Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENYULUHAN PENCEGAHAN HIPERTENSI PADA

REMAJA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan

Disusun Oleh:

1. Risa Indah Nursyifa (J410191212)


2. Sukma Ulvana ( J410191134)
3. Rani Rismayani (J410191188)
4. Fathan Nurul Kamila (J410191082)
5. Rizki Resti Sawitri (J410191185)
6. Ayu Ratna Sari (J410191058)
7. Nandani Kusuma Ningtyas (J410191053)
8. Amelia Indria Putri (J410191189)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tekanan darah pada manusia merupakan sebuah fisiologi tubuh yang
normal. Tekanan darah akan menjadi sebuah pemicu terjadinya penyakit ketika
mengalami perubahan. Ada 2 perubahan tekanan darah yang dapat terjadi yaitu
peningkatan dan penurunan. Menurut JNC VIII, peningkatan tekanan darah
terjadi apabila nilai sistol dan diastolnya >140/90 mmHg sedangkan penurunan
tekanan darah terjadi apabila nilai sistol dan diastolnya <90/60 mmHg.
European Society of Hypertension dan European Society of Cardiology
menjelaskan bahwa nilai tekanan darah perlu dikaji untuk mengetahui risiko
penyakit kardiovaskuler (Merdianti dkk, 2019)
Perubahan tekanan darah umumnya terjadi pada usia lanjut karena
penurunan fungsi fisiologis tubuh. Namun saat ini perubahan tersebut juga
dapat terjadi pada semua rentang usia. Berdasarkan Riskesdas 2018
menunjukkan prevalensi penduduk usia 18 – 24 tahun yang mengidap
hipertensi sebesar 13,32% dari total populasi penduduk usia tersebut. Beberapa
faktor yang dapat memengaruhi tekanan darah yaitu status nutrisi dan gaya
hidup. Dunia akan mempunyai jumlah anak dan remaja dengan status nutrisi
obesitas lebih banyak daripada kurang gizi pada tahun 2022 mendatang
(Merdianti dkk, 2019)
Remaja pada usia 10-18 tahun mengalami fase pertumbuhan dan
perkembangan pesat dalam hal fisiologis, psikologis, dan sosial. Periode yang
rentan gizi karena berbagai sebab ada di masa remaja. Pada masa remaja
diperlukan kebutuhan zat gizi yang relatif besar, dikarenakan terjadi fase
pertumbuhan. Kelompok remaja cenderung memiliki aktifitas fisik yang lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Secara biologis
kebutuhan gizi remaja sesuai dengan aktivitasnya lebih banyak membutuhkan
makanan yang mengandung protein, vitamin, dan mineral (Marmi, 2013).
Asupan makanan dan kebutuhan gizi remaja dipengaruhi oleh perubahan gaya
hidup dan kebiasaan makan remaja sehari-hari. Remaja yang aktif dalam
kegiatan olah raga, melakukan diet secara berlebihan, menderita penyakit
kronis, sedang hamil, pecandu alkohol atau obat terlarang merupakan masalah
lain remaja yang mempunyai kebutuhan gizi khusus (Almatsier, 2012).
Gaya hidup remaja masa kini mengalami perubahan dari segi pemilihan
makanan yang lebih memilih makanan yang mengandung gizi tidak seimbang
(energi, garam, lemak dan kolesterol tinggi serta rendah serat), seperti
mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food), dimana hal tersebut merupakan
akibat dari peningkatan kemakmuran dan pengaruh westernisasi (Saleh, 2019).
Perubahan yang terjadi pada remaja menimbulkan berbagai masalah dan
perubahan perilaku makan, baik mengarah keperilaku makanan yang sehat (gizi
seimbang) maupun mengarah kepada perilaku makanan yang tidak sehat seperti
makanan siap saji (fast food). Selain itu, masalah kesehatan yang timbul dari
permasalahan di atas cukup beragam diantaranya hipertensi, penyakit
kardiovaskuler dan diabetes melitus (Proverawati, 2010).
