Anda di halaman 1dari 23

SIMULASI TO BATCH 5

(1)
52. Pemerintah mulai gencar menerapkan label pangan berbentuk gambar,tulisan, kombinasi
keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan. Penerapan ini merupakan strategi dalam
mencapai prioritas RPJMN dalam hal …
a. Peningkatan KIA, KB dan KesehatanReproduksi
b. Perbaikan gizi masyarakat
c. Pembudayaan Germas
d. Peningkatan pengendalian penyakit
e. Penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan makanan

Jawaban: c. Pembudayaan Germas

Pembahasan:
ARAH KEBIJAKAN RPJMN BIDANG KESEHATAN 2020-2024
Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama
penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya
promotif preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi.

Strategi pencapaian RPJMN tersebut adalah:


1. Peningkatan KIA, KB dan KesehatanReproduksi
2. Percepatan Perbaikan gizi masyarakat
3. Peningkatan pengendalian penyakit
4. Pembudayaan Germas
5. Penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan makanan

Strategi implementasi pada strategi pembudayaan Germas yaitu:


a) Pengembangan kawasan sehat antara lain kabupaten/kotasehat, pasar sehat, upaya
kesehatan sekolah (UKS) dan lingkungan kerja sehat;
b) Penyediaan ruang terbuka publik, transportasi masal dan konektivitas dengan mengacu pada
rencana tata ruang untuk mendorong aktivitas fisik masyarakat dan lingkungan sehat serta
penurunan polusi udara;
c) Regulasi yang mendorong pemerintah pusat dan daerah serta swasta untuk menerapkan
pembangunan berwawasan kesehatan dan mendorong hidup sehat termasuk
pengembangan standar dan pedoman untuk sektor non kesehatan, peningkatan cukai rokok,
pelarangan iklan rokok, dan penerapan cukai pada produk pangan yang berisiko tinggi
terhadap kesehatan dan pengaturan produk makanan dengan kandungan gula, garam dan
lemak;
d) Promosi perubahan perilaku hidup sehat yang inovatif dan pemberdayaan masyarakat
termasuk revitalisasi posyandu dan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat lainnya
serta penggerakan masyarakat madani untuk hidup sehat;
e) Peningkatan penyediaan pilihan pangan sehat termasuk penerapan label pangan dan
perluasan akses terhadap buah dan sayur.
(2)
53. Hasil survey perawat di wilayah binaannya didapatkan 35% lansia mengami hipertensi, 15%
menderita diabetes melitus, 30% mengalami nyeri sendi dan 65% lansia jarang memeriksakan
kesehatannya. Perawat memberikan motivasi dan mendorong pada kader serta lansia untuk
berpartisipasi aktif melakukan posyandu lansia. Apakah strategi yang digunakan oleh perawat ?
a. Proses kelompok
b. Kemitraan
c. Health promotion
d. Pendidikan kesehatan
e. Community empowerment

Jawaban: e. Community empowerment

Pembahasan :
Data fokus : Memberikan motivasi dan dorongan pada kader dan lansia untuk berpartisipasi aktif
melakukan posyandu lansia merupakan suatu bentuk strategi intervensi pemberdayaan masyarakat
atau community empowerment (Nies & McEwen, 2019)

Strategi intervensi dalam komunitas ada 4 (Nies & McEwen, 2019) :


1) Pemberdayaaan masyarakat/ Community Empowerment adalah pemberian dorongan
kepada masyarakat agar berpartisipasi aktif dalam memelihara kesehatanny contoh:
kegiatan posyandu, posbindu, dan kegiatan UKBM lainnya
2) Kemitraan adalah hubungan kerja sama yang saling menguntugkan dalam rangka
pencegahan dan pengendalian penyakit.
3) pendidikan kesehatan (health promotion) : Upaya pembelajaran pada masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan untuk meningkatkan dan memilihara kesehatannya.
4) proses kelompok : Penyelesaian masalah dengan membentuk kelompok

(3)
54. Pada saat kunjungan keluarga, perawat mendapati keluarga yang mengalami Konjungtivitis
Membranosa dan tidak kunjung sembuh. Keluarga beranggapan bahwa penularan penyakit mata
itu melalui saling bertatapan, sehingga hanya menghindari tatapan satu sama lain dan tidak
mengetahui bahwa penyakit ini menular melalui air mata. Keluarga masih saling berbagi handuk
dan Ibu tidak mencuci tangan sebelum menyentuh anaknya yang masih berumur 3 bulan. Jika
perawat mengajarkan anggota keluarga mengenai proses jalannya penyakit, apakah tujuan dari
tindakan tersebut ?
a. Untuk meningkatkan interaksi yang sehat dalam keluarga
b. Untuk meningkatkan penyelesaian masalah atau konflik
c. Untuk mengetahui anggota keluarga secara individu, dan membuat hubungan saling percaya
dengan setiap anggota keluarga
d. Membuat keluarga menjadi lebih yakin dalam mengatur gaya hidup mereka, jika
keluarga mengetahui alasan tentang perilaku yang lebih spesifik
e. Untuk meningkatkan level perawatan
Pembahasan:
DS :
 Keluarga mengakui bahwa penyakit mata yag mereka derita itu menular, namun melalui
tatapan mata
 Keluarga mengatakan bahwa mereka masih berbagi handuk satu sama lain

DO :
 Ibu tidak mencuci tangan sebelum kontak dengan anaknya
 Aktifitas keluarga yang tidak sesuai dengan tujuan kesehatan
 Keluarga gagal untuk mengaplikasikan tindakan untuk mengurangi resiko

Diagnosa keperawatan berdasarkan kasus ini adalah Manajemen Program pengobatan keluarga yang
tidak efektif. Yaitu, pola pengaturan atau penggabungan program pengobatan untuk penyakit dan
melakukan tindaan yang berakibat buruk untuk penyakit sehingga tidak adanya kepuasan untuk
menemukan tujuan kesehatan yang spesifik.
Tanda dan gejala Mayor :
 Mengungkapkan tidak memahami masalah kesehatan yang diderita
 Mengungkapkan kesulitan menjalankan perawatan yang ditetapkan
 Gejala penyakit anggota keluarga semakin memberat
 Aktivitas keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan tidak tepat

Tanda dan gejala Minor :


 Gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko

Kondisi Klinis yang terkait :


- PPOK
- Sklerosis Multiple
- Arthritis
- Nyeri Kronis
- Penyalahgunaan Zat
- Gagal Ginjal/hati tahap terminal

Penyebab :
- Kerumitan Sistem Pelayanan kesehatan
- Regimen Therapeutik yang runit
- Konflilk Pengambilan Keputusan
- Keseulitan Ekonomi
- Banyak tuntutan, dan
- Konflik Keluarga

