Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KETERAMPILAN KLINIK DASAR

Prinsip Dasar Kebutuhan Manusia


Psikososial, seksual, dan spiritual

Kelompok 2 :

Zhabrina Intan Nusa (225070601111020)


Sintha Qudrotul Aulia (225070601111021)
Ruhama Bainahum (225070601111022)

Program Studi Kebidanan


Fakultas Kedokteran

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................... 3
1.2 TUJUAN ............................................................................................................................... 4
BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................................................. 5
2.1 KONSEP KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL ........................................................................... 5
2.1.1 Pengertian ........................................................................................................................... 5
2.1.2 Teori Psikososial............................................................................................................. 5
2.1.3 Stres dan Adaptasi .......................................................................................................... 7
2.2 KONSEP KEBUTUHAN SEKSUAL .................................................................................. 8
2.1.1 Pengertian ....................................................................................................................... 8
2.1.2 Perkembangan seksual .................................................................................................... 8
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan seksual.............................................................. 9
2.3 KONSEP KEBUTUHAN SPIRITUAL ................................................................................ 9
2.4 PSIKOLOGIS DAN SOSIAL PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS .............. 10
2.4.1 Perubahan psikologis pada ibu hamil ........................................................................... 10
2.4.3 Perubahan psikologis pada ibu nifas ............................................................................ 12
2.4.4 Upaya bidan untuk mensupport .................................................................................... 12
BAB 3 PENUTUP ........................................................................................................................ 14
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 15
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kebutuhan adalah semua yang dibutuhkan orang untuk hal-hal atau layanan yang
dapat memberi orang kepuasan diri dan kesejahteraan, serta kepuasan fisik dan mental.
Kebutuhan dasar manusia adalah unsur-unsur yang dibutuhkan seseorang untuk menjaga
keseimbangan fisiologis dan psikologis, yang tujuannya adalah untuk mempertahankan hidup
dan kesehatan. Manusia dipandang sebagai sistem, artinya manusia tersusun dari berbagai
elemen/sistem yang membentuk satu kesatuan; yaitu, sistem adaptif, sistem pribadi, sistem
interpersonal dan sistem sosial. Manusia sebagai sistem yang adaptif, karena setiap individu
dapat berubah, setiap individu bereaksi terhadap perubahan. Manusia sebagai sistem pribadi,
manusia memiliki proses pengamatan dan setiap manusia tumbuh dan berkembang, manusia
sebagai sistem interpersonal, setiap orang berinteraksi dengan orang lain memiliki peran
dalam masyarakat, setiap orang berkomunikasi dengan orang lain.
Walaupun kebutuhan orang pada intinya sama, tapi sebenarnya kebutuhan manusia
memiliki sifat yang berbeda-beda atau heterogen. Untuk memenuhi kebutuhan pribadinya,
orang akan berusaha dengan cara yang berbeda-beda. Namun bila gagal memenuhinya, orang
tersebut akan berusaha lebih keras dan berpikir cara untuk mendapatkannya (Fatmayanti,
2022). Kebutuhan manusia sendiri dapat dipenuhi dengan dilakukan sendiri maupun dengan
kelompok. Pada awal kehidupan, kebutuhan manusia masih terbatas sehingga masih
mengandalkan kemampuan orang-perorangan. Ketika waktu terus berjalan, kebutuhan
manusia akan semakin meningkat dan tidak menutup kemungkinan akan membutuhkan pihak
lain untuk membantu.
Konsep kebutuhan manusia terdiri dari beberapa aspek yaitu kebutuhan psikososial,
kebutuhan seksual dan kebutuhan spiritual. Kebutuhan psikososial adalah semua perubahan
dalam kehidupan seseorang, baik psikologis maupun sosial, yang saling mempengaruhi.
Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa perasaan dua individu yang secara
pribadi saling menghormati, peduli dan saling mencintai sedemikian rupa sehingga terjadi
hubungan (reaksi) timbal balik antara kedua individu tersebut. Kata gender sering digunakan
dalam dua cara. Paling sering, seks digunakan untuk menunjukkan bagian fisik dari hubungan
seksual, yaitu aktivitas seksual alat kelamin. Konsep kebutuhan spiritual adalah yang ketiga
dan memiliki delapan batasan, tetapi mereka tumpang tindih: Energi, transendensi diri,
koneksi, iman, realitas eksistensial, kepercayaan dan nilai, kekuatan batin, harmoni, dan hati
nurani. Spiritualitas memberi orang energi yang mereka butuhkan untuk menemukan diri
mereka sendiri beradaptasi dengan situasi sulit dan menjaga kesehatan.
1.2 TUJUAN
1. Mendeskripsikan pengertian dari prinsip kebutuhan psikososial, seksual dan spiritual
2. Mengetahui teori psikososial
3. Menjelaskan tahap perkembangan dalam prinsip kebutuhan psikososial dan seksual
4. Mengetahui kriteria kepribadian yang sehat menurut teori psikososial
5. Mengetahui fisiologis stres dan adaptasi
6. Memaparkan faktor yang mempengaruhi kebutuhan seksual
7. Mengetahui perubahan psikologi dan sosial ibu hamil, bersalin dan nifas
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL

2.1.1 Pengertian
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan memanfaatkan sistem
terbuka serta berinteraksi satu sama lain. Seseorang selalu berusaha menjaga
keseimbangan dalam hidupnya. Keseimbangan yang dijaga setiap individu untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya disebut sehat. Sementara itu, seseorang
dianggap sakit jika tidak dapat menjaga keseimbangan antara dirinya dan lingkungannya.
Sebagai makhluk sosial, mereka harus memupuk hubungan manusia yang positif untuk
mencapai kepuasan hidup. Salah satu masalah kebutuhan psikososial adalah keadaan
emosi. Setiap orang memiliki kebutuhan emosional dasar, termasuk kebutuhan akan
cinta, kepercayaan, otonomi, identitas, harga diri, rasa hormat dan keamanan. Schultz
(1966) meringkas kebutuhan ini sebagai kebutuhan antarpribadi untuk memiliki,
mengontrol, dan mencintai. Ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi, perasaan atau perilaku
yang tidak terduga seperti ketakutan, kemarahan, kesepian, dan ketidakamanan dapat
terjadi. Kebutuhan interpersonal untuk inklusi, kontrol, dan cinta terkadang tumpang
tindih dan berkelanjutan. Intinya disini adalah kita tetap memperhatikan satu sama lain
ketika berhadapan dengan orang lain agar saling menerima dan terjalin hubungan yang
harmonis.

2.1.2 Teori Psikososial


Erik H. Erikson berasumsi bahwa :
A. Perkembangan kepribadian manusia terjadi sepanjang rentang kehidupan
B. Perkembangan kepribadian manusia dipengaruhi oleh interaksi sosial dengan orang
lain
C. Perkembangan kepribadian manusia ditentukan oleh keberhasilan atau kegagalan
seseorang dalam setiap tahapan sepanjang rentang kehidupan