Hipertensi pada remaja adalah masalah kesehatan yang sangat penting dalam
peningkatan prevalensi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas. Sampai
saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Peningkatan
tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat
menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung
koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan
mendapat pengobatan yang memadai. Hipertensi esensial lebih sering
ditemukan pada remaja dibandingkan dengan anak-anak dan dikaitkan erat
dengan faktor genetik dan obesitas. Remaja dengan orangtua hipertensif
mempunyai risiko untuk mendapat hipertensi lebih tinggi dibandingkan anak
dengan orang tua yang normotensif (Suryawan, 2018).
Selain peningkatan angka morbiditas dan mortalitas, hipertensi juga
berdampak pada aspek lain. Hipertensi yang berlangsung dalam waktu lama
dan menimbulkan penyakit lain akan berdampak pada sosial ekonomi seperti
menurunnya kualitas kehidupan penderita, menurunnya produktivitas individu
dan negara, tingginya biaya kesehatan negara, dan tingginya biaya yang
dikeluarkan individu ketika sakit. Salah satu cara penanggulanan hipertensi
adalah intervensi gaya hidup (Masrul, 2018).
Pemerintah sebagai poros kebijakan telah mencanangkan suatu program
untuk menanggulangi permasalah kesehatan tersebut yaitu Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat (GERMAS). Setidaknya terdapat 7 langkah Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat (GERMAS) yaitu melakukan aktivitas fisik, makan buah dan
sayur, tidak merokok, tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, melakukan
cek kesehatan berkala, menjaga kebersihan lingkungan dan menggunakan
jamban. Ketujuh langkah tersebut merupakan bagian penting dari pembiasaan
pola hidup sehat dalam masyarakat guna mencegah berbagai masalah kesehatan
yang berisiko dialami oleh masyarakat Indonesia. Secara umum tujuan
GERMAS adalah menjalani hidup yang lebih sehat sehingga terhindar dari
risiko penyakit, peningkatan kualitas kesehatan hingga peningkatan
produktivitas seseorang (Direktorat PKPM, 2017).
Data Kasus Penyakit Tidak Menular di Puskesmas dan Rumah Sakit Kota
Surakarta tahun 2018 yang telah diperoleh memuat informasi mengenai kasus
Hipertensi Essensial pada Unit Pelayanan Puskesmas Jayengan sebanyak 3.181
kasus, dimana dalam kasus ini pengidap hipertensi yang tercatat merupakan
golongan usia dewasa. Meski demikian, menurut Suryawan (2018) remaja
dengan orangtua hipertensif mempunyai risiko untuk mendapat hipertensi lebih
tinggi dibandingkan remaja dengan orang tua yang normotensif. Pendidikan
kesehatan tentang status nutrisi, gaya hidup dan tekanan darah yang baik sesuai
usia remaja dapat dilakukan sebagai upaya promotif pencegahan hipertensi
pada remaja. Berdasarkan permasalahan tersebut, penyusun ingin melakukan
sebuah promosi kesehatan terkait Penyuluhan Pencegahan Hipertensi pada
Remaja di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Jayengan Surakarta.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan penyuluhan pencegahan hipertensi pada remaja di wilayah kerja
UPT Puskesmas Jayengan Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan penyuluhan terkait definisi hipertensi pada remaja.
b. Memberikan penyuluhan terkait faktor risiko hipertensi pada remaja.
c. Memberikan penyuluhan terkait pencegahan hipertensi pada remaja.

C. Manfaat
1. Menambah pengetahuan terkait definisi hipertensi pada remaja.
2. Menambah pengetahuan terkait faktor risiko hipertensi pada remaja.
3. Menambah pengetahuan terkait pencegahan hipertensi pada remaja
BAB II
METODE DAN MEDIA
A. MEDIA
1. Pengertian Metode Promosi Kesehatan
Metode (method) secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau metodik
berasal dari bahasa Greeka, metha, (melalui atau melewati), dan hodos (jalan
atau cara), jadi metode bisa berarti "jalan atau cara yang harus di lalui untuk
mencapai tujuan tertentu". Metode adalah cara teratur/sistematis yang
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai tujuan sesuai
dengan yang dikehendaki.
