Tema Hari Gizi Nasional ke-60 yang diadakan tahun ini adalah …
Pembahasan:
2. Tahun 2016 : Bersama Membangun Gizi Mewujudkan Bangsa Sehat Berprestasi: Percepatan
Perbaikan Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan.
4. Tahun 2018 : Bersama Keluarga Kita Jaga Seribu Hari Pertama Kehidupan
Kualifikasi minimum tenaga kesehatan dengan kualifikasi diatas Diploma tiga adalah …
a. Tenaga Keperawatan
b. Tenaga Kebidanan
c. Tenaga Gizi
d. Tenaga Medis
e. Tenaga Kefarmasian
(1) Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a harus memiliki kualifikasi minimum
Diploma Tiga, kecuali tenaga medis.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kualifikasi minimum Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Tenaga medis yang dimaksud yaitu dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis
Seorang perempuan (25 tahun) belum terlalu percaya bahwa ibunya telah meninggal beberapa waktu
lalu. Berdasarkan pengkajian, klien selalu merasa bersalah, takut dan merasa berdosa atas kepergian
ibunya. Saat ini klien juga masih terus mencari pembenaran apakah benar ibunya telah meninggal.
a. Anger
b. Accaptance
c. Depresi
d. Denial
e. Bargaining
Jawaban: Bargaining
Pembahasan:
Data fokus pada kasus: klien selalu merasa bersalah, takut dan merasa berdosa atas kepergian ibunya.
Saat ini klien juga masih terus mencari pembenaran apkah benar ibunya telah meninggal.
(a) tidak tepat, karena dari tanda gejala yang muncul tidak menunjukkan tanda gejala tahap ini,
(b) tidak tepat, karena dari tanda dan gejala yang muncul klien terlihat belum menerima kehilangan
yang dialami,
(c) tidak tepat, karena dari tanda gejala yang muncul tidak menunjukkan tanda gejala tahap ini,
(d) tidak tepat, karena dari tanda gejala yang muncul tidak menunjukkan tanda gejala tahap ini,
(e) tepat, karena dari tanda dan gejala yang muncul terlihat bahwa klien mencari pembenaran terhadap
kehilangan yang dialami.
Seorang perempuan (26 tahun) yang dirawat di RSJ sedang berinteraksi dengan perawat, pertanyaan
perawat “coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah ibu yang lalu, dan apa yang ibu
lakukan kalau marah”. Kemudian jangan lupa latihan nafas dalam atau pukul benda lunak ya bu jika ibu
ada keinginan untuk marah”.
a. Terminasi
b. Validasi
d. Evaluasi Respon
e. Salam Terapeutik
Pembahasan:
Data fokus pada kasus : “coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah ibu yang lalu, dan
apa yang ibu lakukan kalau marah”. Kemudian jangan lupa latihan nafas dalam atau pukul benda lunak
ya bu jika ibu ada keinginan untuk marah”.
Opsi (a) Terminasi (tidak tepat), merupakan tahap akhir dari komunikasi,
Opsi (b) Validasi (tidak tepat), tidak ada yang menunjukkan perawat melakukan tindakan validasi
terhadap kemampuan klien,
*Opsi (c) Rencana tindak lanjut (Tepat), karena perawat mengingatkan klien untuk melakukan latihan.
Rencana tindak lanjut adalah perencanaan kegiatan yang akan dilakukan oleh pasien ketika setelah
diberikan tindakan oleh perawat*
Opsi (d) Evaluasi respon, tidak ada yang menunjukkan perawat melakukan tindakan evaluasi respon
setelah diberikan tindakan,
Opsi (e) Salam terapeutik (tidak tepat), pada kasus tidak ada data yang menunjukkan perawat
melakukan salam terapeutik
[14/3 14.10] +62 896-4922-1499: Soal 33
Seorang perempuan (29 tahun) berkunjung ke poliklinik kebidanan untuk memeriksakan kehamilannya.
Pasien mengatakan ini merupakan kehamilan keduanya, pasien mengeluh sering merasa khawatir akan
kehamilannya karena sebelumnya pernah mengalami keguguran, pasien mengatakan jadi lebih rajin
memeriksakan kehamilannya ke dokter dan selalu mengikuti apa yang dianjurkan dokter.
a. Ringan
b. Sedang
c. Berat
d. Panic
e. depresi
Jawaban: a. ringan
Pembahasan:
DS: pasien mengeluh sering merasa khawatir akan kehamilannya karena sebelumnya pernah mengalami
keguguran, pasien mengatakan jadi lebih rajin memeriksakan kehamilannya ke dokter dan selalu
mengikuti apa yang dianjurkan dokter.
data-data diatas menunjukkan bahwa pasien mengalami ansietas ringan, pada ansietas ringan
berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari- hari dan menyebabkan seseorang menjadib
waspada dan mengingkatkan lapang persepsinya, memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan
dan kreativitas.