2.1.2.1 Tahap Perkembangan Psikososial


Erik H. Erikson menyatakan bahwa terdapat delapan tahapan perkembangan
kepribadian. Adapun tingkatan dalam delapan tahap tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Trust vs Mistrust (percaya atau tidak percaya)
Tahap ini terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan, yang dimana merupakan tingkatan
paling dasar dalam hidup. Dalam tahap ini, pengasuh sangat berpengarauh.
Jika berhasil membangun kepercayaan, maka anak akan merasa aman dan
selamat dalam dunia.
2. Autonomy vs Shame and Doubt (otonomi vs malu dan ragu-ragu)
Tahap ini terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun, yang dimana merupakan masa
awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dan pengendalian
diri. Pada tahap ini, anak yang berhasil melewati nya akan merasa aman dan
percaya diri, sementara anak yang tidak berhasil akan merasa ragu terhadap
diri sendiri dan merasa tidak cukup.
3. Initiative vs Guilt (inisiatif vs rasa bersalah)
Tahap ini terjadi pada usia 3 tahun s/d 5 tahun, yang dimana merupakan masa
usia prasekolah, mereka mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya melalui
interaksi sosial. Anak yang berhasil dalam tahap ini akan merasa mampu dan
kompeten dalam memimpin orang lain, mereka juga akan mengalami
peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa. Namun, anak yang tidak
berhasil dalam tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, ragu terhadap
dirinya, dan kurangnya inisiatif.
4. Industry vs Inferiority (tekun vs rasa rendah diri)
Tahap ini terjadi pada usia 6 tahun s/d pubertas. Anak akan mengembangkan
perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka melalui
interaksi sosial. Anak yang didukung penuh dan diarahkan oleh orang tua dan
guru akan kompeten percaya dengan keterampilan yang dimilikinya. Namun,
berbeda dengan anak yang menerima sedikit atau bahkan tidak sama sekali
mendapat dukungan dari orang tua, guru, ataupun teman sebaya akan merasa
ragu dengan keterampilan yang dimilikinya. Pada pada tahun sekolah dasar,
guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak–
anak.
5. Identity vs Identify Confusion (identitas dan kebingungan identitas)
Tahap ini terjadi pada masa remaja, yaitu 10 s/d 20 tahun. Selama remaja ia
akan mengeksplorasi kemandirian dan membangun kepekaan dirinya. Anak
dihadapkan dengan penemuan siapa, bagaimana, dan kemana mereka menuju
dalam kehidupannya. Jika pada tahap ini anak menjajaki peran dengan cara
yang positif maka identitas positf akan dicapai. Bagi mereka yang menerima
dukungan memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri, perasaan mandiri
dan kemampuan kontrol terhadap dirinya akan muncul pada tahap ini. Namun
sebaliknya, jika anak menjajaki dengan cara yang kurang memadai, maka
kebingungan identitas merajalela, kurangnya kepercayaan diri dan akan
muncul rasa bingung terhadap diri juga masa depannya.
6. Intimacy vs Isolation (keintiman vs keterkucilan)
Tahap ini terjadi pada masa dewasa awal yaitu 20 s/d 30 tahun. Pada tahap ini
seseorang membangun hubungan yang dekat dan siap berkomitmen dengan
orang lain. Mereka yang berhasil akan mengembangkan hubungan yang komit
dan aman, sementara mereka yang mengalami kegagalan akan merasakan
keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan orang.
7. Generativity vs Stagnation (bangkit vs stagnan)
Tahap ini terjadi pada masa pertengahan usia dewasa. Pada masa ini mereka
berfokus pada karir dan keluarga. Mereka yang berhasil pada tahap ini akan
merasa berkontribusi terhadap dunia. Namun,mereka yang gagal akan merasa
tidak memberikan kontribusi terhadap dunia ini.
8. Integrity vs Despair (integritas vs putus asa)
Tahap ini terjadi selama masa akhir dewasa. Mereka cenderung melakukan
cerminan diri terhadap masa lalu. Mereka yang tidak berhasil, akan merasa
bahwa hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan. Mereka yang
berhasil, berarti dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah
dialami.

2.1.2.2 Kriteria kepribadian yang sehat


Kepribadian yang kuat memiliki enam kriteria, yakni sebagai berikut :
● Citra tubuh positif dan akurat : kesadaran akan diri berdasar atas observasi
mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri
● Ideal dan realitas : individu mempunyai ideal diri yang realitas dan
mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai
● Konsep diri yang positif : seseorang yang mempunyai konsep ini
menunjukkan bahwa individu akan sesuai dalam hidupnya
● Harga diri tinggi : seseorang yang memiliki harga diri tinggi akan memandang
dirinya sebagai orang yang berarti dan bermanfaat. Ia juga memandang
dirinya sama dengan apa yang ia inginkan
● Kepuasan penampilan peran : individu yang mempunyai kepribadian sehat
akan dapat berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat
kepuasan
● Indentitas jelas : individu yang memiliki kepribadian yang sehat akan
mencapai tujuan dengan keunikan dirinya

2.1.3 Stres dan Adaptasi


Stress merupakan bagian dari kehidupan yang mempunyai efek positif dan negatif
yang disebabkan karena perubahan lingkungan. Stres adalah kondisi dimana adanya
respons tubuh terhadap perubahan untuk mencapai normal. Sedangkan stresor adalah
sesuatu yang dapat menyebabkan seseorang mengalami stres. Seseorang yang
mengalami situasi bahaya, maka respons akan muncul. Perubahan suatu keadaan dari
respons akibat stresor disebut adaptasi.
Tubuh selalu berinteraksi langsung dengan lingkungan internal dan eksternal.
Keadaan dimana terjadi mekanisme relatif untuk mempertahankan fungsi normal disebut
homeostasis, dimana homeostasis ini dibagi menjadi dua yaitu fisiologis dan psikologis.
Contoh homeostasis fisiologis adalah adanya peningkatan pernapasan saat berolahraga,
sedangkan contoh dari homeostasis psikologis adalah adanya perasaan mencintai dan
dicintai.
Terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stres, antara lain; lingkungan
yang asing, kehilangan kemandirian sehingga akan ketergantungan dengan orang lain,
berpisah dengan pasangan dan keluarga, ekonomi, dan adanya ancaman penyakit yang
parah.

2.2 KONSEP KEBUTUHAN SEKSUAL

2.1.1 Pengertian
Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa pengungkapan
perasaan dua orang yang secara pribadi saling menghormati, peduli dan saling mencintai
sehingga tercipta hubungan timbal balik antara kedua orang tersebut. Paling sering, seks
digunakan untuk menunjukkan bagian fisik dari hubungan seksual, yaitu aktivitas seksual
alat kelamin. Di sisi lain, seksualitas adalah memiliki konsep yang lebih luas. Seksualitas
diekspresikan dalam interaksi dan hubungan dengan orang-orang dari jenis kelamin yang
sama atau berlawanan dan termasuk pikiran, pengalaman, pelajaran, cita-cita, nilai,
fantasi dan emosi. Hubungan seksual manusia dapat dikatakan suci dan mulia, sehingga
sewajarnya mereka sah hanya dalam ikatan pernikahan. Konsep kebutuhan seksual juga
dapat ditinjau dari beberapa aspek yakni:
1. Aspek biologis : dapat terlihat aspek ini dari sudut pandang seksual daripada anatomi
dan fisiologi sistem reproduksi (seksual).
2. Aspek psikologis: aspek tersebut merupakan pandangan tentang identitas gender,
perasaan diri tentang menyadari identitas diri dan melihat citra gender atau bentuk
konsep diri lainnya.
3. Aspek sosiokultural : merupakan pandangan atau kepercayaan budaya yang dominan
dalam masyarakat tentang integritas seksual dan cara berperilaku dalam masyarakat.

2.1.2 Perkembangan seksual


Terdapat 4 fase dalam perkembangan seksual, yakni pranatal dan bayi, kanak-kanak,
pubertas, dan masa dewasa & pertengahan umur.
A. Pada masa pranatal dan bayi, komponen biologis sudah berkembang, adanya ereksi
penis pada laki-laki dan adanya pelumas bagian pada wanita. Tahap perkembangan
psiko seksual pada tahap ini ada 2 yaitu oral dan anal. Dimana tahap oral terjadi pada
umur 0-1 tahun, yang dimana kesenangannya dapat dicapai dengan menggigit,
menghisap, ataupun mengunyah. Sedangkan tahap anal terjadi pada umur 1-3 tahun,
B. yang dimana kepuasannya dapat dicapai saat pengeluaran feses.
C. Pada masa kanak-kanak terdapat dua tahap, yaitu tahap oedipal dan tahap laten.
Dimana tahap oedipal terjadi pada usia 3-5 tahun, rangsangan terjadi pada otoerotis
yaitu meraba-raba bagian erogenya. Sedangkan tahap laten terjadi pada usia 5-13
tahun, dimana pada tahap ini mulai memasuki masa pubertas dan berhadapan
langsung pada tuntutan sosial.
D. Pada masa pubertas seseorang akan mencapai kematangan fisik dan psikologis. Pada
tahap ini terjadi perubahan yang ditandai dengan adanya citra tubuh, fungsi tubuh,
dan perubahan perilaku. Tahap ini mulai menyukai lawan jenis.
E. Pada masa dewasa dan pertengahan umur seseorang akan mencapai puncak dari
perkembangan fisik yang sudah cukup. Pada usia 18-30 tahun terjadi perubahan
hormonal pada wanita ditandai dengan penurunan estrogen, pengecilan payudara,
penurunan cairan vagina dan akan terjadi penurunan reaksi ereksi, sedangkan pada
pria ditandai dengan penurunan ukuran penis dan semen

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan seksual


A. Tidak adanya panutan (role mode)
B. Gangguan struktural dan fungsi tubuh
C. Kurang pengetahuan mengenai masalah seksual
D. Penganiayaan secara fisik
E. Adanya penyimpangan psikoseksual
F. Konflik terhadap nilai
G. Kehilangan pasangan karena perpisahan atau kematian

2.3 KONSEP KEBUTUHAN SPIRITUAL


Konsep spiritual memiliki delapan batasan yang saling berpotongan, yaitu energi,
transendensi diri, keterhubungan, kepercayaan, realitas eksistensial, keyakinan dan nilai,
kekuatan batin, harmoni dan kesadaran batin. Spiritualitas memberi orang energi yang mereka
butuhkan untuk menemukan diri mereka sendiri, beradaptasi dengan situasi sulit dan menjaga
kesehatan mereka. Beberapa orang ada yang tidak percaya akan keberadaan Tuhan (ateis) atau
percaya bahwa realitas tertinggi tidak diketahui (agnostik). Ini bukan untuk mengatakan bahwa
spiritualitas bukanlah konsep penting bagi ateis dan agnostik. Bahwa Atheis juga mencari
makna hidup dalam pekerjaan mereka dan dalam hubungan mereka dengan orang lain. Serta
Agnostik juga menemukan tujuan hidup mereka dalam pekerjaan mereka karena mereka
percaya bahwa perjalanan mereka melalui hidup tidak akan berakhir.
1. Transendensi diri (self transcendence) adalah kepercayaan yang merupakan dorongan dari
luar yang lebih besar dari individu.
2. Spiritualitas memberikan pengertian keterhubungan intrapersonal (dengan diri sendiri),
interpersonal (dengan orang lain) dan transpersonal (dengan yang tidak terlihat, Tuhan atau
yang tertinggi) (Potter & Perry, 2009).
3. Spiritual memberikan kepercayaan setelah berhubungan dengan Tuhan. Kepercayaan
selalu identik dengan agama sekalipun ada kepercayaan tanpa agama.
4. Spiritualitas melibatkan realitas eksistensi (arti dan tujuan hidup).
5. Keyakinan dan nilai menjadi dasar spiritualitas. Nilai membantu individu menentukan apa
yang penting bagi mereka dan membantu individu menghargai keindahan dan harga
pemikiran, obyek dan perilaku (Holins, 2005; Villagomeza, 2005).
6. Spiritual memberikan individu kemampuan untuk menemukan pengertian kekuatan
batiniah yang dinamis dan kreatif yang dibutuhkan saat membuat keputusan sulit (Brakes-
wallace dan Park, 2004).
7. Spiritual memberikan kedamaian dalam menghadapi penyakit terminal maupun menjelang
ajal (Potter & Perry, 2009).

2.4 PSIKOLOGIS DAN SOSIAL PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS

2.4.1 Perubahan psikologis pada ibu hamil


Ibu hamil akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara psikologis maupun
fisik. Dengan adanya perubahan tersebut, tubuh mempunyai kebutuhan yang harus
dipenuhi. Terkadang ada ibu hamil yang bahagia ketika dirinya hamil, namun terkadang
ada ibu yang justru merasa sedih dan bingung.

2.4.1.1 Perubahan psikologis pada ibu hamil trimester I


Pada trimester pertama ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih
meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Sikap ibu terhadap orang lain
berbeda-beda, ada yang merahasiakan kehamilannya ada juga yang langsung
memberi tahu suaminya. Hasrat untuk melakukan sex pada trimester I ini
cenderung turun karena masih sering mengalami mual muntah sehingga
merasa tidak sehat. Perasaan ibu hamil akan stabil setelah ibu sudah bisa
menerima kehamilannya.
2.4.1.2 Perubahan psikologis pada ibu hamil trimester II
Pada trimester II biasanya ibu sudah merasa lebih sehat. Tubuh ibu sudah
terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena
hamil sudah berkurang. Ibu sudah bisa menerima kehamilannya dan mulai
dapat menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif. Pada
trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan bayinya dan ibu mulai
merasakan kehadiran kehadiran bayi sebagai seorang diluar dari dirinya.
Banyak ibu yang terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman yang
dirasakan pada trimester I. Pada trimester II ini ibu lebih stabil dan mampu
mengatur diri lebih baik.

2.4.1.3 Perubahan psikologis pada ibu hamil trimester III


Pada trimester III ini ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran anaknya.
Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu
itu sebabnya ibu meningkatkan kewaspadaan akan timbulnya tanda dan gejala
akan terjadinya persalinan. Ibu terkadang khawatir jika bayi nya harus dilahirkan
tidak normal. Ibu juga mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang
akan timbul saat melahirkan. Ibu akan melindungi bayinya dan menghindar dari
benda atau apapun yang dianggap membahayakan bayinya. Rasa tidak
nyaman pada trimester I lalu akan muncul lagi pada trimester III ini.

2.4.2 Perubahan psikologis pada ibu bersalin


Pada ibu bersalin terdapat beberapa gangguan psikologi salama masa persalinan :
a) Kecemasan adalah hal yang terjadi menjelang persalinan. Ibu hamil yang
menantikan proses kelahiran biasanya akan gugup dan cemas. Ia akan
memikirikan hal-hal yang menurutnya berbahaya. Jika kondisi ini tidak dikelola
dengan baik maka kondisi psikis ibu tersebut akan semakin memburuk. Untuk
mengatasinya, dukungan dari semua atau keluarga benar-benar dibutuhkan.
b) Ketakutan adalah bentuk kekhawatiran pada sesuatu yang jelas objeknya. Ia
membayangkan apakah janin yang akan dilahirkannya selamat atau tidak.
Untuk mengatasinya, maka seorang wanita harus ditenangkan terlebih dahulu
lalu mendengarkan apa yang menjadi keluhannya.
c) Sikap pasif biasanya terjadi karena kurangnya dukungan dari sekitar. Untuk
mengatasinya, kita bisa memberikan sistem dukungan yang baik berupa
perhatian dan kasih sayang.
d) Hipermaskulin adalah kondisi dimana ibu merasa goyah antara ingin atau
tidak punya anak. Lagi-lagi untuk mengatasinya dengan cara memberikan
dukungan yang baik.
e) Hiperaktif biasanya terjadi karena ia ingin segera melaksanakan kelahirannya.
Menenangkan dengan cara memberikan pengertian-pengertian tentang
persalinan dalah hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal ini.
f) Kompleks maskulin adalah bentuk hiperaktif yang tidak tertangani. Untuk
mengatasinya dengan cara menghadirkan orang-orang terdekatnya.
g) Halusinasi hipnagonik ini biasanya akan muncul-muncul pikiran yang tidak
baik. Bahkan bisa muncul gangguan psikosomatis. Untuk mengatasinya bisa
dengan tetap mempertahankan interaksi pada ibu menjelang persalinan.
h) Sindrom baby blues ini merupakan bounding attachment yang kurang baik
menyebabkan seorang ibu justru menolak kehadiran bayinya. Memberikan
dukungan dan informasi langkah-langkah untuk siap mengalami perubahan
status menjadi ibu bisa diberikan agar tidak terjadi syndrom ini.

2.4.3 Perubahan psikologis pada ibu nifas


Masa nifas dapat menyebabkan sejumlah perubahan fisik dan psikologis. Dari segi
psikologis, keadaan psikologis ibu nifas berubah karena perubahan atau pergantian
peran. Pertama, dari tidak memiliki anak dan kemudian memiliki anak, ada masa
transisi peran sebagai orang tua, serta peran mengasuh dan merawat bayi serta
menyusui. Idealnya, ibu nifas dapat beradaptasi dengan peran baru ini, namun tetap
saja beberapa ibu nifas tidak dapat beradaptasi, bahkan mereka yang tidak mampu
beradaptasi dapat mengalami gangguan psikologis dan berbagai sindrom.

2.4.4 Upaya bidan untuk mensupport


Dukungan psikologis akan mempengaruhi mental dan kejiwaan ibu karena kondisi
anaknya maupun kondisinya. Dukungan psikologis sendiri terbagi menjadi tiga yaitu
fase taking in, fase taking hold, dan fase letting go. Fase taking in dapat berupa bidan
menganjurkan kepada ibu untuk menceritakan apa yang ibu rasakan tentang
keadaannya kepada bidan atau keluarga supaya mental ibu kuat dan beban yang ada
di hati dapat berkurang. Fase taking hold merupakan fase dimana ibu merasa khawatir
akan ketidak mampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Dukungan
pada fase taking hold dapat berupa bidan memberitahu ibu untuk datang setiap dua
jam untuk memberikan ASI, bidan memberikan informasi kepada keluarga ibu untuk
memperhatikan ibu supaya ibu tenang. Dalam fase letting go, ibu dapat merasa cemas
ketika mengetahui keadaan anaknya yang kurang baik. Dukungan pada fase letting go
dapat berupa bidan memberitahu ibu untuk tidak berfikir macam-macam terhadap
keadaan bayinya supaya ibu merasa optimis dan ibu juga dapat bertanya apa saja
yang ingin ibu tahu agar merasa tenang.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan memanfaatkan sistem terbuka serta
berinteraksi satu sama lain. Keseimbangan yang dijaga setiap individu untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya disebut sehat. Sementara itu, seseorang dianggap sakit jika tidak
dapat menjaga keseimbangan antara dirinya dan lingkungannya.
Salah satu masalah kebutuhan psikososial adalah keadaan emosi. Setiap orang memiliki
kebutuhan emosional dasar, termasuk kebutuhan akan cinta, kepercayaan, otonomi, identitas,
harga diri, rasa hormat dan keamanan.
Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa pengungkapan perasaan dua
orang yang secara pribadi saling menghormati, peduli dan saling mencintai sehingga tercipta
hubungan timbal balik antara kedua orang tersebut. Seks digunakan untuk menunjukkan
bagian fisik dari hubungan seksual, yaitu aktivitas seksual alat kelamin.
Kebutuhan spiritual memiliki delapan batasan yang saling berpotongan, yaitu energi,
transendensi diri, keterhubungan, kepercayaan, realitas eksistensial, keyakinan dan nilai,
kekuatan batin, harmoni dan kesadaran batin. Spiritualitas memberi orang energi yang mereka
butuhkan untuk menemukan diri mereka sendiri, beradaptasi dengan situasi sulit dan menjaga
kesehatan mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, A., & Murniati, M. 2020. Penerapan Aspek Spiritualitas dengan Pemenuhan
Kebutuhan Spiritual Pada Pasien. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, vol. 9(2), pp.
947-952.
Asaf, A. S. 2019. Upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Jurnal Ilmiah Cakrawarti,
vol. 2(2), pp. 26-31.

Fatmayanti, A. and Murharyati, A. 2022 Kebutuhan Dasar manusia, Google Books. Google.
Available at:
https://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=matiEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR3&dq
=info%3AFM49kTnAl2MJ%3Ascholar.google.com&ots=XnDH6OF0y6&sig=j1EfvFye
ANObfw60qrlF0V0CEK4.

Nurwening and Herry. 2020. ‘Kebutuhan Dasar Manusia’, How languages are learned, pp. 1–201.
Utami, F.S. and Putri, I.M. 2020. Konsep Pelayanan Prima Kebidanan. Available at:
http://etheses.uin-malang.ac.id/1774/5/09410038_Bab_2.pdf

Sari, A. N., & Riawati, D. 2019. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perubahan Psikologis
Selama Kehamilan. Jurnal Kebidanan Indonesia, vol 10 (2), pp. 102-109.

Komang Putri Lestari, N. (2021) ‘Bab 2 Gambaran pemenuhan kebutuhan psikologis dan spiritual
pada ibu hamil dimasa pandemi’, Gambaran pemenuhan kebutuhan psikologis dan
spiritual pada ibu hamil dimasa pandemi, pp. 8–35.

Anda mungkin juga menyukai