak berdiri sendiri, tetap dipengaruhi atau tergantung pada konteks dan
pemahaman. Konteks berarti ciri dan objek yang dipersepsi, sedangkan pengalaman berarti
pengalaman-pengalaman yang dimiliki dalam kehidupan sebelumnya. e. Manusia sering tidak
teliti sehingga sering keliru. Ini terjadi karena sering ada penipuan dalam bidang persepsi.

C. Persepsi Masyarakat Tentang Gangguan Jiwa

Manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Untuk
mempertahankan eksistensinya manusia perlu berada bersama orang lain dan mengadakan
interaksi sosial di dalam kelompoknya. Kelompok ini dibedakan menjadi kelompok kecil
(keluarga) dan kelompok yang lebih luas (masyarakat). Masyarakat merupakan sekelompok
orang yang memiliki identitas sendiri dan mendiami wilayah atau daerah tertentu ,serta
mengembangkan norma-norma yang harus dipatuhi oleh para anggotanya

Persepsi yang timbul di masyarakat disebabkan oleh gejala-gejala yang dianggap aneh dan
berbeda dengan orang normal. Adanya persepsi ini juga berkaitan dengan faktor tradisi atau
kebudayaan dalam masyarakat yang masih percaya takhayul dan tindakan-tindakan irrasional
warisan nenek moyang. Selain itu, persepsi tersebut muncul karena penyebab gangguan jiwa
itu sendiri dirasa sulit ditemukan. Bahkan, para ahli jiwa masih sering berdebat tentang
etiologi gangguan jiwa (Soewadi, 1997).
D. Konsep Stres

1. Pengertian Stres

Stres adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban,
stres adalah sebagai situasi dimana adanya tuntutan yang mengharuskan individu merespon
atau mengambil tindakan (Lindsaye dan Coreri, dikutip dari Barus, L 2007). Stres merupakan
respon fisik emosi dan mental tetapi peristiwa atau kondisi yang bervariasi berhadapan
dengan sesuatu dengan yang tidak pasti, tidak menyenangkan dan membingungkan, stres juga
berupa reaksi individu baik secara fisik maupun mental terhadap tuntutan atau tekanan dari
lingkungan Marti (2001 dikutip dari Barus, L. 2007).

2. Jenis Stres

Ditinjau dari penyebabnya, stres dapat dibedakan kedalam beberapa jenis:

1. Stres fisik, merupakan stres yang disebabkan oleh keadaan fisik seperti suhu yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah, suara bising, sinar matahari yang terlalu menyengat,
dan lain-lain.

2. Stres emosional, stres ini tidak bisa disembuhkan dengan obat medis karena stres
ini berhubungan dengan rasa marah atau frustasi yang seringkali menimbulkan stres.

3. Stres psikologis merupakan stres yang disebabkan oleh gangguan situasi psikologis
atau ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri, misalnya dalam
hubungan interpersonal, sosial budaya, atau keagamaan.

4. Stres kimiawi, merupakan stres yang disebabkan oleh pengaruh senyawa yang
terdapat pada obat-obatan, zat beracun, asam basah, faktor hormon atau gas, dan lain-
lain.

5. Stres mikrobiologis, merupakan gangguan fungsi tubuh, seperti gangguan struktur


tubuh, yang disebabkan oleh kuman, seperti: virus, bakteri, atau parasite.
3. Sumber Stres

Menurut Hidayat, A.Alimul (2007), sumber stres terdiri dari :

a. Diri sendiri

Sumber stres dari dalam diri sendiri umumnya dikarenakan konflik yang terjadi antara
keinginan dan kenyataan yang berbeda, dalam hal ini adalah berbagai permasalahan yang
tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan stres.

b. Keluarga

Stres ini bersumber dari masalah keluarga ditandai dengan adanya perselisihan
masalah keluarga, masalah keuangan, serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga

c. Masyrakat dan lingkungan

Sumber stres ini dapat terjadi dilingkungan atau masyarakat pada umumnya, seperti
lingkungan pekerjaan, secara umun disebut stres pekerja dikarenakan kurangnya hubungan
interpersonal serta kurangnya pengakuan dimasyarakat sehingga tidak berkembang.

4. Faktor Predisposisi Stres

Suliswati, dkk (2008), menjelaskan berdasarkan faktor predisposisi dimana berbagai


jenis umur mempengaruhi bagaimana seorang individu merasakan dan merespon suatu
peristiwa yang menimbulkan stres, fakor predisposisi ini, sangat berperan dalam menetukan
apakah suatu respon adaptif atau maladaptif, Jenis faktor predisposisi adalah pengaruh
genetik, pengalaman masa lalu, dan kondisi saat ini.

5. Reaksi Tubuh Terhadap Stres

Menurut Hawari D (2008) stres dapat mengenai hampir seluruh system tubuh, seperti
hal-hal sebagai berikut, gangguan penglihatan, pendegaran berdenging, daya mengiggat,
konsentrasi dan berfikir menurun, wajah tegang, serius, tidak santai sulit senyum, dan kerutan
pada kulit wajah, bibir dan mulut terasa kering, tenggorokan terasa tercekik, lambung mual,
kembung dan pedih, mulas, sulit defikasi atau diare, sering berkemih, otot sakit seperti
ditusuk-tusuk, pegal dan tegang, kadar gula meninggi, libido.
.6. Tahapan Stres

Gejalah-gejalah stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan
awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah
lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja
ataupun pergaulan lingkungan sosialnya.

terdapat dalam Hawari (dalam Sriati, Aat 2008) membagi tahapan-tahapan stres

sebagai berikut :

1. Stres tahap pertama

Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai

dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:

a. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)

b. Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya

c. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa

disadari cadangan energi semakin menipis.

2. Stres tahap kedua

Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” sebagaimana


diuraikan pada tahap I diatas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang
disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak cukup
waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup,
bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit.
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II
adalah sebagai berikut:

a. Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar.

b. Merasa mudah lelah sesudah makan siang.

c. Lekas merasa capai menjelang sore hari.

d. Sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel discomfort).


e. Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar).

f. Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang.

3. Stres Tahap ketiga

Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan


keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan

keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu:

a. Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan“maag”(gastritis), buang air
besar tidak teratur (diare)

b. Ketegangan otot-otot semakin terasa

c. Perasaan ketidak tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat

d. Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early insomnia),
atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu
pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur

(Late insomnia).

E. Konsep Mekanisme Koping

1. Pengertian Mekaniseme Koping

Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan


masalah, menyesuaikan diri dari perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam
(Kelliat, B.A. 1999). Jika individu berada pada kondisi stres ia akan menggunakan berbagai
cara untuk mengatasinya, individu dapat menggunakan satu atau lebih sumber koping yang
tersedia (Rasmun, 2004). Koping adalah proses yang dilalui oleh individu dalam
menyelesaikan stressful. Koping tersebut merupakan respon individu terhadap situasi yang
mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik, Rasmun (2009)Koping adalah upaya-
upaya kognitif untuk mengelola tuntutan-tuntutan internal dan atau eksternal spesifik yang
dinilai sebagai sumber-sumber manusia yang terbatas atau berlebihan. Sedangkan menurut
Hidayat, A.Alimul (2007), koping adalah pemecahan masalah yang dipergunakan untuk
mengelolah stres atau kejadian dimana manusia itu berada. Kemampuan koping dengan
adaptasi terhadap stres merupakan faktor penentu yang penting dalam kesejahteraan manusia.

2. Aspek Mekanisme Koping

Individu dapat mengatasi stres dengan menggerakan sumber koping dilingkungan,


mekhanik mengemukakan 5 sumber koping yaitu : aset ekonomi,kemampuan dan
keterampilan individu, tehnik-tehnik pertahanan, dukungan sosial dan diprogram motivasi
(Hidayat, A.Alimul 2007)Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek, yaitu : fisiologi dan
psikososial

2.1 Reaksi fisiologis

Tanda dan gejala fisilogis merupakan manifestasi tubuh terhadap stres dimana pupil
melebar, keringat meningkat untuk mengontrol peningkatan suhu tubuh, denyut nadi
meningkat, kulit dingin, tekanan darah meningkat, mulut kering, peristaltik menurun,
pengeluaran urine menurun, kewaspadaan mental meningkat terhadap ancaman yang serius,
ketegangan otot meningkat, Reaksi fisiologis merupakan indikasi klien dalam keadaan stres.

