Kelompok : B4
Anggota :
1. Eka Nur Afni Ismail 2110101273
2. Nurhamsa S Hatala 2110101275
3. Susilawati 2110101276
4. Ai Rahmawati Dewi 2110101278
5. Beatrix Yenike Z 2110101285
6. Aas Wahyuni 2110101286
7. Elda Hayati 2110101287
8. Ayu Sundari 2110101288
9. Pisnitri 2110101290
10. Regita Amanda 2110101291
11. Hani Wulandari 2110101293
1. Promotive (elza)
2. Siklus daur kehidupan (aas)
3. Kegiatan posyandu (aas)
4. Pandemic (elza)
5. Promosi kesehatan (elza)
Step 2
Problem Definition
Step 3
Brainstorming
1. a. promotive adalah upaya yang meningkat masyarakat melalui pembelajaran dari oleh
untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong diri sendiri serta bersumber
dari SDM sesuai kondisi budaya setempat dan di dukung kebijakan public yang
berwawasan kesehatan. Contohnya yaitu penyuluhan kesehatan bayi balita(sofia)
b. promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat meningkatkan dan
melindungi kesehatan lebih luas dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan(ai)
c. meningkatkan promosi kesehatan pada masyarakat (aas)
2. a. Siklus daur kehidupan yaitu seluruh tahap perubahan yang dialami mahlik hidup
yang dialami selama masa hidupnya (sofia)
b. memberi asuhan dimulai dari bayi, balita, batita, anak pra sekolah, remaja sampai
dengan lansia (pisnitri)
3. a. Tujuan posyandu merupakan menurunkan angka kematian bayi, dan angka kematian
ibu, melahirkan dan nifas (regita)
b. kegiatan posyandu lingkupnya ada ibu hami dan balita. Ibu hamil fungsinya
mendeteksi dini adanya komplikasi dan melakukan pelayanan ANC.bayi balita
untuk memantau tumbuh kembangnya dan jika sakit bias diobati dan untuk
pelaksanaannya biasanya dilakukan 1 bulan sekali oleh tenaga kesehatan terutama
bidan (hani)
4. a. pandemic adalah epidemi penyakit yang menyebar diwilayah yang luas misalnya
dibeberapa benua atau diseluruh dunia (susi)
b. membuat kebijakan 3M dan mengatagorikan wilayah berdasarkan tingkat
penyebaran pandemic, membuat kebijakan yang dilakukan secara virtual atau
online berupa sekolah dari rumah, kerja dari rumah dan vaksinasi gratis untuk
masyarakat (pisnitri)
c. bidan melakukan pendataan pemudik yang pulang kampung , mengsosialisasi
kan mengenai pentingnya karantina mandiri selama 14 hari untuk mencegah
penyebaran covid (susi)
5. a. menerapkan prilaku hidup sehat, cuci tangan pakai sabun, mengkonsumsi
mkanan sehat seperti sayur dan buah, tidak membuang sampah sembarangan dan
juga menggunakan pelayanan kesehatan (ayu)
b. pasien individu sehat, keluarga komponen dari masyarakat (ayu)
Step 4
Analizing The Problem
Step 5
Formulating Learning Issues
1. Upaya promotive kesehatan
Piagam Ottawa adalah pernyataan yang jelas tentang tindakan untuk promosi kesehatan, yang
digunakan secara luas oleh sektor promosi kesehatan. Piagam Ottawa keluar dari Konferensi
Internasional pertama tentang Promosi Kesehatan yang diadakan di Ottawa, Kanada, pada
bulan November 1986. Konferensi tersebut bertujuan untuk tindakan mencapai 'Kesehatan
untuk semua' pada tahun 2000 dan seterusnya. Piagam memberikan promosi kesehatan
kerangka kerja yang solid, dan promotor kesehatan identitas.
Penelitian dan studi kasus dari seluruh dunia memberikan bukti yang meyakinkan bahwa
promosi kesehatan itu efektif. Strategi promosi kesehatan dapat mengembangkan dan
mengubah gaya hidup, serta berdampak pada kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan yang
menentukan kesehatan.
Lima strategi yang ditetapkan dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan sangat penting
untuk kesuksesan:
Pendekatan kami didasarkan pada pengetahuan bahwa kesehatan dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang kompleks dan saling terkait.
Ini termasuk:
lingkungan keluarga
faktor sosial ekonomi yang lebih luas seperti budaya, undang-undang, media dan
ekonomi.
Beberapa tahun terakhir telah menjadi penting untuk promosi kesehatan dengan perhatian
terfokus pada agenda pencegahan oleh pemerintah Negara Bagian dan Persemakmuran. Ini
sebagai respons terhadap perubahan signifikan yang menyebabkan peningkatan penyakit
kronis.
Ini termasuk perubahan demografis (pertumbuhan dan penuaan penduduk) dan perubahan
gaya hidup. Peningkatan penyakit kronis memiliki, dan akan terus berdampak pada sistem
perawatan kesehatan kita dan pencegahan dilihat oleh semua tingkat pemerintahan sebagai
kunci.
Kebijakan utama yang terkait dengan promosi kesehatan semuanya mengakui bahwa:
pada aspek ini adalah kelompok pasien yang baru sembuh dari suatu penyakit.
2) Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan (tempat pelaksanaan):
1) Sasaran Primer (Primary Target) Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer
ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (Empowerment).
http://repository.unimus.ac.id 11 Masyarakat menjadi sasaran langsung segala upaya
pendidikan dan promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini
dapat dikelompokan menjadi: kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan
menyusui untuk masalah KTA (kesejahtraan ibu anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja,
dan sebagainya.
2) Sasaran Sekunder (Secondary Target) Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran
sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan sosial (social support). Tokoh agama,
masyarakat, adat dan sebagainya disebut sasaran sekunder, karena dengan memberikan
pendidikan kesehatan kepada kelompok ini akan memberikan diharapkan untuk selanjutnya
kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat di sekitarnya.
Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan
kesehatan yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberi contoh atau acuan
perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya.
3) Sasaran Tersier (Tertiary Target) Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran tersier
ini adalah sejalan dengan strategi advokasi (advocacy). Pembuat keputusan atau penentu
kebijakan baik ditingkat pusat, maupun daerah adalah sasaran tersier promosi kesehatan.
Dengan kebijakankebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan
http://repository.unimus.ac.id 12 mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh
masyarakat (sasaran sekunder) dan masyarakat umum (sasaran primer).
Presiden RI Joko Widodo dalam pidato resminya di Istana Merdeka (15 Mei 2020)
menyatakan bahwa: “Kehidupan Kita sudah pasti berubah untuk mengatasi risiko wabah ini.
Itu keniscayaan. Itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai New Normal atau tatanan
kehidupan baru. ” .
Pada masa pandemi masyarakat Indonesia diharuskan hidup dengan tatanan hidup
baru, yang dapat ‘berdamai’ dengan COVID-19. Adapun yang dimaksud dengan New
Normal adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh masyarakat dan semua
institusi yang ada di wilayah tersebut untuk melakukan pola harian atau pola kerja atau pola
hidup baru yang berbeda dengan sebelumnya. Bila hal ini tidak dilakukan, akan terjadi risiko
penularan. Tujuan dari New Normal adalah agar masyarakat tetap produktif dan aman dari
Covid-19 di masa pandemi. Selanjutnya agar New Normal lebih mudah diinternalisasikan
oleh masyarakat maka “New Normal” dinarasikan menjadi “Adaptasi Kebiasaan Baru”.
Maksud dari Adaptasi Kebiasaan Baru adalah agar kita bisa bekerja, belajar dan beraktivitas
dengan produktif di era Pandemi Covid-19.
Apakah kita mau terus hidup dengan pembatasan? Tinggal di rumah terus? Sudah pasti
jawabannya: Tidak. Tentunya, kita ingin kembali bisa bekerja, belajar, dan bersosialisasi atau
aktivitas lainnya agar dapat produktif di era pandemi. Hal ini bisa dilakukan kalau kita
beradaptasi dengan kebiasaan baru yaitu disiplin hidup sehat dengan menerapkan protokol
kesehatan secara ketat.
Kebiasaan baru untuk hidup lebih sehat harus terus menerus dilakukan di masyarakat dan
setiap individu, sehingga menjadi norma sosial dan norma individu baru dalam kehidupan
sehari hari.
Bila kebiasaan baru tidak dilakukan secara disiplin atau hanya dilakukan oleh sekelompok
orang saja, maka hal ini bisa menjadi ancaman wabah gelombang kedua. Kebiasaan lama
yang sering dilakukan, seperti bersalaman, cipika-cipiki, cium tangan, berkerumun/
bergerombol, malas cuci tangan harus mulai ditinggalkan karena mendukung penularan
Covid-19.
Dimana dan Apa?
Kita dituntut untuk mampu mengadaptasi/ menyesuaikan kebiasaan baru dimanapun kita
berada, seperti di rumah, di kantor, di sekolah, di tempat ibadah, dan juga di tempat-tempat
umum, seperti terminal, pasar, dan mal. Diharapkan dengan seringnya menerapkan kebiasaan
baru dimanapun, semakin mudah dan cepat menjadi norma individu dan norma masyarakat.
Dengan demikian, kita bisa bekerja, belajar, beribadah dan beraktivitas lainnya dengan aman,
sehat dan produktif. Adaptasi kebiasaan baru yang dimaksud adalah:
pakai masker
jaga jarak
Inilah pesan kunci yang perlu dilakukan secara disiplin, baik secara individu maupun kolektif
agar tujuan yang dimaksud dapat tercapai.Saatnya menjadi pelopor adaptasi kebiasaan baru.
https://promkes.kemkes.go.id/menuju-adaptasi-kebiasaan-baru
Step 6
Self Study
Step 7
Reporting