Rencana Tindakan :
 Melewatkan atau menghabiskan waktu bersama keluarga, bertujuan untuk mengetahui
anggota keluarga secara individu, dan membuat hubungan saling percaya dengan setiap
anggota keluarga
 Mendukung anggota keluarga untuk menghadiri dan berpatisipasi di dalam tahap
pengobatan, bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan keluarga dan meningktakan solusi
penyelesaian konflik atau masalah
 Bantu anggota keluarga untuk menyatakan perasaan yang berhubungan dengan penyakit
pada anggota keluarga agar membawa konflik keluarga menjadi lebih terbuka
 Dorong kepercayan diri anggota keluarga tentang penyakit dan review informasi yang
relevan, untuk menciptakan dukungan mereka dalam meningkatkan manajemen regimen
pengobatan
 Ajarkan anggota keluarga mengenai proses jalannya penyakit dan jelaskan hubungan antara
jalannya proses penyakit dan regimen pengobatan. Jika keluarga mengetahui alas an
tentang perilaku yang spesifik, mereka menjadi lebih yakin untuk mengatur gaya hidup
mereka.
 Bantu anggota keluarga mengklarifikasi nilai yang berhubungan dengan gaya hidup, untuk
meningkatkan pemahaman mengenai konflik atau masalah antara gaya hidup dan tuntutan
dari regimen pengobatan
 Bekerja dengan anggota keluarga untuk mengembangkan aktifitas sehari-hari yang
mengatur regimen pengobatan yang sesuai dengan gaya hidup, untuk menciptakan faktor-
faktor gaya hidup yang sesuai dan mungkin untuk diterapkan
 Bantu anggota keluarga memodifikasi faktor yang menganggu manajemen pengobatan,
untuk meningkatkan level perawatan
 Arahkan anggota keluarga pada agensi yang dibutuhkan , untuk meyakinkan keberlanjutan
dukungan keluarga dan membantu mengurangi konflik atau masalah.
 Bantu keluarga merencanakan untuk mengikuti pengajaran mengenai penyakit untuk masa
yang akan dating, agar kemampuan perendanaan anggota keluarga mengalami peningkatan
dalam mengembangkan strategi yang sesuai dalam pengaturan regimen pengobatan.

(Wahid, Bambang,Khorul & SIti. (2006). Teori & APlikasi Dalam Praktik Dengan Pendekatan Asuhan
keperawatan Komunitas, Gerontik dan Keluarga. Edisi I. CV Agung Seto : Jakarta)

(4)
55. Perawat jiwa komunitas berencana akan menjalankan program pencegahan penyalahgunaan obat,
yang sering digunakan sebagai koping dalam mengatasi masalah terutama pada remaja. melalui
kegiatan latihan asertif dan latihan afirmasi setelah mengumpulkan data dan mengobservasi suatu
wilayah. Apakah tingkat pencegahan yang diaplikasikan perawat CMHN berdasarkan kasus?
a. Primer
b. Tersier
c. Sekunder
d. KKJ
e. inferior

Pembahasan:
DO : Perawat jiwa komunitas berencana akan menjalankan program pencegahan penyalahgunaan
obat, yang sering digunakan sebagai koping dalam mengatasi masalah terutama pada remaja.
melalui kegiatan latihan asertif dan latihan afirmasi setelah mengumpulkan data dan mengobservasi
suatu wilayah.
Data-data diatas menunjukkan bahwa perawat melakukan aplikasi CMHN berupa pencegahan
primer. Pencegahan primer adalah pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang berfokus padaa
peningkatan kesehatan dan pencegahan terjadinya gangguan jiwa, dimana target pelayanan adalah
anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa.

Tinjauan Opsi lainnya:


 Opsi "tersier" (Tidak Tepat), karena merupakan fokus pelayanan keperawatan pada
peningkatan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan
jiwa, dimana target pelayanan adalah masyarakat yang mengalami gangguan jiwa pada
tahap pemulihan
 Opsi "sekunder" (Tidak Tepat), karena fokus pelayanan adalah deteksi dini masalah
psikososial dan gangguan jiwa serta penanganan segera. target pelayanan adalah
masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan tanda tanda masalah psikososial dan
gangguan jiwa
 Opsi "KKJ" (Tidak Tepat), karenabukan merupakan tingkat pencegahan dalam aplikasi CMHN
 Opsi "inferior" (Tidak Tepat), karena bukan merupakan tingkat pencegahan dalam aplikasi
CMHN

(5)
58. Seorang perempuan (35 tahun) dirawat di RS dengan kolelitiasis. Pasien mendapat obat
Ceftriaxone dan akan dilakukan uji sensitivitas. Perawat telah membersihkan area penusukan
dengan swab alkohol. Apakah prosedur tindakan selanjutnya yang tepat dilakukan perawat?
a. Lakukan penusukkan membentuk sudut 15 derajat
b. Tusuk lokasi penyuntikan dengan jarum menghadap ke atas
c. Regangkan kulit pada daerah yang akan diinjeksi
d. Masukkan obat sehingga terbentuk gelembung pada kulit
e. Tarik spuit perlahan, area penusukan jangan dipijit

Jawaban: c. Regangkan kulit pada daerah yang akan diinjeksi

Pembahasan:
Prosedur Pemberian Obat Melalui Intrakutan
a. cuci tangan dan pasang APD sesuai kebutuhan
b. lakukan prinsip 6 benar (benar obat, dosis, cara, waktu, pasien, dokumentasi)
c. masukkan obat dan keluarkan udara dengan cara menegakkan spuit dengan posisi jarum
tertutup, letakkan spuit ke dalam bak instrument
d. bebaskan daerah yang akan diinjeksi, utamakan daerah yang kurang pigmentasi (1/3 distal
bawah yang bebas pembuluh darah)
e. pasang pengalas di bawah daerah yang akan diinjeksi
f. desinfeksi daerah yang akan diinjeksi dengan kapas alcohol
g. regangkan kulit dengan tangan non dominan daerah yang akan diinjeksi
h. lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap ke atas membentuk sudut 15-20
derajat terhadap permukaan kulit
i. masukkan obat sehingga terjadi gelembung
j. tarik spuit perlahan, biarkan bekas penusukan, jangan dipijit
k. beri tanda area penyuntikan dengan pena diameter 5 cm
l. bereskan alat-alat, lepaskan APD dan cuci tangan
m. catat reaksi pemberian setelah 15-20 menit, lakukan dokumentasi

