Anda di halaman 1dari 14

Kesehatan? Apa yang dimaksud dengan kesehatan?

World Health Organization (WHO) menyatakan dengan pandangan luas, yaitu


“keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas
dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Sehat bukan hanya terbebas dari penyakit
fisik yang terlihat/cacat. Sehat juga tidak sekedar kondisi fisik yang stabil, tetapi
juga bagaimana kondisi mental yang baik. Kondisi kesehatan sangat penting untuk
tetap stabil, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental.

Kesehatan fisik adalah kondisi dimana keadaan tubuh yang stabil terbebas dari
cacat dan penyakit seluruh badannya sehingga memiliki kemampuan untuk
menyesuaikan fungsi tubuh secara optimal untuk melakukan suatu pekerjaan fisik.
Kesehatan fisik sangatlah berpengaruh terhadap kegiatan sehari hari, terlebih untuk
banyak melaksanakan kegiatan yang menggunakan fungsi fisik.

Sementara itu, Kesehatan mental tak kalah pentingnya dari kesehatan fisik.
Kesehatan mental adalah kondisi ketika batin, perasaan, emosional dan pola pikir
dalam keadaan normal dan merasa tenang tanpa ada rasa takut ataupun terancam
dalam dirinya. Kesehatan mental itu penting karena mencakup psikologis dan
emosional dalam menjalankan kegiatan sehari-harinya. Kesehatan mental yang baik
sangat membantu seseorang untuk mengelola stress, emosi, hingga menjalin
hubungan baik dengan orang lain.

Kesehatan bukanlah hal yang dapat dikesampingkan, karena kesehatan mencakup


berbagai aspek kehidupan. Kesehatan merupakan pondasi yang pastinya harus
dimilki semua orang. Menjadi kaum milenial yang siap akan rencana untuk
menggapai masa depan tak terlepas dari peranan kesehatan yang optimal. Mimpi
yang besar dan masa depan yang cerah muncul ketika fisik dan mental berada
dalam kondisi normal dan baik.

Kesehatan fisik dan kesehatan mental memiliki keterkaitan yang sangat erat. Tanpa
di sadari kehidupan yang dilakui ini bergantung pada kesehatan fisik dan mental
yang baik. Tanpa keseimbangan dari kedua kesehatan tersebut mungkin akan
merasakan suatu hambatan untuk menjalani kegiatan. Kesehatan mental pun dapat
memengaruhi kesehatan fisik. Emosi yang positif berpengaruh pada keadaan tubuh
begitu pun sebaliknya.

Berdasarkan penelitian American Psychological Association (APA), seseorang


yang mengalami gangguan emosional atau stress seringkali mengalami gejala sakit
pada perut. Jika seseorang mengalami stress kronis yang parah dan tak bisa
mengelolanya, maka hal tersebut akan melemahkan tubuh dari waktu ke waktu
tanpa disadari.

Keadaan emosi negatif yang tidak stabil akan memicu serangan jantung.
Berdasarkan Mental Health Foundation, orang yang mengalami kesulitan tertinggi
memiliki peluang 32% meninggal karena kanker. Dan seseorang dalam keadaan
depresi dapat mengalami sebuah peningkatan resiko timbulnya penyakit jantung
Koroner. Seorang pengidap skizofrenia atau halusinasi berlebih memiliki resiko
kematian yang dipicu penyakit jantung akibat gangguan pada pernafasan.

Mengapa kesehatan fisik dapat bergantung pada kesehatan mental? Karena pada
dasarnya orang yang mengalami kesehatan mental tak dapat menerima perawatan
kesehatan fisik yang sesuai dengan haknya. Bahkan orang yang mengalami
ganguan mental cenderung tak mementingkan kesehatan tubuhnya. Dari analisis
Universitas Harvard pada 2012, menyatakan bahwa orang yang memiliki
optimisme tinggi dan kebahagiaan dalam hidupnya akan memiliki jantung yang
lebih sehat.

Pemahaman tentang mental health di Indonesia masih jarang dipahami oleh


khalayak ramai, padahal banyak sekali orang yang merasa kesulitan dalam
mengelola kesehatan mentalnya. Stigma buruk masyarakat terhadap orang yang
mengidap gangguan kesehatan mental masih saja kuat hingga kini. Stereotype
terhadap gangguan mental memang sangatlah sulit untuk diubah. Padahal
berdasarkan data dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan Indonesia, setidaknya ada 450.000 keluarga di Indonesia yang mengidap
Skizofrenia atau gangguan mental jangka panjang.
Kini permasalahan mental health banyak sekali dirasakan oleh para pelajar dan
mahasiswa. Bahkan data stress dan kecemasan yang berdasarkan pada penelusuran
google scholar terhadap mahasiswa menyatakan adanya peningkatan. Tidak hanya
pada mahasiswa, kesehatan mental pun tak luput dari seorang pelajar yang duduk di
jenjang SMA, SMP, SD, atau bahkan TK. Hal ini disebabkan oleh faktor gangguan
kesehatan mental yang beragam. Sebagian besar faktor atau gangguan kesehatan
mental didapatkan dari lingkungan terdekat itu sendiri. Seperti orang tua, keluarga,
teman, linkungan rumah (tetangga), linkungan sekolah, ataupun lingkungan
mainnya.

Faktor biologis (atau disebut gangguan mental organik) adalah gangguan pada
fungsi sel saraf di otak. Infeksi, misalnya akibat bakteri streptococcus. Kelainan
bawaan atau cedera pada otak. Kerusakan otak akibat terbentur atau kecelakaan.
Kekurangan oksigen pada otak bayi saat proses persalinan. Memiliki orang tua atau
keluarga penderita gangguan mental. Penyalahgunaan NAPZA dalam jangka
panjang, misalnya heroin dan kokain. Kekurangan nutrisi.

Orang tua adalah orang terdekat yang dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya
gangguan mental pada seorang anak. Seperti contoh seorang anak yang tak
mendapat perlakuan baik dari orang tuanya, keributan atau cekcok rumah tangga,
atau juga perceraian orang tua. Hal itu akan sangat membekas bagi seorang anak
atau bahkan dapat menjadi trauma.

Terkadang orang tua memiliki keinginan dan ekspektasi tinggi terhadap anaknya
namun lupa akan suatu kemampuan yang tak pernah bisa dipaksakan. Hal itu dapat
menjadi tekanan bagi seorang anak untuk menyesuaikan dirinya agar dapat
mewujudkan ekspektasi orang tuanya walaupun ia memaksakan kemampuan
dirinya. Hal ini dapat menjadi sebuah kebiasaan Toxic Productivity, kebiasaan ini
dapat menjadi pemicu kesehatan fisik. Karena seseorang yang mengalami Toxic
Productivity sangatlah sulit untuk melihat kondisi fisiknya. Karena bagi orang yang
mengalaminya, tujuan mereka sangatlah lebih penting dibandingkan dengan kondisi
fisik yang hari demi hari akan terus melemah. Pressure dari orang tua/diri sendiri
ini sudah banyak dirasakan generasi muda, hingga mengubah pola pikirnya dan
menjalani kehidupan yang sangat buruk tanpa mementingkan kesehatan
Faktor pertemanan dan linkungan juga sangatlah berdampak pada kesehatan mental
seseorang. Terkadang jika seseorang sudah mengalami gangguan mental ia sangat
takut untuk berada dilingkungan sosial akibat trauma dari linkungan terdekatnya.
Ini bisa diakibatkan dari Toxic friendship, suatu keadaan ketika seseorang merasa
tak nyaman berada diasamping temannya, memiliki ketakutan untuk berbuat, takut
untuk menyampaikan suatu pendapat. Hal ini dapat membuat salah seorang dalam
Toxic frindship merasa tak dianggap sehingga ini bisa menjadi ketakutan jangka
panjang dalam bersosialisasi.

Faktor lingkungan rumah (tetangga) dapat menjadi salah satu faktor yang paling
berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang. Masyarakat pada umumnya
selalu memiliki stigma buruk (stereotype) sehingga banyak orang yang langsung
mengambil kesimpulan secara mentah- mentah dengan pemahaman stigma
buruknya tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Terkadang hal ini akan
menimbulkan perkataan tidak enak di lingkungan rumah yang dapat membuat
emosional seseorang tidak stabil sehingga dapat menjadi tekanan untuk orang yang
di sudutkan.

Dalam lingkup pertemanan, lingkup sekolah sering sekali ditemukan kasus tentang
bullying. Hal ini adalah faktor yang cukup parah sebagai penyebab terjadinya
gangguan mental. Bully terkadang bukan hanya dilontarkan dengan kata kata secara
verbal tetapi juga sudah mengancam keselamatan nyawa seseorang. Karena pelaku
bully tidak segan melakukan kekerasan fisik yang juga menjadi penyebab gangguan
kesehatan fisik. Bully bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilewati, karena
seorang korban bully sangatlah takut untuk menyuarakan ketakutan dan
kecemasannya.

Bully verbal dapat dicontohkan juga seperti body shaming yang menjadi penyebab
gangguan mental seseorang. Ini menjadi tekanan seseorang untuk mengikuti standar
kecantikan masa kini. Seorang korban dari Body shaming akan mengalami
presssure besar dari dalam dirinya dan lingkungan sekitarnya. Hal ini termasuk
kedalam perundungan yang biasanya terajadi pada lingkungan pertemanan. Body
shaming membuat trauma besar terhadap korbannya karena celaan tersebut spesifik
untuk bentuk ukuran tubuh/wajah.
Dari banyak faktor pemicu timbulnya gangguan pada kesehatan mental, akan
mengakibatkan sebuah penyakit mental yang serius seperti halnya Eating Disorder
(gangguan makan) yang diakibatkan karena body shaming atau tuntutan pada
bentuk tubuh. Gangguan mental karena sikap yang berbeda dalam mengkonsumsi
makanan, seperti terlalu banyak atau terlalu sedikit. Gangguan makan biasanya
terjadi karena kurang kontrol diri. Ada banyak hal yang dapat meningkatkan resiko
gangguan makan, seperti faktor genetik, kepribadian, dan budaya. Ada beberapa
jenis gangguan makan, seperti :

 Anorexia nervosa : Ketakutan akan menjadi “gemuk”  mengurangi porsi


makan secara intens (diet ketat)
 Bulimia nervosa : Makan dengan porsi banyak, kemudian
mengeluarkannya (dengan memuntahkannya, diet, atau olahraga)
 Binge eating disorder : Makan dengan porsi yang besar secara cepat, diam-
diam, hingga kenyang secara tidak nyaman, walau mungkin sebetulnya
tidak merasa lapar.

Beberapa hal yang dapat membantu kecepatan penyembuhan pada orang yang
mengalami gangguan makan :

 Kesadaran dan Pencegahan Dini


 Merawat mental
 Terapi

Ada juga penyakit mental seperti mental illness, burn out, zoom fatigue,
agarophobia, social anxiety, bipolar, panick attack, skizofrenia, depresi. Itu adalah
beberapa penyakit gangguan mental yang sangat berbahaya. Pengidap gangguan
mental harus diberi perawatan yang baik karena jika tidak keselamatan nyawa pun
menjadi taruhannya. Tak sedikit dari pengidap depresi menggunakan NAPZA, zat
berbahaya yang sangat dilarang penggunaannya.

Dari permasalahan mental health yang di alami bisa menimbulkan sebuah


kebiasaan buruk seperti selfharm. Selfharm adalah keadaan dimana seseorang
menggambarkan atau mengekspresikan perasaanya dengan melukai diri sendiri. Hal
ini dilakukan secara sembunyi dan disengaja ataupun dikarenakan timbulnya rasa
bingung dan penasaran. Self harm sangatlah sering dilakukan oleh orang yang
mengidap gangguan mental. Karena sebuah perasaan marah, depresi dan stress
yang tak bisa disalurkan memicu adanya selfharm. Untuk beberapa penderita
gangguan mental, selfharm adalah suatu hal yang dapat menjadi kebiasaan karena
dengan selfharm pengidap gangguan jiwa ini merasa puas. Tetapi mereka tidak
memikirkan betapa bahaya nya selfharm, bahkan yang hanya sekedar verbal seperti
menghina diri sendiri, tidak percaya pada diri sendiri, melontarkan kata negatif
pada diri sendiri.

Dimasa pandemi seperti sekarang juga tidak hanya permasalahan kesehatan fisik
yang tersorot tetapi juga permasalahan pada kesehatan mental. Di Indonesia sendiri
mengalami banyak peningkatan terhadap data tentang kesehatan mental. Riset
kesehatan 2018, menunjukan lebih dari 19 juta penduduk berusia 15 tahun
mengalami gangguan mental, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia 15 tahun
lebih mengalami depresi. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa gangguan
mental banyak dirasakan oleh remaja. Hal ini adalah penghambat karena pada
dasarnya di masa remaja inilah generasi muda di harapkan dapat menyusun mimpi
mimpi besarnya. Namun karena tekanan dan emosional yang tidak stabil itu dapat
menjadi penyebab timbulnya gangguan mental.

Berdasarakan Sistem Registrasi Sampel yang dilakukan Badan Litbangkes tahun


2016, dapat diperoleh data bunuh diri pertahun sebanyak 1.800 atau setiap hari ada
sekitar 5 orang melakukan bunuh diri, serta 47,7% korban bunuh diri pada usia 10-
39 tahun yang merupakan usia remaja, usia dimana masa- masa untuk menjadi
produktif. Dapat di katakan bahwa memang sebagian besar remaja mengalami
banyak kesulitan dalam kesehatan mental sehingga sulit untuk mengelola
emosionalnya dan nekat dalam melakukan sesuatu.

Indonesia memiliki prevalensi orang dengan gangguan jiwa sekitar 1 dari 5


penduduk atau sekitar 20% dari 250 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan
jiwa. Tak hanya dari tingginya tingkat penduduk yang mengalami gangguan jiwa,
tetapi juga di Indonesia banyak sekali hambatan dalam perawatan masalah mental.
Yaitu Stigma dan diskriminasi terhadap penderita gangguan jiwa. Hal ini sangatlah
berpengaruh terhadap proses penyembuhan gangguan jiwa.
Dengan stigma yang buruk banyak masyarakat yang menyepelekan hal tersebut,
bahkan tak jarang banyak orang yang langsung menyimpulkan bahwa orang yang
mengalami gangguan kesehatan mental adalah orang gila. Hal itu membuat
beberapa penderita nya merasa terdiskriminasi hingga merasa takut untuk bercerita.
Takut jika akan di sepelekan, takut dianggap gila walaupun hanya sekedar konsul
kepada psikiater. Ini merupakan hambatan besar dalam menangani kasus gangguan
jiwa.

Kasus gangguan kesehatan mental seorang remaja sudah seharusnya di tanggapi


dengan serius, seorang remaja sangatlah membutuhkan bimbingan bukan sebuah
diskriminasi. Ketika takut bercerita, maka cerita itu akan di pendam hingga bisa
menjadi pemicu semakin parahnya gangguan kesehatan mental. Masa dimana
Bright future menjadi tujuan dan harapan tetapi jika mengalami gangguan
kesehatan mental, maka harapan itu kembali menghilang secara pelan. Kesehatan
mental memang benar- benar sangat penting untuk dijaga.

Gangguan kesehatan mental, berdampak bagi progress belajar. Ketika mengalami


gangguan mental maka saat belajar fokus dalam diri akan mengurang, bahkan bisa
mengenai kesehatan mental dengan gejala seperti pusing, mata buram, dan kunang-
kunang. Banyak sekali remaja yang mengalami gangguan kesehatan mental, tapi
mereka bingung apa yang harus dilakukan. Untuk seorang remaja ada baiknya
berkonsultasi pada orang yang lebih paham atau dapat juga dengan teman sebaya.
Orang yang mengalami gangguan mental tidak melulu menuntut orang yang
diajaknya bercerita untuk memberinya saran, tapi banyak orang yang mengalami
gangguan mental hanya ingin di dengar.

Dalam mengalami gangguan kesehatan, seseorang harus tahu cara untuk


mengontrol diri mereka dapat dengan menerapkan sikap selflove mencintai diri
sendiri dengan menrima dan menghargai segala aspek dalam diri kita sendiri, tapi
kita juga harus dapat membedakan antara selflove dan selfish. Jika selfish kita akan
terlalu fokus pada suatu hal yang menguntungkan diri kita sendiri tanpa
memikirkan dan mendengarkan orang lain. Selain itu tidak menuntut diri sendiri
secara keras karena hal ini akan mengakibatkan pressure besar yang akan
memaksakan kemampuan diri.
Suatu kesalahan jika membiarkan permasalahan ini terus menerus beriringan
dengan stigama buruk masyarakat. Maka hilang harapan menggapai Bright future
jika sebagian besar remaja dan generasi muda mengalami gangguan mental tetapi
tidak di rangkul, tidak diberi bimbingan, tidak diberi semangat dan bantuan.
Seorang remaja benar- benar membutuhkan perhatian akan dirinya, bukan sebuah
tekanan, apalagi kekerasan. Remaja butuh di bimbing, bukan untuk di
perbandingkan. Remaja butuh tempat bercerita, bukan lontaran kasarnya kata.

Maka dari itu pemerintah seharusnya sudah dapat memberikan perhatian lebih
untuk permasalahan serius ini. Tak lupa juga untuk sekolah yang menjadi
lingkungan terdekat bagi seorang remaja. Sekolah adalah tempat dimana berbagai
aspirasi seorang siswa di tampung. Maka dari itu harus adanya inovasi dan
kreatifitas dalam mengurangi dampak dari banyaknya remaja yang mengalami
gangguan mental.

Sebuah inovasi baru jika sekolah membuat suatu organisasi atau support group bagi
para siswa yang mengalami kesulitan, mengalami kecemasan. Organisasi yang
dapat dijadikan tempat bercerita, karena bagi beberapa orang bercerita adalah
keinginan tetapi juga ketakutan.

Kebanyakan dari orang yang mengalami gangguan mental takut untuk bercerita,
atau bingung harus kemana bercerita. Untuk mengubah kecemasan ini, sekolah
dapat mengadakan sebuah penyuluhan tentang mental health, cara menangani, dan
juga bagaimana caranya menjadi konseler sebaya. Skill konseler sebaya sudah
saatnya dapat dimiliki dan diketahui banyak orang. Konseler sebaya atau konseling
teman sebaya untuk membantu remaja agar lebih jujur untuk menceritakan
permasalahannya. Karena terkadang ada rasa takut yang timbul untuk bercerita
kepada orang tua, guru, ataupun psikolog.

Sebuah organisasi yang menjadi penampung bercerita juga dapat memanfaatkan


peranan dari teknologi yang semakin berkembang dengan sangat pesat. Seperti
halnya dapat menyediakan platform untuk tempat bercerita tanpa memberi tahu
nama atau mengirimkan sebuah keluh kesah permasalahan dengan menjadi anonim.
Karena terkadang dengan menjadi anonim seseorang merasa jauh lebih berani
mengungkapkan seluruh keluh kesahnya.
Selain itu seseorang yang mengalami sebuah gangguan pada kesehatan mentalnya
dapat mencoba untuk mengubah pola hidupnya. Mencoba untuk mengalihkan
fokusnya dari hal yang membuatnya cemas kepada hal yang membuatnya lebih
relaks. Menurut penelitian oleh Journal Of The American Art Therapy Association
mengatakan bahwa melakukan kegiatan kreatif selama 45 menit dapat mengurangi
stress. Seni dapat dijadikan terapi dalam mengelola stress. Kegiatan yang dapat
dilakukan untuk mengelola stress dengan kreatifitas seni seperti melukis, bermain
alat musik, mendengarkan musik, dan menulis. Dari sebuah lukisan kita dapat
mengkespresikan sebuah perasaan, dapat menjelaskan keadaan tanpa kata- kata.

Selain terapi dengan seni, seseorang yang mengalami gangguan kesehatan mental
ada baiknya membicarakan kepada keluarga tentang keluh kesahnya. Karena
bagaimanapun keluarga adalah hal terpenting yang harus mengetahui bagaimana
keadaan kita. Selain itu bisa juga mengelola stress dengan mengikuti kegiatan yang
positif bersama atau mengikuti suatu organisasi yang disukai. Mengembangkan
hobi dan kreatifitas pun masuk kedalam cara untuk mengelola stress. Meningkatkan
ibadah dan keimanan diri kepada Tuhan, karena sungguh keimanan dalam aspek ini
sangatlah penting.

Terkadang orang yang benar- benar tak punya tempat untuk bercerita, dapat
melakukan selfhelp. Selfhelp atau sebuah tindakan untuk membantu memperbaiki
dan menyelesaikan permasalahan diri sendiri tanpa bantuan orang lain dengan
meyakini kepada diri sendiri. Untuk menyuarakan cerita kepada diri sendiri saja
sangat sulit apalagi kepada orang lain. Dengan selfhelp cobalah jujur kepada diri
sendiri, cobalah hargai sekecil apapun hal yang dilakukan diri sendiri, sekecil
apapun progress yang didapat.

Dengan media digital kita dapat memanfaatkan podcast sebagai teman untuk
membuat kita lebih tenang, karena dengan adanya podcast seseorang merasa tak
sendiri. Podcast di era kini sudah banyak sekali dapat di akses dalam berbagai
platform atau mungkin kita sendiri dapat membuat podcast berdasarkan cerita
pengalaman pribadi yang mungkin dapat menjadi inspirasi dan teman bagi orang
diluar sana yang juga mengalami kesulitan.
Mengutip dari sebuah kisah inspiratif mengenai kesehatan mental yang dialami oleh
Yofania Asyifa mantan ODGJ yang memiliki kisah inspiratif dia berhasil lulus di
universitas ternama Indonesia yaitu Universitas Indonesia. Yofania Asyifa adalah
mantan ODGJ yang tak pernah merasa malu, bahkan dirinya merasa sangat
termotivasi untuk terus mengejar impiannya karena baginya jika orang lain bisa
mengapa dia tidak bisa?

Yofania mulai mengalami gangguan jiwa cukup parah ketika ia berada di kelas 1
SMA. Semua dimulai karena perceraian kedua orang tuanya saat ia masih duduk di
bangku sekolah dasar, hal ini menjadi pemicu pola pikir dan mental nya yang
terganggu. Setelah masuk SMP ia menjadi salah satu korban bully, ia mendapatkan
banyak celaan, ujaran kebencian, dan juga Body shaming. Hingga ia masuk SMA,
dirinya sudah tak terkontrol, rasa marah, kecewa, dan merasa sangat hancur.
Namun hal tersebut tak bisa ia lampiaskan sehingga berdampak besar pada
mentalnya.

Dulu dibangku SD ia adalah siswi berprestasi tetapi permasalahan keluarganya


membuatnya mengalami gangguan mental. Saat kelas 1 SMA, disanalah
puncakynya hingga ia harus di rawat di rumah sakit jiwa. Yofania pernah berkata
bahwa ia pernah tak tidur 3 hari , tiba tiba saat ia terbangun semua dalam
pikirannya blank bahkan ia tak mengenali dueu senduri dan mengalami halusinasi.

Karena mengalami gangguan jiwa, Yofania sempat ditolak oleh 4 perguruan tinggi
negeri. Lalu ia melakukan perawatan dirumah sakit dan berhasil sembuh dari
gangguan mentalnya. Setelah berjuang keras untuk menggapai mimpinya, Yofania
berhasil masuk jurusan ilmu komunikasi Universitas Indonesia. Yofania tidak
pernah merasa malu karena pernah menjadi ODGJ. Bagi Yofania kisah yang di
alaminya dapat menginspirasi banyak orang untuk tetap berusaha sesulit apapun
permasalahan yang dialami. Dan berharap bahwa banyak orang yang membuka
mata tentang betapa besar dampak kesehatan mental bagi seseorang dan juga dapat
menghilangkan stigma buruk yang telah menadarah daging tentang mental health.
TELAAH PUSTAKA

1. Uraian yang menunjukkan landasan teori dan kosnsep-konsep yang


relevan dengan masalah yang dikaji

Dari berbagai data yang tersedia menjelaskan betapa besarnya tingkat jangkauan
remaja yang mengalami permasalahan gangguan mental sangatlah besar. Sekitar
20% dari 250 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa. Dan juga
berdasarkan data penelitian banyaknya tingkat orang bunuh diri sangat tinggi,
terlebih korban bunuh diri sebagaian besarnya adalah para remaja yang dimasanya
harus menyusun rencana menggapai Bright Future agar tidak terjadinya hambatan
menuju Bright Future dari para remaja Indonesia, pemerintah harus
mengoptimalkan upaya penanganan kesehatan mental.

2. Uraian mengenai pendapat terdahulu yang berkaitan dengan masalah


yang dikaji

Menurut WHO “keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak
hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”.

Menurut Psychological Association (APA), jika seseorang mengalami stress kronis


yang parah dan tak bisa mengelolanya, maka hal tersebut akan melemahkan tubuh
dari waktu ke waktu tanpa disadari.

Berdasarkan data Kementrian Kesehatan di Indonesia sendiri mengalami banyak


peningkatan terhadap data tentang kesehatan mental. Riset kesehatan 2018,
menunjukan lebih dari 19 juta penduduk berusia 15 tahun mengalami gangguan
mental, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia 15 tahun lebih mengalami depresi.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa gangguan mental banayk dirasakan
oleh remaja.

3. Uraian mengenai pemecahan masalah berdasarkan hasil penelitian

Dalam mengalami gangguan kesehatan, seseorang harus tahu cara untuk


mengontrol diri mereka dapat dengan menerapkan sikap selflove mencintai diri
sendiri dengan menrima dan menghargai segala aspek dalam diri kita sendiri, tapi
kita juga harus dapat membedakan antara selflove dan selfish. Jika selfish kamu
akan terlalu fokus pada suatu hal yang menguntungkan dirimu tanpa memikirkan
dan mendengarkan orang lain. Selain itu tidak menuntut diri sendiri secara keras
karena hal ini akan mengakibatkan pressure besar yang akan memaksakan
kemampuan diri.

Untuk mengurangi permasalahan ini, sekolah sebagai lingkungan terdekat bagi para
remaja dapat mengadakan sebuah penyuluhan tentang mental health, cara
menangani, dan juga bagaimana caranya menjadi konseler sebaya. Lalu dengan
tersediamya platform yang memberikan informasi mengenai mental health, banyak
orang yang terbantu dengan adanya inovasi teknologi ini sehingga dapat
meminimalisir permasalahan gangguan mental.

4. Metodologi penulisan/metode penelitian penulisan dilakukan mengikuti


metode yang benar dengan menguraikan secara cermat teknik
pengumpulan data dan/atau informasi, pengolahan data dan/atau
informasi, serta analisis sintesis

Penelitian kualitatif yang berdasarkan kepada analisis. Landasan teori dimanfaatkan


sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta yang terjadi dilapangan.
ANALISIS dan SINTESIS

1. Analisis permasalahan didasarkan pada data dan/atau informasi serta


telaah pustaka

Melihat dari data-data yang tersedia, remaja di Indonesia sangat besar memilki
kemungkinan hambatan dalam mencapai Bright Future. Karena tingginya
tingkat jangkauan remaja yang mengalami gangguan secara mental. Sehingga
banyak hal yang harus dioptimalkan dalam menangani permasalahan
kesehatan mental untuk bagi para remaja.

2. Sintesis untuk menghasilkan alternative model pemecahan masalah


atau gagasan yang kreatif.

Menumbuhkan sikap Selflove agar tetap menerima segala sesuatu yang ada
pada diri sendiri. Tindakan sekolah dengan mengadakan penyuluhan mengenai
mental health. Dari cara untuk mengelola gangguan kesehatan mental, dan
juga untuk menjadi konseler sebaya. Menciptakan support group atau
organisasi yang dapat menjadi wadah dari berbagai kecemasan persoalan
remaja. Dari sebuah support group dapat juga mengambil peranan teknologi
dengan membuat platform yang membahas mental health agar pengetahuan
yang dimiliki para remaja semakin bertambah. Dan diharapkan adanya
pemahaman kesehatan mental/fisik benar benar penting dalam membangun
masadepan yang cerah.
SIMPULAN dan SARAN

1. Simpulan
Kesehatan mental di Indonesia masih cukup disepelekan sehingga
penderita gangguan mental tidak mendapatkan perawatan yang sesuai
dengan hak mereka. Terlebih stigma dari masyarakat masih terus
menghambat pemulihan para penderitanya. Di Indonesia para penderita
gangguan jiwa sangat takut untuk speak up tentang dirinya karena
terbayang bayang stigma buruk masyarakat. Dan hal ini menyebabkan
banyaknya penderita gangguan jiwa tak memiliki arah untuk melakukan
proses pemulihan. Dengan membangun suatu inovasi dan kreativitas baru
untuk pemerataan penyuluhan diharapkan permasalahan tentang kesehatan
ini dapat berkurang. Karena masa depan cerah adalah hak bagi semua
orang, mental yang baik akan memberikan dampak positif bagi kesehatan
fisik dalam menjalankan kehidupan
2. Saran
Tingkatkan dan optimalkan penyuluhan mengenai kesehatan baik mental
maupun fisik agar masyarakat banyak menerima pengetahuan baru tentang
pentingnya peranan kesehatan bagi masa depan yang cerah. Dan juga
untuk masyarakat dapat perlahan menghilangkan stigma buruk yang terus
tak kunjung hilang terhadap penderita gangguan kesehatan mental.
Hilangkanlah stigma buruk tersebut mengenai penderita gangguan jiwa
karena pada dasarnya seorang penderita gangguan jiwa adalah manusia
yang memiliki hak yang sama seperti masyarakat pada umumnya. Hingga
bisa meminimalisir hambatan untuk mewujudkan bright future para remaja
yang tak perlu mengalami hal berat dan serius terhadap kesehatan mental
nya yang jika dibiarkan akan menimbulkan penyakit fisik berbahaya.
Masa remaja adalah masa dimana seseorang memiliki pressure besar
mengenai masa depannya. Remaja butuh bimbingan, bukan sebuah
tuntutan.

Anda mungkin juga menyukai