Pada tahap ansietas ringan seseorang menjadi lebih waspada dan kesadaranya menjadi lebih tajam.
Opsi "sedang" tidak tepat, karena ansietas sedang inividu cendrung mengesampingkan hal yang lain
dan tidak punya perhatian yang selektif.
Opsi "berat" tidak tepat, karena ansietas berat membuat lapang persepsi individu menyempit, pikiran
hanya fokus pada satu hal dan tidak memikirkan hal lain
.Opsi "panik" tidak tepat, karena panik merupakan kehilangan kendali, individu tidak mampu melakukan
sesuatu walaupun dengan arahan.
Opsi "depresi" tidak tepat, karena bukan merupakan tingkatan ansietas
Seorang perempuan (41 tahun) diantar ke IGD RSJ oleh keluarganya. Keluarga mengatakan bahwa
sebelum dibawa ke RSJ, klien memukul tetangganya dengan kayu, 1 minggu terakhir tidak pernah mandi
dan selalu marah-marah. Saat pengkajian keluarga menceritakan bahwa ibu klien juga mengalami
gangguan jiwa, 3 bulan yang lalu klien gagal menikah dan 5 bulan yang lalu klien diberhentikan dari
pekerjaannya.
a. Gagal menikah
b. Berhenti berkerja
e. Memukul Tetangga
Pembahasan:
Data fokus pada kasus: Ibu klien juga mengalami gangguan jiwa. Faktor predisposisi merupakan faktor
yang melatarbelakangi seseorang mengalami gangguan jiwa (waktu berlangsung > 6 bulan).
*(c) Tepat, karena merupakan faktor yang melatarbelakangi pasien mengalami gangguan jiwa dengan
waktu terjadi lebih dari 6 bulan*
(d) Tidak tepat, karena merupakan tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh pasien akibat faktor yang
melatarbelakangi gangguan jiwa pada pasien,
(e) Tidak tepat, karena bukan merupakan tindakan untuk klien dengan PK
e. Rujuk segera
Pembahasan:
Data fokus masalah : pasien mengeluhkan kaki bengkak, kepala agak pusing, penglihatan agak kabur,
dan tekanan darah pasien meningkat. Berdasarkan keluhannya, hal tersebut merupakan gejala dari
Preeklampsi.
Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria, dan edema yang timbul karena
kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke tiga pada kehamilan, tetapi dapat terjadi
sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa. (Rukiyah, 2010). Pada pasien telah ditemukan gejala kaki
bengkak (edema) dan hipertensi.
*Tindakan selanjutnya yang haurs dilakukan adalah melakukan pemeriksaan urin lengkap untuk
menentukan proteinuria (kadar protein di dalam urin) data pendukung untuk penegakan diagnosa
preeklampsi.*
Opsi jawaban “ lakukan pemeriksaan leopold” tidak tepat. Tindakan ini merupakan pemeriksaan palpasi
abdomen yang bertujuan untuk posisi dan letak janin.
Opsi jawaban “ lakukan pemeriksaan darah lengkap” tidak tepat. Darah lengkap pada ibu hamil
dilakukan untuk melihat Hb dan untuk menegakkan diagnosa anemia dalam kehamilan.
Opsi jawaban “ lakukan auskultasi DJJ” tidak tepat. Tindakan ini dilakukan untuk untuk menentukan
besaran DJJ dan dilakukan untuk melihat kondisi jain.
Opsi jawaban “ rujuk segera” kurang tepat, karena diperlukan data pendukung lain yang membahayakan
kesehatan ibu dan janin seperti pada kasus eklampsi yaitu pasien preeklampsi yang mengalami kejang
atau tidak sadar diri.
Pada satu ruang rawatan, keluarga pasien melakukan komplain kepada kepala ruangan karena ada salah
seorang perawat yang sering lalai dan tidak bersedia dimintakan bantuan saat dibutuhkan. Kepala
ruangan meminta maaf terhadap adanya kendala yang dialami oleh keluarga tersebut dan mengatakan
akan melakukan evaluasi kedepannya. Kepala ruangan memanggil perawat yang bersangkutan, namun
perawat tersebut mengabaikan panggilan tersebut.
a. Negosiasi
b. Kolaborasi
c. Akomodasi
d. Menghindar
e. Kompetisi
Jawaban: d. Menghindar
Pembahasan:
Pada strategi ini, pihak manajemen RS memberi kesempatan pada perawat untuk mengatur strategi
pemecahan masalah, khususnya apabila permasalahan tersebut penting. Hal ini memungkinkan
timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat
yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan
kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
Strategi ini dapat diartikan sebagai “win-lose” penyelesaian konflik. Penyelesaian ini menekankan
bahwa hanya ada satu orang atau kelompok yang menang tanpa mempertimbangkan yang kalah. Akibat
negatif dari strategi ini adalah kemarahan, putus asa dan keinginan untuk perbaikan di masa mendatang.