(6)
61. Seorang perempuan (50 tahun) dengan Ketoasidosis Diabetikum dirawat di RS. Keluarga
mengatakan pasien tiba-tiba kejang dan tidak sadarkan diri. Hasil pengkajian: Pasien mengalami
penurunan kesadaran, GCS 11, CRT < 2 detik, akral hangat. GDS 480 mg/dl. Setelah dilakukan
rapid insulin. Dokter merencanakan pemasangan NGT. Saat ini perawat telah melakukan cuci
tangan. Apakah tindakan yang tepat dilakukan selanjutnya ?
a. Memposisikan pasien semi fowler
b. Memposisikan pasien high fowler
c. Meletakkan perlak dan handuk diatas dada pasien
d. Memotong plester
e. Memakai handscoon

Jawaban: a. Memposisikan pasien semi fowler

Pembahasan:
Prosedur pemasangan NGT
1. Identifikasi pasien
2. Periksa instruksi dokter untuk perhatian khusus seperti posisi atau pergerakan tertentu
3. Pastikan tingkat kesadaran dan kemampuan untuk mengikuti instruksi
4. Periksa riwayat medis pasien apakah ada lesi nasal, polip berdarah atau deviasi septum
5. Cuci tangan
6. Jelaskan prosedur pada pasien
7. Posisikan pasien pada posisi fowler tinggi, pasien koma pada posisi semi fowler
8. Letakkan perlak dan handuk diatas dada pasien
9. Potong plester sepanjang 10 CM dan siapkan untuk memfiksasi selang
10. Pakai handscoon
11. Ukur panjang selang, dari ujung hidung ka ujung daun telinga, dan ke ujung prosesus
xiphoideus dan tandai dengan pita.
12. Lumasi ujung selang sekitar 15-20 cm dengan pelumas yang larut dalam air, menggunakan
potongan kassa
13. Masukkan selang lewat lubang hidung kiri ke bagian belakang tenggorokan, dengan
mengarah ke belakang dan ke bawah menuju telinga
14. Fleksikan kepala pasien ke arah dada setelah selang melewati nasofaring
15. Anjurkan pasien untuk menelan dengan memberikan seteguk air jika memungkinkan
16. Dorong selang sampai panjang yang diinginkan sudah masuk semua
17. Bila ada tahanan atau pasien mulai muntah, batuk, terssedak, atau menjadi sianosis,
berhenti mendorong selang dan tarik kembali.
18. Periksa posisi selang dengan aspirasi cairan lambung atau meletakkan ujung selang di dalam
kom berisi air
19. Fiksasi selang dengan plester
20. Rekatkan ujung selang ke baju pasien
21. Bereskan alat-alat, lepaskan handscoon, dan cuci tangan
22. Dokumentasikan Tindakan

Pada kasus perawat telah melakukan cuci tangan, sehingga tindakan yang tepat yaitu memposisikan
pasien semi fowler karena kondisi pasien dalam keadaan koma (penurunan kesadaran. Hal ini
ditujukan agar saat pemasangan NGT tidak terjadi aspirasi.

Tinjauan opsi lainnya:


 Opsi memposisikan pasien high fowler tidak tepat karena posisi ini ditujukan untuk pasien
sadar
 Opsi meletakkan perlak dan handuk diatas dada pasien tidak tepat karena tindakan ini
dilakukan setelah posisi pasien telah diatur
 Opsi memotong plester tidak tepat karena tindakan ini dilakukan setelah alas terpasang di
atas dada pasien
 Opsi memakai handscoon tidak tepat karena tindakan ini dilakukan setelah plester untuk
fiksasi telah disiapkan

(7)
63. Penggunaan sediaan farmasi yang berupa narkotika dan psikotropika dapat dilakukan
berdasarkan….
a. Resep dokter umum
b. Resep dokter spesialis
c. Resep dokter umum dan dokter spesialis
d. Resep dokter gigi
e. Resep dokter dan dokter gigi

Jawaban: e. Resep dokter dan dokter gigi

Pembahasan:
Berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 102 berbunyi : Penggunaan
sediaan farmasi yang berupa narkotika dan psikotropika hanya dapat dilakukan berdasarkan resep
dokter atau dokter gigi dan dilarang untuk disalahgunakan.

(8)
64. Perawat Puskesmas melakukan pengkajian di suatu desa. Hasil pengkajian: banyak ibu menyusui
yang tidak memberikan ASI eksklusif pada anaknya dan para ibu juga tidak mengkonsumsi
makanan bergizi seimbang saat 40 hari pertama setelah melahirkan seperti ikan dan daging
karena menganggap bahwa jika mengkonsumsi ikan dan daging anaknya akan bau mulut. Apakah
prinsip intervensi keperawatan yang sesuai pada desa tersebut ?
a. Cultural Care Preservation or Maintenance
b. Cultural Care Accommodation or Negotiation
c. Cultural Care Repatterning or Restructuring
d. Technological Factors
e. Religious and Philosophical Factors
Jawaban: b. Cultural Care Accommodation or Negotiation

Pembahasan:
Data Fokus : Asuhan Keperawatan Peka Budaya merupakan asuhan keperawatan yang menggunakan
kom-petensi budaya dalam membantu pasien me menuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan
budayanya (Leininger & McFarland, 2002a; Leininger & McFarland, 2002b). Tujuan dari keperawatan
transkultural adalah untuk menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat
awam dengan perawatan profesional melalui asuhan keperawatan. Jadi, dalam penerapan
keperawatan transkultural, perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan
keperawatan dengan memperhatikan tiga prinsip berikut:

a. Cultural Care Preservation or Maintenance


Prinsip ini memungkinkan tindakan dan keputusan yang membantu klien dari budaya
tertentu untuk mempertahankan/ melestarikan nilai-nilai perawatan yang relevan, sehingga
mereka dapat menjadi lebih baik, pulih dari penyakit. (Gonzalo, 2011 dalam Maharani,
2016).

b. Cultural Care Accommodation or Negotiation


Yaitu prinsip negosiasi. Dimana prinsip ini membantu klien beradaptasi terhadap budaya
tertentu yang lebih menguntungkan bagi kesehatan. Pada tahap ini perawat membantu klien
agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan, misalnya klien yang menyusui mempunyai pantangan makan ikan laut dan
daging,maka ikan dan daging dapat diganti dengan makanan sumber protein hewani yang
lain.

c. Cultural Care Repatterning or Restructuring


Yaitu prinsip merekonstruksi atau mengubah budaya untuk membantu memperbaiki kondisi
kesehatan dan pola hidup klien ke arah yang lebih baik. (Gonzalo, 2011 dalam Maharani,
2016).

Berdasarkan data maka jawaban yang tepat adalah Cultural Care Accommodation or Negotiation.

Tinjauan Opsi :
 Opsi “Cultural Care Preservation or Maintenance” (tidak tepat). Karena dilakukan bila budaya
klien tidak bertentangan dengan kesehatan.
 Opsi “Cultural Care Repatterning or Restructuring” (tidak tepat). Karena dilakukan bila budaya
yang dimiliki klien merugikan status kesehatannya.
 Opsi “Technological Factors” (tidak tepat). Karena bukan merupakan prinsip strategi intervensi
 Opsi “Religious and Philosophical Factors” (tidak tepat). Karena bukan merupakan prinsip
strategi intervensi

Dapus :
Maharani. 2016. Cultural Care Terhadap Kesehatan Ibu Dan Anak Adat Tolotang. Skripsi. Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
(9)
65. Salah satu kegiatan dalam identifikasi dan analisis besaran masalah di wilayah kerja faskes adalah
melakukan pemetaan jumlah dan sebaran populasi kunci yang meliputi, kecuali...
a. Pekerja seks, baik yang langsung maupun tak langsung
b. Pengguna Napza suntik
c. Lelaki seks Lelaki (LSL)
d. Pasien TB dalam perawatan
e. Waria/Transgender

Jawaban: d. Pasien TB dalam perawatan

Pembahasan:
Identifikasi dan analisis besaran masalah di wilayah kerja faskes adalah kegiatan yang bertujuan
untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan besarnya kasus yang perlu ditemukan,
ditangani dan dilaporkan oleh Faskes yang mempunyai wilayah kerja (Puskesmas) Panduan
pelaksanaan.
1. Melakukan pemetaan jumlah dan sebaran populasi kunci, meliputi:
- Pekerja seks, baik yang langsung maupun tak langsung
- Pengguna Napza Suntik (Penasun)
- Lelaki Seks Lelaki (LSL)
- Waria/ Transgender

2. Data cakupan layanan, meliputi :


- Perkirakan jumlah ibu hamil baru setiap tahun di wilayah kerja Faskes
- Data Pasien TB baru setiap tahun
- Data pasien HIV di wilayahnya dengan berjejaring dengan RS di sekitar
- Data pasien IMS

3. Data jumlah populasi di wilayah menurut umur dan jenis kelamin

4. Data prevalensi HIV dan IMS mengacu pada prevalensi nasional

5. Data mitra dalam layanan HIV di wilayahnya.

6. Data peran serta masyarakat seperti:


- Kader desa atau kader posyandu
- Lembaga agama
- Lembaga lain yang tersedia dan dapat dijadikan mitra untuk program HIV seperti LSM

(10)
73. Pemerintah mendorong masyarakat untuk melakukan pencegahan penyakit tidak menular
melalui pencanangan kegiatan CERDIK. CERDIK terdiri dari berbagai kegiatan yaitu, kecuali …
a. Cek kesehatan secara berkala
b. Enyahkan asap rokok
c. Rajin aktifitas fisik
d. Diet sehat dengan kalori seimbang
e. Identifikasi faktor resiko penyakit tidak menular

Jawaban: e. Identifikasi faktor resiko penyakit tidak menular

Pembahasan:
PHBS pada pencegahan penyakit tidak menular diterapkan melalui kegiatan “CERDIK” yang
merupakan akronim dari:
• Cek kesehatan secara berkala
• Enyahkan asap rokok
• Rajin aktifitas fisik
• Diet sehat dengan kalori seimbang
• Istirahat yang cukup
• Kelola stres

Berdasarkan soal, maka yang tidak termasuk pada kegiatan CERDIK adalah opsi E yaitu Identifikasi
faktor resiko penyakit tidak menular.

(11)
74. RPJMN bidang kesehatan yang diadaptasi dari tujuan SDGs kedua yaitu mengatasi masalah …
a. JKN
b. Stunting
c. AKI
d. Pemerataan tenaga kesehatan
e. Obesitas

Jawaban: b. Stunting

Pembahasan:
Target SDGs yang di-adopt ke dalam dokumen perencanaan pembangunan (RPJMN 2020-2024):
Tujuan 1: Tanpa kemiskinan
- JKN
- Imunisasi
- CPR
- Air minum dan sanitasi

Tujuan 2: Tanpa kelaparan:


- Stunting
- Wasting
- Anemiaibuhamil
- ASI ekslusif

Tujuan 3: Kehidupan sehat dan sejahtera


- AKI, AKBa, AKN, AKB, Imunisasi
- HIV, TB, malaria, NTD,
- Merokok, obesitas, Hipertensi, kesehatan jiwa
- CPR, ASFR, TFR
- JKN, vaksin dan obat, tenaga kesehatan

Tujuan 4: Pendidikan berkualitas


- Sekolah dengan akses ke sanitasi dasar, air minum layak, dan cuci tangan

Tujuan 5: Kesetaraan gender


- Layanan korban kekerasan
- ASFR, unmet need KB
- Pengetahuan metoda kontrasepsi
- Regulasi layanan dan edukasi kespro

Tujuan 6: Air bersih dan sanitasi layak


- Air minum layak
- Fasilitas cuci tangan
- Sanitasi layak, STBM, BABS, sistem pengelolaan tinja

Tujuan 7: Energi bersih dan terjangkau

Tujuan 8: Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi


- Penerapan norma K3

Tujuan 9: Industri, inovasi dan Infrastuktur


- Perubahan emisi CO2

Tujuan 11: Kota dan pemukiman yang berkelanjutan


- Korban bencana
- Sampah perkotaan

Tujuan 12: Konsumsi dan produksi yang bertanggungjawab


- Limbah B3

Tujuan 13: Penanganan perubahan iklim


- Korban bencana

Tujuan 16: Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh


- Kekerasan anak laki-laki dan perempuan

Tujuan 17: Kemitraan untuk mencapai tujuan


- Korban bencana
(12)
75. Pencegahan dan penanganan obesitas dapat dilakukan melalui latihan fisik yang terencana,
terstruktur dan berkesinambungan. Kaidah aktivitas fisik yang dianjurkan dalam program Gentas
agar tercapai hasil yang maksimal yaitu, kecuali …
a. Baik
b. Benar
c. Terukur
d. Tepat
e. Teratur

Jawabana: d. Tepat

Pembahasan:
Kaidah aktivitas fisik yang dianjurkan dalam program Gentas agar tercapai hasil yang maksimal yaitu:
1. Latihan fisik yang benar yaitu sesuai dengna kondisi fisik dan kemampuan
2. Latihan fisik yang benar yaitu latihan fisik secara bertahap dimulai dari pemanasan, inti lalu
peregangan
3. Latihan fisik yang terukur yaitu mengukur intensitas dan waktu latihan
4. Latihan fisik yang teratur yaitu secara teratur 3-5 kali dalam seminggu dengan selang waktu
istirahat

(13)
76. Program SDG’s pada Tujuan ketiga yang ditergetkan akan tercapai pada tahun 2020 adalah …
a. Menurunkan angka kematian ibu hingga kurang dari 70 per 100.000 kelahiran
b. Mencegah kematian dini akibat penyakit tidak menular
c. Mengurangi setengah dari angka kematian dan cedera akibat kecelakaan lalu lintas
d. Kebebasan akses universal terhadap layanan kesehatan sexual dan reproduksi
e. mengurangi angka kematian dan penyakit akibat bahan kimia berbahaya dan polusi

Jawaban: c. Mengurangi setengah dari angka kematian dan cedera akibat kecelakaan lalu lintas

Pembahasan:
Jawaban yang tepat adalah pada tahun 2020, secara global mengurangi setengah dari angka
kematian dan cedera akibat kecelakaan lalu lintas

TARGET 3 dari SDG’s mencakup aktivitas untuk memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung
kesejahteraan bagi semua untuk semua usia
1. Pada tahun 2030, mengurangi rasio angka kematian ibu menjadi kurang dari 70 per 100.000
kelahiran
2. Pada tahun 2030, mengakhiri kematian yang dapat dicegah pada bayi baru lahir dan balita,
dimana setiap negara menargetkan untuk mengurangi kematian neonatal setidaknya menjadi
kurang dari 12 per 1000 kelahiran dan kematian balita menjadi serendah 25 per 1000
kelahiran
3. Pada tahun 2030, mengakhiri epidemi AIDS, tuberculosis, malaria, dan penyakit tropis lainnya
dan memerangi hepatitis, penyakit yang ditularkan lewat air dan penyakit menular lainnya
4. Pada tahun 2030, mengurangi sepertiga dari kematian dini yang disebabkan oleh penyakit
tidak menular, melalui tindakan pencegahan dan pengobatan serta menaikkan kesehatan
mental dan kesejahteraan
5. Memperkuat pencegahan dan pengobatan dari penyalahgunaan zat berbahaya, termasuk
penyalahgunaan narkotika dan penggunaan yang berbahaya dari alkohol
6. Pada tahun 2020, secara global mengurangi setengah dari angka kematian dan cedera akibat
kecelakaan lalu lintas
7. Pada tahun 2030, memastikan akses universal terhadap layanan kesehatan sexual dan
reproduksi, termasuk untuk perencanaan, informasi, dan pendidikan keluarga, dan
mengintegrasikan kesehatan reproduksi kedalam strategi dan program nasional
8. Mencapai cakupan layanan kesehatan universal, termasuk lindungan resiko finansial, akses
terhadap layanan kesehatan dasar yang berkualitas dan akses terhadap obatobatan dan
vaksin yang aman, efektif, berkualitas dan terjangkau bagi semua
9. Pada tahun 2030, secara substansial mengurangi angka kematian dan penyakit yang
disebabkan oleh bahan kimia berbahaya dan juga polusi dan kontaminasi udara, air dan tanah
 Menguatkan implementasi dari Kerangka Kerja Konvensi WHO mengenai
Kontrolterhadap Tembakau di semua negara, sebagaimana layaknya
 Mendukung riset dan pengembangan dari vaksin dan obat-obatan untuk penyakit
menulat dan tidak menular, yang secara khusus mempengaruhi negara-negara
berkembang, menyediakan akses terhadap obat-obatan dasar dan vaksin yang
terjangkau, sesuai dengan Deklarasi Doha mengenai Perjanjian TRIPS dan Kesehatan
Publlik, yang menegaskan hak dari negara-negara berkembang unutk menggunakan
secara penuh provisi dalam Perjanjian Aspek Terkait Perdagangan Hak Properti
Intelektual mengenai fleksibilitas untuk melindungi kesehatan publik, dan terutama akses
terhadap obat-obatan untuk semua
 Secara substansial meningkatkan pendanaan dan untuk perekrutan, pengembangan,
training dan daya serap tenaga kerja kesehatan di negara-negara berkembang, terutama
di negara kurang berkembang dan negara berkembang kepulauan kecil
 Menguatkan kapasitas di setiap negara, khususnya di negara berkembang untuk
peringatan dini, pengurangan resiko dan manajemen resiko kesehatan nasional dan
global

Sumber: https://www.sdg2030indonesia.org/

(14)
77. Suatu kelurahan/ desa dikatakan sebagai kelurahan/ desa siaga aktif jika , kecuali …
a. Penduduknya dapat mengakses pelayanan kesehatan dasar setiap hari
b. Penduduknya dapat mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
c. Melaksanakan Surveillance Berbasis Masyarakat
d. Penduduk dapat melakukan tindakan promotif dan preventif secara mandiri
e. Penduduk dapat memahami dan mengatasi kedaruratan kesehatan.

Jawaban: d. Penduduk dapat melakukan tindakan promotif dan preventif secara mandiri
Pembahasan:
Suatu kelurahan/ desa dikatakan sebagai kelurahan/ desa siaga aktif jika :
1. Penduduknya dapat mengakses pelayanan kesehatan dasar (yankesdas) setiap hari.
2. Penduduknya dapat mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).
3. Melaksanakan Surveillance Berbasis Masyarakat (SBM) : a. Pemantauan penyakit, b.
Pemantauan kesehatan ibu dan anak (KIA), c. Pemantauan gizi, dan d. Pemantauan lingkungan
dan perilaku.
4. Penduduk dapat memahami dan mengatasi kedaruratan kesehatan.
5. Penduduk dapat memahami cara penanggulangan bencana.
6. Masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

(15)
78. Stunting terjadi karena kurangnya asupan gizi pada anak dalam 1000 hari pertama kehidupan,
yaitu semenjak anak masih di dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Berikut adalah
faktor penyebab terjadinya stunting pada anak, kecuali …
a. Kurangnya asupan protein
b. Genetik
c. Pemberian MPASI yang tidak mencukupi asupan nutrisi
d. Kebersihan lingkungan yang buruk
e. Pola asuh orang tua yang kurang baik

Jawaban: b. Genetik

Pembahasan:
Penyebab Stunting:
1. Gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita.
2. Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai
kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan yang
berakibat pada gagalnya pemberian ASI eksklusif dan keterlambatan pemberian MP-ASI
3. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care (pelayanan
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal Care dan pembelajaran dini yang
berkualitas: Posyandu tidak maksimal, suplementasi zat besi pada bumil tidak memadai,
terbatasnya akses ke layanan pembelajaran dini yang berkualitas
4. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi hingga angka aneima pada
bumil tinggi
5. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi: jamban keluarga tidak adekuat, belum memiliki
akses air bersih

