Anda di halaman 1dari 89

TO SIMULASI TKB 3 (UMUM)

Soal 1

Seorang perempuan (30 tahun) dengan status obstetri G3P1A1, usia kehamilan 30 – 31 minggu
datang ke puskesmas untuk memeriksakan kehamilannya. Tanda – tanda vital dalam batas normal.
Perawat melakukan palpasi abadomen lalu teraba keras dan melenting setinggi umbilikus dan PX.
Apakah pemeriksaan selanjutnya yang akan dilakukan perawat ?

a. Perkusi abdomen

b. Leopold I

c. Leopold II

d. Leopold III

e. Leopold IV

Jawaban benar C

Data fokus :

Perawat melakukan pemeriksaan palpasi abadomen, menemukan di bagian Fundus uteri keras dan
melenting setinggi umbilikus dan PX. Berdasarkan hasil temuan perawat, maka perawat telah
melakukan pemeriksaan Leopold I yaitu menentukan bagian yang terdapat di fundus uteri dan tinggi
fundus uteri tersebut.

Pemeriksaan selanjutnya yang harus dilakukan perawat adalah LEOPOLD II. Yaitu menentukan
bagian yang terdapat di kedua sisi abdomen.

Tinjauan opsi lain:

Opsi jawaban “ perkusi Abdomen” tidak tepat. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya
udara pada lambung dan usus ( timpani dan redup).

Opsi jawaban “ Leopold I “ tidak tepat, pemeriksaan ini sudah dilakukan di temukan bagian kepala
dan TFU antara umbilikus dan PX. Pemeriksaan leopold dilakukan berurutan dari 4 rangkaian
pemeriksaan.
Opsi jawaban “ leopold III” tidak tepat. Pemeriksaan ini dilakukan oleh perawat setelah pemeriksaan
leopold II.

Opsi jawaban “ leopold IV” tidak tepat. Pemeriksaan ini dilakukan setelah pemeriksaan leopold III.

Soal 3

Seorang perempuan (35 tahun) datang ke puskesmas untuk berkonsultasi tentang kontrasepsi. Hasil
pengkajian : pasien telah memiliki 2 orang anak perempuan, memiliki varises di kedua tungkai,
riwayat melahirkan secio caesarea 1 kali dengan indikasi varises vagina. Apakah jenis kontrasepsi
yang tepat diberikan untuk pasien ?

a. Pil KB

b. Suntik

c. Implant

d. IUD

e. Tubektomi

Jawban benar d

Data fokus masalah : pasien usia 35 tahun, sudah memiliki 2 orang anak, memiliki varises di kedua
tungkai, dan riwayat melahirkan secio caesarea 1 kali dengan indikasi varises vagina. Varises
merupakan suatu kondisi dimana terjadinya pembengkakan dan pelebaran pembuluh darah vena
yang biasanya terjadi pada bagian kaki akibat penumpukan darah. Penumpukan darah di dalam
pembuluh vena tersebut terjadi sebagai akibat dari melemahnya atau rusaknya katup vena. Pada
dasarnya penderita varises memang tidak dianjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi yang
mengandung hormonal terutama hormon esterogen. Karena dengan penggunaan alat kontrasepsi
hormonal ini dapat menyebabkan keluhan varises semakin memberat (Amalina, 2018). Berdasarkan
data tersebut kontraspsi yang tepat disarankan untuk pasien adalah IUD. %. IUD yaitu alat
kontrasepsi yang terbuat dari bahan polyethylene yang diberi lilitan logam dan dipasang di mulut
rahim (Rosyidi, 2013). IUD tidak mengandung hormon.

Tinjauan Opsi lain

Opsi jawaban “Pil KB” tidak tepat”. Pil Kb merupakan kontrasepsi dosis rendah ekstrogen dan
progesteron. Pil Kb mengandung Hormon sehingga tidak baik untuk pasien yang memiliki varises
Opsi jawaban “ Suntik” tidak tepat. Suntik Kb juga mengandung hormon ekstrogen dan progesteron
yang didak baik untuk penderita varises.

Opsi jawaban “ Implant” tidak tepat karena kontrasepsi ini mengandung progesteron.

Opsi jawaban “ Tubektomi” tidak tepat. Tupektomi merupakan kontrasepsi permanen dengan
memmotong atau mengikat saluran sel indung telur pada wanita. Pada kasus tidak ada pernyataan
pasien untuk tidak ingin punya anak lagi.

Soal 2

Seorang perempuan (31 tahun) post SC hari ke-10 dengan P2A0 datang ke Puskesmas untuk
berkonsultasi penggunaan KB. Klien mengatakan ingin menggunakan KB yang tidak menganggu
produksi ASI, mudah dilakukan, harga terjangkau dan ekonomis. Klien memiliki riwayat hipertensi
dan varises vulva. Apakah metode KB yang efektif diberikan untuk klien ?

a. Suntik

b. Implan

c. IUD

d. MAL

e. Tubektomi

Jawaban benar d

Pembahasan :

Data fokus :

- Klien post SC hari ke 10 dengan P2A0

- Klien mengatakan ingin menggunakan KB yang tidak menganggu produksi ASI, mudah dilakukan,
harga terjangkau dan ekonomis. Klien memiliki riwayat varises

Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau disebut juga Lactational Amenorrhea Method (LAM) adalah
metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI secara eksklusif).
MAL diterapkan dengan mengandalkan pemberian ASI eksklusif kepada bayi di bawah enam bulan.
Semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin meningkat dan hormon gonadotrophin melepaskan
hormon penghambat (inhibitor). Hormon penghambat akan mengurangi kadar estrogen, sehingga
tidak terjadi ovulasi (Proverawati, 2010).

Maka KB yang efektif untuk klien yang tidak menganggu hormon produksi ASI, mudah, terjangkau
serta aman dan tidak memiliki efek samping yang buruk untuk kesehatan klien dengan riwayat
hipertensi dan varises adalah MAL.

Tinjauan opsi lain :

“Suntik” (Tidak tepat), karena metode suntik merupakan metode kontrasepsi hormonal yang tidak
disarankan bagi klien dengan kelainan jantung atau pembekuan darah. Pada kasus klien memiliki
riwayat hipertensi dan varises maka kontrasespsi ini tidak disarankan pada klien.

“Implan: (Tidak tepat), karena implan merupakan metode kontrasepsi hormonal yang tidak
disarankan bagi klien dengan kelainan jantung, penderita hipertensi. Pada kasus klien memiliki
riwayat hipertensi dan varises maka kontrasespsi ini tidak disarankan pada klien.

“IUD” (Tidak tepat), karena implan merupakan metode kontrasepsi hormonal yang berefek samping
perdarahan post partum. Pemasangan IUD hanya boleh dilakukan sebelum 48 jam dan setelah 4
minggu post partum (Kemenkes RI, 2014). Pada kasus klien post SC hari ke 10 dan memiliki riwayat
hipertensi dan varises vulva maka kontrasespsi ini tidak disarankan pada klien

“Tubektomi” (Tidak tepat), karena tubektomi merupakan metode kontrasepsi permanen dan
disarankan bagi klien yang tidak ingin lagi memiliki keturunan.

Soal 5

Seorang perempuan (47 tahun) datang ke puskesmas memeriksakan kehamilannya. Pasien tidak
memiliki keluhan selama hamil dan sudah tidak ingin punya anak lagi setelah melahirkan nanti. Hasil
pengkajian: status obstetri G8P6A1H6, usia gestasi 31 - 32 minggu, tekanan darah 120/80 mmHg, DJJ
(+) 134 x/menit. Perawat memberikan penyuluhan tentang keluarga berencana. Apakah jenis
kontrasepsi yang tepat untuk klien?

a. Vaginal diafragma

b. Kondom

c. Coitus interuptus

d. IUD

e. Tubektomi
Jawaban benar e

Data fokus masalah:

Usia klien 47 tahun, dengan status obstetri G8P6A1H6, usia gestasi 31 - 32 minggu. Pasien
mengatakan tidak pernah ada keluhan selama hamil dan sudah tidak ingin punya anak lagi setelah
melahirkan nanti.

Kontrasepsi yang tepat untuk klien yaitu Tubektomi.

Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan wanita
tersebut tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Indikasi melakukan tubektomi yaitu kehamilan
berisiko tinggi pada perempuan dengan usia di atas 40 tahun.

Tinjauan opsi lain:

- Opsi “Vaginal diafragma” (tidak tepat), karena memiliki efektifitas yang sangat kecil. Vaginal
diafragma merupakan lingkaran cicin dilapisi karet fleksibel yang dipasang dalam liang vagina.

- Opsi “Coitus interuptus” (tidak tepat), merupakan ejakulasi yang dilakukan di luar vagina,
efektivitasnya 75 - 80%.

- Opsi “Kondom“ (kurang tepat), keefektifan kondom sebagai kontrasepsi yaitu 75 - 80%,
kemungkinan untuk hamil masih ada dan berfungsi sebagai pemblokir/barier sperma.

- Opsi “IUD “ (tidak tepat). IUD tidak bersifat permanen, tapi kefektifannya sebagai alat kontrasepsi
cukup tinggi yaitu 92 - 94%. IUD (intra uterine device) atau spiral terbuat dari bahan polyethylene
yang diberi lilitan logam dan dipasang di mulut rahim.

Soal 6

Seorang wanita (42 tahun) datang ke poli kebidanan untuk berkonsultasi tentang alat kontrasepsi
yang baik untuk digunakan. Hasil pengkajian: pasien telah memiliki 5 orang anak, riwayat hipertensi,
TD 150/90 mmHg, dan berat badan 90 Kg.
Apakah metode kontrasepsi yang cocok untuk disarankan?

a. IUD
b. Implan

c. Suntik

d. Tubektomi

e. Pil KB

Jawaban benar d

Data fokus masalah:

Usia ibu 42 tahun dan telah memiliki anak 5 orang, riwayat hipertensi, TD 150/90 mmHg, dan berat
badan 90 Kg.

Pada kasus, usia ibu dan jumlah anak merupakan faktor risiko tinggi pada ibu hamil yang akan
memiliki dampak negatif pada ibu dan janin. Berdasarkan kondisi ibu, kontrasepsi yang cocok untuk
ibu adalah Tubektomi.

Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan wanita
tersebut tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Indikasi melakukan tubektomi yaitu kehamilan
berisiko tinggi pada perempuan dengan usia di atas 40 tahun.

Tinjauan opsi lain:

- Opsi “IUD” (kurang tepat). Kemungkinan untuk hamil masih ada karena efektivitasnya 92 – 94 %.
IUD yaitu alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan polyethylene yang diberi lilitan logam dan
dipasang di mulut rahim.

- Opsi “Implan” (tidak tepat). KB implant tidak bersifat permanen dan hanya efektif digunakan
selama 3 tahun. Implan tidak cocok dipakai wanita gemuk, karena lemak dalam tubuh dapat
menghambat laju edar hormon ke tubuh (Rosyidi, 2013).

- Opsi “Suntik” (tidak tepat). Penggunaan suntik KB tidak bisa dihentikan sewaktu dan untuk
keefektifannya harus rutin dilakukan. Tersedia suntik 1 bulan (progesteron + estrogen) dan 3 bulan
(depot progesteron, tidak terjadi haid). Salah satu efek samping suntik yaitu pada penggunaan
jangka panjang dapat menurunkan densitas tulang.
- Opsi “Pil KB” (tidak tepat). Pil KB harus diminum tiap hari dengan cara mengikuti petunjuk nama
hari yang tertera di blisternya. Kemungkinan untuk hamil masih ada.

Kontrasepsi implant, suntik dan pil KB merupakan kontrasepsi hormonal. Dalam pemakaian jenis
obat yang bersifat hormonal harus diperhatikan beberapa faktor

a. Kontraindikasi mutlak (sama sekali tidak boleh diberikan) : kehamilan, gejala thromboemboli,
kelainan pembuluh darah otak, gangguan fungsi hati atau tumor dalam rahim.

b. Kontraindikasi relatif (boleh diberikan dalam pengawasan intensif oleh dokter) : menderita DM,
hipertensi, perdrahan vagina berat, penyakit ginjal dan jantung.

Soal 10

Apakah Persero yang menjadi penyelenggara program jaminan sosial di bidang kesehatan
berdasarkan UU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ?

a. PT ASKES (Persero)

b. PT JAMSOSTEK (PERSERO)

c. PT ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO)

d. PT ASKRINDO (PERSERO)

e. PT ALLIANZ (PERSERO)

Jawaban: a. PT ASKES (Persero)

Pembahasan:

Pada tahun 2011, pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) serta menunjuk PT Askes (Persero) sebagai penyelenggara
program jaminan sosial di bidang kesehatan. Sehingga PT Askes (Persero) berubah menjadi BPJS
Kesehatan.

Soal 7

Siapakah nama kepala BKKBN RI periode 2019 hingga saat sekarang ini ?

a. dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K)

b. dr. Sigit Priohutomo, MPH

c. dr. Surya Chandra Surapaty, MPH, Ph.D


d. Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D, Sp.Gk

e. Prof. Dr. Yaumil Agoes Achir

Jawaban benar a

Berikut daftar Kepala BKKBN dari masa ke masa:

1. dr. Suwardjono Surjaningrat (1970–1983)

2. Prof. Dr. Haryono Suyono (1983–1998)

3. Prof. Dr. Ida Bagus Oka (1998–1999)

4. Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa, M.Si. (1999–2001)

5. Prof. Dr. Yaumil Agoes Achir (2001–2003)

6. dr. Sumarjati Arjoso, SKM (2003–2006)

7. dr. Sugiri Syarief, MPA (2006–2013)

8. Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D, Sp.Gk (2013–2015)

9. dr. Surya Chandra Surapaty, MPH, Ph.D (2015–2017)

10. dr. Sigit Priohutomo, MPH (2017–2019)

11. dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) (2019-sekarang)

Soal 8

Besarnya denda pelayanan yang harus dibayar oleh peserta BPJS Mandiri yang menunggak bayar
iuran kepersertaan bila dirawat inap adalah...

a. 2.5 % dari tarif INACGBs

b. 5 % dari tarif INACBGs

c. 7.5 % dari tarif INACBGs

d. 10 % dari tarif INACBGs

e. 12.5 % dari tarif INACBGs

Jawaban benar a
Denda pelayanan merupakan sanksi yang diterima peserta JKN-KIS karena keterlambatan
pembayaran iuran dan menjalani rawat inap dalam kurun waktu 45 (empat puluh lima) hari sejak
status kepesertaan aktif kembali.

Besaran denda pelayanan sebesar 2,5% (dua koma lima persen) dari biaya pelayanan kesehatan
rawat inap dikalikan dengan jumlah bulan tertunggak dengan ketentuan:

1. Jumlah bulan tertunggak paling banyak 12 (dua belas) bulan.

2. Besaran denda paling tinggi Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).

Soal 4

Seorang perempuan (35 tahun) datang ke puskesmas untuk konsultasi KB. Pasien ingin
menggunakan alat kontrasepsi. Hasil pengkajian: pasien memiliki dua anak berusia 2 tahun dan 1
tahun. Pasien masih ingin mempunyai anak tetapi ingin menunda terlebih dahulu. Pasien tidak
mengetahui alat kontrasepsi apa yang tepat baginya karena pasien mengalami varises. Apakah
kontrasepsi yang tepat untuk diberikan pada pasien?

a. pil

b. Implant

c. IUD

d. Tubektomi

e. Suntik

Jawaban benar c

Data fokus:

• Pasien memiliki dua anak (2 tahun dan 1 tahun).

• Pasien masih ingin mempunyai anak dan ingin menunda

• pasien mengalami varises.

Pada kasus didapatkan bahwa pasien mengalami varises dan ingin menggunakan kontrasepsi yang
tepat. Varises adalah pertanda adanya masalah peredaran darah yaitu terhentinya darah di
pembuluh vena dan tidak dapat mengalir kembali ke jantung (Akoso & Akoso, 2009).
Kontrasepsi adalah suata cara atau metode untuk mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi
kehamilan dengan metode sederhana (penggunaan alat dan tanpa alat) dan metode modern
(hormonal dan non hormonal berupa pil kombinasi, minipil, suntik, implant, metode non hormonal
berupa IUD, dan kontap (kontrasepsi mantap) yaitu tubektomi dan vasektomi) (NHS, 2018).

Pada dasarnya, penderita varises tidak boleh menggunakan kontrasepsi yang mengandung hormon
estrogen, sehingga disarankan untuk menggunakan IUD.

IUD adalah alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit kedua saluran yang
menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari bahan plastik polietilena,
ada yang dililit oleh tembaga dan ada yang tidak (BKKBN, 2011). Ada beberapa jenis IUD yang
dilengkapi dengan hormon progestin (Djannah, 2018).

Tinjauan opsi lainnya:

• Opsi pil tidak tepat karena varises merupakan kontraindikasi penggunaan pil. Pil mengandung
estrogen khususnya pada pil kombinasi, kecuali jenis kontrasepsi minipil karena minipil mengandung
progesteron. Selain itu, pasien dengan varises yang menggunakan pil kontrasepsi akan memiliki
risiko DVT (London & Nash, 2000).

• Opsi implant tidak tepat karena implant termasuk dalam kontrasepsi hormonal. Selain itu, implant
tidak dianjurkan untuk penderita hipertensi dan berefek samping perdarahan ringan (Siswosuharjo &
Chakrawati, 2008).

• Opsi tubektomi tidak tepat karena kontrasepsi ini termasuk kontrasepsi permanen, sementara
pasien masih menginginkan memiliki anak (BKKBN, 2011).

• Opsi suntik tidak tepat karena kontrasepsi ini termasuk dalam kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi
suntik ada yang suntik progestin dan kombinasi (BKKBN, 2017).

Akoso, B. T., dan Akoso, G. H. E. 2009. Bebas Varises. Yogyakarta: KANISIUS

BKKBN. 2011. Jenis Alat Kontrasepsi. [serial online] [cited 2018 December 11]. Avaible from: URL:
http://jatim.bkkbn.go.id/category/alkon/

Djannah, Fathul. Berkenalan dengan Alat Kontrasepsi, Bagian 2: Non Hormonal. [serial online] [cited
2018 December 11]. Avaible from: URL:
https://mediakonsumen.com/2018/04/18/wawasan/berkenalan-dengan-alat-kontrasepsi-bagian-2-
non-hormon
Subakti, Y., dan Anggarani, D. R. Panduan Pintar Kehamilan untuk Muslimah. Jakarta: Qultummedia.

Siswosuharjo & Chakrawati. 2008. Panduan Super Lengkap Hamil Sehat. Jakarta: Penerbit Penebar
Plus.

Soal 9

Pemerintah memberi bantuan iuran premi BPJS kepada masyarakat menengah ke bawah agar
golongan tersebut juga mendapatkan kemudahan akses untuk mendapatkan asuransi kesehatan.
Kebijakan ini merupakan upaya pemerintah untuk memenuhi kewajiban warga negara sesuai UU No.
36 tahun 2009 pasal …

11

12

13

Jawaban: e. pasal 13

Pembahasan:

Pasal 13

(1) Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial.

(2) Program jaminan kesehatan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan jawaban lain merupakan hak dan kewajiban warga negara seperti:

- Pasal 7: hak atas informasi dan edukasi kesehatan

- Pasal 8: hak atas informasi tentang kesehatan pribadi

- Pasal 11: berkewajiban berperilaku hidup sehat

- Pasal 12: berkewajiban menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi orang lain
Soal 18

Seorang anak perempuan dibawa Ibunya untuk pemeriksaan tumbuh kembang pada tanggal 14
September 2020. Ibu mengatakan anak lahir prematur pada tanggal 4 April 2019 dengan usia
kehamilan 34 minggu dan berat badan lahir 2000 gr.

Berapa usia koreksi anak?

a. 1 tahun 5 bulan 10 hari

b. 1 tahun 4 bulan 2 hari

c. 1 tahun 3 bulan 28 hari

d. 1 tahun 4 bulan 5 hari

e. 1 tahun 6 bulan 12 hari

Jawaban: c. 1 tahun 3 bulan 28 hari

Pembahasan:

Diketahui =

- Tanggal lahir anak = 4 April 2019

- Tanggal pemeriksaan = 14 September 2020

- Usia gestasi = 34 minggu

Penghitungan :

Usia Kronologis = Tanggal pemeriksaan -Tanggal lahir

Usia koreksi = Usia kronologis - faktor koreksi

Faktor koreksi = 40 minggu - usia gestasi

Usia Kronologis =

2020 (tahun) 09 (bulan) 14 (hari)

2019 (tahun) 04 (bulan) 04 (hari)


01 (tahun) 05 (bulan) 10 (hari)

Faktor koreksi = 40 minggu - 34 minggu

Faktor koreksi = 6 minggu = 42 hari = 1 bulan 12 hari

Usia koreksi = Usia kronologis - faktor koreksi

Usia koreksi =

01 (tahun) 05 (bulan) 10 (hari)

01 (bulan) 12 (hari)

01 (tahun) 03 (bulan) 28 (hari)

Usia koreksi = 1 tahun 3 bulan 28 hari (Opsi C)

Soal 23

Seorang bayi (1 bulan) dibawa ke puskesmas untuk mendapatkan imunisasi. Hasil Pemeriksaan fisik
didapatkan frekuensi napas 42x/menit, frekuensi nadi 132x/menit dan suhu 36 C. Perawat akan
memberikan imunisasi BCG pada bayi.

Berapakah dosis yang tepat diberikan pada bayi tersebut ?

a. 0,05 cc

b. 0,01 cc

c. 0,5 cc

d. 0,1 cc

e. 1 cc

Jawban: a. 0,05 cc

Imunisasi

Pembahasan:
BCG diberikan pada bayi berusia 1 bulan dengan dosis 0,05 cc intrakutan. Sedangkan imunisasi HB0,
DPT dan Campak diberikan dengan dosis 0,5 cc.

Soal 19

Seorang bayi (1 bulan) dibawa ke posyandu untuk mendapatkan imunisasi. Hasil Pemeriksaan fisik
didapatkan frekuensi napas 46x/menit, frekuensi nadi 157x/menit dan suhu 36,7 C. Perawat akan
memberikan imunisasi HB Pada bayi

Dimanakah lokasi penyuntikan yang tepat untuk memberikan imunisasi tersebut ?

a. intra muscular

b. intravena

c. subkutan

d. intrakutan

e. oral

Jawaban: a. intra muskular

Pembasan:

imunisasi hepatitis B atau HB diberikan sejak bayi berusia 0 bulan. HB bermanfaat untuk mencegah
infeksi hepatitis B pada bayi dan anak. Hepatitis B diberikan sebanyak 0,5 ml dengan intramuskular
terutama di bagian paha anterolateral.

Soal 20

Seorang bayi (1 bulan) dibawa ke Posyandu untuk mendapatkan imunisasi. Hasil pengkajian :
frekuensi nafas 38x/menit, frekuensi nadi 120x/menit dan suhu 36,6 C. Perawat akan memberikan
imunisasi BCG pada bayi dengan dosis 0,05 cc.

Apakah cara pemberian imunisasi yang tepat dilakukan perawat ?

a. Intravena

b. Intramuskular

c. Intracutan
d. Subcutan

e. Injeksi Bolus

Jawaban: c. Intracutan

Pembahasan:

Injeksi atau suntikan intracutan (IC) adalah suatu cara untuk memasukkan obat atau cairan kedalam
lapisan dermal kulit tepat dibawah epidermis dengan menggunakan syrine atau spuit. Metode
pemberian ini sering kali digunakan untuk uji alergi dan imunisasi BCG pada bayi (Kozier,dkk, 2002).

Soal 21

Seorang bayi (1 bulan) dibawa ke Puskesmas untuk imunisasi. Ibu mengatakan, pada saat bayi baru
lahir anak sudah diberi imunisasi HB0 dan BCG oleh bidan.

Apakah imunisasi yang selanjutnya harus diberikan pada bayi?

a. DPT1

b. HB1

c. BCG2

d. Hib1

e. Polio1

Jawaban: e. Polio1

Pembahasan:

Data fokus:

Bayi usia 1 bulan dibawa ke Puskesmas untuk imunisasi. Bayi sudah diberi imunisasi

Menurut MTBS (2015), jadwal imunisasi pada bayi usia 1 bulan adalah BCG dan polio 1.

P ada kasus, bayi telah diberikan imunisasi BCG pada saat baru lahir. Maka, imunisasi selanjutnya
yang harus diberikan adalah Polio 1.
Tinjauan opsi lain:

Opsi "DPT 1" (tidak tepat), karena mulai diberikan pada usia 2 bulan.

Opsi "HB 1" (tidak tepat), karena diberikan pada usia 2 bulan.

Opsi "BCG 2" (tidak tepat), karena tidak ada imunisasi ini. BCG diberikan hanya 1 kali.

Opsi "Hib 1" (tidak tepat), karena diberikan pada usia 2 bulan.

Soal 22

Seorang bayi (1 bulan) dibawa ke puskesmas untuk mendapatkan imunisasi. Hasil Pemeriksaan fisik
didapatkan frekuensi napas 34x/menit, frekuensi nadi 128x/menit dan suhu 36,1 C. Perawat akan
memberikan imunisasi pada bayi tersebut.

Apakah imunisasi yang tepat diberikan pada bayi tersebut ?

a. Imunisasi HB 0, Polio 1

b. Imunisasi BCG, Polio 1

c. Imunisasi DPT-HB-Hib 1 Polio 2

d. Imunisasi DPT-HB-Hib 2, Polio 3

e. Imunisasi DPT-HB-Hib 3, Polio 4

Jawaban: b. Imunisasi BCG, Polio 1

Pembahasan:

Menurut MTBS (2015) Imunisasi BCG: Imunisasi yang diberikan pada bayi usia 1 bulan dengan dosis
0,05 secara intracutan, sedangkan Polio 1 diberikan pada bayi usia 1 bulan secara oral dengan dosis
2 tetes.

Jawaban tidak tepat:


- Imunisasi HB0, Polio 1: imunisasi HB0 diberikan pada bayi usia 0-7 hari dengan dosis 0,5 cc secara
intramuskular, namun tidak diberikan bersamaan dengan Polio 1, Polio 1 diberikan untuk bayi usia 1
bulan.

- Imunisasi DPT-HB-Hib 1, Polio 2: imunisasi yang diberikan pada bayi umur 2 bulan. Imunisasi
diberikan secara intramuskular dengan dosis 0,5 cc, sedangkan Polio diberikan secara oral dengan
dosis 2 tetes.

- Imunisasi DPT-HB-Hib 2, Polio 3: imunisasi yang diberikan pada bayi umur 3 bulan. Imunisasi
diberikan secara intramuskular dengan dosis 0,5 cc, sedangkan Polio diberikan secara oral dengan
dosis 2 tetes.

Imunisasi DPT-HB-Hib 3, Polio 4 adalah imunisasi yang diberikan pada bayi umur 4 bulan. Imunisasi
diberikan secara intramuskular dengan dosis 0,5 cc, sedangkan Polio diberikan secara oral dengan
dosis 2 tetes.

Soal 45

Seorang laki-laki (48 tahun) dibawa ke IGD dengan Acute Lung Oedema. Hasil pengkajian terdapat
penumpukan sekret di mulut dan terdengar suara nafas tambahan gurgling. Perawat sedang
melakukan tindakan suction dan mengatur tekanan suction 100 mmHg.

Apakah prinsip suction yang sedang dilakukan perawat ?

a. Aseptik

b. Atraumatik

c. Acianotik

d. Steril

e. life saving

Jawaban benar adalah b. Atraumatik.

Pembahasan:

Data fokus kasus:

• Perawat akan melakukan suction dan mengatur tekanan suction 100 mmHg.

Terdapat 3 Prinsip tindakan Suction:


1. Aseptik

• Alat steril

• Cara Steril (standar precaution)

2. Atraumatik

• Kateter masuk tidak kasar

• Kateter sampai ujung karina dan ditarik 1-2 cm

• Dikeluarkan dengan cara memutar

• Tekanan suction

Dewasa: 100- 120 mmHg

Anak : 95 – 110 mmHg

Bayi : 80 -100 mmHg

c. Acianotik

• Dilakukan tidak lebih 15 Detik

• Kateter Suction tidak menutup total ETT

• Oksigenisasi 100% sebelum dan sesudah tindakan

Berdasarkan kasus, perawat mengatur tekanan suction 100 mmHg sesuai dengan standar tekanan
suction dewasa 100-120 mmHg, artinya perawat telah menerapkan prinsip pencegahan trauma
(atraumatik) pada tindakan suction.

Tinjauan Opsi lain:

Opsi “Aseptik ” dan Opsi “Steril” (tidak tepat). Aseptik atau steril adalah prinsip tindakan steril sperti
menggunakan alat steril.

Opsi “Acianotik” (Tidak Tepat), Acianotik adalah prinsip pencegahan terjadinya sianosis saat
melakukan suction, seperti melakukan suction tidak lebih dari 15 detik.
Opsi “Life Saving” (Tidak Tepat), Bukan merupakan prinsip dari tindakan suction, tapi prinsip dari
keseluruhan tindakan untuk menyelamatkan jiwa pasien

Soal 24

Seorang bayi (1 bulan) dibawa oleh ibunya ke posyandu untuk mendapatkan imunisasi. Sebelumnya
bayi sudah mendapatkan imunisasi HB0

Apakah imunisasi yang harus didapatkan batita saat ini?

a. HB 1, POLIO 1, BCG

b. POLIO 1, BCG

c. DPT 1, HB 1, POLIO 1

d. DPT 0, HB1, POLIO 1

e. BCG, DPT 1, HB 1

Jawaban: b. POLIO 1, BCG

Pembahasan:

Menurut MTBS (2015), jadwal imunisasi pada bayi usia 1 bulan adalah BCG dan polio 1, sedangkan
opsi lain HB 1 diberikan pada usia 2 bulan dan DPT tidak ada 0, DPT dimulai dari DPT 1 dan mulai
diberikan pada usia 2 bulan.

Soal 43

Seorang laki-laki (46 tahun) dengan ARDS dirawat di bangsal RS. Pasien mengeluh sesak napas dan
terpasang RM 10 lpm. Hasil pengkajian : frekuensi napas 30x/menit, CRT > 2 detik, akral dingin,
lemas, mukosa bibir kering, kulit pucat, SaO2 78%, pH 6,25, PCO2 60 mmHg, PO2 75 mmHg, HCO3
26mEq/L.

Apakah interpretasi dari pemeriksaan AGD pada kasus?

a. Alkaliosis respiratorik terkompensasi sebagian


b. Asidosis respiratorik terkompensasi sebagian

c. Asidosis respiratorik

d. Alkaliosis metabolic

e. Asidosis metabolik

Jawaban: Asidosis respiratorik

Pembahasan:

Berdasarkan interpretasi nilai AGD didapatkan:

pH 6.25 --> turun

PCO2 60 mmHg --> naik

HCO3 26 mEq/L --> normal

Ketika pH turun dan PCO2 naik maka terjadi asidosis respiratorik, sedangkan nilai HCO3 normal
sehingga interpretasi yang tepat yaitu asidosis respiratorik.

Tinjauan opsi lainnya:

Opsi alkaliosis respiratorik terkompensasi sebagian tidak tepat karena data pada kasus pH menurun
(asidosis),

Opsi asidosis respiratorik terkompensasi sebagian tidak tepat karena data pada kasus pH menurun
(asidosis), PCO2 naik, sedangkan nilai HCO3 normal.

Opsi alkaliosis metabolik tidak tepat karena data pada kasus pH turun (asidosis), HCO3 normal.

Opsi asidosis metabolik tidak tepat karena data pada kasus nilai HCO3 normal.

Asidosis respiratorik

Soal 53

Seorang pasien dibawa ke suatu RS dengan keluhan sesak dan kesulitan saat bernapas. Perawat
melakukan pengkajian pada pasien tersebut. Saat melakukan auskultasi thorax, perawat
mendapatkan adanya suara seperti gesekan jari pada kedua lapang paru.

Apakah bunyi suara napas tambahan yang terdengar oleh perawat ?


a. Crackles

b. Wheezing

c. Ronchi

d. Pleural friction rub

e. Rales

Jawaban: d. Pleural friction rub

Pembahasan :

Data Fokus:

- Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan sesak dan kesulitan bernafas.

- Perawat melakukan auskultasi bagian thorax

- Perawat mendengar suara seperti gesekan jari di kedua lapang paru

<b>Suara tambahan yang didengar oleh perawat tersebut adalah Pleural Friction rub.</b> Suara
tambahan ini terjadi akibat peradangan pada pleura sehingga permukaannya menjadi kasar.
Karakter suara kasar, berciut disertai keluhan nyeri pleura. Suara tambahan ini terdengar seperti
bunyi gesekan jari tangan dengan kuat. Jelas terdengar pada akhir inspirasi dan permulaan ekspirasi.

Tinjauan opsi lainnya :

- opsi A tidak tepat karena bunyi ini biasanya dapat terdengar jelas tanpa menggunakan stateskop.
karakter suaranya parau, basah, lemah dan kasar. biasanya disebabkan oleh adanya penumpukan
cairan atau sekresi di jalan nafas yang besar.

- opsi B tidak tepat, karena karakter suara wheezing terdengar seperti bersiul, kontinu yang
durasinya lebih lama dari pada crackles.

- opsi C tidak tepat, karakter suara ronchi terdengar seperi bunyi gaduh yang dalam.

- opsi E tidak tepat, karakter suara yang ditimbulkan seperti gesekan rambut, atau seperti meniup
dalam air.

Soal 46
Seorang laki-laki (50 tahun) dengan BPH dan Post TURP dirawat di bangsal bedah 24 jam yang lalu.
Pasien saat ini terpasang kateter, mengeluh ingin kencing namun tidak bisa. Hasil pengkajian : terasa
nyeri dan panas saat berkemih, wajah tampak meringis, distensi kandung kemih, urin output 12
ml/jam, warna urin merah dan terdapat stolsel. Saat ini perawat melakukan irigasi kandung kemih.

Apakah evaluasi utama yang diharapkan pada tindakan tersebut, kecuali ?

a. Kateter tetap paten

b. Tidak ada sumbatan (stolsel) pada selang kateter

c. Warna urin jernih

d. Mengurangi nyeri pasien

e. Intake dan output seimbang

Jawaban: d. Mengurangi nyeri pasien

Pembahasan:

Irigasi kandung kemih yaitu tindakan membilas kandung kemih melalui kateter 3 jalur dengan
menggunakan larutan khusus (NaCl 0,9%). Tujuannya yaitu:

1. Membilas bekuan darah, sedimen, darah atau pus, keluar dari kateter dan kandung kemih

2. Mengembalikan patensi kateter

3. Mencegah terjadinya distensi kandung kemih yang disebabkan oleh stolsel

4. Memasukkan obat ke dalam kandung kemih

Irigasi kateter sering dilakukan pada pasien TURP untuk memperlancar aliran kateter dari sumbatan
sedimen dan darah. Oleh karena itu, evaluasi utama yang diharapkan pada tindakan irigasi kateter
pada kasus, kecuali mengurangi nyeri pasien, karena hal tersebut bukan termasuk evaluasi utama
yang diharapkan dari tindakan irigasi kateter.

Tinjauan opsi lainnya:

Opsi kateter tetap paten, tidak ada sumbatan (stolsel) pada selang kateter, warna urin jernih, intake
dan output seimbang (tidak tepat) karena pilihan tersebut termasuk dalam hasil yang diharapkan
dalam tindakan irigasi kandung kemih.
Nuari, Nian A. 2017. Gangguan pada Sistem Perkemihan & Penatalaksanaan Keperawatan.
Yogyakarta: Deepublish.

Jacob, A., et al. 2014. Buku Ajar: Clinical Nursing Procedures. Edisi II. Diterjemahkan oleh: Estrada, R.
Tangerang: Binarupa Aksara.

Soal 61

Seorang perawat sedang memeriksa hasil pemeriksaan lemak darah seorang pasien. Kondisi
abnormal manakah yang dapat menjadi faktor resiko munculnya atherosclerosis pada pasien ?

a. nilai low-density lipid (LDL) yang tinggi

b. nilai high-density lipid (HDL) yang tinggi

c. nilai trigliserida yang rendah

d. nilai LDL yang rendah

e. tidak ada pernyataan yang benar

Jawaban benar a

Pembahasan :

Data Focus:

- Perawat memeriksa hasil pemeriksaan lemak darah pasien.

- kondisi abnormal yang merupakan faktor resiko atherosclerosis.

<b>Peningkatan konsentrasi LDL kolesterol merupakan salah satu faktor resiko atherosclerosis.</b>
LDL kolesterol tida dapat dipecah di hati sehingga akan menumpuk dalam pembuluh darah. semakin
tinffi kadar LDL kolesterol dalam darah maka akan semakin banyak penumpukan dalam pembuluh
darah sehingga menyebabkan atherosclerosis.

TInjauan opsi lainnya :

- opsi B tidak tepat, karena HDL kolesterol dapat dihancurkan di hati sehingga tida akan menumpuk
di pembuluh darah.
- opsi C tidak tepat, karena trigliserida sama hal nya seperi LDL kolesterol, jika jumlahnya berlebihan
dapat menumpuk di dinding pembuluh darah. Sehingga jika jumlah nya sedikit trigliserida hanya
akan dipecah dan diubah menjadi energi sehingga tidak menyebabkan atherosclerosis.

- opsi D tidak tepat, karena jika kadar LDL kolesterol rendah akan mengurasi resiko penumpukan
dalam pembuluh darah sehingga tida menyebabkan atherosclerosis.

- opsi E tida tepat, karena terdapat pilihan yang tepat, yaitu opsi A.

Soal 52

Seorang pasien (38 tahun) dengan sesak napas dan konfusi dibawa ke IGD. Hasil pengkajian :
tekanan darah 140/100 mmHg, nadi 110x/menit dan frekuensi napas 30x/menit. Bibir pasien terlihat
pucat dan berwarna kebiruan. Hasil analisa gas darah menunjukkan : pH 7,25; PaCO2 61 mmHg;
PaO2 76 mmHg; HCO3- 26 mmHg; SaO2 89%.

Apakah jenis terapi oksigen dan jumlah aliran yang tepat diberikan pada pasien tersebut ?

a. Nasal kanul 1-6 lpm

b. Nasal kanul 4-6 lpm

c. Non rebreathing mask 6-10 lpm

d. Non rebreathing mask 10-15 lpm

e. rebreathing mask 6-10 lpm

Jawaban: d. Non rebreathing mask 10-15 lpm

Pembahasan :

Data Fokus:

- hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pasien menunjukkan RR 30 kali/menit

- Bibir pasien pucat dan terlihat kebiruan.

- Hasil pemeriksaan analisa gas darah menunjukkan pH 7,25; PaCO2 61 mmHg; PaO2 76 mmHg;
HCO3- 26 mmHg; SaO2 89%.

Pada kasus dapat dilihat bahwa pasien mengalami asidosis respiratorik karena tinggi nya nilai PaCO2
pada pasien yaitu 61 mmHg.
<b>Pada kondisi ini pasien membutuhkan terapi oksigen non-rebreathing mask</b>, dimana udara
inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi. penggunaan non-rebreathing mas (NRM)
diindikasikan untuk persentase FiO2 yang lebih tinggi. NRM digunakan bersama kantong reservoar
dengan kecepatan aliran 10-15 L/menit.

Tinjauan opsi lainnya :

- opsi A tidak tepat, karena terapi oksigen nasal kanul pada kondisi ini tidak cukup untuk mengatasi
PaCO2 pasien yang tinggi.

- opsi B tidak tepat, karena nasal kanul tidak dapat mengatasi PaCO2 yang tinggi pada pasien. selain
itu jumlah aliran pada opsi B salah, jumlah aliran nasal kanul adalah 1-6 lpm.

- Opsi C kurang tepat, jumlah aliran pada opsi C salah. Jumlah aliran pada NRM adalah 10-15 lpm.

- Opsi E tidak tepat. Penggunaan rebreathing mask pada kondisi pasien dengan nilai PCO2 yang tinggi
akan memperburuk kondisi pasien tersebut.

Soal 59

Pada PERMENKES NO 43 tahun 2016 tentang standar pelayanan minimal tentang pelayanan
kesehatan pada usia lanjut, berikut lingkup skrinning pada usia lanjut:

a. Deteksi hipertensi

b. Deteksi diabetes mellitus

c. Deteksi kadar kolesterol dalam darah

d. Deteksi gangguan mental emosional dan prilaku

e. Semua benar

Jawaban: e. Semua benar

Pembahasan:

Berikut lingkup skrinning pada usia lanjut:

1.Deteksi hipertensi

2.Deteksi diabetes melitus


3.Deteksi kadar kolesterol dalam darah

4.Deteksi gangguan mental emosional dan prilaku

Soal 60

Seorang perawat memberikan asuhan keperawatan pada seorang pasien yang baru saja didiagnosa
HIV.

Apakah kriteria yang dapat ditemukan perawat untuk mengetahui berkembanganya kondisi AIDS
pada pasien tersebut ?

a. Adanya antibodi HIV

b. Nilai CD4+ T cell di bawah 200/µL

c. Oral hairy leukoplakia

d. Sel darah putih di bawah 5000/µ

e. ELISA test positif

Jawaban: b. Nilai CD4+ T cell di bawah 200/µL

Pembahasan :

Data Focus :

- Pasien didiagnosa HIV

- Indikator untuk menentukan kondisi pasien berkembang menjadi AIDS

Kriteria diagnostik pada AIDS meliputi nilai CD4+ T cell pada pasien di bawah 200/µL dan /atau
berkembangnya kondisi infeksi oportunistik, kanker, wasting syndrome atau dementia.

Tinjauan opsi lainnya:

- opsi A, C, D, dan E tidak tepat. Tanda dan gejala tersebut muncul pada pasien dengan HIV tetapi
tidak mendefinisikan berkembangnya infeksi HIV menjadi AIDS.
[16:05, 4/9/2020] +62 823-8998-0884: Menilai kompensasi, lihat 3 hal

pH

pCO2

HCO3

Bila pH normal, pCO2 dan HCO3 keduanya ga normal ▶️terkompensasi penuh

[16:06, 4/9/2020] +62 823-8998-0884: Berikut aturannya ;

Jika pH NORMAL, paCO2 dan HCO3 ABNORMAL = Terkompensasi Penuh

Jika pH ABNORMAL, paCO2 dan HCO3 ABNORMAL = Terkompensasi Sebagian

Jika pH ABNORMAL, paCO2 atau HCO3 ABNORMAL = Tidak Terkompensasi

Soal 11

Seorang anak perempuan (2 bulan) dibawa dengan keluhan BAB cair 10 kali sejak kemarin. Ibu
mengatakan anak BAB cair sejak diberikan susu formula. Turgor kulit kembali dalam waktu 2 detik.
Suhu 36,7 C, pernafasan 33 kali/menit, nadi frekuensi 122 kali/menit. CRT < 2 detik.

Apakah masalah keperawatan yang tepat pada pasien?

a. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

b. Resiko keetidakefektifan perfusi jaringan perifer

c. Diare

d. Hipovolemia

e. Menyusui tidak efektif

Jawaban: c. Diare

Pembahasan:
DS :

- Ibu mengatakan keluhan BAB cair 10 kali sejak kemarin.

DO :

- Turgor kulit kembali dalam waktu < 3 detik.

- Suhu 36,7 C

- Nadi frekuensi 122 kali/menit

- CRT < 2 detik

MK yang tepat : Diare (opsi C)

Diare adalah pengeluaran feses yang sering, lunak, dan tidak berbentuk. (SDKI, 2016)

Tanda dan gejala mayor :

- Defekasi > 3 kali dalam 24 jam

- feses lembek atau cair

Tanda dan gekala minor :

- Urgency

- Nyeri/kram abdomen

- Frekuensi peristaltik meningkat

- BU hiperaktif

Tinjauan Opsi lain :

- Opsi Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh (tidak tepat), karena pada kasus,
belum tampak adanya gangguan nutrisi yang ditandai dengan penurunan berat badan, dan intake
yang tidak adekuat dengan ditandai adanya hasil pemeriksaan IMT.
- Opsi Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (tidak tepat), karena pada kasus, belum ada
data yang menunjukan penurunan perfusi perifer.

- Opsi hipovolemia (tidak tepat), karena pada kasus, belum ada tanda dan gejala yang menunjukan
terjadinya penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular yang diakibatkan oleh
diare pada anak. Hipovolemia harus ditandai dengan perubahan TTV, tanda dehidrasi, penurunan
volume urin, atau penurunan BB secara tiba-tiba.

- Opsi menyusui tidak efektif (tidak tepat), karena tidak tergambar kondisi dimana ibu dan bayi
mengalami ketidakpuasan atau kesukaran pada proses menyusui, yang didukung dengan data;
kelelahan maternal, bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu, BAK bayi kurang dari 8 kali dalam
24 jam, nyeri dan/atau lecet terus menerus setelah minggu kedua.

Soal 13

Seorang laki-laki (53 tahun) dirawat di RS dengan astma dalam serangan. Hasil pengkajian pasien
sesak napas dengan frekuensi 32x/menit, tekanan darah 110/75 mmHg, frekuensi nadi 89x/menit.
Penggunaan otot bantu napas (+), napas cepat dan dangkal. Hasil pemeriksaan AGD pH 7,40, pCO2
40 mmHg, HCO3- 24, pO2 70mmHg dan SaO2 94%.

Apakah masalah keperawatan utama pada pasien ?

a. Pola napas tidak efektif

b. Bersihan jalan napas tidak efektif

c. Resiko aspirasi

d. Gangguan pertukaran gas

e. Gangguan ventilasi spontan

Jawaban: a. Pola napas tidak efektif

Pembahasan:

Data fokus pengkajian

DS :

Pasien mengeluh napas terasa sesak


DO :

Frekuensi napas 32x/menit

Terdapat penggunaan otot bantu napas

Pola napas cepat dangkal

Berdasarkan data, masalah utama pada pasien adalah b>pola napas tidak efektif. Pola napas tidak
efektif adalah inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat (SDKI, 2017).</b>

Opsi jawaban lain :

Opsi jawaban “Bersihan jalan napas tidak efektif” tidak tepat

Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan
napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten (SDKI, 2017). Pada pengkajian tidak
ditemukan adanya data masalah pada jalan napas

Opsi jawaban “Resiko aspirasi” (tidak tepat). Resiko aspirasi adalah beresiko mengalami masuknya
sekresi gastrointestinal, sekresi orofaring, benda cair atau padat kedalam saluran napas
trakeobronkial akibat disfungsi mekanisme protektif saluran napas (SDKI, 2017).. Tidak ada faktor
resiko yang ditemukan pada pasien.

Opsi jawaban “Gangguan pertukaran gas” (kurang tepat). Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan
atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolus-kapiler
(SDKI, 2017). Tidak ada ditemukan abnormal nilai pH arteri, pO2 dan pCO

Opsi jawaban “Gangguan ventilasi spontan (tidak tepat). Gangguan ventilasi spontan merupakan
penurunan cadangan energi yang mengakibatkan individu tidak mampu bernapas secara adekuat
(SDKI, 2017). Pada pasien tidak ditemukan data penggunaan otot bantu napas dan penurunan
volume tidal.

Soal 14

Seorang laki-laki (57 tahun) dengan BPH dirawat di bangsal bedah. Saat ini pasien mengatakan nyeri
saat ingin berkemih, ketika berkemih urin hanya menetes, dan merasa belum puas ketika selesai
BAK. Hasil pemeriksaan perawat, teraba distensi pada aera supra pubik, tekanan darah 125/80,
frekuensi nadi 74x/menit dan suhu tubuh 37°C.

Apakah masalah keperawatan yang tepat?

a. Gangguan eliminasi urin

b. Inkontinensia Urin fungsional

c. Inkontinensia Urin Stres

d. Retensi urin

e. Inkontinensia urin urgensi

Jawaban: d. Retensi urin

Pembahasan:

DS :

- nyeri saat ingin berkemih

- ketika berkemih urin hanya menetes

- merasa belum puas ketika selesai BAK

DO :

- teraba distensi pada aera supra pubik

- tekanan darah 125/80

- Frekuensi nadi 74x/menit

- suhu tubuh 37°C.

Berdasarkan analisa data diatas, masalah keperawatan yang tepat adalah “Retensi urin” (D).
Definisi : Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap.

Tinjauan opsi lain :

Opsi “Gangguan eliminasi urin” : Kasus diatas telah menyajikan masalah yang lebih spesifik,
gangguan eliminasi urin diangkat apabila kasus pasien kurang spesifik mengarah pada diagnosa
eliminasi urin lainnya.
Opsi “Inkontinensia urin fungsional” : Tidak ada data yang menunjukkan bahwa pasien tidak dapat
mengendalikan pengeluaran urin

Opsi “Inkontinensia urin stress” : Tidak ada data yang menunjukkan bahwa pasien mengalami
kebocoran urin mendadak

Opsi “Inkontinensia urin urgensi” : Tidak ada data yang menunjukkan pasien tidak dapat
mengendalikan keluarnya urin sesaat setelah keinginan kuat untuk berkemih.

Sumber: SDKI, 2016

Soal 12

Seorang laki-laki (52 tahun) dibawa ke IGD dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri, berdebar-debar
dan sesak nafas setelah makan. Hasil pengkajian: frekuensi nadi 104x/menit, tekanan darah 190/100
mmHg, frekuensi napas 32x/menit, gambaran EKG ST elevasi di V7 dan V8. Tampak adanya sianosis
pada ujung jari dan bibir serta edema di tungkai kiri.

Apakah diagnosis keperawatan yang tepat pada pasien?

a. Intoleransi Aktifitas

b. Penurunan curah jantung

c. Nyeri akut

d. Pola nafas tidak efektif

e. Hipervolemia

Jawaban: b. Penurunan curah jantung

Pembahasan:

DO: Takikardi (Frekuensi nadi: 104x/menit, nilai normal 60-100x/menit), tekanan darah naik
(190/100mmHg, nilai normal 90/60 mmHg-140/90 mmHg), gamran EKG aritmia (St elevasi di V7 dan
V8), sianosis, edema)

DS: Palpitasi (berdebar-debar), sesak nafas (dispnea)

Data2 ini mengarah pada diagnosis Penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung adalah
ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (SDKI,
2016). Dengan tanda dan gejala mayor pada kasus adanya Takikardi (Frekuensi nadi: 104x/menit,
nilai normal 60-100x/menit), tekanan darah naik (190/100mmHg, nilai normal 90/60 mmHg-140/90
mmHg), gamran EKG aritmia (St elevasi di V7 dan V8), sianosis, edema. Palpitasi (berdebar-debar),
sesak nafas (dispnea)
Tinjauan Opsi Lain:

- Option A (Intoleransi aktifitas) tidak tepat sebagai diagnose utama dan lebih tepat menjadi
diagnose tambahan karena pada soal tidak terdapat cukup data yang menunjukkan intoleransi
aktifitas sebagai diagnose utama

- Option C (Nyeri akut) tidak tepat karena tidak terdapat data pendukung pada soal seperti
pengkajian nyeri.

- Option D (Pola nafas tidak efektif) tidak tepat sebagai diagnose utama dan lebih tepat menjadi
diagnose tambahan karena pada soal tidak terdapat cukup data yang menunjukkan intoleransi
aktifitas sebagai diagnose utama.

- Option E (Hipervolemia) tidak tepat karena tidak cukupnya data pendukung untuk menegakkan
diagnosa hypervolemia

Soal 25

COVID-19 disebabkan oleh..

a. Corona virus

b. SARS-CoV-2

c. Hantavirus Pulmonalis

d. Marburg Virus (MARV)

e. MERS-CoV

Jawaban: b. SARS-CoV-2

Pembahasan:

a. Corona virus --> penyebab umum penyakit yang menyerang saluran pernafasan

b. SARS-CoV-2 --> atau 2019-nCoV atau Wuhan Coronavirus (nama tidak resmi)

c. Hantavirus Pulmonalis --> penyebab Hantavirus Pulmonalis Syndrome (HPS)

d. Marburg Virus (MARV) --> penyebab Marburg Virus Disease

e. MERS-CoV --> penyebab MERS

Soal 16
Seorang Perempuan (24 tahun) dibawa ke IGD dengan keluhan muntah dan BAB berkali-kali serta
nyeri perut. Hasil pengkajian: pasien tampak lemah, frekuensi nadi 102x/menit dan teraba lemah,
tekanan darah 90/60 mmHg dan suhu tubuh 37,90C. Membran mukosa tampak kering dan turgor
kulit jelek. Pasien mengatakan BAB 10x dalam sehari dengan dengan konsistensi feses encer.

Apakah diagnosis keperawatan yang tepat pada pasien?

a. Diare

b. Inkontinensia fekal

c. Hipovolemia

d. Resiko syok

e. Hipertermi

Jawaban: c. Hipovolemia

Pembahasan:

Seorang Perempuan (24 th) dibawa ke ke IGD RS dengan keluhan muntah dan BAB berkali-kali serta
nyeri perut. Hasil pengkajian perawat: pasien tampak lemah, frekuensi nadi, 102x/menit, nadi terasa
lemah, tekanan darah 90/60 mmHg, membrane mukosa tampak kering dan turgor kulit jelek,suhu
tubuh 37,90C pasien mengatakan BAB 10 kali dalam sehari dengan dengan konsistensi feses encer.

Jawaban yang benar: C. Hipovolemia

Pembahasan:

DO: pasien tampak lemah, frekuensi nadi, 102x/menit, nadi terasa lemah, tekanan darah 90/60
mmHg, membrane mukosa tampak kering dan turgor kulit jelek,suhu tubuh 37,90C

DS: BAB dan muntah berkali-kali, pasien mengatakan BAB 10 kali dalam sehari dengan dengan
konsistensi feses encer.

Data2 ini mengarah pada diagnosis Hipovolemia. Hipovolemia adalah penurunan volume cairan
intravaskuler, interstitial dan/ intaseluler (SDKI, 2016). Dengan tanda dan gejala mayor pada kasus
adanya frekuensi nadi, 102x/menit, nadi terasa lemah, tekanan darah 90/60 mmHg, membrane
mukosa tampak kering dan turgor kulit jelek serta tanda dan gejala minor berupa pasien tampak
lelah dan subu tubuh naik (37,90C, nilai normal 36,50C-37,50C)

Tinjauan Opsi Lain:


- Option A (Diare) tidak tepat sebagai diagnose utama dan lebih tepat menjadi diagnose tambahan
karena pada soal telah terjadi hypovolemia

- Option B (Inkontenensia Fekal) tidak tepat karena tidak terdapat data pendukung pada soal seperti
pengkajian nyeri.

- Option D (Reskiko syok) tidak tepat karena merupakan diagnosa resiko yang bisa di cegah jika
hipovolmia pasien diatasi

- Option E (Hipertermi) tidak tepat karena data kenaikan suhu saja tidak cukup untuk menegakkan
diagnose hipertermi sebagai diagnose utama

Soal 32

Seorang laki-laki (35 tahun) di berkunjung ke poli RSJ. Pasien mengaku pernah mengkonsumsi zat
adiktif tetapi hanya ketika berkumpul dengan teman-temannya. Hal tersebut dilakukan untuk
kesenangan dan dilakukan untuk membangun rasa kebersamaan dengan teman-temannya, pasien
mengaku tidak pernah mengkonsumsi zat adiktif ketika sendiri.

Apakah rentang respon penggunaan zat adiktif pada pasien?

a. Eksperimental

b. Rekreasional

c. Situasional

d. Penyalahgunaan

e. ketergantungan

Jawaban: b. rekreasional

Pembahasan:

DS: Pasien mengaku pernah mengkonsumsi zat adiktif tetapi hanya ketika berkumpul dengan
teman-temannya, hal tersebut dilakukan untuk kesenangan dan dilakukan untuk membangun rasa
kebersamaan dengan teman-temannya, pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi zat adiktif
ketika sendiri.

Data-data diatas menunjukkan bahwa pasien berada pada rentang respon gangguan penggunaan zat
adiktif yaitu rekreasional. Rekreasional adalah penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul
dengan teman-teman sebayanya, misalnya ketika malam minggu, ulang tahun, dan sbagainya.
penggunaan ini bertujuan untuk rekreasi bersama dengan teman-temannya
Tinjauan opsi lainnya :

Opsi "eksperimental" (Tidak Tepat), karena merupakan kondisi penggunaan tahap awal yang
disebabkan oleh rasa ingin tahu.

Opsi "situasional" (Tidak Tepat), karena merupakan pengunaan zat yang merupakan cara untuk
melarikan diri atau dalam mengatasi masalah yang dihadapi.

Opsi "penyalahgunaan" (Tidak Tepat), karena merupakan pengunaan zat yang sudah bersifat
patologis,. sudah mulai digunakan secara rutin.

Opsi "ketergantungan" (Tidak Tepat), karena merupakan pengunaan zat yang sudah cukup berat,
sehingga sudah terjadi ketergantungan fisik danpsikologis

Soal 28

Seorang perawat melakukan skrining di suatu SMP. Didapatkan data 55% siswi SMP mengalami
anemia. Perawat melakukan pengkajian lebih lanjut dengan menggunakan kuisioner untuk melihat
pengetahuan siswa tentang anemia .

Apa peran yang dijalankan oleh perawat berdasarkan kasus ?

a. Manajer kasus

b. Konselor

c. Penemu kasus

d. Edukator

e. Advokat

Jawaban: c. Penemu kasus

Pembahasan:

Berdasarkan data dijelaskan bahwa perawat berperan sebagai penemu kasus, dimana setelah
melakukan skrining terhadap siswi SMP, ditemukan 55% siswi mengami anemia dan perawat
melakukan pengkajian lebih lanjut terkait pengetahuan siswi tentang penyakit anemia dengan
menggunakan kuisioner.
Peran perawat sebagai penemu kasus adalah peran perawat yang terlibat dalam penelusuran kasus
di komunitas dan selanjutnya dilakukan pengkajian sesuai kebutuhan untuk dilakukan intervensi.
(Kemenkes, 2016).

Tinjauan opsi lainnya :

Opsi “Manager kasus” (tidak tepat), karena peran manager kasus adalah menyusun rencana asuhan
keperawatan komunitas.

Opsi “konselor” tidak tepat, karena perawat konselor membutuhkan keterampilan khusus, yaitu
perawat tersebut adalah orang yang memahami (expert) di bidang keahliannya, dapat dipercaya
untuk membantu komunitas atau keluarga dan mengembangkan koping yang konstruktif dalam
penyelesaian masalah.

Opsi “edukator” tidak tepat. Peran perawat sebagai edukator menuntut perawat memberikan
pendidikan kesehatan pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik dirumah, puskesmas,
dan di masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Opsi “Advokat” (tidak tepat), karena peran advokat adalah bertanggung jawab membantu
klien,keluarga, dan komunitas dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan dan informasi dalam mengambil keputusan atas tindakan keperawatan yang diberikan.

Soal 15

Seorang lansia (65 tahun) datang ke sebuah poliklinik RS. Hasil pengkajian: dadanya sering berdebar-
debar sehingga klien menjadi khawatir. Klien sulit tidur di malam hari, kurang nafsu makan, muka
tampak pucat, tekanan darah 140/90 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit, pernafasan 26x/menit, suhu
36, 6 C

Apakah diagnosis keperawatan yang tepat?

a. Distres spiritual

b. Gangguan pola tidur

c. Gangguan rasa nyaman

d. Ansietas

e. Defisit pengetahuan

Jawaban: d. Ansietas
Pembahasan :

DS :

•Dadanya sering berdebar-debar

•Khawatir dengan kondisinya

•Sulit tidur malam hari

•Kurang nafsu makan

DO :

•Muka tampak pucat

•tekanan darah 140/90 mmHg, frekuensi nadi 90 x/menit, pernafasan 26 x/menit

diagnosis Keperawatan : Ansietas (d)

Dari hasil pengkajian bahwa klien mengalami kekhawatiran yang tidak jelas dan spesifik terhadap
suatu objek dan pergi ke poliklinik RS sebagai tindakan untuk menghadapi kondisi yang akan terjadi
pada dirinya.

Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan
spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman.

Tanda dan gejala mayor ditandai merasa takut dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit
berkonsentrasi, gelisah, tampak tegang, insomnia serta tanda dan gejala minor anoreksia, merasa
tidak berdaya, sering berkemih, pusing, muka tampak pucat kontak mata buruk, berorientasi pada
masa lalu, tremor, diaforesis, palpasi, tekanan darah meningkat, frrkuensi nafas dan nadi meningkat
(SDKI, 2016)

Jawaban yang tidak tepat :

•Opsi distress spiritual =>tidak tepat karena tidak ada kondisi berupa gangguan pada keyakinan atau
sistem nilai pada individu atau kelompok berupa kekuatan, harapan dan makna hidup

•Opsi gangguan pola tidur => tidak tepat karena tidak ada kondisi berupa gangguan kualitas dan
kuantitas tidur akibat faktor eksternal

•Opsi gangguan rasa nyaman => tidak tepat karena tidak ada yang menggambarkan perasaan kurang
senang, lega dan sempurna dalam dimensia fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial

•Opsi defisit pengetahuan => tidak tepat karena tidak ada menggambarkan ketiadaan atau
kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu
Soal 26

Hari Kesehatan Sedunia diperingati setiap tanggal …

a. `27 Januari

b. `7 April

c. `29 Mei

d. `26 Juni

e. `12 November

Jawaban: b. `7 April

Pembahasan:

7 April : Hari Kesehatan Sedunia

27 Januari : Hari Kusta Sedunia

26 Juni : Hari Anti Narkoba Sedunia

29 Mei : Hari Lansia Nasional

12 November: Hari Kesehatan Nasional

Soal 27

Dimanakah asal wabah infeksi virus korona pertama kali ditemukan ?

a. Fuzhou

b. Zhengzhou

c. Wuhan

d. Nanjing

e. Teipei

Jawaban: c. Wuhan
Pembahasan:

Wabah infeksi virus korona pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China

Soal 29

Seorang perawat melakukan skrining lansia pada suatu desa. Perawat bekerjasama dengan petugas
labor dalam pemeriksaan Gula Darah, Asam Urat dan kolestrol

Pada kegiatan skrining lansia, apakah peran perawat ?

a. Pemberi asuhan keperawatan

b. Pendidik / Edukator

c. Peneliti

d. Kolaborator

e. Konsultan

Jawaban: d. Kolaborator

Pembahasan:

PEMBAHASAN

Peran Perawat

1. Pemberi asuhan keperawatan

memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan, dari yang sederhana sampai dengan
kompleks

2. Advokat pasien / klien- menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepada pasien- mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien.

3. Pendidik / Edukator

membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan
tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan
4. Koordinator

mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan


sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien

5. Kolaborator

Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter,
fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya

6. Konsultan

tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran
ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan

7. Peneliti

mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan
metode pemberian pelayanan keperawatan

Berdasarkan kasus maka jawaban yang tepat adalah sebagai kolaborator diamana perawat
bekerjasama dengan petugas labor/analis kesehatan.

Soal 33

Seorang laki-laki (35 tahun) diantar ke RSJ dengan keluhan gaduh gelisah, mengamuk dan merusak
lingkungan. Saat diajak komununikasi, pasien sering tiba-tiba terdiam ditengah pembicaraan dan
perhatian mulai berkurang.

Apakah masalah proses pikir yang tepat pada pasien?

a. Obsesi

b. Blocking

c. Tangensial

d. Sirkumtamsial

e. Flight of idea

Jawaban: b. Blocking
Pembahasan:

Data fokus;

• Saat diajak komununikasi, pasien sering tiba-tiba terdiam ditengan pembicaraan dan perhatian
mulai berkurang.

Data- data diatas menunjukkan bahwa pasien mengalami <b>gangguan proses pikir berupa blocking.
Blocking adalah pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan
kembali (buku ajar keperawatan kesehatan jiwa, 2015).

Gangguan proses pikir :

1. Sirkumtansial: pembicaraa yang berbelit belit, tetapi sampai pada tujuan

2. Tangensial: pembicaraan yang berbelit-beli, tetapi tidak sampai pada tujuan

3. Kehilangan asosiasi: pembicaraan tidak ada hubungannya anatar satu kalimat dengan kalimat
lainnya dan pasien tidak menyadarinya

4. Flight of ideas: pembicaraan meloncat dari satu topik ke topik lainnya, masih ada hubungan yang
tidak logis dan tidak sampai pada tujuan

5. Blocking: pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan kembali.

6. Perseverasi: pembicaraan yang diulang berkali-kali.

Tinjauan Opsi lainnya :

Opsi "obsesi" (Tidak Tepat), karena tidak ada data yang menunjukkan gangguan obsesi, berupa
pikiran yang selalu muncul walaupun pasien selalu berusaha menghilangkannya.

Opsi "tangensial" (Tidak Tepat), karena tidak ada data yang menunjukkan gangguan proses pikir
tangensial

Opsi "sirkumtansial" (Tidak Tepat), karena tidak ada data yang menunjukkan gangguan proses pikir
sirkumtansial.

Opsi "flight of ideas" (Tidak Tepat), karena tidak ada data yang menunjukkan gangguan proses pikir
fight of ideas.

Soal 30
Suatu puskesmas mendapat Laporan dari Dinas Kesehatan bahwa terdapat pasien TB MDR
komplikasi HIV pulang paksa yang berada di wilayah kerja Puskesmas. DINKES meminta perawat
penanggungjawab program untuk melakukan kunjungan rumah. Perawat bekerjasama dengan
petugas labor dan konselor HIV untuk melakukan kunjungan rumah.

Apakah fungsi yang dilakukan oleh perawat ?

a. Fungsi Independen

b. Fungsi Dependen

c. Fungsi Interdependen

d. Fungsi Kolaborator

e. Fungsi Manager Kasus

Jawaban: c. Fungsi Interdependen

Pembahasan:

PEMBAHASAN

Terdapat Tiga Fungsi Perawat

1. Fungsi Independen: merupakan fungsi mandiri dan tidak bertanggungjawab dengan orang lain
dimana perawat dalam meaksanakan tugasnya dilakukan secara mandiri dengan keputusan sendiri
dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.

2. Fungsi Dependen: merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan keagiatannya atas pesan dan
instruksi dari perawat lain

3. Fungsi Interdependen: merupkan fungsi yang dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan diantara satu dengan yang lainya. Kerjasama antara tenaga kesehatan perawat,
dokter, petugas labor dll.

Maka jawaban yang tepat adalah C

Data Fokus: Perawat bekerjasama dengan petugas labor dan konselor HIV untuk melakukan
kunjungan rumah.

Soal 31
Seorang laki-laki (32 tahun) dirawat di RSJ sejak semingggu yang lalu karena mengamuk dan
memukul tetangga karena diolok-olok sebagai orang gila tak berguna. Saat ini pasien tampak sering
mondar mandir, kadang tidak mau mandi, klien mengatakan kadang masih merasa kesal dan wajah
tampak memerah jika ditanya mengenai kejadian saat dirinya dibawa ke RS.

Apakah masalah keperawatan yang tepat?

a. halusinasi

b. harga diri rendah

c. resiko perilaku kekerasan

d. perilaku kekerasan

e. resiko bunuh diri

Jawaban: c. resiko perilaku kekerasan

Pembahasan:

Jawaban yang tepat adalah : c. resiko perilaku kekerasan

DO :

• pasien tampak sering mondar mandir, kadang tidak mau mandi, riwayat memukul

DS:

• klien mengatakan kadang masih merasa kesal dan wajah tampak memerah jika ditanya mengenai
kejadian saat dirinya dibawa ke RS.

Data-data diatas menunjukkan bahwa pasien mengalami masalah keperawatan resiko perilaku
kekerasan. Resiko perilaku kekerasan adalah beresiko membahayakan secara fisik, emosi dan atau
seksual pada diri sendiri atau orang lain SDKI, 2016).

Diagnosa resiko perilaku kekerasan dirumuskan jika pasien saat initidak melakukan perilaku
kekerasan, tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan belum mempunyai kemampuan
mencegah atau mengendalikan perilaku kekerasan tersebut (MPKP Jiwa, 2010).

Tinjauan opsi lainnya :


Opsi "halusinasi" (Tidak Tepat), karena pada kasus tidak ditemukan adanya perubahan persepsi
sensori.

Opsi "harga diri rendah" (Tidak Tepat), karena pada kasus tidak ditemukan adanya data berupa
evaluasi negatif terhadap diri atau kemampuan diri.

Opsi "perilaku kekerasan " (Tidak Tepat), karena pada kasus, berdasarkan data pengkajian saat ini
tidak ditemukan adanya perilaku kekerasan yang dilakukan pasien secara aktual.

Opsi "resiko bunuh diri" (Tidak Tepat), karena pada kasus tidak ditemukan adanya perilaku pasien
yang beresiko melakukan upaya untuk menyakiti diri sendiri dengan tujuan untuk mengakhiri hidup.

Soal 17

Seorang Perempuan (25 tahun) dibawa ke IGD karena penurunan kesadaran dengan GCS 5. Hasil
pengkajian: frekuensi napas 28x/menit, frekuensi nadi 82x/menit, tekanan darah 100/60 mmHg,
bibir tampak membiru, terdengar bunyi snoring dengan saturasi oksigen 96%. Hasil AGD: pH 7,35,
PaCO2 40 mmHg, HCO3 22 mEq/L, GDS 422 mg/dl, gambaran EKG pasien sinus rythim.

Apakah diagnosis keperawatan yang tepat pada pasien?

a. Gangguan sirkulasi spontan

b. Gangguan Ventilasi Spontan

c. Bersihan jalan nafas tidak efektif

d. Gangguan pertukaran gas

e. Ketidakstabilan gula darah

Jawaban: c. Bersihan jalan nafas tidak efektif

Pembahasan:

Jawaban yang benar: C. Bersihan jalan nafas tidak efektif

Pembahasan:

DO: frekuensi pernafasan 28x/menit, bibir tampak membiru, terdengar bunyi snoring, bibir tampak
membiru
DS: -

Data2 ini mengarah pada diagnosis Bersihan jalan nafas tidak efektif. Bersihan jalan nafas tidak
efektif adalah ketidakmampuan membersikhkan secret atau obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten (SDKI, 2016). Dengan tanda dan gejala mayor berupa
adanya bunyi nafas tambahan (snoring), perubahan frekuensi nafas (takipnea), dan sianosis pada
bibir

Tinjauan Opsi Lain:

- Option A (Gangguan sirkulasi spontan) tidak tepat karena tidak adanya data yang menunjukka
terjadinya gannguan sirkulasi secara spontan.

- Option B (Gangguan ventilasi spontan) tidak tepat karena tidak adanya data yang menunjukka
terjadinya gannguan ventilasi secara spontan.

- Option D (Gangguan pertukaran gas) tidak tepat karena semua hasil analisa darah menunjukkan
hasil normal

- Option E (Ketidakstabilan gula darah) tidak tepat menjadi diagnose prioritas karena sumbatan jalan
nafas harus di atasi terlebih dahulu karena mengancam nyawa, baru mengatasi hiperglikemia pasien.

Soal 39

Seorang laki-laki (37 tahun) dengan Post Operasi Craniotomy hari ke-14 dirawat di ruang bedah.
Perawat sedang melakukan pengkajian tingkat kesadaran pasien. Hasil pengkajian: mata terbuka
spontan, dapat melakukan ekstensi dan fleksi pada kedua tangan dan kaki sesuai perintah. Pasien
hanya bisa menggerakkan bibir tanpa suara karena terpasang trakheostomi.

Apakah hasil pengkajian GCS pada pasien?

a. E4V5M6

b. E4VXM6

c. E4VXM5

d. EXV1M4
e. E4V1MX

Jawaban: b. E4VXM6

Pembahasan:

DATA FOKUS

PENGKAJIAN GCS -> EVM

1. EYE (4)

4 : Spontan

3 : Perintah Verbal

2 : Rangsangan Nyeri

1 : Tidak ada respons

2. VERBAL (5)

5 : Orientasi baik dan bicara jelas

4 : Dapat berbicara dalam kalimat namun ada disorientasi waktu dan tempat)

3 : dapat mengucapkan kata-kata, namun tidak berupa kalimat dan tidak tepat

2 : Mengerang

1 : Tidak ada respons

3. MOTORIK (6)

6 : Mengikuti Perintah

5 : Melokalisir Nyeri (dapat menapis rangsangan nyeri)

4 : Menjauhi Nyeri

3 : Fleksi abnormal (dekortikasi)

2 : Ekstensi abnormal (deserbasi)

1 : Tidak ada respons


Hasil Pengkajian GCS:

E -> mata terbuka spontan (4)

V -> terpasang trakheostomi, tidak dapat dikaji (X)

M -> pasien dapat melakukan ekstensi dan fleksi pada kedua tangan dan kaki sesuai perintah (6)

Penulisan “X” pada GCS dilakukan bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai seperti, kedua mata
bengkak (raccoon eyes), trakheostomi, dan tetraparase. Sehingga hasil GCS pada kasus E4VXM6.

Soal 34

Seorang laki-laki (35 tahun) dirawat di RSJ sejak 3 hari yang lalu karena gaduh gelisah dan
mengurung diri. Saat dikaji, pasien menghentikan pembicaraan tiba-tiba saat menceritakan tentang
keluarganya, kemudian dilanjutkan kembali dan saat ditanya alasan menghentikan pembicaraan
pasien mengatakan tidak tahu kenpa ia berhenti ditengah pembicaraan.

Apakah gangguan proses pikir yang terjadi pada pasien?

a. Sirkumtansial

b. Tangensial

c. kehilangan asosiasi

d. flight of idea

e. blocking

Jawaban: blocking

Pembahasan:

DS: pasien menghentikan pembicaraan tiba-tiba saat menceritakan tentang keluarganya, kemudian
dilanjutkan kembali dan saat ditanya alasan menghentikan pembicaraan pasien mengatakan tidak
tahu kenpa ia berhenti ditengah pembicaraan.

Data- data diatas menunjukkan bahwa pasien mengalami gangguan proses pikir berupa blocking.
blocking adalah pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan
kembali (buku ajar keperawatan kesehatan jiwa, 2015).
Gangguan proses pikir:

1. Sirkumtansial: pembicaraa yang berbelit belit, tetapi sampai pada tujuan

2. Tangensial: pembicaraan yang berbelit-belit, tetapi tidak sampai pada tujuan

3. kehilangan asosiasi: pembicaraan tidak ada hubungannya antar satu kalimat dengan kalimat
lainnya dan pasien tidak menyadarinya

4. flight of ideas: pembicaraan meloncat dari satu topik ke topik lainnya, masih ada hubungan
yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan

5. blocking: pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan


kembali

6. perseverasi: pembicaraan yang diulang berkali-kali

Tinjauan Opsi lainnya:

Opsi "sirkumtansial" (Tidak Tepat), karena tidak ada data yang menunjukkan gangguan proses pikir
sirkumtansial

Opsi "tangensial" (Tidak Tepat), karena tidak ada data yang menunjukkan gangguan proses pikir
tangensial

Opsi "kehilangan asosiasi" (Tidak Tepat), karena tidak ada data yang menunjukkan gangguan proses
pikir kehilangan asosiasi Opsi
"fligh of ideas" (Tidak Tepat), karena tidak ada data yang menunjukkan gangguan proses pikir flight
of ideas

Soal 37

Seorang laki-laki (25 tahun) mendapat perawatan luka bakar di bangsal bedah RS. Hasil pengkajian:
skala nyeri 8, luka bakar mengenai sebagian epidermis pada kedua ekstremitas atas dan kemaluan,
kulit tampak merah, berpus, lecet, melepuh, dan bengkak.

Berapakah luas luka bakar pada pasien?

a. 5,5%

b. 9%

c. 10%

d. 19%
e. 20%

Jawaban: d. 19%

Pembahasan:

DATA FOKUS

Luasnya permukaan tubuh yang terkena panas dapat dihitung menggunakan Rule of Nine yang
dikembangkan oleh Wallace tahun 1940

(Grace & Borley, 2006)

Berdasarkan perhitungan dari rule of nine pada kasus yaitu sebagai berikut:

luka bakar pada:

1. Kedua ekstremitas atas : 9% + 9% = 18%

2. kemaluan : 1%

Sehingga total persentase luka bakar pada kasus yaitu 19%.

Soal 35

Seorang laki-laki (19 tahun) Post Open Reduction Interna Fixation (ORIF) Genue Dektra hari ke 7.
Pasien direncanakan kontrol ulang 1 minggu lagi untuk latihan berjalan di fisioterapi

Apakah jenis latihan berjalan tepat untuk pasien?

a. Touch Down Weight Bearing

b. Partial Weight Bearing

c. Weight Bearing as Tolerated

d. Full Weight Bearing

e. Non Weight Bearing

Jawaban: e. Non Weight Bearing


Pembahasan:

Berdasarkan kasus diatas, pasien post operasi 2 minggu (7 hari di rawat + control 1 minggu lagi).
Maka latihan yang tepat adalah Non Weight Bearing (NWB)

Non Weight Bearing (NWB) adalah berjalan dengan tungkai tidak diberi beban ( menggantung ). Kaki
tidak boleh menyentuh lantai. Beban latihan 0 % dari beban tubuh, dilakukan selama 3 minggu pasca
operasi.

Soal 40

Seorang laki-laki (42 tahun) dirawat dengan kondisi sesak nafas sejak 1 jam yang lalu. Hasil
pengkajian: wajah pucat, mukosa bibir kering, retraksi intercostal, suara nafas wheezing,
diaphoresis. Tekanan darah 90/80 mmHg, frekuensi nadi 110x/menit, frekuensi napas 29x/menit.
Perawat memberikan terapi oksigen simple mask 10 lpm.

Apakah posisi yang tepat untuk pasien pada kasus diatas ?

a. High fowler

b. Supinasi

c. Pronasi

d. Trendelenburg

e. Litotomi

Jawaban: a. High fowler

Pembahasan:

DATA FOKUS

- Pasien mengeluh sesak nafas

Sehingga posisi pasien yang tepat pada kasus yaitu high fowler.

High Fowler merupakan posisi bed dimana kepala dan dada dinaikkan setinggi 90 derjat tanpa fleksi
lutut (posisi kaki lurus). Posisi ini bertujuan untuk membantu mengatasi masalah kesulitan
pernafasan dan kardiovaskular sehingga memaksimalkan ventilasi pada paru.
Tinjauan opsi lainnya:

Opsi supinasi atau posisi berbaring terlentang dan opsi pronasi atau posisi telungkup (tidak tepat)
karena jika posisi ini diberikan pada pasien dengan kesulitan bernapas akan memperparah kondisi
pasien karena posisi ini membuat kerja jantung kurang maksimal dalam memasok oksigen ke paru-
paru dan seluruh tubuh.

Opsi trendelenburg (tidak tepat) karena merupakan posisi dimana bagian kepala lebih rendah
daripada bagian kaki. Posisi ini tidak tepat pada kasus karena posisi ini lebih tepat untuk pasien yang
mengalami syok karena bertujuan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.

Opsi litotomi (tidak tepat) karena posisi ini lebih tepat dilakukan untuk pemeriksaan genitalia. Posisi
ini dilakukan dengan memposisikan kedua kaki terangkat dan terbuka lebar dan menariknya ke atas
bagian perut.

Soal 36

Seorang laki-laki (25 tahun) dirawat di bangsal karena disiram air panas oleh kekasihnya. Hasil
pengkajian : tampak luka bakar pada wajah, ekstremitas atas kanan, dan dada. Pasien juga mengeluh
nyeri terasa panas, luka tampak berwarna merah dan terdapat bulla.

Berapa persentase luka bakar yang terjadi pada pasien ?

a. 18%

b. 22.5%

c. 27%

d. 31.5%

e. 36%

Jawaban: b. 22.5%

Pembahasan:

Luasnya permukaan tubuh yang terkena panas dapat dihitung menggunakan Rule of Nine yang
dikembangkan oleh Wallace tahun 1940

(Grace & Borley, 2006)

Berdasarkan perhitungan dari rule of nine pada kasus yaitu sebagai berikut:
luka bakar pada:

1. wajah : 4.5 %

2. ekstremitas atas kanan : 9%

3. dada : 9%

Sehingga total persentase luka bakar pada kasus yaitu 22.5%.

Tinjauan opsi lainnya:

Opsi 18%, 27%, 31,5%, dan 36% (tidak tepat) karena hasil tidak sesuai dengan perhitungan dari rule
of nine.

Grace, P. A., dan Borley, N. R. 2006. At a Glace Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga

Soal 41

Seorang laki-laki (42 tahun) dirawat di RS dengan TB paru relaps. Hasil pengkajian pasien mengeluh
sesak napas, nyeri dada, frekuensi napas 26x/menit. Pada pemeriksaan rontgen thorax tampak
adanya cairan di sekitar paru kanan. Hasil auskultasi bisang napas menurun pada paru kanan.

Apakah hasil pemeriksaan perkusi pada area tersebut ?

a. Sonor

b. Dullness

c. Hipersonor

d. Tympani

e. Pleural Friction Rub

Jawaban: b. Dullness

Pembahasan:

Data fokus;

• pasien mengeluh sesak napas, nyeri pada dada, frekuensi napas 26x/menit
• Pada pemeriksaan rontgen thorax >> efusi pleura

• bising napas menurun pada paru kanan

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. TB paru relaps atau TB paru kambuh adalah penderita TB yang sebelumnya pernah
mendapatkan pengobatan TB, dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis
kembali dengan TB BTA positif berdasarkan pemeriksaan apusan atau kultur.

Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura (Price &
wilson, 2002) dimana proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit
sekunder terhadap penyakit lain (Smeltzer & Barre, 2012). Ketika efusi sudah membesar dan
menyebar, kemungkinan timbul dispnea dan batuk. Efusi pleura yang besar akan megakibatkan
nafas pendek. Tanda fisik meliputi deviasi trakea menjauhi sisi yang terkena, dullnes pada perkusi
dan penurunan bunyi pernapasan pada sisi yang terkena. (Soemantri, 2007).

Hasil pengkajian pasien mengeluh sesak napas, nyeri pada dada, frekuensi napas 26x.menit.. Pada
pemeriksaan rontgen thorax tampak adanya cairan di sekitar paru kanan yang menunjukkan
terjadinya efusi pleura, Hasil auskultasi bising napas menurun pada paru kanan. <b>Hal ini
menunjukkan terjadinya efusi pleura pada paru kanan pasien. Maka pada pemeriksaan fisik perkusi
pada daerah tersebut dapat ditemukan suara redup/dullness.</b>

Opsi jawaban lainnya :

Opsi jawaban “Sonor” tidak tepat, Sonor/resonan merupakan suara perkusi jaringan paru fisiologis .

Opsi jawaban “Hipersonor” tidak tepat, Hipersonor adalah suara perkusi pada daerah yang lebih
berongga kosong.

Opsi jawaban “tympani” tidak tepat, Tympani adalah suara yang disebabkan oleh adanya gas/udara.

Opsi “Pleura Friction Rub” tidak tepat, Pleural friction rub merupakan hasil pemeriksaan
<b>auskultasi</b> yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu yang dapat
ditemukan pada klien dengan peradangan pleura.
Soal 38

Seorang laki-laki (37 tahun) datang ke Poliklinik dengan keluhan gatal-gatal setelah makan seafood.
Hasil pengkajian: eritema pada seluruh tubuh, angioedema area bibir bawah, tangan dan kaki
kesemutan. Tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi napas 20x/menit,
suhu 36,5 C. Perawat akan memberikan terapi Diphen 10 mg via I.M pada area ventrogluteal.

Berapakah sudut jarum yang akan ditusukkan pada area tersebut?

a. 10 derajat

b. 15 derajat

c. 30 derajat

d. 45 derajat

e. 90 derajat

Jawaban: e. 90 derajat

Pembahasan:

DATA FOKUS

- Perawat akan memberikan terapi diphen 10 mg via I.M pada area ventrogluteal.

I.M atau intramuscular merupakan pemberian terapi injeksi ke dalam otot tubuh dengan sudut 90
derajat. Beberapa lokasi tubuh untuk melakukan injeksi intramuskular yaitu Ventrogluteal, Vestus
Lateralis, Dorsogluteal, dan Deltoid.

Sehingga sudut jarum yang tepat untuk ditusukkan pada area tersebut adalah 90 derajat.

Tinjauan opsi lainnya:

Opsi 10 derajat, 15 derajat, 30 derajat, dan opsi 45 derajat (tidak tepat) karena bukan merupakan
sudut jarum yang tepat pada prosedur terapi injeksi via intramuscular.

Soal 42
Seorang laki-laki (45 tahun) dengan Efusi Pleura dirawat sejak 6 hari yang lalu. Pasien mengeluh
sesak napas dan batuk-batuk. Hasil pengkajian : tidak ada sputum, retraksi intercostae, vocal
fremitus menurun pada region basal paru, perkusi dullness serta frekuensi napas 26x/menit.

Apakah hasil pemeriksaan auskultasi paru yang tepat berdasarkan data kasus tersebut ?

a. Vesikuler

b. Bronkial

c. Bronkovesikuler

d. Wheezing

e. Pleural friction rub

Jawaban: e. Pleural friction rub

Pembahasan:

DATA FOKUS

- Pasien dengan Efusi Pleura

- Hasil PF Paru:

Inspeksi -> retraksi intercostae

Palpasi -> vocal fremitus menurun pada region basal paru

Perkusi -> perkusi dullness

Hasil pemeriksaan auskultasi paru yang didapatkan pada pasien Efusi Pleura yaitu Pleural friction
rub.

Pleural friction rub yaitu suara akibat gesekan pleura yang terdengar kasar seolah-olah dekat dengan
telinga pemeriksa. Suara ini dapat terjadi pada saat inspirasi maupun ekspirasi, namun lebih jelas
pada akhir inspirasi.

Tinjauan opsi lainnya:

Opsi vesikuler (tidak tepat), karena vesikuler merupakan suara napas normal yang terdengar pada
semua lapang paru.
Opsi bronkial (tidak tepat), karena bronkial merupakan suara napas normal yang terdengar pada
trakea.

Opsi bronkovesikuler (tidak tepat), karena bronkovesikular merupakan suara napas normal yang
terdengar pada daerah percabangan bronkus trakea (sekitar sternum)

Opsi wheezing (tidak tepat), karena wheezing merupakan suara napas abnormal yang berbunyi
“ngiiiik..” karena adanya penyempitan bronkus.

Tingkatan weight bearing dibedakan menjadi lima yaitu:

1) Non Weight Bearing (NWB): Adalah berjalan dengan tungkai tidak diberi beban ( menggantung ).
kaki tidak boleh menyentuh lantai. Non weight bearing adalah 0 % dari beban tubuh, dilakukan
selama 3 minggu pasca operasi

2) Touch Down Weight Bearing (TDWB): berat dari kaki pada lantai saat melangkah tidak lebih dari 5
% beban tubuh

3) Partial Weight Bearing (PWB): Adalah berjalan dengan tungkai diberi beban hanya dari beban
tungkai itu sendiri. berat dapat berangsur ditingkatkan dari 30-50 % beban tubuh, Dilakukan bila
callus telah mulai terbentuk ( 3 – 6 minggu ) setelah operasi

4) Weight Bearing as Tolerated (WBAT): tingkatannya dari 50-100 % beban tubuh. Pasien dapat
meningkatkan beban jika merasa sanggup melakukannya

5) Full Weight Bearing (FWB): Adalah berjalan dengan beban penuh dari tubuh. kaki dapat
membawa 100 % beban tubuh setiap melangkah, dilakukan 8-9 bulan pasca operasi (Pierson,2002)

Soal 63

Seorang perempuan (27 tahun) dirawat di RS dengan keluhan gatal-gatal pada vagina sejak 2 hari
yang lalu. Hasil pengkajian: vagina tampak kemerahan, bengkak, terdapat banyak keputihan, tercium
bau tidak sedap. Dokter menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Apakah
pemeriksaan penunjang yang tepat dilakukan?

a. Vulva Hygiene

b. Tes Laboratorium

c. USG
d. Pap Smear

e. Pemeriksaan Fisik Lengkap

Jawaban benar d

Pembahasan

DO : vagina tampak kemerahan, bengkak, terdapat banyak keputihan, tercium bau tidak sedap.
Dokter menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

DS : keluhan gatal-gatal pada vagina

Berdasarkan kasus di atas, pemeriksaan penunjang yang tepat dilakukan pada kasus tersebut adalah
Pemeriksaan Pap Smear.

Pap Smear adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk melihat perubahan sel-sel dalam serviks Anda.
Pap Smear dilakukan untuk mencegah atau mengurangi risiko kanker serviks (American College of
Obstetricians and Gynecologists (ACOG).

Tinjauan opsi lain:

Option Vulva Hygiene (Tidak Tepat), karena vulva hygiene tidak termasuk ke dalam pemeriksaan
penunjang.

Option Tes Laboratorium (Tidak Tepat), karena tes laboratorium biasanya lebih berfokus pada
sampel darah, urin, feses atau cairan tubuh yang lain.

Option USG (Tidak Tepat), karena USG biasanya berfokus pada kondisi kehamilan.

Option Pemeriksaan Fisik Lengkap (Tidak Tepat), karena pemeriksan fisik lengkap tidak termasuk ke
dalam pemeriksaan penunjang

Soal 62

Seorang perempuan (24 tahun) datang ke poli mata dengan keluhan tidak dapat melihat jelas pada
jarak jauh dan penglihatan kabur. Perawat melakukan pemeriksaan Snellen Chart. Perawat meminta
pasien duduk dengan jarak 6 meter. Hasil didapatkan, pasien tidak dapat membaca lebih dari
setengah jumlah huruf pada baris ke 6. Berapakah nilai visus pasien pada kasus tersebut ?

a. 6/6

b. 6/7,5

c. 6/9

d. 6/12

e. 6/15

Jawaban benar d

Pembahasan

Dengan kartu Snellen standar ini dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melihat
seseorang sebagai berikut:

Bila pada baris tersebut terdapat beberapa huruf yang salah atau tidak bisa disebutkan, maka
tambahkan huruf S (salah) atau F (false). Dengan ketentuan :

a. Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya terletak pada baris tersebut dengan false
1.

b. Bila tidak dapat membaca 2 huruf, berarti visusnya terletak pada baris tersebut dengan false 2.

c. Bila tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah huruf yang ada, berarti visusnya berada di
baris tepat di atas baris yang tidak dapat dibaca.

Pada kasus, perawat melakukan pemeriksaan Snellen Chart dan didapatkan hasil pasien tidak dapat
membaca lebih dari setengah jumlah huruf pada baris ke 6. Sehingga visus pasien berada di baris
tepat di atas baris yang tidak dapat dibaca yaitu baris ke 5.

Sehingga nilai visus pasien yaitu 6/12, yang berarti pasien hanya dapat melihat pada jarak 6 meter,
yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 12 meter.

Tinjauan opsi lainnya:

Opsi 6/6 (tidak tepat) karena nilai visus ini didapatkan jika pasien mampu membaca baik pada baris
ke 8 snellen chart.
Opsi 6/7,5 (tidak tepat) karena nilai visus ini didapatkan jika pasien mampu membaca baik pada baris
ke 7 snellen chart.

Opsi 6/9 (tidak tepat) karena nilai visus ini didapatkan jika pasien mampu membaca baik pada baris
ke 6 snellen chart.

Opsi 6/15 (tidak tepat) karena nilai visus ini didapatkan jika pasien mampu membaca baik pada baris
ke 4 snellen chart.

Soal 64

Seorang perempuan (28 tahun) datang ke RS dengan keluhan mengalami perdarahan setiap
berhubungan seksual dengan suaminya. Hasil pengkajian: vagina pasien terasa gatal, sering
keputihan berwarna kecoklatan dan berbau. Pasien juga mengeluh nyeri saat bersenggama. Tekanan
darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi 82x/menit, frekuensi nafas 20x/menit, dan suhu 37,5 C.
Apakah pemeriksaan penunjang awal yang tepat pada kasus?

a. Vaginal swab

b. Cervical Biopsy

c. Pap smear

d. HPV DNA test

e. Colposcopic

Jawaban benar c

Data fokus:

Pasien mengeluh mengalami perdarahan setiap hubungan seksual dengan suaminya.

Sering keputihan, gatal, berwarna kecoklatan, dan berbau.

Pasien juga mengeluh nyeri saat bersenggama.

Pada kasus dapat dicurigai adanya tanda dan gejala kanker serviks.

Kanker serviks adalah pertumbuhan sel jaringan tubuh yang abnormal secara tidak terkendali yang
terjadi pada serviks uterus (daerah organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk yang
terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Penyebab kanker serviks masih
belum begitu jelas, namun HPV ikut berperan dalam penyakit ini. Gejala kanker rahim yaitu
perdarahan vagina setelah berhubungan sex, keluar cairan lendir encer disertai darah dan bau yang
busuk, dan nyeri pinggang pada saat berhubungan sex.
Deteksi kanker serviks secara dini dapat dilakukan dengan menjalani dua jenis tes, yaitu: pap smear
dan HPV DNA. Pap smear adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
pertumbuhan sel yang abnormal pada rahim. Pap smear dapat menunjukkan perubahan sel atau
tanda-tanda berkembangnya sel kanker di leher rahim (Nurwijaya dkk., 2010). Melalui pap smear,
keberadaan sel-sel abnormal yang dapat berkembang menjadi kanker dapat dideteksi. Sedangkan
HPV DNA, sama seperti pap smear, menggunakan spekulum untuk membuka vagina dan mengambil
sampel sel dari leher rahim untuk diperiksa di laboratorium. Bedanya, tes HPV DNA bertujuan
mendeteksi keberadaan atau jenis tipe virus HPV yang dapat memicu kanker serviks. (Nurwijaya,
2010).

Karena pada kasus dicurigai munculnya tanda dan gejala kanker serviks, sehingga pemeriksaan
penunjang awal yang tepat untuk mendeteksi dini penyakit pada pasien adalah pap smear, untuk
mengetahui apakah terdapat pertumbuhan keabnormalan sel pada rahim (Irwan, 2018).

Tinjauan opsi lainnya:

Opsi Vaginal Swab tidak tepat karena pemeriksaan dilakukan penyebab infeksi (bakteri/virus/jamur),
tetapi yang sering digunakan untuk mencari Trichomonas vaginalis dan benang-benang (miselia)
Candida albicans (Schachter, 2003).

Opsi Cervical Biopsy tidak tepat karena merupakan prosedur pengambilan jaringan pada serviks
dalam potongan kecil untuk dapat mendiagnosis pra kanker dan kanker serviks (Dixit, 2011).
Pemeriksaan ini dilakukan jika telah didapatkan sel abnormal yang sudah terlokalisir dan telah
dideteksi melalui kolposkopi (Irwan, 2016).

Opsi HPV DNA test tidak tepat karena tes ini akan dilakukan untuk menilai adanya kemungkinan
keganasan, jika pasien telah melakukan pemeriksaan pap smear dan ditemukan ketidaknormalan
dari hasil pemeriksaan (Nurwijaya, 2010).

Opsi Colposcopic tidak tepat karena kolposkopi merupakan pemeriksaan vagina dan leher rahim
dengan menggunakan alat semacam mikroskop binocular dengan sinar yang kuat yang bertujuan
untuk memastikan adanya sel abnormal. Jika tes pap smear dan tes DNA HPV menunjukkan
ketidaknormalan, maka kolposkopi dilakukan (Irwan, 2016).
Dixit, R., Bhavsar, C., and Marfatia, Y. S. 2011. Laboratory Diagnosis of Human Papilomavirus
Infection in Female Genital tract. Indian J Sex Transm Dis AIDS 32(1):50-52. [serial online] [cited 2018
Desember 8]. Avaible from: URL: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3139291/

Irwan. 2018. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta: Deepublish


Soal 65

Seorang perempuan (38 tahun) datang ke puskesmas dengan keluhan demam menggigil sejak 7 hari
yang lalu. Hasil pengkajian: nyeri perut, mual-muntah, badan lemas dan pegal, lidah kotor,
anoreksia, sakit kepala, sariawan, mukosa bibir kering dan suhu 39,8 C. Perawat sedang melakukan
pemeriksaan darah lengkap pada pasien. Apakah pemeriksaan diagnostik tambahan yang
tepat dilakukan ?

a. Pemeriksaan troponin

b. Pemeriksaan SGOT/SGPT

c. Pemeriksaan widal

d. Pemeriksaan rumple leed test

e. Pemeriksaan ELISA

Jawaban benar c

DATA FOKUS

- Pasien dengan keluhan demam menggigil sejak 7 hari yang lalu, nyeri perut, mual-muntah, badan
lemas dan pegal, lidah kotor, anoreksia, sakit kepala, sariawan, mukosa bibir kering.

Pada kasus, pasien mengalami tanda gejala demam tifoid.

Sehingga untuk menegakkan diagnosa tersebut pada kasus yaitu dapat dilakukan pemeriksaan widal.

Pemeriksaan widal adalah uji serologi dalam mendiagnosis demam tifoid yang ditandai dengan tanda
gejala: influenza-like symptom disertai dengan menggigil, sakit kepala bagian frontal, anoreksia,
nausea, rasa tidak nyaman pada abdominal, batuk kering, myalgia, nyeri tekan pad abdomen,
hepatomegaly, dan splenomegaly.

Tinjauan opsi lainnya :


Opsi pemeriksaan troponin (tidak tepat) karena merupakan indikator pemeriksaan laboratorium
pada pasien dengan suspend syndrome coroner akut.

Opsi pemeriksaan SGOT/SGPT (tidak tepat) karena merupakan pemeriksaan Faal Hati pada pasien
dengan suspend hepatitis A atau penyakit hepar lainnya.

Opsi pemeriksaan rumple leed test (tidak tepat) karena merupakan pemeriksaan dengan
menggunakan tournikuet pada pasien dengan suspend demam dengue.

Opsi pemeriksaan ELISA (tidak tepat) karena merupakan uji serologis imunologi pada pasien dengan
suspend terinfeksi virus HIV.

Soal 74

Perawat komunitas melakukan asuhan keperawatan di sebuah desa. Perawat telah melakukan
winshield survey dan mengumpulkan data dengan kuisioner. Hasil analisa data; 88% lansia
menderita hipertensi dan tidak ada kegiatan posyandu lansia di lingkungan wilayah tersebut. Dari
hasil analisa tersebut perawat berencana membentuk posyandu lansia untuk membantu lansia
meningkatkan kesehatannya. Apakah tindakan selanjutnya yang dilakukan oleh perawat ?

a. Melakukan pertemuan dengan kepala desa, tokoh masyarat, kader dan lintas sektoral dan lintas
program (MMD)

b. Menentukan prioritas masalah

c. Melakukan pengkajian

d. Melakukan pengolahan data

e. Menganalisa data

Jawaban benar a

Pembahasan :

Langkah pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas :

1. Pengumpulan data

Bertujuan untuk memperoleh informasi. Metode pengumpulan data komunitas dapat dilakukan
dengan winshield survey, wawancara, dan observasi
2. Melakukan pengkajian kelompok khusus (remaja, lansia, ibu hamil dll) dengan menggunakan
kuisioner.

3. Melakukan pengolahan data

4. Menganalisa data

5. Membuat prioritas masalah

6. Melakukan pertemuan/ musyawarah masyarakat desa dengan mengundang pihak terkait seperti
kepala desa, kader, pihak terkait untuk kerjasama lintas sektoral maupun lintas program serta
masyarakat setempat untuk menyusun strategi pemecahan masalah

7. Melakukan implementasi

8. Melakukan evaluasi

Berdasarkan kasus di atas, perawat telah melakukan analisa masalah dimana masalah pada kasus
adalah 88% lansia menderita hipertensi dan tidak ada kegiatan posyandu lansia di lingkungan
wilayah tersebut. Maka tindakan selanjutnya yang dilakukan oleh perawat adalah melakukan
pertemuan/ musyawarah masyarakat desa dengan mengundang pihak terkait seperti kepala desa,
kader, pihak terkait untuk kerjasama lintas sektoral maupun lintas program serta masyarakat
setempat untuk menyusun strategi pemecahan masalah berupa Plan Of Action. Setelah POA
disetujui oleh semua pihak maka akan dilanjutkan dengan implementasi (pelaksanaan kegiatan) dan
evalusasi. - - -

Soal 75

Seorang laki-laki (20 tahun) dengan Post OREF cruris 1/3 distal dekstra di bangsal bedah. Pasien
mengatakan sudah dapat berjalan-jalan di sekitar RS menggunakan kruk, namun belum bisa untuk
menuruni tangga dan meminta perawat untuk mengajarkannya kembali. Saat ini pasien
menempatkan kruk pada anak tangga. Apakah tindakan yang tepat dilakukan selanjutnya ?

a. Memposisikan dengan posisi tripod

b. Melakukan tumpuan pada kaki yang cedera

c. Melangkahkan kaki yang tidak cedera ke depan

d. Menggerakkan kaki yang cedera ke depan

e. Melangkahkan kaki yang sehat sejajar dengan kruk

Jawaban benar d

Prosedur Menuruni Tangga dengan Kruk

1. Klien berdiri dengan posisi tripod


2. Berat badan bertumpu pada kaki yang tidak cidera

3. Kruk ditempatkan ke anak tangga, transfer berat badan ke kruk. Gerakkan kaki yang cidera ke
depan.

4. Kaki yang tidak cidera sejajar di tangga dengan kruk

5. Ulangi urutan sampai mencapai bagian bawah tangga

Pada kasus pasien telah menempatkan kruk pada anak tangga, sehingga tindakan selanjutnya yaitu
menggerakkan kaki yang cedera ke depan.

Tinjauan opsi lainnya:

Opsi memposisikan dengan posisi tripod tidak tepat karena tindakan ini dilakukan sebagai langkah
awal untuk menuruni tangga.

Opsi melakukan tumpuan pada kaki yang cedera tidak tepat karena memberikan tumpuan pada kaki
yang cedera akan memperburuk kondisi fraktur, sehingga tindakan yang tepat yaitu bertumpu pada
kaki yang tidak cedera, namun tindakan ini dilakukan setelah pasien berdiri dengan posisi tripod.

Opsi melangkahkan kaki yang tidak cedera ke depan tidak tepat karena tindakan ini bukan
merupakan langkah dalam prosedur.

Opsi melangkahkan kaki yang sehat sejajar dengan kruk tidak tepat karena tindakan ini dilakukan
setelah kaki yang cedera digerakkan ke depan.

American College of Foot and Ankle Surgeons. 2004. Instructions for using crutches. Diakses pada 14
Agustus 2018, dari:

https://www.lakeviewhealth.org/upload/docs/Crutches.pdf

Potter, A.P & Perry, A.G., Stockert, P. A., & Hall, A.M. 2013. Fundamental of Nursing 8th Edition. St,
Louis, Missouri : Elsevier

Suratun., dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien gangguan sistem muskuloskeletal. Jakarta: EGC.

- - - -

Soal 78

Seorang laki-laki (45 tahun) dengan COS dan Epidural Hematoma Dekstra dirawat di RS. Pasien
terpasang trakeostomi. Kesadaran pasien sopor. Pasien berulang kali batuk dan tampak sputum
berlebih, terdengar suara ronkhi pada kedua apeks paru. Kateter penghisap telah tersambung
dengan regulator vacuum. Saat ini perawat telah melakukan hiperoksigenasi dan membasahi ujung
kateter dengan normal saline. Apakah tindakan yang tepat dilakukan selanjutnya ?

a. Melakukan penghisapan pada area sekitar mulut

b. Memasukkan kateter suction perlahan hingga terjadi respon batuk

c. Menghisap dengan port tertutup <15 detik

d. Memasukkan kateter suction dengan port tertutup

e. Membilas kateter penghisap dengan air steril

Jawaban benar b

Prosedur Tindakan Suction

1. Cuci tangan

2. Menggunakan handscoon

3. Mengatur posisi pasien

4. Memasang handuk pada bantal atau dibawah dagu pasien

5. Pilih tekanan dan tipe unit vacum yang tepat

6. Menuangkan normal salin/air ssteril dalam wadah steril

7. Sambungkan kateter penghisap dengan regulator vacum

8. Basahi ujung kateter dengan normal salin

9. Lakukan penghisapan, masukan kateter suction secara lembut sampai ujung kateter menyentuh
karina yang ditandai dengan respon batuk. Dahulukan penghisapan di ETT untuk pasien yang
menggunakan ETT/Ventilasi mekanik kemudian diteruskan penghisapan disekitar rongga mulut.

10. Sumbat “port” penghisap dengan ibu jari. Dengan perlahan rotasi kateter saat menariknya, tidak
boleh lebih dari 15 detik

11. Bilas kateter dengan larutan steril. Bila klien tidak mengalami distress pernapasan, istirahat 20-30
detik, sebelum memasukkan ulang kateter.

12. Bila diperlukan penghisapan ulang, ulangi langkah 8-9

13. Bila klien mampu minta untuk nafas dalam dan batuk efektif diantara penghisapan

14. Hisap sekret pada mulut atau dibawah lidah setelah peghisapan orofaringeal
15. Buang kateter penghisap bersamaan dengan pelepasan handscoon

16. Cuci tangan

Pada kasus, kateter penghisap telah tersambung dengan regulator vacuum. Saat ini perawat telah
melakukan hiperoksigenasi dan membasahi ujung kateter dengan normal salin.

Sehingga tindakan selanjutnya memasukkan kateter suction perlahan hingga terjadi respon batuk.
Respon batuk merupakan tanda bahwa selang sudah mencapai ujung karina.

Tinjauan opsi lainnya:

Opsi melakukan penghisapan pada area sekitar mulut tidak tepat karena pasien terpasang
trakeostomi sehingga tindakan yang tepat seharusnya mendahulukan penghisapan pada ETT. Namun
jawaban ini juga tidak tepat karena pada kasus selang suction belum dimasukkan.

Opsi menghisap dengan port tertutup <15 detik tidak tepat karena tindakan ini dilakukan setelah
selang kateter masuk sampai karina.

Opsi memasukkan kateter suction dengan port tertutup tidak tepat karena saat memasukkan kateter
suction port seharusnya dibuka. Jika saat memasukkan kateter suction dengan port tertutup
dikhawatirkan terjadi penghisapan dalam waktu yang terlalu lama dan dapat mengakibatkan
hipoksemia.

Opsi membilas kateter penghisap dengan air steril tidak tepat karena tindakan ini dilakukan jika
penghisapan telah dilakukan.

(Tim Pokja Modul Pelatihan Hipercci Pusat. 2016. Modul Pelatihan Keperawatan Intensif Dasar.
Jakarta : In Media.)

Soal 77

Seorang laki-laki (42 tahun) dengan Pneumothorax dirawat di RS. Pasien mengeluh sesak nafas. Hasil
rontgen tampak lucent pada apeks paru sinistra dan saat diperkusi terdengar hipersonor, sehingga
pasien dianjurkan pemasangan WSD. Perawat akan mengganti botol drainase WSD. Pasien dalam
posisi nyaman. Saat ini perawat melakukan klem pada selang drainase dekat dada dan dibawah klem
pertama. Apakah tindakan yang tepat dilakukan selanjutnya ?

a. Menyambung kembali botol baru dengan selang dada

b. Memposisikan botol di bawah dada pasien

c. Memposisikan botol sejajar dengan dada pasien


d. Melepaskan klem selang dada

e. Melepaskan sambungan botol lama dari selang dada

Jawaban benar e

Prosedur Perawatan WSD

1. Periksa order dokter dan rencana asuhan keperawatan

2. Identifikasi pasien dan jelaskan prosedur

3. Pantau tanda-tanda vital

4. Kumpulkan peralatan

5. Berikan privasi

6. Cuci tangan dan pakai handscoon steril

7. Persiapkan botol drainase dada

a. Sistem satu botol : terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang.

b. Sistem dua botol : botol I digunakan untuk menampung cairan dan udara dari rongga pleura, dan
botol II sebagai ruang segel air.

c. Sistem tiga botol : sama dengan sistem dua botol, dan botol III untuk mengontrol jumlah
pengisapan.

8. Pastikan botol tersimpan dalam tempat botol

9. Posisikan pasien duduk secara nyaman

10. Klem selang drainase dada dengan menggunakan 2 buah klem. Klem I pada 4 – 6,5 cm dari lokasi
penusukan dada dan klem II 2,5 cm di bawah klem I

11. Lepaskan sambungan botol lama dari selang dada

12. Sambung kembali botol baru dengan selang dada

13. Posisikan botol 0,5 – 1 meter di bawah dada pasien

14. Lepaskan klem selang dada

15. Amati adanya fluktuasi berulang ketinggian air pada ujung distal selang dada.

16. Rekatkan secara longgar selang drainase pada pakaian pasien

17. Posisikan kembali pasien secara nyaman di atas ranjang


18. Cuci tangan

19. Catat prosedur

20. Lanjutkan pemantauan pasien

Pada kasus, perawat telah melakukan klem dengan dua klem. Klem I: 4 – 6,5 cm dari lokasi
penusukan dada (dekat dada) dan klem II: 2,5 cm di bawah klem I (dekat botol.

Sehingga tindakan selanjutnya yang tepat yaitu melepaskan sambungan botol lama dari selang dada.

Tinjauan opsi lainnya:

Opsi menyambung kembali botol baru dengan selang dada tidak tepat karena tindakan ini dilakukan
setelah melepaskan sambungan botol lama dari selang dada.

Opsi memposisikan botol di bawah dada pasien tidak tepat karena tindakan ini dilakukan setelah
selang dada tersambung kembali dengan botol baru.

Opsi memposisikan botol sejajar dengan dada pasien tidak tepat karena tindakan ini akan
menyebabkan darah dalam botol/slang masuk kembali ke rongga dada.

Opsi melepaskan klem selang dada tidak tepat karena tindakan ini dilakukan setelah botol
diposisikan di bawah pasien.

Soal 76

Seorang laki-laki (28 tahun) dengan CHF dirawat di RS. Pasien masih mengeluh nyeri dada. Hasil
pengkajian: skala nyeri 6, tampak edema pada ekstremitas bawah kanan dan kiri, pitting edema +3.
Gambaran EKG sinus takikardi. Perawat akan melakukan pemeriksaan JVP. Perawat telah
mengidentifikasi vena jugularis sebelah kanan pasien. Pasien menoleh ke arah kiri. Perawat telah
menandai titik tertinggi pulsasi dengan spidol. Apakah tindakan yang tepat dilakukan selanjutnya ?

a. Memposisikan pasien semifowler

b. Meletakkan penggaris secara vertikal

c. Menentukan sudut louis

d. Mengukur jarak antara sudut sternum dan meniscus

e. Mengidentifikasi meniscus dengan penlight dari arah kanan

Jawaban benar c
Prosedur Pemeriksaan JVP

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur, tujuan tindakan, lamanya tindakan pada klien

3. Beri kesempatan klien bertanya sebelum tindakan dimulai

4. Jaga privasi klien selama tindakan dilakukan

5. Posisikan pasien berbaring telentang dan pastikan otot sternomastoideus dalam keadaan rileks
dengan kepala ditinggikan 30-45 derajat (posisi semi fowler), atau sesuaikan sehingga pulsasi vena
jugularis tampak paling jelas.

6. Lepaskan pakaian yang sempit/menekan leher atau toraks bagian atas.

7. Anjurkan kepala klien menengok menjauhi arah pemeriksa.

8. Identifikasi vena jugularis. Ada beberapa cara untuk mengidentifikasi pulsasi vena jugularis:

a. Gunakan lampu senter/penlight dari arah miring untuk melihat bayangan vena jugularis.
Identifikasi pulsasi vena jugular interna (bedakan denyutan ini dengan denyutan dari arteri karotis
interna di sebelahnya), jika tidak tampak gunakan vena jugularis eksterna.

b. Menekan pada bagian ujung proksimal vena jugularis (dekat angulus mandibulae) sambil
melepaskan bendungan pada supra clavicula. Mengamati tingginya bendungan darah yang ada dan
beri tanda dengan menggunakan spidol.

9. Tentukan titik tertinggi dimana pulsasi vena jugularis interna/eksterna dapat dilihat (Meniscus).

10. Tentukan sudut sternum (sudut louis) sebagai tempat untuk mengukur tinggi pulsasi vena.

11. Gunakan penggaris. Penggaris ke-1 diletakan secara tegak (vertikal), dimana salah satu ujungnya
menempel pada sudut sternum. Penggaris ke-2 diletakan mendatar (horizontal), dimana ujung yang
satu tepat di titik tertinggi pulsasi vena (meniscus), sementara ujung lainnya ditempelkan pada
penggaris ke-1.

12. Ukurlah jarak vertikal (tinggi) antara sudut sternum dan titik tertinggi pulsasi vena (meniscus).

13. Catat hasil pengukuran

14. Rapikan alat-alat

15. Kembalikan klien ke posisi yang nyaman

16. Cuci tangan


Pada kasus perawat telah mengidentifikasi vena jugularis sebelah kanan pasien. Pasien menoleh ke
arah kiri. Perawat telah menandai titik tertinggi pulsasi dengan spidol, sehingga tindakan selanjutnya
yang tepat adalah menentukan sudut louis.

Tinjauan opsi lainnya:

Opsi memposisikan pasien semifowler tidak tepat karena tindakan ini dilakukan setelah menutup
tirai kamar tidur pasien untuk menjaga privasi pasien.

Opsi meletakkan penggaris secara vertikal tidak tepat karena tindakan ini dilakukan setelah posisi
.sudut louis telah ditentukan.

Opsi mengukur jarak antara sudut sternum dan meniscus tidak tepat karena tindakan ini dilakukan
setelah perawat telah memposisikan 2 penggaris yang diletakkan secara vertical dan penggaris
lainnya diletakkan secara horizontal di titik tertinggi pulsasi vena jugularis.

Opsi mengidentifikasi meniscus dengan penlight dari arah kanan tidak tepat karena tindakan ini
sudah dilakukan pada kasus yaitu adanya data pada kasus, perawat telah menandai titik tertinggi
pulsasi dengan spidol.

Soal 79

Seorang laki-laki (45 tahun) dirawat dengan BPH. Pasien mengeluh nyeri dan panas pada kelaminnya
yang terpasang kateter. Hasil pengkajian: terdapat rembesan, distensi kandung kemih, kateter tidak
paten. Saat ini perawat berencana mematenkan posisi kateter kembali. Perawat mengeluarkan isi
balon kateter dan memasukkan kembali selang kateter dan urin ditampung dalam bengkok.
Apakah tindakan selanjutnya yang tepat dilakukan oleh perawat ?

a. Memfiksasi kateter dengan penis menghadap ke atas

b. Mengisi balon kateter

c. Menekan kandung kemih pelan dan lembut

d. Menyambung kateter dengan kantong urin

e. Mengganti handscoon bersih dengan yang steril

Jawaban benar b

Prosedur Pemasangan Kateter Pria

1. Cuci tangan
2. Pasang sampiran

3. Gantung urin bag di sisi tempat tidur pasien

4. Buka pakaian bawah pasien (celana/kain sarung)

5. Atur posisi pasien (supine) dan pasang perlak pengalas. Dekatkan nierbeken di antara kedua paha

6. Pasang handscoon dan lakukan penis hygiene

7. Dekatkan nierbeken yang kedua untuk menampung urin

8. Ganti handscoon bersih dengan steril, pasang duk bolong

9. Olesi ujung kateter dengan kassa jelly

10. Masukkan kateter yang sudah diberi jelly ke uretra sekitar 15 – 25 cm, sampai urin mengalir,
sambil pasien menarik napas dalam ketika kateter dimasukkan

11. Tampung urin dengan menggunakan nierbeken

12. Perhatikan respon pasien

13. <b>Isi balon kateter</b> dengan cairan aquades sesuai dengan kebutuhan dan tarik selang
kateter secara perlahan sampai ada tahanan

14. Angkat duk bolong, sambungkan kateter ke urin bag, fiksasi ke salah satu paha pasien

15. Bersihkan alat-alat, lepaskan handscoon, dan cuci tangan

16. Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan

sehingga prosedur selanjutnya pada kasus yaitu mengisi balon kateter.

Soal 80

Seorang laki-laki (45 tahun) dirawat dengan Penumonia. Hasil pengkajian : sesak nafas, retraksi
intercostal dan frekuensi napas 28x/mnt. Perawat akan memberikan terapi oksigen kanula nasal 3
lpm. Perawat mengatur peralatan oksigen dan humidifier. Saat ini perawat telah mengecek aliran
oksigen melalui nasal kanul. Apakah tindakan selanjutnya yang tepat dilakukan oleh perawat ?

a. Atur oksigen 3 lpm pada flowmeter

b. Pasang selang kanula oksigen pada hidung

c. Mengukur panjang selang oksigen

d. Plesterkan selang pada wajah klien


e. Tanyakan apakah oksigen terasa atau tidak

Jawaban benar b

DATA FOKUS

- Perawat memberikan terapi oksigen nasal kanul 3lpm

- Saat ini perawat telah mengecek aliran oksigen melalui nasal kanul.

PROSEDUR PEMBERIAN OKSIGEN NASAL KANUL :

1. Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien

2. Cuci tangan

3. Pakai sarung tangan

4. Jelaskan prosedur

5. Atur posisi aman dan nyaman (semifowler)

6. Pastikan volume air steril dalam tabung pelembab (humidifier) sesuai ketentuan.

7. Siapkan nasal kanul satu set tabung oksigen (oksigen central)

8. Hubungkan selang nasal kanul dengan flowmeter pada tabung oksigen atau oksigen dinding

9. Bila hidung pasien kotor, bersihkan lubang hidung pasien dengan cotton bud atau tissu.

10. Cek fungsi flowmeter dengan memutar pengatur konsetrasi oksigen dan mengamati adanya
gelembung udara dalam humidifier

11. Cek aliran oksigen dengan cara mengalirkan oksigen melalui nasal kanul ke punggung tangan
perawat.

12. Pasang nasal kanul ke lubang hidung pasien dengan tepat.

13. Tanyakan pada pasien, apakah aliran oksigennya terasa atau tidak.

14. Atur pengikat nasal kanul dengan benar, jangan terlalu kencang dan jangan terlalu kendor.
15. Pastikan nasal kanul terpasang dengan aman.

16. Atur aliran oksigen sesuai dengan program/kebutuhan.

17. Alat-alat dikembalikan di tempat semula

18. Lepas handscoon dan cuci tangan setelah melakukan tindakan.

19. Mengakhiri tindakan dengan mengucapkan salam

20. Mengevaluasi respon pasien 15 menit setelah tindakan

21. Mendokumentasikan tindakan

[15:06, 4/11/2020] +62 823-8998-0884: Soal 81

Seorang laki-laki (54 tahun) dirawat dengan GGA. Hasil pengkajian: GCS E1V1M1, terpasang ETT,
auskultasi ronkhi, sputum berlebih, berulangkali terbatuk-batuk. Perawat akan melakukan
penghisapan lendir. Perawat telah mencuci tangan. Kateter suction telah tersambung dengan
regulator vacum. Saat ini, perawat mengecek saturasi oksigen pasien dan didapatkan SaO2 95% dan
frekuensi napas 20x/menit. Apakah tindakan yang tepat dilakukan selanjutnya oleh perawat ?

a. Lakukan penghisapan pada ETT

b. Masukkan kateter suction sampai melewati batas karina

c. Lakukan penghisapan pada ETT selama 15 detik

d. Lakukan tindakan hiperoksigenasi

e. Posisikan fleksi pada leher

Jawaban benar d

DATA FOKUS

- Pasien dengan GCS E1V1M1 terpasang ETT

- Akan dilakukan tindakan suction

- Sebelum penghisapan SaO2 95%

Oleh karena itu, tindakan yang tepat selanjutnya yaitu melakukan tindakan hiperoksigenasi. Hal ini
dilakukan agar selama tindakan suction tidak terjadi hipoksemia pada pasien. Selain itu, prinsip dan
metode pemberian tindakan suction harus mempertahankan prinsip Acianotik:

1. Dilakukan tidak lebih dari 15 detik


2. Kateter tidak menutup total ETT

3. <b>Oksigenasi 100% sebelum dan sesudah tindakan.</b>

<b>Hiperoksigenasi dapat diberikan dengan oksigenasi 100% selama 2 menit melalui bag valve atau
ventilator untuk mencegah terjadinya hipoksia maupun hipoksemia saat akan dilakukan tindakan
suction.</b>

Tinjauan opsi lainnya:

Opsi lakukan penghisapan pada ETT (tidak tepat) karena prinsip acianotik tindakan suction yaitu
dilakukan oksigenasi 100% sebelum dan sesudah tindakan, selain itu, pada kasus didapatkan saturasi
oksigen pasien 95% sehingga dibutuhkan hiperoksigenasi untuk mencegah terjadinya hipoksia
selama proses penghisapan.

Opsi masukkan kateter suction sampai melewati batas karina (tidak tepat) karena prinsip dan
metode pemberian tindakan suction yang tepat yaitu tidak menimbulkan trauma yaitu dengan
memasukkan kateter sampai ujung karina yang ditandai dengan respon batuk. Tindakan ini dilakukan
saat akan melakukan penghisapan ketika kateter suction telah masuk melalui ETT

Opsi lakukan penghisapan pada ETT selama 15 detik (tidak tepat) karena sebelum melakukan
tindakan tersebut, pasien harus dilakukan hiperoksigenasi untuk memastikan keadekuatan oksigen
pasien sebelum tindakan penghisapan dilakukan untuk mencegah terjadinya hipoksia selama
tindakan.

Opsi Posisikan fleksi pada leher (tidak tepat) karena untuk melakukan tindakan suction, posisi yang
tepat adalah melakukan hiperekstensi pada leher pasien untuk membuka jalan nafas pasien.

[15:06, 4/11/2020] +62 823-8998-0884: Soal 82

Berdasarkan pasal 27 UU no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Izin rumah sakit dapat dicabut jika
… -

a. banyaknya komplain pasien terhadap rumah sakit tersebut

b. habis masa berlakunya

c. tidak lagi memenuhi persyaratan dan standar

d. terbukti melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan

e. atas perintah pengadilan dalam rangka penegakan hukum

Jawaban benar a
Izin Rumah Sakit dapat dicabut jika:

1. habis masa berlakunya;

2. tidak lagi memenuhi persyaratan dan standar;

3. terbukti melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan; dan/atau

4. atas perintah pengadilan dalam rangka penegakan hukum.

Banyaknya complain pasien terhadap rumah sakit baru bisa diakui jika sudah terbukti benar di
pengadilan bahwa terdapat pelanggaran peraturan UU yang dilakukan Rumah Sakit -
- - - - -

[15:06, 4/11/2020] +62 823-8998-0884: Soal 83

Berdasarkan PMK no. 56 tahun 2016 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Setiap
berapa tahun, izin operasional Rumah Sakit harus diperpanjang sesuai persyaratan ?

a. 2 tahun

b. 3 tahun

c. 4 tahun

d. 5 tahun

e. 6 tahun

Jawaban benar d

Berdasarkan pasal 70 ayat 2 PMK 56 tahun 2016, izin operasional RS berlaku dalam jangka waktu 5
tahun dan diperpanjang selama memenuhi persyaratan.

[15:06, 4/11/2020] +62 823-8998-0884: Soal 84

Pada pasal 38 PERMENKES No 75 Tahun 2014 tentang upaya kesehatan yang harus diselenggarakan
oleh puskesmas, kecuali : -

a. Manajemen puskesmas

b. Pelayanan Kefarmasian

c. Pelayanan rawat Inap


d. Pelayanan keperawatan Kesehatan masyakat

e. Pelayanan laboratorium

Jawaban benar C

Sesuai pasal 38 PERMENKES No 75 Tahun 2014 tentang upaya kesehatan yang harus diselenggarakan
oleh puskesmas adalah :

1.Manajemen puskesmas

2.Pelayanan Kefarmasian

3.Pelayanan keperawatan Kesehatan masyakat

4.Pelayanan laboratorium - -

Soal 88

Seorang laki-laki (45 tahun) dirawat karena kadar gula darah yang tinggi. Pasien direncanakan
pulang. Saat ini, perawat sedang melakukan Discharge Planning pada pasien dan keluarga. Pasien
mendapatkan terapi insulin bentuk pena 8 unit pada malam hari. Pasien mengatakan tahu tentang
penyakit DM tetapi belum paham mengenai perawatan di rumah. Apakah materi edukasi
paling prioritas diberikan kepada pasien ?

a. Konsep penyakit DM

b. Diet DM

c. Latihan/aktivitas pada DM

d. Senam kaki pada DM

e. Cara penyuntikan terapi insulin

Jawaban benar e

DATA FOKUS

- Pasien mendapat terapi insulin bentuk pena 8 unit pada malam hari.

Berdasarkan data pada kasus materi edukasi paling prioritas diberikan kepada pasien yang tepat
yaitu cara penyuntikan terapi insulin.
Pasien yang baru pertama kali didiagnosa DM dibutuhkan suatu edukasi untuk meningkatkan
pemahaman pasien bagaimana cara pencegahan dan pengobatan pasien selama sakit. Penyuntikan
insulin yang tidak tepat akan mempengaruhi kerja dari obat itu sendiri oleh karena itu dibutuhkan
edukasi bagaimana metode menggunakan terapi insulin dalam bentuk pena tersebut sesuai dengan
prosedur

Tinjauan opsi lainnya :

Opsi konsep penyakit DM (kurang tepat) karena didapatkan data pasien tahu tentang penyakit DM
tetapi belum paham mengenai perawatan di rumah

Opsi diet DM (tidak tepat) karena tidak ada data pada kasus mengenai pola makan pasien yang tidak
terkontrol

Opsi latihan/aktivitas pada DM dan opsi senam kaki DM (tidak tepat) karena data pada kasus terapi
yang saat ini dijalani oleh pasien yaitu terapi insulin bukan mengenai terapi aktivitas maupun senam
kaki DM.

Soal 89

Seorang laki-laki (52 tahun) dirawat di bangsal RS dengan Hipertensi. Riwayat hipertensi selama 3
tahun. Keluarga mengatakan tekanan darah selama di rumah tidak terkontrol dan tidak
memperhatikan pola makan. Pasien direncanakan pulang. Perawat memberikan discharge planning
mengenai pengobatan Hipertensi dan menjelaskan pola diet hipertensi selama di rumah. Sebelum
pulang tekanan darah pasien 140/90 mmHg. Apakah jenis makanan yang perlu dihindari pasien,
kecuali ?

a. Susu segar

b. Sarden

c. Mentega

d. Bumbu penyedap

e. Durian

Jawaban benar a

Tujuan dari penatalaksanaan diet hipertensi adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah
dan mempertahankan tekanan darah menuju normal, untuk menurunkan faktor risiko lain seperti
berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol, dan asam urat dalam darah.
Prinsip diet pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut :

•Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang.

•Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita.

•Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar diet.

Sehingga jenis makanan yang perlu dihindari keculali susu segar, karena susu segar merupakan
sumber protein hewani yang rendah lemak.

Tinjauan opsi lainnya:

Opsi sarden, mentega, bumbu penyedap, dan durian (tidak tepat) karena merupakan makanan yang
tidak dianjurkan bagi penderita hipertensi karena mengandung banyak natrium, tinggi lemak, dan
alkohol (durian).

Kurniawan, A. 2002. Gizi Seimbang untuk Mencegah Hipertensi. [serial online] [diakses pada: 7
Februari 2019] Available from: URL: http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Gizi-
Seimbang-Utk-Hipertensi.pdf

Kemenkes RI. 2011. Diet Hipertensi. [serial online] [diakses pada: 7 Februari 2019] Available from:
URL: http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/08/Brosur-Diet-Hipertensi.pdf

[15:06, 4/11/2020] +62 823-8998-0884: Soal 90

Seorang perempuan (26 tahun) dirawat di bangsal RS dengan Demam Thypoid. Hasil pengkajian:
pasien tidak nafsu makan karena mual-muntah, demam menggigil terutama malam hari, sakit
kepala, pegal-pegal, lidah tampak kotor dan berwarna putih, nyeri abdomen region epigastrik, belum
BAB, suhu tubuh 39 C, kulit teraba hangat dan merah, mukosa bibir kering. Hasil tes Widal positif.
Apakah diet yang tepat pada pasien tersebut ?

a. Bubur lunak, TKTP

b. Nasi padat, TKTP

c. Bubur halus, RKTP

d. Nasi tim, RKTP

e. Diet cair, TKRP

Jawaban benar a
Pada kasus pasien mengalami demam thypoid dan mengeluh tidak nafsu makan karena mual-
muntah, nyeri perut region epigastrik, sehingga diet yang diberikan harus mengandung kalori dan
protein yang cukup (TKTP). Diet untuk pasien thypoid, biasanya diklasifikasikan menjadi: diet cair,
bubur lunak, tim, dan nasi biasa. Tetapi bila penderita dengan klinis berat sebaiknya dimulai dengan
bubur atau diet cair, yang selanjutnya dirubah secara bertahap.

Sehingga pada kasus diet yang tepat yaitu bubur lunak, TKTP.

Tinjauan opsi lainnya:

Opsi nasi padat, TKTP (tidak tepat) karena nasi padat akan memperberat kerja peristaltik lambung.

Opsi bubur halus, RKTP (tidak tepat) karena diet untuk pasien thypoid harus tinggi kalori.

Opsi nasi tim, RKTP (tidak tepat) karena diet untuk pasien thypoid harus tinggi kalori.

Opsi diet cair, TKRP karena diet untuk pasien thypoid harus rendah kalori.

Kemenkes RI. 2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Jakarta: Kementrian Kesehatan
STATUS GIZI - - - - - - - - -

[15:06, 4/11/2020] +62 823-8998-0884: Soal 91

Seorang ibu (80 tahun) ditemukan oleh keluarga dalam keadaan tidak sadarkan diri di rumahnya.
Keluarga kemudian membawa ibunya ke IGD RS terdekat. Saat dilakukan pemeriksaan ditemukan
tingkat kesadaran pasien saat ini somnolen dengan GCS 8 serta suara napas terdengar stridor.
Apakah tindakan pembebasan jalan napas yang tepat pada pasien tersebut?

a. Melakukan pemasangan NPA

b. Melakukan suction

c. Melakukan intubasi

d. Melakukan pemasangan OPA

e. Melakukan tindakan cross finger swab

Jawaban benar d
Berdasarkan kasus ditemukan data fokus bahwa pasien mengalami sumbatan jalan napas yang
ditandai dengan adanya suara napas stridor. Suara napas stridor mengidentifikasi sumbatan jalan
disebabkan oleh lidah.

Maka untuk membebaskan jalan napas dari sumbatan tersebut maka dilakukan pemasangan OPA.
Pemasangan OPA diindikasikan pada pasien tidak sadar dengan adanya napas spontan, ditandai
dengan suara napas stridor, pangkal lidah jatuh ke belakang, dan tidak ada refleks muntah.

Tinjauan opsi lain:

- Pemasangan NPA diindikasikan pada pasien yang mempunyai refleks muntah.

- Suction diindikasikan untuk sumbatan berupa cairan.

- Intubasi diindikasikan untuk pasien yang mengalami gagal napas baik itu hipoksemia atau pun
hiperkarbia.

- Cross finger swab diindikasikan untuk pasien dimana benda asing yang menyumbat jalan napas
pasien masih terlihat

- - - - -

Soal 93

Seorang laki-laki (46 tahun) dirawat dengan post pemasangan traksi ekstremitas bawah dekstra.
Pasien mengeluh nyeri pada kaki yang dilakukan traksi. Pasien diminta untuk imobilisasi dan bedrest.
Hasil pengkajian : pasien takut untuk bergerak, punggung terasa panas, kulit punggung tampak
kemerahan dan skala Braden 14. Apakah tindakan keperawatan yang tepat dilakukan,
kecuali ?

a. Lakukan miring kanan-kiri setiap 2 jam sesuai batas traksi

b. Lakukan massage punggung

c. Berikan bantalan pada bagian tulang yang menonjol

d. Lakukan latihan angkat beban berat

e. Menjaga linen agar tidak terlipat

Jawaban benar d
DATA FOKUS

- Pasien terpasang traksi, harus imobilisasi dan bedrest.

- punggung terasa panas, kulit punggung tampak kemerahan, skala Braden 14.

Masalah keperawatan : risiko luka tekan/risiko decubitus

NIC : Majemen Tekanan / Ulcer Pressure Prevention (meminimalkan tekanan pada bagian tubuh)

Prinsip mengatasi decubitus yaitu mengurangi tekanan pada bagian tubuh yang menonjol dan
mengembalikan sirkulasi aliran darah pada tubuh.

Oleh karena itu, tindakan keperawatan yang tepat kecuali <b>lakukan latihan angkat beban
berat.</b> karena tindakan ini akan berisiko memperparah kondisi tubuh yang seharusnya
diimobilisasi.

Sesuai intervensi pada NIC, tindakan manajemen tekanan yaitu:

1. Berikan pakaian yang tidak ketat

2. Longgarkan gips untuk mengurangi tekanan

3. Beri bantalan pada tepi balutan gips yang kasar dan penghubung pada traksi

4. Berikan pijatan punggung/leher dengan tepat

5. Tinggikan ekstremitas yang cedera

6. Balikkan posisi minimal 2 jam

7. Gunakan alat yang tepat untuk membuat tumit dan tulang yang menonjol tidak menyentuh kasur

8. Pasang alat pelindung siku atau tumit

9. Monitor status nutrisi, sumber tekanan & gesekan, mobilitas dan aktivitas pasien, area kulit

10. Gunakan alat pengkajian risiko untuk memonitor factor risiko pada pasien (mis. Skala Braden)

Tinjauan opsi lainnya

Opsi lakukan miring kanan-kiri setiap 2 jam sesuai batas traksi, opsi lakukan massage punggung, opsi
berikan bantalan pada bagian tulang yang menonjol, dan opsi menjaga linen agar tidak terlipat (tidak
tepat) karena merupakan tindakan yang tepat untuk mengurangi risiko decubitus pada kasus.
- -

[15:06, 4/11/2020] +62 823-8998-0884: Soal 92


Seorang laki-laki (40 tahun) dirawat di RS dengan TB Paru. Hasil pengkajian : pasien mengeluh nyeri
dada, tidak nafsu makan dan sesak napas dengan frekuensi 32x/menit serta tampak adanya retraksi
interkostae. Pasien tampak lemah, gelisah, frekuensi nadi 90x/menit dan berat badan turun 5 kg
semenjak sakit. Apakah tindakan prioritas yang dilakukan perawat ?

a. Melakukan kompres hangat pada area dada

b. Mengajarkan teknik napas dalam untuk mengurangi nyeri

c. Menganjurkan pasien untuk makan sedikit tetapi sering

d. Berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi oksigen

e. Berkolaborasi dengan dokter terkait pemberian analgesik

Jawaban benar d

Data fokus masalah : Pasien mengeluh sesak napas dengan frekuensi 32x/menit serta tampak
adanya retraksi interkostae.

Masalah keperawatan prioritas yaitu : “Pola napas tidak efektif”.

Salah satu intervensi yang tepat diberikan berkaitan dengan masalah utama pada kasus yaitu
berkolaborasi dengan dokter terkait pemberian terapi oksigen. - - -

[15:06, 4/11/2020] +62 823-8998-0884: Soal 94

Seorang laki-laki (48 tahun) datang ke IGD Puskesmas. Pasien mengeluh badan lemas, pusing,
berkeringat dingin dan pandangan masih tampak jelas. Hasil pengkajian: GCS 14, wajah pucat,
tampak mengantuk, tekanan darah 100/70 mmHg, frekuensi nadi 98x/menit teraba kuat, GDS 68
g/dL. Pasien memiliki riwayat DM Tipe II. Apakah tindakan yang tepat dilakukan perawat ?

a. Infus dextrose 10% 8 jam/kolf

b. Berikan minuman manis per oral

c. Tanyakan apakah mengkonsumsi obat DM

d. Berikan dextrose 40% via bolus sebanyak 25 ml

e. Berikan segelas teh manis dan makanan yang berlemak

Jawaban B
Pada kasus menunjukkan adanya tanda dan gejala hipoglikemia. Pasien dalam keadaan masih sadar
dan mampu melakukan asupan oral sehingga tindakan manajemen hipoglikemia yang tepat pada
kasus yaitu memberikan segelas minuman manis

TINJAUAN OPSI LAINNYA:

- Opsi infus dextrose 10% 8 jam/kolf dan opsi berikan dextrose 40% via bolus sebanyak 25 ml (tidak
tepat) karena tindakan ini dapat dilakukan jika pasien dalam keadaan tidak sadar atau hipoglikemia
berat

- Opsi tanyakan apakah mengkonsumsi obat Dm (kurang tepat) karena tindakan ini tidak mengatasi
masalah utama dari hipoglikemia yaitu menaikkan nilai kadar gula darah dalam batas normal

- Opsi berikan segelas teh manis dan makanan yang berlemak tidak tepat) karena makanan yang
mengandung lemak dapat memperlambat respon kenaikan gula darah

[15:06, 4/11/2020] +62 823-8998-0884: Soal 95

Seorang laki-laki (48 tahun) dirawat di RS dengan edema pulmonal + CHF mengeluh badan lemas,
kepala pusing, merasa tidak nyaman pada dada kiri dan berdebar-debar. Pasien mendapatkan terapi
furosemide 4 mg IV 1 jam yang lalu. Apakah tindakan pertama kali yang tepat dilakukan oleh
perawat ?

a. Mengukur tekanan darah

b. Memberikan terapi oksigen

c. Melakukan perekaman jantung

d. Memposisikan pasien semifowler

d. Melakukan rehidrasi

Jawaban banar a

Data fokus ;

• pasien edema pulmonal + CHF

• mengeluh badan lemas, kepala pusing, merasa tidak nyaman pada dada kiri dan berdebar-debar
setelah mendapat terapi furosemide 4 mg IV 1 jam yang lalu.
Furosemid merupakan obat golongan loop diuretic berpotensi tinggi yang banyak digunakan dalam
aplikasi klinis pasien dengan hipervolemik (Kitsios et al, 2014). Lokasi aksi furosemide adalah pada
lapisan tebal loop henle ascenden di nefron.

Obat furosemide digunakan pada pasien dengan edema paru dengan cara menurunkan preload
melalui 2 mekanisme, yaitu: diuresis dan venodilatasi, dengan hasil akhir mengurangi edema pada
paru akibat peningkatan jumlah cairan pada paru. Penurunan preload ini tentu akan berdampak
pada tekanan jantung yang memompakan volume darah dari ventrikel. Penurunan preload yang
berlebihan akan berdampak pada penurunan tekanan darah. Sehingga pada pasien yang
mendapatkan terapi furosemide dalam jangka panjang perlu diperhatikan pengukuran tekanan
darah.

Berdasarkan kasus diatas, tindakan pertama kali yang harus dilakukan perawat adalah mengukur
tekanan darah pasien, untuk melihat efek dari pemberian terapi furosemide.

Tinjauan opsi lain;

Opsi Memberikan terapi oksigen (kurang tepat), karena data pada kasus tidak menunjukkan adanya
gejala sesak napas pada pasien, sehingga tindakan ini belum perlu dilakukan.

Opsi Melakukan perekaman jantung (kurang tepat), ini bisa saja dilakukan mengungat pasien dengan
riwayat CHF, namun berdasarkan kasus kita harus melihat riwayat pemberian terapi yang telah
diberikan sebelumnya sehingga pasien mengalami perubahan kondisi kinis.

Opsi Memposisikan pasien semifowler (kurang tepat), ini bisa saja dilakukan untuk meningkatkan
rasa nyaman pasien, namun bukan merupakan tindakan utama yang dilakukan sesuai dengan data
pada kasus.

Opsi Melakukan rehidarasi (tidak tepat), karena data pada kasus tidak menunjukkan adanya
kehilangan cairan akut pada pasien.

[15:06, 4/11/2020] +62 823-8998-0884: Soal 96

Seorang laki-laki (48 tahun) dirawat di RS dengan Urolitiasis. Hasil pengkajian; pasien mengeluh nyeri
BAK dan urin keluar menetes, distensi kandung kemih. Saat perawat memasang selang kateter,
terasa ada tahanan dan keluar darah dari kemaluan pasien. Apakah tindakan keperawatan yang
tepat pada pasien ?

a. Laporkan ke dokter jaga

b. Masukkan selang kateter secara perlahan

c. Hentikan pemasangan kateter

d. Berikan obat antiperdarahan

e. Ganti selang kateter dengan ukuran yang lebih kecil

Jawaban benar c

Urolithiasis adalah suatu kondisi dimana dalam saluran kemih individu terbentuk batu berupa kristal
yang mengendap dari urin (Mehmed & Ender, 2015). Pembentukan batu dapat terjadi ketika
tingginya konsentrasi kristal urin yang membentuk batu seperti zat kalsium, oksalat, asam urat
dan/atau zat yang menghambat pembentukan batu (sitrat) yang rendah (Moe, 2006; Pearle, 2005).

Manifestasi klinis yang ditimbulkan adalah

1. Nyeri

Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua jenis nyeri yaitu nyeri kolik dan non kolik. Nyeri kolik
terjadi karena adanya stagnansi batu pada saluran kemih sehingga terjadi resistensi dan iritabilitas
pada jaringan sekitar (Brooker, 2009).

2. Gangguan miksi

Adanya obstruksi pada saluran kemih, maka aliran urin (urine flow) mengalami penurunan sehingga
sulit sekali untuk miksi secara spontan (Brooker, 2009).

3. Hematuria

Batu yang terperangkap di dalam ureter (kolik ureter) sering mengalami desakan berkemih, tetapi
hanya sedikit urin yang keluar. Keadaan ini akan menimbulkan gesekan yang disebabkan oleh batu
sehingga urin yang dikeluarkan bercampur dengan darah (hematuria) (Brunner & Suddart, 2015).
Hematuria tidak selalu terjadi pada pasien urolithiasis, namun jika terjadi lesi pada saluran kemih
utamanya ginjal maka seringkali menimbulkan hematuria yang masive, hal ini dikarenakan vaskuler
pada ginjal sangat kaya dan memiliki sensitivitas yang tinggi dan didukung jika karakteristik batu
yang tajam pada sisinya (Brooker, 2009)
Data fokus; <b> pasien dengan urolitiasis mengalami distensi kandung kemih, saat perawat
memasang selang kateter, terasa ada tahanan dan keluar darah dari kemaluan pasien.</b>

Berdasarkan data di atas, masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien adalah resiko
perdarahan akibat adanya gangguan pada proses pemasangan selang kateter. Pada kasus dijelaskan
bahwa pada saat perawat memasukkan selang kateter terasa ada tahanan, hal ini berkemungkinan
terdapat sumbatan ureter oleh batu/Kristal sehingga menimbulkan gesekan yang melukai vaskuler
sehingga menimbulkan perdarahan. Tindakan yang tepat dilakukan oleh perawat adalah segera
menghentikan pemasangan kateter untuk mencegah terjadinya perdarahan massif akibat perlukaan
ureter.

Tinjauan opsi lain;

Opsi Laporkan ke dokter jaga (tidak tepat), ini bisa saja tetap dilakukan untuk penangan lebih lanjut,
namun bukan merupakan tindakan utama yang dilakukan perawat saat pasien mengalami kasus
pada soal.

Opsi Masukkan selang kateter secara perlahan (tidak tepat), karena tindakan ini akan membuat
perlukaan ureter akan berlanjut dan meningkatkan resiko perdarahan.

Opsi Berikan obat antiperdarahan (tidak tepat), karena ini merupakan tindakan kolaboratif unuk
menghentikan perdarahan yang sesuai dengan instruksi dokter.

Opsi Ganti selang kateter dengan ukuran yang lebih kecil (tidak tepat), karena tindakan ini juga akan
tetap memberikan resiko perdarahan lanjut dan juga pada kasus dijelaskan bahwa terdapat tahanan,
sehingga tindakan ini juga bukan tindakan yang tepat dilakukan saat itu.

[15:06, 4/11/2020] +62 823-8998-0884: Soal 97

Seorang laki-laki (50 tahun) dirawat dengan PPOK. Pasien mengeluh sesak napas dan batuk
berdahak. Hasil pengkajian: sulit mengeluarkan dahak, gelisah, merasa tidak nyaman, retraksi
intercostal, vocal fremitus menurun, perkusi redup, suara napas ronkhi pada lobus bawah kanan kiri
dan frekuensi napas 28x/menit. Apakah tindakan keperawatan yang tepat dilakukan ?

a. Teknik nafas dalam dan batuk efektif

b. Batuk efektif dan suction


c. Fisioterapi dada dan suction

d. Fisioterapi dada dan batuk efektif

e. Bedrest dengan posisi semifowler dan pemberian simple mask

Jawaban benar d

DATA FOKUS

- Pasien mengeluh sesak napas dan batuk berdahak.

- sulit mengeluarkan dahak, dan suara napas ronkhi pada lobus bawah kanan kiri.

1. Masalah keperawatan: ketidakefektifan bersihan jalan nafas

2. NOC: Status pernapasan: Kepatenan Jalan Nafas

3. NIC: Fisioterapi dada & Manajemen Batuk

Sesuai data fokus pada kasus, tindakan keperawatan yang tepat yang dapat dilakukan yaitu
fisioterapi dada dan batuk efektif.

Fisioterapi dada menjadi pilihan dalam tindakan keperawatan yang tepat karena tindakan ini
membantu pasien untuk mengeluarkan sekresi di jalan nafas dengan cara perkusi, vibrasi, dan
postural. Tindakan ini dapat dilakukan bila sekret berlebih pada segmen paru yang lebih dalam.
Sedangkan batuk efektif dapat dilakukan setelah fisioterapi dada dilakukan untuk membantu
mengeluarkan dahak dengan menghemat energi.

Dari kedua tindakan tersebut dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan mobilisasi atau
pergerakan sekret ke jalan nafas bagian atas agar mudah dikeluarkan.

Tinjauan opsi lainnya

Opsi nafas dalam dan batuk efektif (kurang tepat) karena tindakan ini kurang membantu mengatasi
sekret yang sedang menempel di lobus paru bagian bawah kanan kiri.

Opsi batuk efektif dan suction dan opsi fisioterapi dada dan suction (kurang tepat) karena pada
kasus, pasien dalam keadaan sadar sehingga bukan indikasi dari tindakan suction yang seharusnya
dapat dilakukan pada pasien tidak sadar, tidak dapat batuk, terpasang ETT.

Opsi bedrest dengan posisi semifowler dan pemberian simple mask (tidak tepat) karena tidak dapat
mengatasi masalah obstruksi jalan nafas akibat sekret pada kasus.

Bila saturasi < 85% ▶️gagal nafas tipe I, hipoksemia, kekurangan oksigen dalam darah
Bila pCO2 > 45, biasanya yang narkose itu rentang 60-65 ▶️gagal nafas tipe II, hipercarbia,
kebanyakan CO2 dalam darah. Apa efeknya? Respon tubuh lama lama akan hipoventilasi dan
pasien henti nafas.

[15:35, 4/11/2020] +62 823-8998-0884: 6/21 biasanya, komanya dihilangkan..

Jadi 6 itu artinya 6 meter. Ini adalah jarak pasien ke snellen chart. Nah, 6/21 artinya, orang normal
bisa lihat dari jarak 21 meter tapi pasien cuma bisa lihat dari jarak 6 meter

[15:35, 4/11/2020] +62 823-8998-0884: Bukan 4/21 sih. Kolom 4 itu padanannya 15.

Jadi klo dia jawabnya cuma salah 1 aja di kolom 4, visusnya 6/15

[15:36, 4/11/2020] +62 823-8998-0884: Jadi 6 itu udah kosntanta ya.. ini klo meter

Klo feet, itu 20.

Jadi 6/21 = 20/70

Cek snellen chart nya

[15:37, 4/11/2020] +62 823-8998-0884: Gimana tentang visus?

[15:38, 4/11/2020] +62 823-8998-0884: Contoh lagi ya untuk visus. Baca kolom 6, pasiennya salah
2. Berapa visusnya? 6/9 ?

Anda mungkin juga menyukai