Faktor internal :
1. Otak
Otak kita terdiri dari otak besar, otak kecil, sumsum lanjutan, dan jembatan varol.
Bagian-bagian otak itu memiliki fungsinya masing-masing. Seperti otak besar yang
mempunyai fungsi sebagai pusat kesadaran manusia, yang berperan dalam proses
belajar dan berpikir. Otak tengah berfungsi mengatur kelenjar endokrin, indra
penglihatan dan pusat pendengaran. Otak kecil mengatur keseimbangan tubuh,
keharmonisan gerak otot, dan posisi tubuh. Sedangkan jembatan varol merupakan
penghubung otak kecil bagian kiri dengan kanan, dan penghubung antara otak besar
dengan sumsum tulang belakang.
Yang mesti dipahami adalah neuron yang merupakan sel di otak dengan jumlah sekitar
5 juta sel. Neuron ini lah yang merupakan kunci rahasia dari aktifitas belajar dan fungsi
mental manusia.
2. Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin merupakan kelenjar dalam tubuh yang mengeluarkan hormon.
Hormon yang dikeluarkan diangkut keseluruh tubuh melalui darah. Peningkatan
kesehatan mental dan pencegahan terhadap gangguan sistem endokrin dapat dilakukan
melalui makanan dan aktifitas sehari-hari.
3. Keturunan ( Genetik )
Pewarisan sifat ini diturunkan melalui kromosom yang dibawa oleh kedua orang tua nya.
Setiap kromosom terdapat DNA yang membawa sifat-sifat genetik. Melalui DNA ini lah
sifat-sifat orang tua diturunkan kepada anak, seperti bentuk tubuh, warna kulit dan
bentuk rambut. Selain itu, aspek mentalitas seperti kemiskinan, menyimpang,
intelegensi, dan kemampuan artistik juga diturunkan dari orang tua kepada anaknya.
Ada juga penyakit mental yang dapat terjadi karena pewarisan sifat seperti skizofrenia
dan manik-depresif.
Faktor eksternal
1. Stratifikasi Sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hollingshead dan Redlich diketahui bahwa
pembagian tingkatan sosial-ekonomi yang ada di masyarakat ternyata berhubungan
dengan jenis gangguan mentalnya. Ternyata diantara strata tingkat tinggi, menengah,
dan rendah terdapat gangguan mental yang berbeda dalam kelompok masyarakatnya.
Berbagai studi mengemukakan bahwa adanya gangguan mental pada kelompok sosial
lebih besar dibandingkan kelompok sosial tinggi.
Salah satu penelitian yang dilakukan Rennie dan Srale yaitu menguji hubungan antara
penyebab rasa tertekan yang terjadi selama hidup dengan gejala gangguan jiwa.
Diantara penyebab tekanan hidup itu, kondisi penyebab yang sangat berpengaruh bagi
munculnya penyakit mental adalah status sosial ekonomi.
2. Interaksi sosial
Kualitas interaksi sosial seseorang sangat berpengaruh pada kesehatan mental. Apalagi
lingkungan kehidupan tempat kita tinggal misalnya, yang memberi peluang untuk
meningkatkan hubungan antarsesama. Sementara tempat tinggal yang terasing atau
terpencil akan menghambat seseorang dalam hubungan interaksi sosial.
Tempat tinggal yang terisolasi dan terasing dapat menimbulkan gangguan mental. Untuk
itu, supaya mencegah terjadinya gangguan mental, hindarilah memilih tempat tinggal di
daerah terpencil dan terasing.
3. Keluarga
Keluarga yang lengkap dan harmonis akan meningkatkan kesehatan anggota
keluarganya. Namun banyak kondisi anggora keluarga yang menyebabkan adanya risiko
terganggunya mental anggota keluarga, diantaranya: perceraian dan perpisahan,
keluarga yang tidak harmonis dan mendidik, perlakuan dan cara pengasuhan yang salah.
4. Perubahan Sosial
Perubahan sosial seperti koin yang memiliki dua sisi. Di satu sisi, perubahan sosial dapat
menimbulkan kepuasan bagi masyarakat karena adanya kesesuaian dengan suatu
harapan. Selain itu, perubahan sosial juga bertujuan meningkatkan keutuhan dan
kesehatan mental bagi masyarakat. Dampak positif dari perubahan sosial-ekonomi
misalnya industrialisasi yang membuat luasnya lapangan pekerjaan dan memungkinkan
naiknya status sosial masyarakat terutama untuk kelas bawah dan menengah . Tapi,
dibalik baiknya perubahan itu, akan ada tantangan untuk masyarakat akibat munculnya
aturan dan nilai sosial yang baru.
Di sisi lain, akibat dari adanya aturan dan nilai sosial yang baru, masyarakat mungkin
akan merasa terhambat dan kesulitan dalam menyesuaikan diri. Perubahan sosial ini lah
yang dapat berakibat masyarakatnya mengalami gangguan mental.
5. Sosial Budaya
Hubungan budaya dengan kesehatan mental dikemukakan oleh ( Wallace, 1963)
meliputi tiga hal yaitu: kebudayaan yang mendukung dan menghambat kesehatan
mental, kebudayaan memberi peran tertentu terhadap penderita gangguan mental,
berbagai bentuk gangguan mental karena faktor budaya, dan upaya peningkatan
pencegahan gangguan mental dalam telaah budaya.
Salah satu contoh gangguan yang disebabkan oleh faktor budaya adalah budaya Melayu
yang membatasi remaja dan orang dewasa mengekspresikan emosi agresifnya dengan
menanamkan rasa malu. Hal ini membuat adanya gangguan mental yang ditandai
dengan diskoneksi dari kenyataan yang ditandai dengan tindakan yang secara tiba-tiba
mengamuk, berteriak, merusak, dan dapat pula membunuh. Hal ini dapat terjadi karena
ketidakmampuan menahan emosi sehingga menyebabkan memuncaknya tegangan yang
disebabkan karena terlalu membatasi remaja dan orang dewasa mengekspresikan emosi
agresifnya.
Sebuah definisi dari ahli menjelaskan bahwa kesehatan mental adalah terwujudnya
keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai
kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan
secara positif kebahagiaan dan kemajuan dirinya (Daradjat, 1983).
Dari kriteria yang disebutkan oleh WHO tersebut wajiblah dimiliki oleh setiap individu, karena
berhubungan dengan kondisi mental mereka. Jika kriteria tersebut dapat dimiliki oleh setiap
individu, maka dapat meminimalisir terjadinya kondisi mental yang tidak sehat pada individu.
DAFTAR PUSTAKA