Sumber: 100 KABUPATEN/KOTA PRIORITAS UNTUK INTERVENSI ANAK KERDIL (STUNTING)


(Kemenkes, 2017)
(16)
79. Seoarang laki laki (37 tahun) dirawat di RS dengan stroke iskemik hari ke 5. Hasil pengkajian;
kesadaran somnolen, hemiparese dekstra dengan kekuatan otot 2. Aktivitas dibantu sepenuhnya
oleh keluarga dan perawat. Saat memandikan, perawat menemukan lecet pada derah punggung.
Tekanan darah 160/90 mmhg, frekuensi nadi 90 kali/menit. Apakah tindakan keperawatan yang
utama dilakukan pada pasien ?
a. Melakukan latihan ROM pasif
b. Melakukan manajemen luka tekan
c. Melakukan monitoring status neurologis
d. Kolaborasi pemberian terapi antihipertensi
e. Melakukan pencegahan jatuh

Jawaban: b. Melakukan manajemen luka tekan

Pembahasan:
Data fokus:
- Pasien stroke iskemik hari ke-5
- Kesadaran somnolen
- Hemiparesis dextra, kekuatan otot 2
- Aktivitas terbantu
- Terdapat lecet pada daerah punggung (akibat penekanan akibat posisi selama dirawat)

Dari data diatas, maka MK prioritas pada pasien adalah gangguan integritas kulit. Gangguan
integritas kulit adalah kerusakan kulit pada lapisan dermis atau epidermis. Pada kasus, tampak
adanya lecet pada punggung pasien. Kondisi ini adalah kondisi khas yang terjadi pada pasien tirah
baring atau penurunan kesadaran yang mengalami gangguan sirkulasi pada bagian-bagian
penonjolan tulang akibat minimnya mobilisasi. Jika tidak segera diintervensi, maka gangguan
integritas kulit dapat memburuk menjadi gangguan integritas jaringan.

Intervensi yang tepat terhadap MK gangguan integritas kulit pada kondisi adanya penekanan di
daerah punggung adalah dengan memulai manajemen luka tekan (opsi b) yang bertujuan untuk
mengembalikan integritas kulit yang lecet di bagian punggung.

Tinjauan opsi lain:


 Melakukan latihan ROM pasif dan Melakukan pencegahan jatuh kurang tepat, karena tindakan
ini dapat dilakukan setelah penanganganan luka lecet / luka tekan
 Melakukan monitoring status neurologis dan Kolaborasi pemberian terapi antihipertensi
adalah tindakan regular yang memang sudah dilakukan karena pasien sudah dirawat selama 5
hari

(17)
83. Seorang perawat melakukan kunjungan ke rumah seorang lansia (68 tahun) pasca stroke. Hasil
pengkajian: kesadaran composmentis, tekanan darah 130/70 mmHg, frekuensi nadi 82x/menit,
frekuensi napas 24x/menit, suhu 37 C. Pasien mengalami kelemahan pada ekstremitas kiri
dengan kekuatan otot 2. Apakah tindakan keperawatan prioritas yang tepat?
a. Penggunaan alat bantu
b. Latih ROM aktif
c. Latih ROM pasif
d. keluarga membantu ADL klien
e. Pengawasan yang ketat dari keluarga

Jawaban: c. Latih ROM pasif

Pembahasan :
Jawaban yang tepat : Latih ROM Pasif (c)
Dari kasus klien dengan pasca stroke yang mengalami kelemahan ekstremitas kiri dengan kekuatan
otot 2, artinya klien mengalami kelemahan pada tangan dan kaki kirinya dengan kekuatan otot 2.
Maka dari itu tindakan prioritas mengatasi keluhan/masalah klien saat ini yaitu dengan latihan ROM
pasif. Latihan ROM yang dibantu oleh perawat (ROM pasif).
Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan pasien dengan bantuan perawat setiap
gerakan. Tujuan diberikan ROM ini agar gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan
pergerakan otot dan klien dapat mengerakkan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal
baik. (Potter & Perry, 2006)
Tinjauan opsi lainnya:
 Opsi penggunaan alat bantu => kurang tepat untuk dijadikan tindakan prioritas, namun hal ini
bisa saja kita siapkan untuk membantu klien dalam berpindah tapi bukan prioritas tindakan
keperawatan
 Opsi latihan ROM aktif => tidak tepat karena latihan ROM ini dilakukan sendiri oleh pasien tanpa
bantuan perawat di setiap gerakan yang dilakukan.
 Opsi keluarga membantu kegiatan ADL klien => tidak tepat karena tindakan ini tetap diperlukan
oleh klien, namun bukan prioritas untuk mengatasi masalah kelemahan pada ekstremitas kiri
klien.
 Opsi pengawasan yang ketat dari keluarga => tidak tepat karena ini tidak dapat dijadikan
tindakan prioritas, namun tindakan ini perlu dilakukan untuk memantau kondisi klien

A Potter & Perry, A.G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik edisi
4 Volume 2. Jakarta : EGC

(18)
84. Seorang perempuan (20 tahun) dirawat di RS dengan riwayat asma. Hasil pengkajian : pasien
tampak gelisah, sulit diajak bicara, frekuensi napas 30 x/menit dan tampak retraksi dinding dada.
Saat ini pasien terpasang oksigen 4 Lpm dengan nasal kanul. Apakah tindakan keperawatan
mandiri yang tepat dilakukan ?
a. Memposisikan pasien pada posisi ortopnea
b. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
c. Memposisikan pasien pada posisi semifowler
d. Menenangkan pasien
e. Menaikan volume oksigen menjadi 5 Lpm

Jawaban: a. Memposisikan pasien pada posisi ortopnea


Pembahasan:
Data fokus masalah : pasien dengan riwayat asma, tampak gelisah, mencari posisi nyaman, sulit
diajak bicara, frekuensi napas 30x/menit dan tampak retraksi dinding dada.
Masalah keperawatan : “Pola napas tidak efektif”.
Salah satu intervensi mandiri yang bisa dilakukan perawat untuk memaksimalkan oksigenasi pasien
yaitu memposisikan pasien ortopnea. Posisi ortopnea merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi,
dimana pasien duduk di bed atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang di atas bed. Tujuannya
yaitu memberikan ekspansi dada yang maksimal dan membantu klien yang mengalami masalah
ekshalasi.

