Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

Asuhan Keperawatan Jiwa Narapidana

Disusun Oleh :
PROGRAM ILMU KEPERAWATAN S1
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDRAL ACHMAD YANI
2022
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kunci keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup adalah ketika
seseorang mampu mempertahankan kondisi fisik, mental dan emosionalnya
dalam suatu kondisi yang optimal melalui pengendalian diri, peningkatan
aktualisasi diri serta selalu menggunakan mekanisme koping yang efektif dalam
menyelesaikan masalah. Setiap individu memiliki kekuatan, martabat, tumbuh
kembang, kemandirian dan merealisasikan diri, potensi untuk berubah, kesatuan
yang utuh mulai dari bio psiko sosial dan spiritual, perilaku yang berarti, serta
persepsi, pikiran, perasaan dan gerak. Keseluruhannya merupakan suatu
rangkaian yang tidak terpisahkan (Jaya, 2015).
Menurut WHO kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa,
melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan
kedewasaan kepribadiannya.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014
tentang kesehatan jiwa dalam pasal 1 menyebutkan bahwa kesehatan jiwa adalah
kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,
spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu
memberikan kontribusi untuk kelompoknya.
Kesehatan jiwa adalah suatu keadaan sejahtera dikaitkan dengan
kebahagiaan, kegembiraan, kepuasan, pencapaian, optimisme, atau harapan.
Kesehatan jiwa melibatkan sejumlah kriteria yang terdapat dalam suatu rentang.
Kriteria sehat jiwa yaitu, sikap positif terhadap diri sendiri, berkembang
aktualisasi diri dan ketahanan diri, integrasi, otonomi, persepsi sesuai realitas,
dan penguasaan lingkungan (Stuart, 2017).
Gangguan jiwa adalah pola perilaku atau psikologis yang ditunjukkan
oleh individu yang menyebabkan distres, disfungsi, dan menurunkan kualitas
kehidupan. Hal ini mencerminkan disfungsi psikobiologis dan bukan sebagai
akibat dari penyimpangan sosial atau konflik dengan masyarakat (Stuart, 2017).
Menurut Purnama, Yani, & Titin (2016) mengatakan gangguan jiwa
adalah seseorang yang terganggu dari segi mental dan tidak bisa menggunakan
pikirannya secara normal.
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan
di LAPAS (Lembaga Permasyarakat). Narapidana bukan saja objek melainkan
subjek yang tidak berbeda dari manusia lainnya yang sewaktu-waktu dapat
melakukan kesalahan atau kekilafan yang dapat dikenakan pidana, sehingga
tidak harus diberantas. Oleh karenanya, yang harus diberantas adalah factor,
factor yang dapat menyebabkan narapidana berbuat hal-hal yang bertentangan
dengan hokum, kesusilaan, agama, atau kewajiban- kewajiban sosial lain yang
dapat dikarenakan pidana (Malinda, Anggun 2016:26).
Seseorang yang terpaksa tinggal di lembaga pemasyarakatan karena
menjalani hukuman akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Mereka akan
mengalami kesulitan untuk menyesuaikan kehidupannya di lembaga
pemasyarakatan, tetapi mereka harus tetap mengikuti aturan-aturan yang berlaku
di lembaga pemasyarakatan. Selain itu, mereka juga harus terpisah dari
keluarganya, kehilangan barang dan jasa, kehilangan kebebasan untuk tinggal
diluar, atau kehilangan pola seksualitasnya. Hal tersebut akan menyebabkan
seseorang mendapatkan tekanan karena hidup di dalam lembaga
pemasyarakatan yang mengakibatkan mereka menjadi stres. Jika seseorang
sudah mengalami stres berat, ia akan beresiko untuk membahayakan diri sendiri
maupun orang lain bahkan dapat terjadi percobaan bunuh diri.
Stres merupakan hal yang menjadi bagian dari kehidupan manusia. Stres
juga merupakan tanggapan atau reaksi tubuh terhadap berbagai tuntutan atau
beban atasnya yang bersifat non spesifik. Namun, di samping itu stres dapat juga
merupakan faktor pencetus, penyebab sekaligus akibat dari suatu gangguan atau
penyakit. Faktor-faktor psikososial cukup mempunyai arti bagi terjadinya stres
pada diri seseorang. Kehidupan narapidana di lembaga pemasyarakatan juga
selalu dijaga oleh petugas. Seluruh aktivitas akan selalu diawasi oleh para
petugas sehingga mereka merasa kesulitan untuk beraktivitas dan selalu merasa
dicurigai karena dipantau oleh petugas. Para narapidana ini merasa dirinya tidak
berguna ketika hidup di lembaga pemasyarakatan karena tidak dapat berbuat
apa-apa. Mereka juga memikirkan kehidupan setelah keluar dari lembaga
pemasyarakatan. Mereka berpikir bahwa dirinya sudah dianggap penjahat oleh
orang-orang sekitar sehingga tidak mau untuk bersosialisasi dengan komunitas.
Mereka juga akan merasa dirinya sulit mendapatkan pekerjaan karena masa
lalunya yang pernah ditahan di lembaga pemasyarakatan dan sudah dianggap
penjahat. Ini dapat mengakibatkan mereka merasa dirinya tidak berguna lagi
sehingga akan berdampak pada psikologisnya berupa penurunan harga diri.
Stres dan harga diri rendah sangat berhubungan dan harus segera
ditangani. Apabila stres dan harga diri rendah sudah terjadi pada seorang
individu, ini akan mempengaruhi seseorang dalam berpikir dan akan
mempengaruhi terhadap koping individu tersebut sehingga menjadi tidak efektif.
Bila kondisi seorang individu dengan stres dan harga diri tidak ditangani lebih
lanjut, akan menyebabkan individu tersebut tidak mau bergaul dengan orang
lain, yang menyebabkan mereka asik dengan dunia dan pikirannya sendiri
sehingga dapat muncul risiko perilaku kekerasan. Selain dapat membahayakan
diri sendiri, lingkungan, maupun orang lain juga dapat terjadi percobaan bunuh
diri pada individu yang mengalami stres dan harga diri rendah.
Perawat sebagai profesi yang berorientasi pada manusia mempuyai
andil dalam memberikan pelayanan kesehatan di LP dalam bentuk “Correctional
setting” . perawat memberikan pelayanan secara menyeluruh. Warga binaan
memiliki hak untuk mendapatkan kesejahteraan kesehatan baik fisik mauapun
mental selama masa pembinaan. Namun hal tersebut kurang mendapatkan
perhatian. Kenyataannya banyak narapidana yang mengalami gangguan
psikologis seperti cemas, stress, depresi dari ringan sampai berat (Butler, dkk.
2005).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pada narapidana ?


2. Apa faktor penyebab pada narapidana ?
3. Bagaimana klasifikasi pada narapidana
4. Apa masalah kesehatan pada narapidana
5. Bagaimana penatalaksanaan gangguan jiwa pada narapidana?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada narapidana ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pada narapidana
2. Untuk mengetahui faktor penyebab pada narapidana
3. Untuk mengetahui klasifikasi pada narapidana
4. Untuk mengetahui masalah kesehatan pada narapidana
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan jiwa pada narapidana?
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada narapidana

Anda mungkin juga menyukai