Dosen Pembimbing :
Ns. I Gusti Agung Tresna Wicaksana, S.Kep., M.Kep
OLEH
KELOMPOK 8 TINGKAT III A
1. Putu Ronanza Pretynda (18C10054)
2. Dewa Ayu Shinta Suryaningrum (18C10056)
3. Ni Putu Sintya Melinika Dewi (18C10057)
4. Ni Made Sri Ari Ratih (18C10058)
5. Ni Kadek Sri Rahayu (18C10059)
6. Dewa Ayu Putu Sukariani (18C10060)
7. I Gede Surya Darma (18C10061)
8. Ni Komang Triandewi (18C10063)
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada Narapidana”. Dalam penulisan makalah ini
penulis banyak mendapatkan bantuan, saran, dan bimbingan dari berbagai pihak
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Maka pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada dosen
pembimbing .Keluargaku tercinta yang telah banyak memberikan doa, motivasi
dan dukungan. Rekan-rekan seangkatan dan seperjuangan serta semua pihak
yang telah memberikan masukan dan dukungan dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa/i ITEKES BALI dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan masalah 4
1.3 Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
2.1 Pengertian 5
2.2 Etiologi 5
2.3 Masalah kesehatan Narapidana 8
2.4 Klasifikasi 9
2.5 Penatalaksanaan 10
BAB III TINJAUAN KASUS 13
3.1 Konsep Asuhan Keperawatan Narapidana 13
3.2 Asuhan Keperawatan pada Narapidana 19
BAB IV PENUTUP 30
4.1 Kesimpulan 30
4.2 Saran 30
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
petugas sehingga mereka merasa kesulitan untuk beraktivitas dan selalu merasa
dicurigai karena dipantau oleh petugas. Para narapidana ini merasa dirinya tidak
berguna ketika hidup di lembaga pemasyarakatan karena tidak dapat berbuat
apa-apa. Mereka juga memikirkan kehidupan setelah keluar dari lembaga
pemasyarakatan. Mereka berpikir bahwa dirinya sudah dianggap penjahat oleh
orang-orang sekitar sehingga tidak mau untuk bersosialisasi dengan komunitas.
Mereka juga akan merasa dirinya sulit mendapatkan pekerjaan karena masa
lalunya yang pernah ditahan di lembaga pemasyarakatan dan sudah dianggap
penjahat. Ini dapat mengakibatkan mereka merasa dirinya tidak berguna lagi
sehingga akan berdampak pada psikologisnya berupa penurunan harga diri. Stres
dan harga diri rendah sangat berhubungan dan harus segera ditangani.
Apabila stres dan harga diri rendah sudah terjadi pada seorang individu,
ini akan mempengaruhi seseorang dalam berpikir dan akan mempengaruhi
terhadap koping individu tersebut sehingga menjadi tidak efektif. Bila kondisi
seorang individu dengan stres dan harga diri tidak ditangani lebih lanjut, akan
menyebabkan individu tersebut tidak mau bergaul dengan orang lain, yang
menyebabkan mereka asik dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga dapat
muncul risiko perilaku kekerasan. Selain dapat membahayakan diri sendiri,
lingkungan, maupun orang lain juga dapat terjadi percobaan bunuh diri pada
individu yang mengalami stres dan harga diri rendah.
Perawat sebagai profesi yang berorientasi pada manusia mempuyai andil
dalam memberikan pelayanan kesehatan di LP dalam bentuk “Correctional
setting” . perawat memberikan pelayanan secara menyeluruh. Warga binaan
memiliki hak untuk mendapatkan kesejahteraan kesehatan baik fisik mauapun
mental selama masa pembinaan. Namun hal tersebut kurang mendapatkan
perhatian. Kenyataannya banyak narapidana yang mengalami gangguan
psikologis seperti cemas, stress, depresi dari ringan sampai berat (Butler, dkk.
2005).
4
2.1 Pengertian
Narapidana adalah orang-orang sedang menjalani sanksi kurungan atau
sanksi lainnya, menurut perundang- undangan. Pengertian narapidana menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang hukuman (orang yang sedang
menjalani hukuman karena tindak pidana) atau terhukum.
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan
di lembaga pemasyarakatan, yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum (UU No.12 Tahun 1995).
Narapidana yang diterima atau masuk kedalam lembaga pemasyarakatan
maupun rumah tahanan negara wajib dilapor yang prosesnya meliputi:
pencatatan putusan pengadilan, jati diri ,barang dan uang yang dibawa,
pemeriksaan kesehatan, pembuatan pasphoto, pengambilan sidik jari dan
pembuatan berita acara serah terima terpidana. Setiap narapidana mempunyai
hak dan kewajiban yang sudah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Narapidana yang ditahan dirutan dengan cara tertentu menurut Undang-Undang
No. 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana (KUHAP) pasal 1 dilakukan
selama proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan untuk disidangkan di
pengadilan.Pihak-Pihak yang menahan adalah Penyidik, Penuntut Umum,
Hakim dan mahkamah agung. Pada pasal 21 KUHAP Penahanan hanya dapat
dilakukan terhadap tersangka yang melakukan tindak pidana termasuk
pencurian. Batas waktu penahanan bervariasi sejak ditahan sampai dengan 110
hari sesuai kasus dan ketentuan yang berlaku.
2.2 Etiologi
Faktor-faktor penyebab kejahatan sehingga sesorang menjadi narapidana adalah:
a. Faktor ekonomi
1. Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi baru dengan produksi besar-besaran, persaingan
bebas, menghidupkan konsumsi dengan jalan periklanan, cara
5
6
3. Perang
Memang sebagai akibat perang dan karena keadaan lingkungan,
seringkali terjadi bahwa orang yang tadinya patuh terhadap hukum,
melakukan kriminalitas. Kesimpulannya yaitu sesudah perang, ada
krisis-krisis, perpindahan rakyat ke lain lingkungan, terjadi inflasi
dan revolusi ekonomi. Di samping kemungkinan orang jadi kasar
karena perang, kepemilikan senjata api menambah bahaya akan
terjadinya perbuatan-perbuatan kriminal.
2.3 Masalah Kesehatan Narapidana
a. Kesehatan Mental
Menurut data dari Bureau of justice, 1999 kira-kira 285.000 tahanan
dilembaga pemasyarakatan mengalami gangguan jiwa. Penyakit jiwa yang
sering dijumpai adalah skozofrenia, bipolar affective disorder dan personality
disorder. Karena banyak yang mengalami ganguan kesehatan jiwa maka
pemerintah harus menyediakan pelayanan kesehatan mental.
b. Kesehatan fisik
Perawatan kesehatan yang paling penting adalah penyakit kronis dan penyakit
menular seperti HIV, Hepatitis dan Tuberculosis.
1. HIV
Angka kejadian HIV diantara para narapidana diperkiraan 6 kali lebih
tinggi daripada populasi umum. Tingginya angka infeksi HIV ini
berkaian dengan perilaku yang beresiko tinggi seperti penggunaan obat-
obaan, sexual intercourse yang tidak aman dan pemakaian tato.
Pendekatan yang dilakukan utnuk menekan angka kejadian yaitu dengan
dilakukannya penegaan dan program pendidikan kesehatan mengenai
HIV dan AIDS.
2. Hepatitis
Hepatitis B dan C meningkat lebih tinggi dariopada populasi umum
walaupun data yang ada belum lengkap. Hal ini berkaitan dengan
penggunaan obat-obat lewat suntikan, tato, imigran dari daerah dengan
insiden hepatitis B dan C tinggi. National Commision on Correctional
9
c. Terapi kerja
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan
partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah
ditetapkan. Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih
ada pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk
membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan
orang lain (Riyadi dan Purwanto, 2009).
1. Terapi kerja pada narapidana laki laki
- Pelatih binatang
Bekerja sebagai pelatih sekaligus merawat binatang- binatang
dianggap dapat membantu narapidana untuk mendapatkan terapi
secara psikologis dan menjadi lebih terlatih secara emosional.
Binatang yang dilatih tidak hanya binatang peliharaan, namun juga
binatang yang ditinggalkan atau dibuang oleh pemiliknya.
Diharapkan nantinya binatang- binatang ini juga dapat berguna di
masyarakat, sama seperti narapidana yang mendapatkan pelatihan
untuk dapat diterima dan bekerja dengan masyarakat lainnya.
- Bidang kuliner
Dapur yang ada di penjara juga dapat dimanfaatkan sebagai
pelatihan memasak bagi para narapidana. Meskipun ada yang
mendapatkan pekerjaan sederhana seperti membuka kaleng, banyak
pula yang mendapatkan pelatihan memasak secara khusus, mulai
dari membuat menu hingga menyusun anggaran. Beberapa penjara
juga bekerja sama dengan restoran lokal untuk memberi pelatihan
ini. Selain itu, dengan pekerja di dapur, mereka tidak perlu banyak
berinteraksi dengan masyarakat yang mungkin memandang negatif.
- Konseling
Meskipun Anda mungkin tidak berencana untuk berkonsultasi pada
mantan penjahat, namun di penjara, narapidana diberikan
pengetahuan mengenai rehabilitasi dan terapi konseling. Hal ini
12
13
14
Rentang Respon
16
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
c. Intervensi keperawatan
Diagnosa 1. Harga Diri Rendah
Tujuan umum: klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa
berhubungan dengan orang lain dan lingkungan.
Tujuan khusus:
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
- Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik,
perkenalan diri,
- Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang
tenang,
- Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik
pembicaraan)
- Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya
- Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
- Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang
yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu
menolong dirinya sendiri
17
KASUS
Tn. A berusia 24 Tahun beralamat di Singkawang. Klien mengatakan anak
ke-2 dari 3 bersaudara, Status belum menikah, beragama islam, pendidikan
terakhir SMA dan tidak memiliki pekerjaan. Keluarga mengatakan Dua bulan
sebelum masuk lapas klien melakukan tindakan pencurian. Klien belum pernah
melakukan kejahatan sebelumnya. Klien dan keluarga memiliki ekonomi yang
susah. Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu
ketika sekolah selalu di bully. Klien mengatakan merasa takut jika keluar dari
lapas. Klien mengatakan malu berhadapan langsung dengan orang lain selain ibu
dan adiknya,klien merasa tidak pantas jika berada diantara orang lain, kurang
interaksi social karena statusnya sebagai narapidana.
Sebelumnya klien belum pernah dirawat karena menderita penyakit gangguan
jiwa ataupun penyakit nonpsikologis. Ibu klien mengatakan tidak adanya riwayat
penyakit keluarga terkait gangguan jiwa
Pengkajian dilakukan tanggal 25 November 2020 pukul 08.00 wita. Saat
dilakukan pengkajian di dapatkan hasil TTD: 130/80 mmHg Nadi :84x/menit,
Suhu: 36,5 ºC, Pernafasan: 26 x/menit. Penampilan klien kurang rapi, rambut
jarang disisir, klien menggunakan baju yang disediakan di lapas.
.
19
Pengkajian pada klien dilakukan pada tanggal 25 November 2020, pukul 08.00
wita dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi (rekam medis)
a. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 24 Tahun
Alamat : Singkawang
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Melayu / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak ada
Penanggung Jawab
Nama : Ny. P
Hubungan dengan Klien : Ibu Kandung
Alamat : Singkawang
2. Alasan Masuk
Dua bulan sebelum masuk lapas klien melakukan tindakan pencurian.
3. Faktor Predisposisi
- Riwayat penyakit sebelumnya
Sebelumnya klien belum pernah dirawat karena menderita
penyakit gangguan jiwa ataupun penyakit nonpsikologis
- Riwayat psikososial
a. Klien belum pernah melakukan kejahatan sebelumnya.
b. Klien dan keluarga memiliki ekonomi yang susah
c. Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan yaitu ketika sekolah selalu di bully.
20
2) Hubungan Sosial
a. Orang yang dekat dengan klien adalah ibu dan adiknya.
b. Peran serta kelompok / masyarakat : sebelum klien masuk lapas
sering keluyuran tidak jelas
3) Spiritual
Klien lebih banyak tiduran, tidur siang 12.30 s/d 15.00 ,tidur malam
jam 20.00 s/d 04.30.
6) Penggunaan obat
Menarik Diri
b. Analisa Data
Do :
o Klien tampak malu
saat berbicara
c. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah b/d koping individu tidak efektif
25
d. Intervensi
27 3. Mengidentifikasi
November kemampuan dan Klien mengatakan cara penilaian
aspek
2020 positif yang dimiliki positif tidak boleh berfikir jelek
Jam 17.00 dengan : terhadap orang lain,sopan santun dan
Membantu ramah yang diutamakan.
mengidentifikasi O:
dengan aspek yang
positif Klien dapat mengungkapkan
Mendorong agar perasaannya
berpenilaian positif A : SP 3 teratasi sebagian
Membantu P :
mengungkapkan lanjutkan SP 1 keluarga
perasaannya
4.1 Kesimpulan
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan
di lembaga pemasyarakatan, yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum (UU No.12 Tahun 1995).
Seseorang yang terpaksa tinggal di lembaga pemasyarakatan karena menjalani
hukuman akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Mereka akan mengalami
kesulitan untuk menyesuaikan kehidupannya di lembaga pemasyarakatan, tetapi
mereka harus tetap mengikuti aturan-aturan yang berlaku di lembaga
pemasyarakatan. Selain itu, mereka juga harus terpisah dari keluarganya,
kehilangan barang dan jasa, kehilangan kebebasan untuk tinggal diluar, atau
kehilangan pola seksualitasnya.
Faktor-faktor yang menyebabkan seorang menjadi narapidana adalah
faktor ekonomi, faktor mental, dan faktor pribadi. Masalah kesehatan yang
muncul pada narapidana yang berada di lapas yaitu kesehatan mental dan fisik.
Kebanyakan masalah kesehatan terjadi pada narapidana wanita dan remaja
karena adanya koping tidak efektif. Penatalaksanaan pada narapidana yang
mengalami gangguan jiwa yaitu terapi psikoterapi, keperawatan, terapi kerja.
Perawat sebagai profesi yang berorientasi pada manusia mempuyai andil
dalam memberikan pelayanan kesehatan berupa asuhan keperawatan kepada
semua masyarakat bahkan narapidana sekalipun, karena banyak narapidana yang
mengalami gangguan psikologis seperti cemas, stress, depresi dari ringan sampai
berat (Butler, dkk. 2005).
4.2 Saran
Sebagai tenaga profesional tindakan perawat dalam penangan masalah
keperawatan khusunya pada narapidana harus memiliki pengetahuan yang luas
dan tindakan yang dilakukan harus rasional sesuai gejala penyakit dan asuhan
keperawatan hendaknya diberikan secara komprehensif, biopsikososial cultural
dan spiritual.
31
DAFTAR PUSTAKA