Anda di halaman 1dari 8

LATIHAN SOAL Pertemuan 2 (Dosen Deso) – 28 Oktober 2021

1. Seorang perempuan usia 48 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosis

Sirosis hepatis dan riwayat Hepatitis B. Hasil pengkajian didapatkan edema tungkai

+3 dan shifting dullness, mual, TD 100/60 mmHg, frekuensi nadi 110 x/menit, suhu

37OC, frekuensi napas 24x/menit, kalium 7,3 mEq/dl, Albumin 1,5 gr/dl. Apakah

intervensi prioritas pada kasus tersebut? …

A. Memberikan posisi nyaman buat pasien

B. Monitoring intake dan output cairan

C. Monitoring tanda – tanda vital

D. Memberikan terapi diet

E. Manajemen aktifitas

Jawaban: B

Edema / ascites dapat disebabkan karena kelebihan pemberian dan kegagalan

mengekskresi cairan dan penurunan albumin tubuh atau karena kegagalan organ. Jika

ada edema, maka tekanan hidrostatis darah akan mendorong ke ruang intertitial 

monitoring progresifitas edema tsb  penumpukan rongga abdomen (shifting

dullness)  kondisi memburuk. Sehingga sesuai kasus tsb, maka intervensi utama

monitoring input output secara ketat

2. Pada usia berapa bayi baru lahir mulai dan rentang mendapatkan imunisasi VHB ? …

A. Umur 0, umur 3 dan 7 bulan

B. Umur 0, umur 1 dan 6 bulan

C. Umur 0, umur 8 dan 9 bulan

D. Umur 0, umur 12 dan 18 bulan

E. Umur 0, umur 14 dan 24 bulan

JAWABAN : B

Mengutip dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), waktu paling baik untuk

memberikan vaksin hepatitis B pertama  dalam 12 jam setelah lahir, dengan

didahului pemberian suntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya.


Selanjutnya, jadwal pemberian vaksin hepatitis B (HB) monovalen  pada usia

0, 1, dan 6 bulan.

Apabila diberikan vaksin HB kombinasi dengan DTPw, maka jadwal

pemberiannya pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Apabila vaksin HB kombinasi dengan

DTPa, maka jadwal pemberian adalah pada usia 2, 4, dan 6 bulan

3. Hepatitis yang ditularkan melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi feses

dari penderita ...

A. Hepatitis A

B. Hepatitis B

C. Hepatitis C

D. Hepatitis D

E. Hepatitis F

JAWABAN : A

Jenis Hepatitis  A, B, C, D, E, ada perkembangan ke jenis F, G

Hepatitis A : Penularan melalui Kontaminasi makanan, minuman yang tidak

hiegienis dan feses

Hepatitis B, C, D : Penularan melalui darah, cairan tubuh, cairan dari alat kelamin

4. Pemeriksaan laboratorium yang dapat menunjang Hepatitis antara lain …

A. HB

B. SGOT

C. HBIG

D. HbA1C

E. BNO - IVP

JAWABAN : B

A  HB akan mengalami penurunan saat kondisi Sirosis hepatis

B  Enzim yng disekresi hepar (dan jantung, otot, ginjal, dan otak), SGOT: 5-40 µ/L

(mikro per liter), apabila melebihi, kemungkinan gangguan fungsi hepar : Digunakan

sbg deteksi dini utk segara mendapat perawatan


C  HBIG salah satu jenis vaksin yang digunakan untuk mencegah Hepatitis dan

diberikan mulai pada bayi baru lahir

D  Hemoglobin A1c merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

mendiagnosis dan mengontrol kondisi diabetes

E  pemeriksaan radiografi dari traktus urinarius (renal, ureter, kandung kemih,

uretra )

5. Seorang perawat melakukan pemeriksaan tanda ascites pada pasien Hepatitis dengan

menggunakan tehnik Undulasi. Prosedur tindakan tersebut dimulai dengan meletakkan

tangan pemeriksa berada di sebelah kiri dan kanan perut pasien. Tindakan apa yang

selanjutnya dilakukan oleh perawat? …

A. Melakukan perkusi dari umbilikus ke lateral kiri atau kanan

B. Menunggu beberapa saat (30-60 detik) sebelum melakukan perkusi kembali ke

tepat yang ditandai

C. Melakukan hentakan pada dinding perut dengan jari

D. Merasakan getaran pada tangan lain yang menempel pada dinding perut

kontralateral

E. Meminta pasien melipat kedua tungkai

JAWABAN : C

A  Prosedur awal tehnik shifting dullness

B  Prosedur tehnik shifting dullness, yang dilakukan setelah prosedur (A)

kemudian menentukan batas perubahan bunyi perkusi dari timpani ke redup,

setelah itu memberikan tanda batas perubahan suara tsb, yang kemudian

meletakkan jari sebagai plesimeter tetap pada batas tersebut lalu penderita diminta

miring ke arah kontralateral gerakan perkusi.

C  Prosedur tehnik Undulasi setelah prosedur pada pertanyaan tsb diatas

dilakukan, setelah itu pemeriksa melakukan prosedur pada jawaban (D)

E  Prosedur awal pemeriksaan ascites dengan tehnik palpasi hepar


6. Provinsi di Indonesia yg belum eliminasi dari kasus Malaria pada tahun 2020 adalah

A. DKI Jakarta dan Bali

B. Sumatra Barat dan Kalimantan Timur

C. NTT dan Papua

D. Papua dan Papua Barat

E. Maluku dan NTT

Jawaban : D

Berdasarkan data Kemenkes tahun 2020, terdapat 3 propinsi yang belum eliminasi

Malaria, yaitu Propinsi Maluku, Papua dan Papua Barat

7. Tindakan pencegahan Malaria yang dijadikan Program Pemerintah di tahun 2020 –

2021 untuk mencapai Indonesia Bebas Malaria tahun 2030 ke beberapa propinsi yang

masih endemi Malaria, yaitu …

A. Distribusi kelambu anti nyamuk,

B. Distribusi kawat kasa,

C. Pembagian gantungan pakaian bekas pakai,

D. Distribusi obat anti nyamuk,

E. Menjuhkan kendang ternak dari tempat tinggal

Jawaban : A

Dirjen P2P pada tahun 2020, dilakukan dgn distribusi 973.800 lembar kelambu anti

nyamuk kepada masyarakat sasaran. Alokasi kelambu terbanyak didistribusikan ke

masyarakat di daerah endemis tinggi berdasarkan jumlah kelompok tidur dalam rumah

dan luar rumah

8. Bentuk Layanan penanganan HIV/AIDS yang telah dilakukan pemerintah melalui

Kemenkes yang bertugas mengadakan layanan VCT adalah …

A. Layanan KTS

B. Layanan PDP

C. Layanan IMS
D. Layanan PPIA

E. Layanan PTRM

JAWABAN : A

A  Layanan KTS : Layanan Konseling dan tes HIV sukarela termasuk tes HIV

dan Konseling

B  Layanan PDP : Layanan Perawatan, Dukungan dan Pengobatan, yang aktif

melakukan pengobatan ARV

C  Layanan IMS : Layanan Infeksi Menular Seksual

D  Layanan PPIA : Layanan Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak

E  Layanan PRTM : Layanan Program Terapi Rumatan Metadon

9. Berikut ini merupakan kepanjangan dari HIV / AIDS yang paling tepat yaitu …

A. Human Immunocompromised Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome

B. Human Immunodeficiency Virus / Active Immunocompromised Syndrome

C. Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome

D. Health Immunodeficiency Virus / Acquired Immunocompromised Syndrome

E. Health Immunosuppressant Virus / Active Immunodeficiency Syndrome

JAWABAN : C

10. Penularan HIV/AIDS dapat terjadi melalui aktivitas sebagai berikut …

A. Berhubungan seks dengan satu pasangan

B. Bersalaman dengan penderita HIV/AIDS

C. Transfusi darah yang telah melalui uji saring IMLTD

D. Ibu penderita HIV/AIDS yang menyusui anaknya

E. Menggunakan alat suntik yang steril berbeda dengan yang dipakai penderita

HIV/AIDS

JAWABAN : D

Rasional dari kasus tersebut, terdapat kontak antara cairan tubuh dan

(kemungkinan dengan) darah penderita HIV/AIDS ke anaknya


11. Seorang perawat memberikan injeksi kepada pasien HIV-AIDS, tiba-tiba jarum bekas

injeksi tertusuk tangan perawat. Menurut anda, hal pertama yang seharusnta anda

lakukan adalah …

A. Meminta resep obat ARV pada dokter

B. Membiarkan sampai muncul gejala penyakit

C. Melaporkan kejadian ini pada Tim Kesehatan Kerja

D. Melakukan cross insisi pada bekas tusukan

E. Melakukan pemeriksaan darah HIV-AIDS

JAWABAN : C

Sesuai dengan Permenkes No HK 01.07/MENKES/90/2019 tentang pedoman

nasional pelayanan kedokteran tatalaksana HIV, terdapat permyataan “Pada setiap

pajanan, orang yang terpajan harus dinilai oleh petugas Kesehatan yang terlatih”.

Petugas kesehatan terlatih dalam hal ini adalah Tim Kesehatan Kerja.

12. Seorang perawat akan melakukan tindakan perekaman EKG pada pasien Gagal

Jantung. Perawat telah memasang sadapan di V3. Dimanakah lokasi pemasangan

sadapan berikutnya? …

A. Sela iga ke 4 sternal line kiri

B. Sela iga ke 4 sternal line kanan

C. Mid-axillary sebelah kiri

D. Sela iga ke 5 mid-clavicular sebelah kiri

E. Anterior axillary sebelah kiri

JAWABAN : D

Chest Lead, setelah V3 (Pertengahan V2 dan V4) adalah V4 yang terletak di sela

iga ke 5 mid-clavicular sebelah kiri

13. Seorang laki-laki berusia 50 tahun dirawat di RS dengan keluhan nyeri dada menjalar.

Hasil pengkajian ditemukan nyeri seperti terbakar dan diremas dengan skala 8. Hasil

pemeriksaan tanda-tanda vital Tekanan Darah 150/90 mmHg, Frekuensi Nadi 90

x/menit, frekuensi napas 24 x/menit, Suhu 36,50C. Perawat berkolaborasi dengan


medis untuk pemberian obat isosorbid dinitrat (ISDN). Bagaimana cara pemberian

obat yang benar pada kasus tersebut?

A. Obat diminum dengan dikunyah

B. Letakkan obat dibawah lidah

C. Minum obat sebelum makan

D. Obat diminum dengan cara dihisap

E. Minum air putih sebelum obat dikunyak

JAWABAN : B

Keluhan nyeri yg dialami pasien, membutuhkan interaksi obat yg paling cepat

kerja nya, sehingga jenis obat sublingual merupakan pilihan obat yang sering

dipilih untuk kasus serangan jantung  First pass hepatic

14. Stunting sedang menjadi permasalahan di berbagai daerah di Indonesia. Perawat

puskesmas melakukan survey di suatu desa yang menjadi wilayah kerjanya. Diperoleh

data jumlah balita 300 orang (29,1%). Diperoleh data 50% ibu yang memiliki baduta

tidak memberikan ASI anaknya. Temuan di posyandu 12 balita berat badan berada

dalam area pita kuning dan 3 balita di bawah garis merah. Tinggi badan 15 anak ini

pun lebih rendah dari balita lain yang seumur. Apakah intervensi keperawatan

komunitas yang tepat untuk situasi itu? …

A. Menambah jumlah posyandu

B. Pelatihan bagi kader posyandu

C. Pemberian makanan tambahan

D. Edukasi tentang kesehatan ibu dan anak

E. Edukasi kepada para ibu balita tentang gizi balita

JAWABAN : E

Rasionalisasi jawaban, dengan pemberian edukasi kesehatan kepada ibu, maka

akan ada perubahan sikap dan tindakan untuk pemenuhan kebutuhan gizi pada

anak dengan pemantauan secara langsung maupun pemberian intervensi gizi

spesifik oleh perawat (Nakes) sesuai arahan kementerian kesehatan RI, terkait

penanganan stunting.
15. Vaksinasi Campak Rubella (MR/MMR) dilakukan selama 3 kali pada usia …

A. 9 bulan – 18 bulan – 6 tahun

B. 12 bulan – 18 bulan – 6 tahun

C. 15 bulan – 24 bulan – 5 tahun

D. 18 bulan – 24 bulan – 5 tahun

E. 24 bulan – 48 bulan – 5 tahun

JAWABAN : A

Sesuai dengan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Kementerian Kesehatan.

anak berusia 9 bulan bisa menerima imunisasi campak / MR. Sebaik nya di lakukan imunisasi

ulangan pada usia 18 bulan (vaksin MR), dan pada usia 5 – 6 tahun atau 6 – 7 tahun saat BIAS.

Imunisasi campak pada anak di atas 1 tahun dapat di berikan imunisasi kombinasi berupa vaksin

MMR (measles, mumps, rubella). apabila MMR sudah di berikan tidak perlu lagi melakukan lagi

imunisasi campak (MR) pada usia 18 bulan.

Anda mungkin juga menyukai