2.2 Reaksi psikososial

1. Reaksi yang berorientasi pada ego yang sering disebut sebagai mekanisme

pertahanan mental :

a. Kompensasi, yaitu proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan
secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.

b. Penyangkalan (denial), yaitu menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan


mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan
primitif.

c. Pemindahan (displacement), yaitu pengalihan emosi yang semula ditujukan pada


seseong/benda lain yang biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya.

d. Disosiasi, yaitu pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau
identitasnya.
e. Identifikasi (identification), yaitu proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang
ia kagumi berupaya dengan mengambil/menirukan pikiranpikiran, perilaku dan selera orang
tersebut.

f. Intelektualisasi (intelectualization), yaitu penggunaan logika dan alasan yang berlebihan


untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.

g. Introjeksi (Introjection), yaitu suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang
mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok ke dalam
struktur egonya sendiri, merupakan hati nurani.

h. Isolasi, yaitu pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat
bersifat sementara atau berjangka lama.

i. Proyeksi, yaitu pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain
terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi.

l. Regresi, yaitu kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari
suatu taraf perkembangan yang lebih dini

m. Represi, yaitu pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau ingatan
yang menyakitkan atau bertentangan, dari kesadaran

seseorang; merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh
mekanisme lain.

n. Pemisahan (splitting), yaitu sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai


semuanya baik atau semuanya buruk; kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan
negatif di dalam diri sendiri.

o. Sublimasi, yaitu penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara
normal.

p. Supresi, yaitu suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi
sebetulnya merupakan analog represi yang disadari; pengesampingan yang disengaja tentang
suatu bahan dari kesadaran seseorang; kadang-kadang dapat mengarah pada represi yang
berikutnya.
q. Undoing, yaitu tindakan/ perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari
tindakan/ perilaku atau komunikasi sebelumnya; merupakan mekanisme pertahanan primitif.

2. Reaksi yang berorientasi pada penyelesaian masalah ini merupakan koping yang perlu
dikembangkan, koping ini melibatkan proses kognitif, efektif dan psikomotor :

a. Berbicara dengan orang lain (teman, anggota keluarga, tentang masalahnya dan mencari
jalan keluar dari informasi orang lain.

b. Mencari tahu lebih banyak tentang situasi yang dihadapi melalui buku, media, atau orang
lain.

c. Melakukan kegiatan ibadah yang teratur, percaya diri bertambah dan pandangan positif
berkembang.

d. Melakukan latihan penanganan stres, misalnya latihan pernafasan, meditasi.

e. Belajar dari pengalaman yang lalu, tidak mengulang kegagalan yang sama

selain koping secara individu, maka koping keluarga akan menbantu karena

kluarga merupakan system pendukung yang paling dekat. (Keliat,1999).

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Koping

Menurut Mu’tadin (2002) cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan
ditentukan oleh sumber daya individu yang meliputi kesehatan fisik/energi, keterampilan
memecahkan masalah, keterampilan sosial dan dukungan social dan materi.

a. Kesehatan fisik

kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam mengatasi masalah stres,
individu dituntut untuk menggerakan tenaga yang cukup besar sehingga dalam hal ini
kesehatan sangat penting.

b. Keyakinan atau pandangan positif

keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan
menurunkan kemampuan strategi koping.
DAFTAR PUSTAKA

Barus, L. (2007). Stres dan strategi koping mahasiswa dalam menghadapi tugas

ahir kuliah akademi perawat Imelda medan, tugas ahir PSIK USU

Notoadmojo, S (2007). Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta Rineka Cipta

Potter & Patricia A, (2005), Buku ajar Fundamental keperawatan: konsep,proses, dan
praktek edisi bahasa Indonesia, Jakarta: EGC

Rasmun. (2004). Stres, koping dan adaptasi. (ed.1). Jakarta

Richard. (2008). Keterampilan koping. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai