Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

Mental hygiene merujuk pada pengembangan dan aplikasi seperangkat prinsip-prinsip


praktis yang diarahkan kepada pencapaian dan pemeliharaan unsur psikologis dan Pencegahan
dari kemungkinan timbulanya kerusakan mental atau malajudjusment. Kesehatan mental terkait
dengan (1) bagaimana kita memikirkan, merasakan menjalani kehidupan sehari-hari; (2)
bagaimana kita memandang diri sendiri dan sendiri dan orang lain; dan (3) bagaimana kita
mengevaluasi berbagai alternatif dan mengambil keputusan. Seperti halnya kesehatan fisik,
kesehatan mental sangat penting bagi setiap fase kehidupan. kesehatan mental meliputi upaya-
upaya mengatasi stres, berhubungan dengan orang lain, dan mengambil keputusan.

Kesehatan mental tertentang dari yang baik sampai dengan yang buruk, dan setiap orang
akan mengalaminya. tidak sedikit orang, pada waktu-waktu tertentu mengalami masalah-masalah
kesehatan mental selama rentang kehidupannya. Fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan,
sikap, pandangan dan keyakinan hidup, harus dapat saling membantu dan bekerjasama satu sama
lain sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan yang menjauhkan orang dari perasaan ragu
dan terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik).
BABII
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang memperhatiakan perwatan mental atau jiwa.
Tema pokok yang menjadi objek penyelidikan ilmu kesehatan mental adalah penyesuaian diri
dan kesehatan mental. Kesehatan mental merupakan bagian yang menting dari penyesuaian diri.
Orang yang mendapat gangguan mental adalah, orang yang tidak dapat menyesuaikan diri
dengan baik. Orang mungkin dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik atau dapat bergaul
dengan orang lain atau dengan para anggota keluarganya, tetapi selalu ada masa-masa dalam
kehidupan nya dimana gangguan mentalnya akan menggangu penyesuaian dirinya yang sudah
terkondisikan dengan baik.

Pemahaman kesehatan mental dalam kehidupan sehari-hari diartikan sebagai keadaan


yang stabil jiwa (tidak resah, tidak mengalami tekanan, seimbang atau tidak berat sebelah). Bila
kondisi jiwa tidak serasi, maka keadaan ini yang dinamakan dengan tidak sehat mental, sehingga
perilaku yang diperankanpun menjadi amburadul sehingga merugikan diri sendiri dan orang lain.
Cara-cara menyeimbangkan diri akibat dampak kondisi dan situasi tersebut, ada pada manusia
yang mengenainya, baik bersifat biologik, psikologik atau sosiologik sesuai dengan gejala
ketidak seimbangan yang dialami manusia. Kondisi ini bisa dirasakan oleh siapa saja dalam
kehidupan sehari-hari. pandangan ilmu kedokteran jiwa.

Kesehatan mental adalah suatu kondisi dimana memungkinkan perkembangan fisik,


intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang, dan perkembangan kesehatan jiwa ini
berjalan selaras dengan keadaan orang lain (Hawari, 1996:12).
Gelaja keseimbangan tidaknya mental manusia digerakkan oleh proses interaksi manusia dengan
lingkungan sekitar beragam dampak mengenai diri manusia sehingga menimbulkan bermacam
ketidak seimbangan. Karena itu, makna kesehatan mental/jiwa mempunyai sifat-sifat yang
harmonis (serasi) dan memperhatikan semua segi-segi dalam penghidupan manusia, dan dalam
hubungannya dengan manusia lain.

Dalam kehidupan sosial, beragam wujud perilaku yang bisa diamati kemudian dapat
diinterpretasikan, diidentifikasikan, dikategorikan atau diklarifikasikan; mana-nama yang
disimpulkan sebagai bentuk jiwa yang sehat meskipun orangnya secara klinis perlu perawatan
medis (sakit fisik) dan jiwa yang sakit walaupun secara kasat mata orang sehat wal-afiat. Hal ini
berorientasi pada kondisi manusia dalam perkembangannya yang mengalami berbagai persoalan
yang harus diatasi dan diperjuangkan untuk hidupnya. Bila suatu persoalan belum dapat
dipecahkan akan menjadi tekanan bagi jiwanya, bahkan mengganggu keseimbangan mentalnya.
Jikalau mendapat pemecahan masalah yang sehat, maka akan membawa keseimbangan mental
kembali, tanpa tekanan dan memberi kepuasan baginya. Namun, andaikata tidak memperoleh
proses penyelesaian yang sehat, akan menjadi gangguan yang berlarut bagi keseimbangan
mentalnya, bahkan menjadi kesukaran dalam proses kehidupannya.

Sehubungan dengan kondisi perilaku manusia yang beragam itu, maka para ahli
kesehatan mental berusaha menjelaskan kriteria untuk menggolongkan orang yang dalam
keadaan mental sehat, antara lain;
(1) memiliki pandangan sehat terhadap kenyataan (diri dan lingkungan sekitar),
(2) kemampuan menyesuaikan diri pada segala kemungkinan, dan kemampuan mengatasi
persoalan,
(3) dapat mencapai kepuasan pribadi dan ketenangan hidup tanpa merugikan orang lain
(Meichati, 1969:15).

Mental sehat manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan external. Keduanya saling
mempengaruhi dan dapat menyebabkan mental yang sakit sehingga bisa menyebabkan gangguan
jiwa dan penyakit jiwa.

A. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang seperti sifat, bakat,
keturunan dan sebagainya. Contoh sifat yaitu seperti sifat jahat, baik, pemarah, dengki, iri,
pemalu, pemberani, dan lain sebagainya. Contoh bakat yakni misalnya bakat melukis, bermain
musik, menciptakan lagu, akting, dan lain-lain. Sedangkan aspek keturunan seperti turunan
emosi, intelektualitas, potensi diri, dan sebagainya.

B. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri seseorang yang dapat
mempengaruhi mental seseorang. Lingkungan eksternal yang paling dekat dengan seorang
manusia adalah keluarga seperti orang tua, anak, istri, kakak, adik, kakek-nenek, dan masih
banyak lagi lainnya.

Faktor luar lain yang berpengaruh yaitu seperti hukum, politik, sosial budaya, agama,
pemerintah, pendidikan, pekerjaan, masyarakat, dan sebagainya. Faktor eksternal yang baik
dapat menjaga mental seseorang, namun faktor external yang buruk / tidak baik dapat berpotensi
menimbulkan mental tidak sehat.

B. FAKTOR PSIKOLOGI SOSIAL YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN


MENTAL
1. Persepsi Sosial dan Kognisi Sosial

Persepsi Sosial adalah Suatu proses seseorang untuk mengetahui, menginterpretasikan dan
mengevaluasi orang lain yang dipersepsi,tentang sifat-sifatnya,kualitasnya,keadaan yang lain yang
ada dalam diri orang yang dipersepsi,sehingga terbentuk gambaran mengenai orang yang di persepsi.

Kognisi Sosial adalah tata cara dimana kita menginterpretasi , menganalisa, mengingat dan
mengunakan informasi tentang dunia sosial. Komponen dasar kognisi sosial adalah skema,yang
merupakan kerangka mental yang menuntun kita untuk mengorganisasi sejumlah besar informasi
dalam suatu cara yang efisien. Kerangka ini memberikan pengaruh kuat terhadap pemikiran sosial.

2. Teori Atribusi

Atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang faktor-faktor yang menyebabkan seseorang
berperilaku. Untuk mengetahui tentang orang-orang yang ada disekitar kita dapat melalui
beberapa macam cara :
 Melihat melalui fisik orang yang bersangkutan
 Langsung menanyakan kepada orang yang bersangkutan
 Dari perilaku orang yang bersangkutan

3. Komunikasi

Komunikasi merupakan proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang yang


mengandung arti,baik yang berwujud informasi,pemikiran,pengetahuan ataupun yang lain-lain
dari penyampai kepada penerima. Bila komunikasi itu berlangsung terus menerus akan terjadi
interaksi yaitu proses saling mempengaruhi antara individu satu dengan yang lain.

4. Konflik dan Solusi

Konflik sangat mempengaruhi kesehatan mental seseorang, karena dengan konflik


Yang terjadi secara terus menerus,dan disertai dengan tidak ditemukannya pemecahan atau solusi
dari konflik tersebut,maka akan mempengaruhi kesehatan mental orang itu.
Dari penjelasan tentang faktor psikologi sosial yang memepengaruhi kesehatan
mental,yaitu : persepsi sosial dan kognisi sosial,atribusi,komunikasi, dan konflik,akan memicu
seseorang akan mengalami mental yang tidak sehat,yang akan berdampak pada kehidupan sosial
orang tersebut.

C. DAMPAK DARI GANGGUAN KESEHATAN MENTAL DALAM PANDANGAN


PSIKOSOSIAL
1. Low self esteem

Self esteem adalah : evaluasi diri yang dibuat seorang individu , sikap seseorang terhadap
dirinya sendiri,dalam rentang dimensi positif-negatif. Orang yang dengan Self esteem yang
rendah akan mempengaruhi dia dalam mengevaluasi dirinya atau dia akan mengevaluasi dirinya
secara negatif. Evaluasi diri yang negatif,akan menyebabkan keterampilan sosial yang tidak
memadai,kesepian,depresi,dan kinerja lebih buruk.
Contohnya, ketika masalah muncul disekolah , di tempat kerja atau diantara teman akan terjadi
penurunan self esteem, dan akan terjadi peningkatan kecemasan dari individu tersebut.

2. Depression and panic attacks


Serangan Panik muncul secara berulang dan tidak terduga. Serangan-serangan panik
melibatkan rekasi kecemasan yang intens di sertai dengan sintom fisik,seperti jantung berdebar-
debar,nafas cepat,nafas tersengal atau kesulitan bernapas,berkeringat banyak dan rasa lemas.
Dalam banyak kasus,orang yang mengalami serangan panik membatasi aktifitas mereka untuk
menghindari tempat-tempat yang mereka takutkan. Terdapat kemungkinan untuk terjadinya
serangan atau tempat dimana mereka akan terputus dari sumber dukungan mereka yang biasa.
Orang yang mengalami serangan panik ada kecendrungan untuk mendekat atau bergantung
dengan orang lain,demi mendapatkan pertolongan. Orang yang mengalami serangan panik,akan
mengalami perubahan tingkah laku yang signifikan.Misalnya menolak meninggalkan rumah atau
keluar kemasyarakat karena takut mendapat serangan lagi.

3. Shyness and loneliness

Shyness (rasa malu ), Meskipun beberapa psikolog sosial telah difokuskan pada penerapan
langsung psikologi sosial untuk proplems klinis, wilayah malu memberikan kontras
penting untuk di kaji. Penelitian yang paling penting dalam rasa malu, serta upaya yang paling
signifikan untuk mengobatinya, telah dilakukan oleh Zimbardo, seorang psikolog sosial
telah mengatakan bahwa, rasa malu seharusnya tidak mengherankan, karena rasa malu adalah hal
yang utama yang menjadikanseseorang kesulitan dalam berinteraksi sosial.
Rasa malu menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman berada di lingkungan sosialnya.
Loneliness ( kesendirian ), merupakan sumber utama penyebab tekanan psikologis bagi banyak
orang dan dapat menjadikan seseorang tersebut terserang depresi.Orang yang kesepian mungkin
gagal untuk mengatasi masalah secara memadai, bahkan kadang-kadang gagal untuk mengenali
perannya di lingkugan sosial.
Orang yang kesepian biasanya orang yang ditolak dari lingkungan sosialnya,yang menuntun
mereka kearah depresi,agresifitas dan menjadi alkholik.

4. Hostility and aggression


Hostility ( Permusuhan ), orang melihat permusuhan dapat menyebabkan ia juga melakukan
kekerasan ( aggresion ). Misalnya seseorang yang pulang dari tempat kerja,dimana di tempat
kerja,ia mengalami konflik,sehingga ia setelah keluar dari lingkugan kerja,ia melampiaskan
masalah atau konflik yang dihadapinya kepada orang disekitarnya.misalnya kepada orang
tua,istri,dan anaknya.

5. Cronic pain and disability

Cronic pain (sakit kronis) dan disability (cacat),merupakan stressor luar biasa bagi individu yang
mengalami dan keluarganya. Tidak hanya rasa sakit yang mereka derita, tetapi mereka mungkin
kehilangan sebagian besar kehidupan sosial dan rekreasi. Juga akan kehilangan status dan
kekuasaan, baik di dalam dan luar keluarga,secaradrastis.

6. Relationship problem

Perubahan hidup menjadi sumber stres bila perubahan hidup tersebut menuntut kita untuk
menyesuaikan diri. Perubahan hidup ini dapat berupa peristiwa menyenangkan seperti
pernikahan, dan peristiwa yang menyedihkan seperti kematian orang tercinta.
Meskipun perubahan hidup yang menyenangkan (positif) maupun tidak menyenangkan (negatif)
dapat menyebabkan stres, perubahan hidup yang positif mengakibatkan gangguan yang lebih
ringan daripada perubahan hidup yang negatif. Dengan kata lain, stres karena pernikahan lebih
ringan daripada stres yang disebabkan oleh perceraian atau perpisahan.
Pernikahan dan hubungan erat lainnya memiliki pengaruh kuat pada kesehatan mental dan
gangguan dalam hubungan tersebut ,dapat menyebabkan sejumlah masalah,yang berakhir
kepada depresi,kecemasan,danpelarian pada alkohol.

BAB III
KESIMPULAN

Orang yang mengalami gangguan mental akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian
diri, seperti dalam pemuasan kebutuhan,keterampilan dalam menangani frustasi dan konflik,serta
ketenangan pikiran atau jiwa. Itu berarti seseorang akan sulit berinteraksi dengan baik dengan
orang lain dan kesulitan dalam menghadapi tuntutan-tuntutan pekerjaan.

Dalam psikologi sosial,faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan


mental adalah : peresepsi sosial dan kognisi sosial,atribusi,komunikasi serta konflik. Sehingga
akan berdampak pada, kepercayaan diri seseorang,seseorang akan mengalami depresi,serangan
panic,merasa kesendirian dan kesepian,mengalami masalah fisik serta mengalami masalah dalam
hubungan sosial.

Daftar Pustaka
Nevid J.S; Rathus S.A; Greene B .2003. Psikologi Abnormal. Jilid 1. Alih bahasa Tim Fakultas
Psikologi UI.Jakarta: Erlangga

Semium,yustinus:2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta : Kanisius

Walgito,bimo.2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Yogyakarta andi

Baron,ra,byrne.1987.Psikologi Sosial Jilid 2.Jakarta ; Erlangga

Baron,ra,byrne.1987.Psikologi Sosial Jilid 1.Jakarta ; Erlangga

Stanley W.S,Donald R M.1997. Applied Social Psychology. A Viacom company prentice hall

Hawari, D. (1997), Al Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Yogyakarta: Dana
Bhakti Primayasa

http://www.google.com

Anda mungkin juga menyukai