2. Jenis-Jenis Metode Dalam Promosi Kesehatan
a. Metode Individual (Perorangan)
Dalam pendidikan kesehatan, metode yang bersifat individual ini
digunakan untuk membina perilaku baru atau membina seseorang yang telah
mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya,
seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang
sedang tertarik terhadap imunisasi Tetanus Toxoid (TT) karena baru saja
memperoleh atau mendengarkan penyuluhan kesehatan.
1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan
metode ada tiga, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Metode Kelebihan Kekurangan
1. Penyuluhan a. Penuh a. Biaya lebih besar
Massal kepercayaan b. Bersifat kurang efektif
b. Jangkauan luas pengaruhnya
c. Tidak intensif
d. Perlu kemampuan
penyuluhan agar
mengetahui dan menaruh
perhatian massa
2. Penyuluhan a. Relatif lebih a. Masalah
Kelompok efisien pengorganisasian
b. Komunikator b. Kesulitan dalam
tidak tersamar pengorganisasian
aktifitas diskusi
c. Memerlukan pembinaan
calon pimpinan
kelompok yang cakap
dan dinamis
3. Penyuluhan a. Lebih efektif a. Sifatnya lebih formal
Perorangan b. Adanya persiapan
yang mantap
c. Langsung dapat
dirasakan
hasilnya
d. Intensif
Sumber : Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat oleh Lucie
(2005).
2) Interview (wawancara)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk
mengetahui apakah klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat
tentang informasi yang diberikan (perubahan perilaku yang diharapkan).
Terdapat dua macam wawancara yaitu wawancara formal dan
informal. Wawancara formal atau disebut juga wawancara terstruktur
yaitu sebuah prosedur sistematis untuk menggali informasi mengenai
responden dengan kondisi dimana pertanyaan ditanyakan dengan urutan
yang telah disiapkan oleh pewawancara dan jawabannya direkam dalam
bentuk yang terstandardisasi. Sedangkan wawancara informal adalah
sebuah wawancara dimana tidak dipersiapkan terlebih dahulu pertanyaan-
pertanyaan, tidak ada persiapan urutan pertanyaan, dan pewawancara
yang berkuasa penuh untuk menentukan pertanyaan sesuai dengan poin-
poin utama. Dikarenakan hampir segala sesuatunya tergantung
pewawancara maka proses wawancara menjadi tidak terstruktur, dan
karenanya wawancara semacam ini disebut juga wawancara tidak
terstruktur.
Kelebihan wawancara formal adalah metode ini biasanya mempunyai
validitas yang lebih tinggi dibandingkan wawancara informal. Akan
tetapi, metode ini juga mempunyai setidaknya dua kelemahan. Pertama,
prosedur melaksanakan wawancara tipe ini membutuhkan biaya yang
besar dan waktu yang lama. Kedua, validitas wawancara formal biasanya
lebih rendah dibandingkan beberapa metode lain seperti analisa biodata,
ataupun tes psikologis yang terstandardisasi (Guilford, dalam Singh,
2002).
Kelebihan wawancara informal, pertama karena sifatnya yang lebih
fleksibel dalam mengumpulkan data sehingga wawancara informal lebih
sering digunakan dibanding wawancara formal. Kedua, dengan metode
wawancara informal pewawancara dapat menggali data lebih dalam,
sehingga mendapatkan pemahaman yang lebih banyak atas orang yang di
wawancara. Namun wawancara informal juga memiliki kelemahan,
diantaranya pertama, pada wawancara informal terdapat kemungkinan
pengaruh pribadi dan bias yang besar dari pewawancara dibandingkan
dengan wawancara formal. Kedua, wawancara jenis ini membutuhkan
kemampuan yang lebih tinggi. Pewawancara diharapkan berlaku
diplomatis, cerdas, mempunyai keterampilan sosial yang tinggi, dan
memiliki pengetahuan yang tinggi atas substansi yang diteliti. Ketiga,
data yang didapat dari wawancara informal sulit untuk di kuantifikasikan
dan sulit dianalisa.
b. Metode Kelompok
Dalam memilih metode kelompok, harus mengingat besarnya kelompok
sasaran serta
tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar,
metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan
tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.
1) Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta
penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok
besar ini, antara lain ceramah dan seminar.
a) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah.
Merupakan metode dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan
secara lisan. Metode ini memiliki kelebihan yaitu mudah dilaksanakan.
Sedangkan kelemahannya yaitu penerima informasi menjadi pasif dan
kegiatan menjadi membosankan jika terlalu lama.
b) Seminar
Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau
beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan
dianggap hangat di masyarakat. Seminar contohnya menampilkan
masalah kesehatan di depan para pembuat keputusan baik lintas
program maupun lintas sektoral. Kelebihannya yaitu penyajian
mengenai masalah kesehatan disajikan secara lengkap didukung
dengan data dan ilustrasi yang menarik, serta program dan solusi
dalam pemecahan masalah kesehatan yang ada. Selanjutnya masalah
tersebut dibahas secara bersama-sama dan akhirnya akan diperoleh
komitmen dan dukungan program yang akan dilaksanakan.
Kelemahan metode ini hanya cocok untuk pendidikan formal
menengah ke atas.
2) Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut
kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara
lain:
a) Diskusi Kelompok
Metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara pemberi
dan penerima informasi, biasanya untuk mengatasi masalah. Metode
ini memiliki kelebihan yaitu mendorong penerima informasi untuk
berpikir kritis, mengekspresikan pendapatnya secara bebas,
menyumbangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama,
mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban
untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas
berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur
sedemikian rupa sehingga mereka dapt berhadap-hadapan atau saling
memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi
empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak
menimbulkan kesan yang lebih tinggi. Adapun kelemahan metode
diskusi yaitu tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar, peserta
diskusi mendapat informasi yang terbatas, dapat dikuasai oleh orang-
orang yang suka berbicara, biasanya orang menghendaki pendekatan
yang lebih formal.
b) Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode curah pendapat brainstorming merupakan metode
pengumpulan-pengumpulan sejumlah besar gagasan dari sekelompok
orang dalam waktu singkat, metode ini sering digunakan dalam
pemecahan atau penyelesaian masalah yang kreatif dan dapat
digunakan sendiri atau sebagai bagian dari strategi lain (Sani, 2013).
Yonny dan Yunus (2011) menyatakan beberapa kelebihan dari
penerapan metode brainstorming sebagai berikut, yaitu memberikan
kesempatan peserta untuk berpendapat, melatih daya kritis dan analisis
peserta, mendorong peserta agar dapat menghargai pendapat orang lain
dan menstimulasi peserta agar dapat berpikir secara holistik.
Sedangkan kelemahan metode ini menurut Roestiyah (2012) yaitu
kurangnya waktu yang diberikan kepada peserta untuk berpikir dengan
baik, pembicaraan terkadang didominasi oleh peserta yang pandai saja,
peserta tidak segera tahu apakah pendapatnya betul atau salah, serta
masalah bisa berkembang kearah yang tidak diharapkan.
c) Bola Salju (Snow Balling)
Metode dimana kesepakatan akan didapat dari pemecahan menjadi
kelompok yang lebih kecil, kemudian bergabung dengan kelompok
yang lebih besar. Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1
pasang 2 orang) dan kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau
masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap 2 pasang bergabung
menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan
mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya,
demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh
anggota kelompok.
Menurut Hizbullah (2011), kelebihan dari metode ini yaitu melatih
kesiapan peserta dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber
pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan,
peserta lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi
yang dipaparkan, dapat membangkitkan keberanian peserta dalam
mengemukakan pertanyaan kepada teman lain, peserta akan lebih
mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu
masalah, peserta akan lebih bisa menerima keragaman atau
heterogenitas suku, sosial,budaya, bakat dan intelegensia, peserta akan
terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya. Sedangkan
kekurangan metode ini antara lain pengetahuan tidak luas hanya
terkuat pada pengetahuan sekitar peserta, kurang efektif digunakan
untuk semua materi kegiatan.
d) Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil
(buzz group) yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama
atau tidak sama dengan kelompok lain, masing-masing kelompok
mendiskusikan masalah tersebut, selanjutnya hasil dan tiap kelompok
didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.
Menurut Suprijanto (2007) metode diskusi buzz group merupakan
alat untuk membagi kelompok diskusi besar menjadi kelompok-
kelompok kecil. Terdapat kelebihan dan kelemahan metode buzz
group menurut Trianto (2010) yaitu, melibatkan keaktifan seluruh
peserta, menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir kreatif,
dapat melihat dalam perspektif yang berbeda, megembangkan sikap
social dan sikap demokratis. Adapun kelemahan buzz group yaitu:
memboroskan waktu, waktu diskusi secara singkat sehingga diskusi
kurang efektif, peserta harus belajar terlebih dahulu agar hasil
maksimal.
e) Role Play (Memainkan Peranan)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai
pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai
dokter Puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dan sebagainya,
sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat.
Mereka memperagakan bagaimana interaksi atau berkomunikasi
sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
Kelebihan dari metode promosi kesehatan role play ini antara laian
bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh, mudah
dilakukan dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda,
dapat mengevaluasi pemahaman setiap peserta melalui pengamatan
pada saat melakukan permainan, serta merupakan kegiatan yang
menyenangkan (Hamdani, 2011). Sedangkan kelemahan model ini
selain memerlukan waktu yang lama, memerlukan kreativitas dan
inovasi yang tinggi juga dapat memungkinkan peserta merasa malu
jika melakukan permainan peran ini serta.
f) Permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi
kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk
permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis
seperti bermain monopoli, dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk
arah). Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan
sebagai narasumber.
Simulation game merupakan bermain peran, para peserta
berkompetisi mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan
mematuhi peraturan yang ditentukan (Majid, 2013). Beberapa
kelebihan metode simulasi menurut Majid (2013) diantaranya adalah
simulasi dapat dijadikan bekal dalam menghadapi situasi yang
sebenarnya, dapat mengembangkan kreativitas, memupuk keberanian
dan kepercayaan diri, memperkaya pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi.
Namun ada kelemahan diantaranya pengelolaan yang kurang baik
sering menjadikan simulasi sebagai alat hiburan sehingga tujuan
pembelajaran menjadi terabaikan dan faktor psikologi seperti rasa
malu dan takut sering mempengaruhi dalam melakukan simulasi.
3) Metode Massa
Metode pendidikan kesehatan secara massa dipakai untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat yang sifatnya massa atau publik. Dengan demikian cara yang
paling tepat adalah pendekatan massa. Oleh karena sasaran promosi ini
bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis
kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan
sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness
(kesadaran) masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu
diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku. Namun demikian, bila
kemudian dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku juga
merupakan hal yang wajar. Pada umumnya bentuk pendekatan (metode)
massa ini tidak langsung. Biasanya dengan menggunakan atau melalui
media massa. Beberapa contoh metode pendidikan kesehatan secara
massa ini, antara lain:
a) Ceramah umum (public speaking)
Pada acara-acara tertentu, misalnya Hari Kesehatan Nasional,
Menteri Kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato
dihadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
Menurut Hamalik (2013) beberapa kelebihan metode ceramah
umum diantaranya yaitu sasaran penyuluhan dapat dilakukan kepada
orang dewasa, dapat digunakan pada kelompok yang besar, praktis dari
sisi persiapan, efisien dari sisi waktu dan biaya serta dapat
menyampaikan materi yang banyak. Sedangkan kelemahan metode ini
adalah pembicara harus menguasi materi yang akan disampaikan,
peserta cenderung pasif karena perhatian hanya terpusat pada peyuluh,
dan peserta akan lebih bosan dan merasa mengantuk, karena dalam
metode ini hanya pemberi materi yang aktif dalam proses belajar
mengajar, sedangkan para peserta hanya duduk diam mendengarkan
penjalasan yang telah diberikan.
b) Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan
Melalui media elektronik, baik TV maupun radio, pada hakikatnya
merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Kelebihan metode ini
antara lain dapat mencakup sasaran yang lebih luas, efektif dalam
penyampaian materi sekaligus dapat meminimalkan petugas dalam
pemberian materi. Sedangkan kelemahan metode ini yaitu
memerlukan perencanaan dan desain yang matang sehingga memakan
waktu yang lama.
c) Simulasi
Dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya
tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan
pendekatan pendidikan kesehatan massa. Menurut Syaefuddin (2002),
kelebihan dari metode ini adalah aktivitas simulasi menyenangkan
sehingga peserta terdorong untuk berpartisipasi, simulasi melatih
pembelajar untuk berfikir kritis, mengurangi hal-hal yang terlalu
abstrak sebab dikerjakan dalam bentuk aktivitas. Sedangkan
kelemahan metode ini antara lain kurang efektif untuk kelas yang
telalu besar, memerlukan fasilitas khusus yang mungkin sulit untuk
disediakan di tempat latihan, karena diperlukan banyak alat bantu,
dibutuhkan waktu yang lama bila semua peserta harus melakukannya,
memerlukan waktu dan biaya yang lebih banyak.
d) Tulisan-tulisan di majalah atau koran
Baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab atau konsultasi
tentang kesehatan adalah merupakan bentuk pendekatan promosi
kesehatan massa.
e) Bill Board
Bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan
sebagainya juga
merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh : billboard Ayo
ke Posyandu
B. MEDIA
1. Pengertian Media dalam Promosi Kesehatan
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk
menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator
sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan
dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan.
2. Jenis Media Promosi Kesehatan
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan / informasi kesehatan,
media promosi kesehatan dibagi menjadi 3 yakni :
a. Media cetak
Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari
gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk
dalam media ini adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar
balik), rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang
mengungkapkan informasi kesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak
antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa
kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat
meningkatkan gairah belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak
dapat memiliki efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat.
b. Media elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan
didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang
termasuk dalam media ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD,
VCD, internet (computer dan modem), SMS (telepon seluler). Seperti halnya
media cetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih
mudah dipahami, lebih menarik, sudah dikenal masyarakat,
mengikutsertakan seluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan
dan diulang-ulang serta jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini
adalah biayanya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih
untuk produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang
dan berubah,perlu keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk
mengoperasikannya.
c. Media luar ruang
Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak
maupun elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan
televisi layar lebar, umbul-umbul, yang berisi pesan, slogan atau logo.
Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik,
sebagai informasi umum dan hiburan, mengikut sertakan seluruh panca
indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif besar.
Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat
canggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang
dan berubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan
untuk mengoperasikannya.
d. Media Lain, seperti :
1) Iklan di bus
2) Mengadakan event, merupakan suatu bentuk kegiatan yang diadakan
di pusat perbelanjaan atau hiburan yang menarik perhatian pengunjung
a) Road Show, suatu kegiatan yang diadakan dibeberapa tempat /
kota.
b) Sampling, contoh produk yang diberikan kepada sasaran secara
gratis.
c) Pameran, suatu kegiatan untuk menunjukkan informasi program
dan
pesan-pesan promosi.
BAB II
METODE DAN MEDIA YANG DIPILIH
A. MEDIA
Kegiatan yang akan dilaksanakan memilih 3 metode promosi kesehatan yang telah
disampaiakn di atas, antara lain :

1. Ceramah
Ceramah merupakan metode dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan secara lisan. Alasan memilih metode ceramah ini karena jumlah
sasaran kegiatan besar yaitu 50 orang dan metode ini mudah dilaksanakan.

2. Snow balling
Snow balling merupakan metode dimana kesepakatan akan didapat dari
pemecahan menjadi kelompok yang lebih kecil, kemudian bergabung dengan
kelompok yang lebih besar. Alasan kami memilih metode ini yaitu untuk
mengetahui pemahaman responden terkait masalah kesehatan

3. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok merupakan metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi
antara pemberi dan penerima informasi, biasanya untuk mengatasi masalah.
Alasan kami memilih metode diskusi kelompok yaitu untuk menyamakan
persepsi dan nantinya digunakan untuk membuat kesimpulan dari permasalahan
yang ada.

B. METODE
1. Leaflet
Leaflet merupakan merupakan sarana publikasi singkat yang berbentuk
selebaran kertas dan berukuran kecil. Alasan penggunaan media ini selain
sasarannya luas dan praktis dalam menyampaikan informasi kepada khalayak
umum.
2. Video
Video adalah teknologi untuk menangkap, merekam, memproses,
mentransmisikan dan menata ulang gambar bergerak. Beberapa alasan
memilih video menjadi media promosi kesehatan yaitu video dapat
memberikan kesan menarik untuk dilihat dan didengar serta lebih mudah
dalam menyampaikan suatu pesan.

3. Sticker
Sticker adalah bahan yang dapat menempel sendiri atau dengan kata lain dia
memiliki bahan perekat sehingga dapat ditempelkan di benda. Alasan sticker
dipilih menjadi media promosi kegiatan dalam penyuluhan ini adalah pesan
yang disampaikan jelas dan tidak memerlukan biaya yang besar.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. (2012). Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. (2017). GERMAS-
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Tersedia dalam : https://promkes.kemkes.go.id . Diakses : 26
November 2019.
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.
Hizbullah. (2011). Metode Snowball Throwing. Jakarta. PT Raja Grasindo. Persada.
Kemenkes RI. (2016). Promosi Kesehatan. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.
Lucie, S. (2005). Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor: Ghalia
Indonesia
Majid, Abdul. (2013). Strategi Pembelajaran Remaja. Bandung: Rosdakarya.
Marmi. (2013). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Merdianti, R dkk. (2019). Hubungan Status Nutrisi dan Gaya Hidup terhadap
Tekanan Darah pada Remaja di Kelurahan Lidah Kulon Kota Surabaya. Jurnal
Ners dan Kebidanan. Tersedia dalam :
https://doi.org/10.26699/jnk.v6i2.ART.p218-226 Diakses : 26 November 2019
Proverawati A. (2010). Permasalahan Dan Perubahan Perilaku Di Kehidupan
Remaja. Yogyakarta: Nuha Medika.
Roestiyah. (2012). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Saleh, AJ. (2019). Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Siap Saji (Fast-Food),
Status Gizi, dan Kejadian Hipertensi dengan Fungsi Kognitif pada Remaja.
[Tesis]. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Tersedia dalam : . Diakses : 26
November 2019
Sani R, Abdullah. (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Suryawan ZF. 2018. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada
Remaja. [Skripsi]. Surabaya : Universitas Airlangga. Tersedia dalam : . Diakses :
26 November 2019
Trianto. (2007). Pembelajaran-pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi.
Yonny, Acep dan S.R.Yunus. (2011). Begini Cara Menjadi Guru Inspiratif &
Disenangi siswa. Yogyakarta: PT.Pustaka Widyatama.

Anda mungkin juga menyukai