(19)
88. Seorang perempuan (28 tahun) dirawat di RS dengan Acquired Immunodeficiency Syndrom. Hasil
pengkajian ; pasien mengeluh diare sejak 2 bulan lalu, batuk berdahak, terasa gatal seluruh badan
dan anus. Turgor kulit jelek, terdapat lecet di beberapa bagian tubuh, Hb 10 g/dl, Ht 30 %,
leukosit 3500/mm3. Pasien ditempatkan di ruangan isolasi bertekanan positif. Apakah tujuan
utama tindakan isolasi yang dilakukan pada pasien ?
a. Mengurangi penularan penyakit dari pasien ke pasien lain
b. Menjaga lingkungan pasien tetap steril
c. Menjauhkan pasien dengan pasien lain
d. Mengurangi paparan udara lingkungan luar ke pasien
e. Mencegah penularan penyakit pasien ke lingkungan luar

Jawaban: d. Mengurangi paparan udara lingkungan luar ke pasien

Pembahasan :
Data fokus :
 pasien dengan Acquired Immunodeficiency Syndrome, pasien mengeluh diare sejak 2 bulan
lalu, batuk berdahak, terasa gatal seluruh badan dan anus.
 Candidiasis oral (+), sarkoma Kaposi (+),
 Hb 10 g/dl, Ht 30 %, leukosit 3500/mm3.
 Pasien ditempatkan di ruangan isolasi bertekanan negative.

Berdasarkan kasus di atas masalah keperawatan yang tepat adalah risiko infeksi, yang didefinisikan
sebagai berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik, dengan factor risiko ; AIDS.

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan gejala penyakit kerusakan
sistem kekebalan tubuh, bukan penyakit bawaan tetapi dibuat dari hasil penularan. Penyakit ini
disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Ada beberapa gejala dan tanda mayor (menurut WHO) antara lain : kehilangan berat badan (BB) >
10%, Diare Kronik > 1 bulan, Demam > 1 bulan. Sedangkan tanda minornya adalah : Batuk menetap >
1 bulan, Dermatitis pruritis (gatal), Herpes Zoster berulang, Kandidiasis orofaring, Herpes simpleks
yang meluas dan berat, Limfadenopati yang meluas. Tanda lainnya adalah : Sarkoma Kaposi yang
meluas, Meningitis kriptokokal.
Pasien AIDS/ODHA mendapatkan perawatan di ruangan khusus/isolasi, dimana ruang isolasi dengan
tekanan positif, maksudnya tekanan udara yang berada di dalam ruangan tersebut lebih besar
daripada tekanan di luar ruangan/lingkungan luar. Hal ini bertujuan untuk mencegah kontak antara
pathogen yang berbahaya dari lingkungan luar terhadap pasien dengan penurunan system imun.

Tinjauan opsi lain;

Opsi Mengurangi penularan penyakit dari pasien ke pasien lain (kurang tepat), karena tujuan utama
isolasi pasien dengan imunosupresan adalah mencegah terjadinya paparan pathogen ke tubuh
pasien.

Opsi Menjaga lingkungan pasien tetap steril (kurang tepat), karena ini bukan tujuan utama dari
isolasi tekanan positif. Pada ruangan isolasi tidak bisa dijamin kesterilannya, namun pasien
diharapkan tidak terpapar udara luar yang akan berisiko memberikan kuman pathogen pada pasien.

Opsi Menjauhkan pasien dengan pasien lain (tidak tepat), karena ini bukan termasuk tujuan pasien
imunosupressan untuk diisolasi.

Opsi Mencegah penularan penyakit pasien ke lingkungan luar (kurang tepat), ini adalah prinsip yang
digunakan pada ruang isolasi tekanan negative, yang biasanya digunakan pada pasien dengan
penyakit yang penularannya melalui airbone/droplet.

Guidelines for the classification and design of isolation rooms in health care facilities
Victorian Advisory Committee on Infection Control 2007

(20)
91. Angka kejadian kasus DBD di Kabupaten Sikka NTT adalah 1195 kasus pada bulan Maret 2020
sedangkan pada tahun lalu di periode yang sama, jumlah kasus DBD adalah 159 kasus. Apakah
situasi epidemiologis yang terjadi di daerah tersebut?
a. Endemik
b. Sporadis
c. Pandemik
d. Epidemik
e. KLB

Jawaban: d. Epidemik

Pembahasan
Berdasarkan ilustrasi, DBD terjadi secara konstan di Kabupaten Sikka dan terjadi terus secara
berulang. Angka kejadian tahun 2020 meningkat tajam dibandingkan tahun 2019 sehingga terjadi
kenaikan angka kesakitan akibat DBD. Maka situasi yang tepat yaitu DBD sebagai penyakit epidemic
di Kabupaten Sikka.
Epidemi adalah peningkatan kasus sebuah penyakit (biasanya tiba-tiba) di atas nilai normalnya di
dalam populasi pada sebuah area atau dapat meluas di beberapa area. Jika epidemi terjadi pada
satu wilayah, dapat juga disebut dengan wabah (outbreak).

Tinjauan opsi lain:


 Endemik adalah keberadaan konstan dan atau prevalensi yang sudah biasa ada dari suatu
penyakit atau agen infeksius dalam sebuah populasi di sebuah area geografis.
 Sporadis adalah keberadaan penyakit yang terjadi sewaktu-waktu dan tidak teratur
 Pandemik adalah kondisi epidemic yang telah menyebar ke beberapa negara atau benua yang
menjangkiti orang dalam jumlah besar.
 Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk
mengklasifikasikan peristiwa pernyakit yang merebak dan dapat berkembang menjadi wabah
penyakit.

Sumber: Principle of Epidemiology in PHP (CDC, 2012)

(21)
94. Seorang perempuan (88 tahun) dirawat di bangsal syaraf dengan diagnosis Tumor Otak. Keluhan
awal masuk adalah nyeri kepala hebat. Saat ini tingkat kesadaran pasien somnolen dan sudah
dirawat hari ke-10. Tampak adanya hemiparise pada ekstrimitas dextra dan adanya parise pada
nervus II dan VII. Apakah tindakan keperawatan yang harus dilakukan perawat untuk mencegah
terjadinya peningkatan TIK pada pasien tersebut?
a. Melakukan suction
b. Memposisikan kepala pasien 15-30 derajat
c. Melakukan rotasi pada kepala
d. Melakukan gerakan fleksi pada area pinggang
e. Melakukan resusitasi cairan

Jawaban: b. Memposisikan kepala pasien 15-30 derajat

Pembahasan:
Tumor otak adalah suatu kondisi dimana adanya massa abnormal dari jaringan pada kranium,
dimana sel tersebut tumbuh dan membelah dengan tidak dapat dikendalikan oleh mekanisme yang
mengontrol sel-sel normal.

Penyakit ini biasanya ditandai dengan adanya nyeri kepala hebat yang dirasakan oleh pasien dan
diikuti dengan adanya kelemahan pada salah satu anggota tubuh dan adanya gangguan pada nervus
kranial. Tumor otak dapat menyebabkan timbulnya gangguan neurologik progresif sebagai akibat
dari peningkatan TIK.

Untuk mencegah terjadinya TIK terdapat beberapa manajemen yang dapat dilakukan, yaitu :
 memposisikan kepala pasien 15-30 derajat;
 menghindari rotasi pada kepala (karena dapat menghambat vena balik) dan fleksi pada
pinggang karena bisa menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intraabdomen; serta
 melakukan manajemen cairan.
Jika pada jalan napas terdapat sumbatan, maka dapat dilakukan suction secara berkala untuk
mencegah terjadinya penumpukkan sekret dan CO2.

Tinjauan opsi lain:


 Opsi suction tidak tepat karena tidak ada indikasi pada pasien tersebut, dimana tidak
ditemukannya adanya sumbatan pada jalan napas pasien.
 Opsi melakukan rotasi pada kepala dan fleksi pada pinggang tidak tepat karena tindakan ini
justru akan meningkatkan TIK.
 opsi resusitasi cairan tidak tepat karena tindakan ini diindikais untuk mengatasi syok
hipovolume.

(Sumber: Brunner, Suddarth.2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal.Bedah. Edisi 8. Vol.3. Jakarta :
EGC)

(22)
95. Penderita HIV AIDS dengan prevalensi tertinggi terdapat di benua Afrika. Sementara itu Indonesia
menduduki 5 besar sebagai negara dengan prevalensi HIV AIDS tertinggi di Asia Pasifik. Status
Epidemiologi HIV AIDS adalah …
a. Endemik
b. Sporadis
c. Pandemik
d. Epidemik
e. Wabah

Jawaban: c. Pandemik

Pembahasan:
Berdasarkan ilustrasi, HIV AIDS terjadi di banyak negara dan lintas benua. Berdasarkan data,
prevalensi penderita HIV AIDS di berbagai negara mengalami peningkatan. Maka situasi yang tepat
yaitu HIV AIDS sebagai penyakit pandemic.

Pandemik adalah kondisi epidemic yang telah menyebar ke beberapa negara atau benua yang
menjangkiti orang dalam jumlah besar.

Tinjauan opsi lain:


 Sporadis adalah keberadaan penyakit yang terjadi sewaktu-waktu dan tidak teratur
 Endemik adalah keberadaan konstan dan atau prevalensi yang sudah biasa ada dari suatu
penyakit atau agen infeksius dalam sebuah populasi di sebuah area geografis.
 Epidemi adalah peningkatan kasus sebuah penyakit (biasanya tiba-tiba) di atas nilai normalnya
di dalam populasi pada sebuah area atau dapat meluas di beberapa area. Jika epidemi terjadi
pada satu wilayah, dapat juga disebut dengan wabah (outbreak)
(23)
96. Peraturan yang mengatur tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah...
a. Permenkes no 80 tahun 2017
b. Permenkes no 80 tahun 2016
c. Peraturan presiden RI no 80 tahun 2017
d. Peraturan presiden RI no 80 tahun 2015
e. Instruksi presiden no 3 tahun 2017

Jawaban: Peraturan presiden RI no 80 tahun 2017

Pembahasan:
Penjelasan opsi:
 Permenkes no 80 tahun 2016 tentang asisten tenaga kesehatan
 PERATURAN PRESIDEN No. 80 tahun 2017 tentang badan pengawas obat dan makanan
(BPOM)
 PERPRES No. 80 Tahun 2015 tentang Besaran Hak Keuangan bagi Deputi, Staf Khusus, dan
Tenaga Profesional pada Kantor Staf Presiden
 Instruksi Presiden (INPRES) Nomor 3 Tahun 2017. Peningkatan Efektivitas Pengawasan Obat
dan Makanan
-
Sedangkan Permenkes no 80 tahun 2017 tidak ada

(24)
1. Persyaratan untuk memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi dan Izin Usaha Industri Farmasi Bahan
Obat ditetapkan dalam ...
a. Permenkes Nomor 1799 Tahun 2010
b. Kepmenkes Nomor 245 tahun 1990
c. Permenkes No. 26 Tahun 2018
d. Permenkes No. 16 Tahun 2013
e. Semua salah

Jawaban: c. Permenkes No. 26 Tahun 2018


Pembahasan:
Permenkes Nomor 1799 Tahun 2010 tentang Industri Farmasi, undang-undang ini telah digantikan
oleh Permenkes No. 16 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi. Lalu diikuti dengan perubahan selanjutnya
dengan Permenkes No. 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik Sektor Kesehatan

Kepmenkes Nomor 245/Menkes/SK/X/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan


Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi digantikan berturut-turut oleh Permenkes Nomor 1799 Tahun
2010 tentang Industri Farmasi, Permenkes No. 16 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi dan terakhir olah
Permenkes No. 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
Sektor Kesehatan
Permenkes No. 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
Sektor Kesehatan, berlaku sejak dibatalkannya Permenkes No. 16 tahun 2013 sampai sekarang

Permenkes No. 16 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi, digantikan oleh Permenkes No. 26 Tahun
2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan

(25)
100. Perlindungan terhadap hak pasien sebagai konsumen jasa layanan kesehatan tercantum dalam…
a. UU No 44 tahun 2009
b. UU No 36 tahun 2009
c. UU no 38 tahun 2014
d. Permenkes No 27 tahun 2015
e. Permenkes No 56 tahun 2014

Jawaban: a. UU No 44 tahun 2009

Pembahasan:
Perlindungan hak pasien tercantum dalam pasal 32 Undang undang No 44 tahun 2009 yaitu sebagai
berikut:
a. memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
b. memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
c. memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
d. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional;
e. memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan
materi;
f. mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
g. memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku
di Rumah Sakit;
h. meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai
Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
i. mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data- data medisnya;
j. mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan
medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
k. memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
l. didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
m. menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu pasien lainnya;
n. memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit;
o. mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
p. menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya;
q. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana; dan
r. mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Tinjauan Opsi Lain: UU 36/2019 adalah UU tentang Kesehatan, UU No 38 tahun 2014 adalah UU
tentang Keperwatan, Permenkes No 27 tahun 2017 adalah permenkes tentang pedoman
penyelengaaraan PPI di faskes, dan Permenkes No 56 tahun 2014 adalah permenkes mengenai
klasifikasi RS

Tinjauan opsi lain:


- UU No. 36 tahun 2014 tentang Kesehatan
- UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan
- Permenkes No 27 tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Ortotik Prostetik
- Permenkes No 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai