Anda di halaman 1dari 7

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA CHILD ABUSE

Disusun untuk memenuhi penugasan pada Mata Kuliah Keperawatan Anak Semester
V Tingkat III

Disusun oleh:

Kelas C

1. I Gusti Ayu Arya Dewi Lestari (18C10144)


2. Putu Awik Sirna Wardani (18C10145)
3. Ni Putu Clara Carmelia (18C10153)
4. Ni Kadek Dwi Karuniasari (18C10158)
5. I Putu Gede Jaya Muriawan (18C10167)
6. Ni Putu Marnia Dewi (18C10173)
7. Putu Nia Listia Dewi (18C10177)
8. Ni Kadek Vira Permata Sari (18C10195)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

2020/2021
INTERVENSI KEPERAWATAN PADA CHILD ABUSE

1. Risk-Prone Health Behavior


Stepto dan Wardle (2004) mendefinisikan Health risk behavior atau perilaku
kesehatan yang berisiko sebagai berbagai aktivitas yang dilakukan olehorang-orang
dengan frekuensi atau intensitas yang meningkatkan risiko penyakit atau cidera
perilaku berisiko atau peningkatan kerentanan terhadap penyakit tertentu. Risiko
didefenisikan sebagai kemungkinan gagal, dan pengambilan risiko sering
didefenisikan sebagai keterlibatan dalam perilaku berisiko yang mungkin memiliki
konsekuensi berbahaya. Perilaku berisiko terhadap kesehatan mencakup berbagai
keterlibatan perilaku yang dilakukan individu dengan intensitas yang meningkatkan
kerentanan terhadap risiko penyakit atau cidera atau yang mungkin memiliki
konsekuensi berbahaya, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa remaja berisiko
adalah remaja yang memiliki kecenderungan perilaku yang mengarah pada hal-hal
yang dapat berisiko terhadap kesehatan mereka.
Intervensi Risk-prone Health Behavior
a. Kaji alasan klien mengalami perilaku kesehatan yang beresiko
b. Kaji pengetahuan keluarga dan klien untuk mensupport klien untuk tetap
berprilaku sehat
c. Tinjau situasi kehidupan sebelumnya dan perubahan peran untuk menentukan
keterampilan koping yang digunakan jika ada.
d. Jelaskan padanya proses penyakit pada keluarga mengenai faktor penyebab dan
prognosis untuk meningkatkan pemahamannya.
e. Lakukan penilaian fisik dan psikologis untuk mengetahui sejauh mana batasan
kondisi saat ini
f. Dengarkan persepsi pasien tentang ketidakmampuan dan keengganan untuk
beradaptasi dengan situasi yang sedang terjadi.
g. Survei dengan sistem pendukung di masa lalu dan sekarang seperti keluarganya,
kelompok bermain, dan organisasi untuk mengidentifikasi sumber daya apa yang
dapat membantunya.
h. Jelajahi ekspresi emosinya yang menandakan gangguan penyesuaian oleh pasien
seperti kecemasan yang luar biasa, ketakutan, kemarahan, dan kekhawatiran,
penyangkalan pasif dan aktif.
i. Perhatikan interaksi anak dengan orang tua karena perkembangan perilaku koping
terbatas pada usia ini, dan pengasuh utama memberikan dukungan untuknya dan
menjadi panutan.
j. Tentukan apakah dia menunjukkan masalah dengan kinerja sekolah, menarik diri
dari keluarga atau teman sebaya, atau menunjukkan perilaku agresivitas terhadap
orang lain atau diri sendiri.
k. Dengarkan persepsi anak tentang faktor-faktor yang menyebabkan dilema saat
ini, catat onset, durasi, ada atau tidak adanya keluhan fisik, dan penarikan diri dari
sosial. Tentukan kurangnya ketidakmampuannya untuk menggunakan sumber
daya yang tersedia.
l. Temannya bisa menjadi pendukung untuk kelompok usia ini.
m. Menyediakan lingkungan terbuka yang mendorong komunikasi sehingga ekspresi
perasaannya tentang gangguan fungsi dapat ditangani dengan realistis dan terbuka.
n. Gunakan keterampilan komunikasi terapeutik seperti mendengarkan secara aktif,
pengakuan, diam dan pernyataan.

2. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan


Pemeliharaan kesehatan tidak efektif adalah ketidakmampuan
mengidentifikasi, mengelola, dan/atau menemukan bantuan untuk mempertahankan
kesehatan (PPNI, 2017). Pemeliharaan kesehatan tidak efektif yaitu kondisi ketika
individu/keluarga mengalami atau beresiko mengalami gangguan kesehatan karena
gaya hidup yang tidak sehat/ kurangnya pengetahuan untuk mengatur kondisi.
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif dapat dilihat dari perilaku keluarga yang kurang
menunjukkan perilaku adaptif terhadap perubahan lingkungan, kurang menunjukkan
pemahaman tentang perilaku sehat, tidak mampu menjalankan perilaku sehat
(keluarga belum mengatur pola makan pasien atau diit pasien, keluarga masih belum
memisahkan makanan pasien dengan anggota keluarga lainnya, keluarga tidak
melarang pasien memakan makanan yang banyak mengandung gula, keluarga tidak
melarang pasien memakan makanan yang siap saji (Suprajitno, 2012), kurang
menunjukkan minat untuk meningkatkan perilaku sehat, keluarga masih membiarkan
pasien berpikir keras atau mengalami stress, tidak adanya sistem pendukung (support
system) (PPNI, 2017).
Program intervensi yang di rumuskan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu :
a. Selebaran Penyebaran tentang Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan:
1. Pentingnya menjaga kebersihan
2. Perilaku membuan g sampah sembarangan
3. Dampak yang timbulkan dari lingkungan yang tidak bersih
b. Pembentukan kelompok kerja kesehatan bersama tokoh masyaraka:
1. Penentuan jadwal dan lokasi gotong royong
2. Alat alat yang perlu dibawa ke dalam kegiatan gotong royong
c. Fasilitasi keluarga atau masyarakat untu membawa anggota keluarga dengan
masalah kesehatan ke pelayanan kesehatan dasar terdekat
d. Adakan kerja bakti sekali dalam sebulan Lakukan pemeriksaan kesehatan pada
masyarakat (Asam Urat, Tekanan darah, Kolesterol,

3. Ketidakefektifan Menajemen Kesehatan


Ketidakefektifan manajemen kesehatan merupakan pola pengaturan
dan pengintegrasian ke dalam kebiasaan terapeutik hidup sehari-hari untuk pengobata
n penyakit dan sekuelanya yang tidak memuaskan untuk memenuhi tujuan keshatansp
esifik (NANDA, 2015-2017).
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) 2016,
manajemenkesehatan tidak efektif merupakan pola pengaturan dan pengintegrasian
penangananmasalah kesehatan ke dalam kebiasaan hidup sehari-hari tidak
memuaskan untukmencapai status kesehatan yang diharapkan.
Program intervensi yang di rumuskan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu :
1) Pengajaran: proses penyakit
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan proses penyakit yang spesifik
b. Review pengetahuan pasien mengenai kondisinya
c. Jelaskan mengenai proses penyakit, sesuai kebutuhan
d. Beri informasi kepada keluarga/oruang yang penting bagi pasien mengenai
perkembangan pasien, sesuai kebutuhan
e. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan/atau mengontrol proses penyakit
2) Dukungan Pengambilan Keputusan
a. Bantu pasien untuk mengklarifikasi nilai dan harapan yang mungkin akan
membantu dalam membuat pilihan yang penting dalam hidupnya
b. Informasikan pada pasien mengenai pandanan- pandanan atau solusi alternatif
dengan cara yang jelas dan mendukung
c. Bantu pasien mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari setiap alternatif
pilihan
d. Jadilah sebagai penghubung antara pasien dan keluarga.
3) Dukungan Keluarga
a. Tingkatkan hubungan saling percaya dengan keluarga
b. Berikan pengetahuan yang dibutuhkan bagi keluarga untuk membantu mereka
membuat keputusan terkait pasien
c. Dukung pengambilan keputusan dalam merencanakan perawatan jangka
panjang bagi pasien yang bisa mempengaruhi struktur dan keuangan keluarga
4) Peningkatan Tidur
a. Tentukan pola tidur/aktivitas pasien
b. Monitor pola tidur pasien, dan catat kondisi fisik
c. Sesuaikan lingkungan(misalnya cahaya, kebisingan, suhu, kasur dan tempat
tidur)
d. Bantu untuk menghilangkan situasi stress sebelum tidur.
5) Dukungan Kelompok
a. Pertahankan suasana positif untuk mendukung perubahan gaya hidup
b. Tekankan pentingnya koping yang efektif
c. Rujuk pasien ke dokter spesialis, bila perlu

4. Ketidakefektifan Protection
Ketidakefektifan protection adalah penurunan kemampuan untuk melindungi
diri sendiri dari dari ancaman interal atau eksternal seperti penyakit atau cedera.
Intervensi Perlindungan Infeksi
1) Observasi
a. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistematik dan lokal
b. Monitor kerentanan terhadap infeksi
c. Monitor riwayat perjalan internasional dan global
d. Monitor hitung mutlak granulosit
2) Mandiri
a. Ikuti tindakan pencegahan neutropenia, yang sesuai
b. Batasi jumlah pengunjung
c. Skirining semua pengunjung terkait penyakit menular
d. Pertahankan asepsis untuk pasien beresiko
e. Periksa kulit dan selaput lender untuk adanya kemerahan, kehangatan ekstrim,
atau drainase
f. Dapatkan kultur yang diperlukan
g. Tingkatkan asupan nutrisi yang cakup Anjurkan asupan cairan
h. Anjurkan Istrahat
i. Pantau adanya perubahan tingkat energy
j. Anjurkan peningkatan mobilitas dan latihan
k. Berikan agen imunisasi yang tepat
l. Jaga penggunaan antibiotic dengan bijaksana
m. Jangan mencoba pengobatan antibiotic untuk infeksi-infeksi virus
n. Singkirkan bunga-bunga dan tanaman- tanaman dari area pasien, dengan tepat
3) Kolaborasi
a. Lapor dengan infeksi pada personil pengendalian infeksi
b. Lapor kultur positif pada personil pengendalian infeksi
4) Health Education
a. Instrusikan pasien untuk minum antibiotic yang di resepkan
b. Anjarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan
harus melaporkannya pada pemberi layanan kesehatan
c. Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana cara menghindari infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Ncpmania. 2012. Risk-prone health behavior nursing care plan. Diakses pada: 08 November
2020. Terdapat pada: http://www.ncpmania.com/2012/06/risk-prone-health-
behavior.html?m=1
Sri Yazid, Dwi. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan. Diakses pada: 08 November 2020.
Terdapat pada: https://www.academia.edu
Sudiartha, Kadek. 2017. Ketidakefektifan perlindungan. Diakses pada: 08 November 2020.
Terdapat pada: https://id.scribd.com
Amri Yahya, Syah. 2019. Asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus dengan focus
studi ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga di wilayah kerja puskesmas
Kedengbanteng. Diakses pada: 08 November 2020. Terdapat pada:
http://repository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB%204%20P1337420217017.pdf
Damayanti, NNP. 2018. Asuhan keperawatan keluarga ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan. Diakses pada: 08 November 2020. Terdapat pada: http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id

Anda mungkin juga menyukai