3. Metode negosiasi (negotiation)
Suatu strategi penyelesaian konflik dimana semua yang terlibat saling menyadari dan sepakat
tentang keinginan bersama. Penyelesaian seperti ini sering diartikan sebagai “lose-lose situation” kedua
unsur yang terlibat menyerah dan dan menyepakati hal yang telah dibuat.
*Metode menghindari adalah pemecahan masalah dengan cara salah satu pihak yang berselisih
menarik diri atau menghindari konflik. Dalam metode ini biasanya pihak-pihak yang bertentangan
mengambil keputusan untuk berpisah atau menghindar secara fisik.*
Strategi ini merupakan strategi “win-win solution”. Pada kolaborasi kedua unsur yang terlibat
perselisihan menentukan tujuan bersama dan bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Karena
keduanya meyakini akan mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan, masing-masing meyakininya.
Strategi kolaborasi tidak akan berjalan jika kompetisi insentif sebagai bagian dari situasi tersebut,
kelompok yang terlibat tidak memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah dan tidak adanya
kepercayaan dari kedua kelompok / seorangan (Bowditch & Buono, 1994).
Pada kasus disebutkan bahwa perawat ruangan mengalami konflik dan dibantu diselesaikan oleh kepala
ruangan untuk dilakukan evaluasi, namun perawat mengabaikan panggilan tersebut. Berdasarkan data
ini dapat diambil kesimpulan bahwa strategi penyelesaian masalah yang dilakukan oleh perawat yakni
metode menghindar. Metode menghindari adalah pemecahan masalah dengan cara salah satu pihak
yang berselisih menarik diri atau menghindari konflik.
Perawat melakukan kunjungan pada sebuah keluarga. Hasil pengkajian: keluarga terdiri dari ayah, ibu
dan seorang anak. Ibu mengatakan, ketika sang anak mendapatkan juara olimpiade di sekolahnya, ayah
selalu memberikan pujian dan motivasi kepada anaknya dengan memberikan hadiah .
a. Pendorong
b. Penyelaras
c. Penghalang
d. Martir
e. Dominator
Jawaban: a. Pendorong
Pembahasan:
Data fokus :Ibu mengatakan, ketika sang anak mendapatkan juara olimpiade di sekolahnya, ayah selalu
memberikan pujian dan motivasi kepada anaknya dengan memberi hadiah.
*Berdasarkan data di atas ayah berperan sebagai pendorong, dimana peran ini adalah pendorong,
memuji, menyetujui, dan menerima kontribusi orang lain. Akibatnya ia mampu menarik orang lain dan
membuatnya merasa bahwa mereka penting dan berharga dalam keluarga (friedman, 2010).*
- Opsi “B” kurang tepat, karena peran penyelaras adalah yaitu menengahi perbedaan antara anggota
keluarga
- Opsi “ C” kurang tepat, karena peran pnghalang yaitu cenderung menolak semua ide tanpa dan di luar
alasan
- Opsi “ D” kurang tepat, karena peran martir yaitu tidak menginginkan apapun untuk dirinya , tapi
mengorbankan apapun untuk kebaikan anggota keluarganya.
- Opsi “E” kurang tepat, karena peran dominator yaitu memperkuat kewenangan, menunjukkan
kekuasannya seakan-akan mengetahui segalanya dan merasa paling sempurna.
Seorang anak (5 tahun) dibawa ibunya ke puskesmas dengan keluhan deman sejak 3 hari yang lalu. Ibu
mengatakan bahwa anak sudah diberikan kompres namun panasnya tidak kunjung turun.
b. Sosialisasi
c. Perawatan kesehatan
d. Reproduktif
e. Ekonomi
Pembahasan:
Data fokus : Seorang anak (5 tahun) mengalami deman sejak 3 hari yang lalu. Ibu telah memberikan
kompres kepada anak, namun panas tubuh anak tidak kunjung turun. Lalu ibu membawa ke puskesmas
untuk mendapat perawatan lebih lanjut.
*Dari data ini dapat dilihat bahwa keluarga telah menjalankan fungsi perawatan kesehatan. Dimana
fungsi perawatan kesehatan adalah bagaimana keluarga memenuhi kebutuhan fisik dan perawatan
kesehatan anggota keluarganya (Kemenkes, 2016).*
3.Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
4.Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
- Opsi “afektif” tidak tepat karena fungsi afektif merupakan bagaimana keluarga memenuhi kebutuhan
psikososial anggota keluarga. Fungsi ini memberikan rasa saling memiliki, kasih sayang, saling
menghargai antar sesama anggota keluarga
- Opsi “ sosialisasi” tidak tepat katena fungsi sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung
seumur hidup, dimana keluarga menanamkan nilai- nilai yang ada di keluarga kepada anggota
keluargany agar anggota keluarga dapat bersosialisasi dengan lingkungan sosial.
- Opsi “ reproduktif” tidka tepat, karena fungsi reproduktif bertujuan untuk meneruskan
keturunakandan menambah sumber daya manusia dalam keluarga.
- Opsi “ekonomi” tidak tepat karena fungsi ekonomi adalah bagaimana keluarga memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
Seorang anak (6 tahun) dirawat dengan Demam Thypoid. Hasil pengkajian: anak tampak lemah, demam
hilang timbul, nafsu makan menurun dan mengeluh mual. Anak mendapatkan terapi ceftriaxone 250
mg/12 jam, sediaan obat ceftriaxone berisi 1 gram/vial dengan pelarut aquades 10 cc.
a. 1 cc
b. 1,25 cc
c. 1,5 cc
d. 2 cc
e. 2,5 cc
Jawaban: e. 2,5 cc
Pembahasan:
Data fokus: Anak mendapatkan terapi ceftriaxone 250 mg/12 jam, sediaan obat ceftriaxone berisi 1
gram dengan pelarut aquades 10 cc.
Seorang anak laki-laki (9 tahun) dibawa ke puskesmas dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 2 hari lalu. Ibu
mengatakan anaknya demam tinggi sejak 3 hari lalu, gusi anak berdarah dan BAB tampak kehitaman.
Hasil pengkajian: suhu 37,2 C, frekuensi nadi 118x/menit, frekuensi napas 28x/menit, tekanan darah
100/80 mmHg dan mukosa cenderung kering.
c. Campak
d. Malaria
e. Mastoiditis
Pembahasan:
DS :
DO :
- TD : 100/80 mmHg
Menurut MTBS (2015) demam berdarah dengue ditandai dengan adanya salah satu/beberapa tanda :
• Sering muntah
- Penyakit berat dengan demam, tidak tepat, karena pada penyakit berat dengan demam ditandai
dengan adanya kaku kuduk atau salah satu tanda bahaya berupa :
• Memuntahkan semuanya
• Ada stridor
• Kejang
• Biru ( cyanosis )
- Malaria, tidak tepat karena membutuhkan data resiko malaria dan riwayat bepergian ke daerah
malaria. Selain itu dibutuhkan data mikroskopis RDT positif untuk menegakan diagnosis malaria.
- Campak, tidak tepat, karena tanda-tanda CAMPAK saat ini: Ruam kemerahan dikulit yang menyeluruh
DAN Terdapat salah satu tanda berikut: batuk, pilek, mata merah.
- Mastoiditis, tidak tepat karena mastoiditis merupakan pembengkakakn yang nyeri di belakang telinga.
Seorang bayi (2 bulan) dibawa ibunya ke poliklinik tumbuh kembang. Perawat memeriksa refleks bayi
dengan menyentuh bagian pinggir mulutnya, bayi merespon dengan memalingkan kepalanya ke arah
benda yang menyentuhnya.
a. Sucking Reflex
c. Rooting reflex
Pembahasan:
Data Fokus: Perawat memeriksa refleks bayi dengan menyentuh bagian pinggir mulutnya, bayi
merespon dengan memalingkan kepalanya ke arah benda yang menyentuhnya.
*Rooting reflex merupakan refleks yang terjadi terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau di sentuh
bagian pinggir mulutnya. Sebagai respons, bayi memalingkan kepalanya ke arah benda yang
menyentuhnya, dalam upaya menemukan sesuatu yang dapat dihisap. Refleks menghisap dan mencari
menghilang setelah bayi berusia sekitar 3 hingga 4 bulan.*
Opsi “Sucking Reflex” (tidak tepat), karena Refleks menghisap terjadi ketika bayi yang baru lahir secara
otomatis menghisap benda yang ditempatkan di mulut mereka. Refleks menghisap memudahkan bayi
yang baru lahir untuk memperoleh makanan sebelum mereka mengasosiasikan puting susu dengan
makanan. Menghisap adalah refleks yang sangat penting pada bayi. Refleks ini merupakan rute bayi
menuju pengenalan akan makanan.
Opsi “Tonic Neck Reflex” (tidak tepat), karena Tonic Neck Reflex merupakan reflex pada bayi dengan
mengangkat kedua tangan bayi, bayi akan berusaha mengangkat kepalanya. Jika bayi baru lahir tidak
mampu untuk melakukan posisi ini atau jika reflek ini terus menetap hingga lewat usia 6 bulan, bayi
dimungkinkan mengalami gangguan pada neuron motorik atas. Berdasarkan penelitian, reflek tonick
neck merupakan suatu tanda awal koordinasi mata dan kepala bayi yang akan menyiapkan bayi untuk
mencapai gerak sadar.
Opsi “Refleks Babinski” (tidak tepat), karena merupakan Refleks primitif pada bayi berupa gerakan jari-
jari mencengkram ketika bagian bawah kaki diusap, indikasi syaraf berkembang dengan normal. Hilang
di usia 4 bulan.
Opsi “Refleks Moro” (tidak tepat), karena Refleks Moro adalah suatu respon tiba tiba pada bayi yang
baru lahir yang terjadi akibat suara atau gerakan yang mengejutkan. Ketika dikagetkan, bayi yang baru
lahir itu melengkungkan punggungnya, melemparkan kepalanya kebelakang, dan merentangkan tangan
dan kakinya.
Seorang bayi laki-laki baru lahir dengan usia gestasi 35 minggu. Pada saat pemeriksaan, bayi meringis
saat diberikan stimulasi. Tampak seluruh warna tubuh bayi pucat. Frekuensi jantung bayi 88x/menit dan
upaya bernapas bayi tampak lemah dan tidak teratur. Bayi tampak diam dan tidak bergerak.
a. 6
b. 5
c. 4
d. 3
e. 2
Jawaban: d. 3
Pembahasan:
1 : jika tubuh bayi berwarna merah muda atau kemerah merahan sedangkan ekstremitas ( tangan dan
kaki) berwarna biru pucat.
1 : jika bunyi denyut jantung lemah dan kurang dari 100 x/menit
2 : jika denyut jantung bayi kuat dan lebih dari 100 x/menit
1 : jika bayi meringis, merintih atau menangis lemah saat di beri stimulasi (respon lemah terhadap
stimulasi).
2 : jika bayi menangis kuat/batuk/bersin saat bayi diberi stimulasi (respon kuat terhadap stimulasi)
0 – 3 : Asfiksia berat
= Pada kasus ini bayi memerlukan perawatan yang lebih intensif dan memerlukan alat bantu penafasan
agar tidak terjadi gagal naafas atau henti nafas.
4 – 6 : Asfiksia sedang = Pada kasus ini bayi hanya membutuhkan tidakan pertolongan ringan, seperti
membersihkan lendir yang menutupi jalan pernafasan bayi.
7 – 10 : Normal/vigorous baby
Seorang laki-laki (23 tahun) dirawat karena disiram air panas. Hasil pengkajian: terasa nyeri luka bakar,
luka bakar terjadi pada seluruh lengan kanan, kedua tungkai, dan genitalia, tampak kemerahan, bulla,
sebasea masih utuh, BB 50kg dan urin output 48 cc/jam.
a. 18%
b. 28%
c. 46%
d. 54%
e. 56%
Jawaban: c. 46%
Pembahasan:
DATA FOKUS
- luka bakar pada seluruh lengan kanan, kedua tungkai, dan genitalia
Berdasarkan perhitungan dari rule of nine pada kasus yaitu sebagai berikut:
- genitalia = 1%
Opsi 18%, opsi 28%, opsi 54%, opsi 56% (tidak tepat) karena hasil tidak sesuai dengan perhitungan dari
rule of nine.
Seorang laki-laki (25 tahun) dilakukan tindakan rawat luka di bangsal RS. Pasien mengalami luka bakar.
Saat balutan akan dibuka pasien mengeluh nyeri hingga menangis. Hasil pengkajian: skala nyeri 8, luka
bakar mengenai sebagian epidermis pada kedua ekstremitas atas dan kemaluan, kulit tampak merah,
berpus, lecet, melepuh, dan bengkak.
Berapakah luas luka bakar pada pasien?
a. 5,5%
b. 9%
c. 10%
d. 19%
e. 20%
Jawaban: d. 19%
Pembahasan:
DATA FOKUS
Luasnya permukaan tubuh yang terkena panas dapat dihitung menggunakan Rule of Nine yang
dikembangkan oleh Wallace tahun 1940
Berdasarkan perhitungan dari rule of nine pada kasus yaitu sebagai berikut:
2. kemaluan : 1%
Seorang laki-laki (30 tahun) mengalami luka bakar akibat ledakan mesin di sebuah bengkel. Pasien
mengalami luka bakar pada seluruh tubuh bagian belakang kecuali kepala. Menurut data rekam medic,
berat badan pasien 1 bulan yang lalu adalah 50 kg.
a. 4500 cc
b. 5400 cc
c. 9000 cc
d. 9200 cc
e. 10800 cc
Jawaban: a. 4500 cc
Pembahasan:
Diketahui:
- BB = 50 kg
= 18 + (4,5+4,5) + (9+9) = 45 %
Jawaban:
= 4 cc x 50 x 45
= 9000 cc
= 50 % x 9000 cc
= 4500 cc
[14/3 20.09] +62 813-1178-1020: 2. Menurut standar BKKBN, pasangan usia subur adalah pasangan
suami istri dengan rentang umur … -
a. 25-40 tahun
b. 20 - 40 tahun
c. 15-49 tahun
d. 20-50 tahun
e. 15-40 tahun ke
Kepala BKKBN Pusat Surya Chandra Surapaty mengajak masyarakat untuk peduli dan menjadi akseptor
KB. Sebab dengan mengikuti program KB akan menciptakan keluarga sejahtera dan mandiri secara
ekonomi. *Pasangan usia subur adalah pasangan suami istri dengan rentang umur 15-49 tahun.*
Berikut yang bukan merupakan misi dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) adalah .. -
MISI BKKBN :
1. Mengarus-utamakan pembangunan berwawasan Kependudukan.
Pasien ibu postpartum bersusia 34 tahun dengan status obstetri P1A0 post partum normal 5 hari lalu.
Hasil pengkajian: pasien tidak merasakan nyeri lagi pada perineum, tekanan darah 110/80 mmHg,
frekuensi nadi 80x/menit, frekuensi napas 21x/menit. Pasien mengatakan ingin menggunakan
kontrasepsi sementara masih menyusui, yang tidak mengganggu ASI nya nanti, nyaman, tidak ribet,
terjangkau dan ekonomis. Apakah metode kontrasepsi yang disarankan untuk pasien?
a. KONTAP
b. Amenore Laktasi
c. PIL
d. Suntik
e. IUD
MAL diterapkan dengan mengandalkan pemberian ASI eksklusif kepada bayi di bawah enam
bulan.Semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin meningkat dan hormon gonadotrophin
melepaskan hormon penghambat (inhibitor). Hormon penghambat akan mengurangi kadar estrogen,
sehingga tidak terjadi ovulasi.
Semua pilihan metode kontrasepsi yang bisa digunakan oleh ibu menyusui, baik dalam bentuk suntik,
implan, minum pil, atau IUD, prinsipnya adalah harus yang hanya mengandung progestin, tanpa
estrogen. Ini karena kontrasepsi yang hanya mengandung progestin diketahui aman digunakan selama
menyusui. Sebaliknya, kontrasepsi dengan kandungan kombinasi progesteron-estrogen bukanlah pilihan
yang baik bagi ibu menyusui, terutama dalam enam bulan pertama, karena dapat menghambat produksi
susu.
nb: MAL diterapkan dengan mengandalkan pemberian ASI eksklusif kepada bayi di bawah enam bulan
--> Lebih efektif di 6 bulan pertama
Namun kalau ibunya udah lebih dari 6 bulan menyusui, misal 1 tahun masih ngeASI, sebaiknya
disarankan IUD, Implan dan lainnya yang lebih aman
a. Suntik 3 bulan
b. Pil
c. IUD
d. Implant
e. Tubektomi
Data fokus : pasien post partum hari ke- 20, kontrasepsi yang efektif dan efisien karna pasien tidak
disiplin, kontrasepsi untuk menyusui dan punya riwayat perdarahan post partum.
*Keuntungan implan : bisa dipakai selama 3 tahun, tidak mengganggu ASI, tidak mempengaruhi tekanan
darah.*
Efek samping : gangguan haid, perdarahan diluar haid, rasa pegal pada tempat pemasangan .
- Opsi IUD tidak tepat, karena IUD bersifat kontraindikasi pada pasien dengan riwayat perdarahan post
partum
- Opsi Tubektomi tidak tepat, karna tidak disarankan pada pasangan yang masih berencana untuk
memiliki momongan atau tidak memiliki indikasi tertentu yang mengharuskan tubektomi.
Sejarah BKKBN dimulai dari pembentukkan Perkumpulan Keluarga Berencana yang diselenggarakan
pada tanggal -
a. 23 Desember 1960
b. 24 November 1957
c. 23 Desember 1957
d. 24 November 1960
e. 24 Oktober 1955
Organisasi keluarga berencana dimulai dari pembentukan Perkumpulan Keluarga Berencana pada
tanggal 23 Desember 1957 di gedung Ikatan Dokter Indonesia. Nama perkumpulan itu sendiri
berkembang menjadi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) atau Indonesia Planned
Parenthood Federation (IPPF). PKBI memperjuangkan terwujudnya keluarga- keluarga yang sejahtera
melalui 3 macam usaha pelayanan yaitu mengatur kehamilan atau menjarangkan kehamilan, mengobati
kemandulan serta memberi nasihat perkawinan.
Pada tahun 1967, PKBI diakui sebagai badan hukum oleh Departemen Kehakiman. Kelahiran Orde Baru
pada waktu itu menyebabkan perkembangan pesat usaha penerangan dan pelayanan KB di seluruh
wilayah tanah air.
Dengan lahirnya Orde Baru pada bulan maret 1966 masalah kependudukan menjadi fokus perhatian
pemerintah yang meninjaunya dari berbagai perspektif. Perubahan politik berupa kelahiran Orde Baru
tersebut berpengaruh pada perkembangan keluarga berencana di Indonesia. Setelah simposium
Kontrasepsi di Bandung pada bulan Januari 1967 dan Kongres Nasional I PKBI di Jakarta pada tanggal 25
Februari 1967.
Provinsi manakah yang akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Hari Keluarga Nasional BKKBN tahun
2020 ? -
a. Jawa Barat
b. Kalimantan Barat
c. DKI Jakarta
e. Sumatera Barat
Jumlah masyarakat yang tercakup dalam skema Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya dan pada tahun 2019 telah mencapai angka … -
c. 85 juta jiwa
e. 75 juta jiwa
Jawaban *a*
Kepesertaan Program JKN saat ini telah mencapai 83% dari seluruh penduduk Indonesia atau sejumlah
224 juta jiwa. Jumlah masyarakat yang tercakup dalam skema Penerima Bantuan Iuran (PBI) terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya dan pada tahun 2019 telah mencapai 96,5 juta jiwa PBI.
Seorang TNI yang mengikuti program jaminan sosial kesehatan, termasuk dalam jenis kepesertaan…
a. PBI-JK
b. PPU-Penyelenggara Negara
d. PBPU
e. BP
1. Penerima Bantuan Iuran-Jaminan Kesehatan (PBI-JK), merupakan program Jaminan Kesehatan fakir
miskin dan orang tidak mampu yang dibayar oleh Pemerintah Pusat melalui APBN dan Pemerintah
Daerah melalui APBD.
2. Bukan Penerima Bantuan Iuran (Non PBI) terdiri dari: a. Pekerja Penerima Upah (PPU) adalah setiap
orang yang bekerja pada pemberi kerja dengan menerima
2) PPU Non Penyelenggara Negara terdiri dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) dan Swasta
b. Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko
sendiri, yang terdiri dari: Notaris/Pengacara/ LSM, Dokter/Bidan Praktek Swasta, Pedangang/ Penyedia
Jasa, Petani/Peternak, Nelayan, Supir, Ojek, Montir dan pekerja lain yang mampu membayar iuran.
c. Bukan Pekerja (BP) adalah setiap orang yang bukan termasuk masyarakat yang didaftarkan dan
iurannya dibayar oleh Pemerintah Pusat/Daerah, PPU serta PBPU, yang terdiri dari: BP Penyelenggara
Negara dan BP Non Penyelenggara Negara.
1) BP Penyelenggara Negara terdiri dari Penerima Pensiun (PP) Pejabat Negara, PP PNS
Pusat/Daerah, PP TNI, PP POLRI, Veteran dan Perintis Kemerdekaan.
2) BP Non Penyelenggara Negara terdiri dari Investor, Pemberi Kerja dan BP lain yang mampu
membayar iuran.
Seorang perempuan (28 tahun) datang ke puskemas untuk berkonsultasi tentang kontrasepsi Suntik KB.
Hasil pengkajian : pasien mengatakan sudah mencoba berbagai metoda kontrasepsi seperti pil Kb,
Implan dan kondom. Saat ini pasien ingin mengetahui tentang kontrasepsi suntik KB. Perawat
memberikan edukasi tentang metode kontrasepsi tersebut. Berikut yang merupakan pernyataan
terkait kontrasepsi suntik KB yang tepat, KECUALI......
Suntik KB merupakan salah satu kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi ini tersedia untuk suntik 1 bulan
(estrogen + progesteron) dan 3 bulan (depot progesteron, tidak terjadi haid) ( Rosyidi, 2013).
- Peserta tidak perlu menyimpan obat suntik, tidak perlu mengingat setiap hari, kecuali hanya untuk
kembali melakukan suntikan berikutnya
- Kontrasepsi ini tidak menimbulkan ketergantungan, hanya saja peserta rutin kontrol stial 1 – 3 bulan.
- Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido dan
jerawat
Cara pemberian:
- Waktu pemberian:
Setelah keguguran : setelah dilakukan kuretase/ 30 hari setelah keguguran (asal ibu belum hamil lagi)
Persentase angka kepesertaan program JKN saat ini telah mencapai angka … dari total 224 juta jiwa
populasi masyarakat Indonesia. -
a. 53%
b. 63%
c. 73%
d. 83%
e. 93%
Kepesertaan Program JKN saat ini telah mencapai 83% dari seluruh penduduk Indonesia atau sejumlah
224 juta jiwa. Jumlah masyarakat yang tercakup dalam skema Penerima Bantuan Iuran (PBI) terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya dan pada tahun 2019 telah mencapai 96,5 juta jiwa PBI.
Berikut adalah gejala umum yang sering terjadi pada anak pasca imunisasi, kecuali … -
b. pingsan
d. demam rendah
e. menggigil
Biasanya, anak-anak tidak mendapatkan dampak serius dari imunisasi yang dilakukan. Efek samping
yang paling umum terjadi adalah rasa pegal sementara pada bagian yang disuntik. Selain itu dapat juga
terjadi dampak ringan lain seperti ruam pada daerah suntikan, demam rendah, menggigil, atau pusing.
Dampak imunisasi anak yang serius biasanya sangat jarang terjadi. Misalnya dari 1 juta anak yang
melakukan imunisasi, hanya 1 atau 2 anak yang mengalami dampak serius setelah imunisasi. Hal ini
biasanya terjadi karena alergi.
a. 6-8 tahun
b. 9-12 tahun
c. 13-15 tahun
d. 16-20 tahun
e. diatas 21 tahun
Berdasarkan analisis terhadap beberapa penelitian, vaksin HPV idealnya diberikan kepada anak
perempuan dan laki-laki pada usia 9-12 tahun. Tujuannya adalah untuk memberikan kekebalan terhadap
infeksi HPV sebelum penerima vaksin aktif melakukan hubungan seksual. Vaksin HPV akan bekerja lebih
baik jika diberikan pada saat masih remaja, dibanding ketika diberikan sesudah dewasa.
Namun, bila belum menerima atau belum lengkap menerima vaksin HPV saat usia 9-12 tahun, vaksin
HPV dapat diberikan kepada perempuan berusia 13-26 tahun. Vaksin HPV juga dapat diberikan kepada
perempuan yang sudah aktif melakukan hubungan seksual. Namun, perlu diingat bahwa vaksin ini tidak
dapat mengobati infeksi HPV yang sedang terjadi.
Seorang anak perempuan (4 bulan) dibawa ibunya untuk imunisasi. Ibu mengatakan pada saat lahir anak
sudah mendapatkan imunisasi HB0 di bidan. Anak sudah diimunisasi Polio 1 dan BCG saat berusia 1
bulan, dan imunisasi DPT1, HB1, HiB1, Polio 2 pada saat berusia 3 bulan, namun belum mendapat
imunisasi lagi sesudahnya karena anak sering demam saat jadwal imunisasi. Apakah imunisasi yang
harus diberikan kepada anak saat ini?
Berdasarkan MTBS (2015), imunisasi yang diberikan pada anak umur 4 bulan adalah DPT-HB-HiB 3, Polio
4, dan IPV.
Namun, pada kasus, anak baru mendapatkan imunisasi BCG dan Polio 1 dan dilanjutkan dengan DPT1,
HB1, HiB1, Polio 2 saja. Oleh karena itu, anak harus melakukan Catch-up dan melanjutkan imunisasi
dengan DPT2, HB2, HiB2, Polio 3 meskipun anak sudah berusia 4 bulan. (Opsi D)
Seorang bayi ( 2 bulan ) dibawa oleh ibunya ke Posyandu untuk mendapatkan imunisasi. Sebelumnya
bayi telah mendapatkan imunisasi BCG dan polio 1 Apakah imunisasi oral yang tepat diberikan
pada bayi saat ini ?
a. campak
b. DPT-Hb-Hib 1
c. DPT-HB-Hib 2
d. DPT-Hb-Hib 3
e. polio 2
Data fokus;
Menurut MTBS, jadwal imunisasi pada bayi usia 2 bulan adalah DPT-HB-Hib 1 melalui injeksi
intramuscular 0,5 cc dan *polio 2 melalui oral sebanyak 2 tetes.*
Opsi imunisasi campak tidak tepat, karena imunisasi didapatkan oleh bayi berusia 9 bulan.
Opsi imunisasi DPT-Hb-Hib 1 kurang tepat, karena imunisasi ini diberikan melalui injeksi.
Opsi imunisasi DPT-HB-Hib 2 tidak tepat, karena imunisasi didapatkan oleh bayi berusia 3 bulan.
Opsi imunisasi DPT-HB-Hib 3 tidak tepat, karena imunisasi didapatkan oleh bayi berusia 4 bulan
Seorang anak perempuan kelas 1 SD, ketika di sekolah ada pemberian imunisasi bulan November
Anak tersebut akan mendapat imunisasi ....
a. DPT-HB-Hib
b. TT
c. Campak
d. Hepatitis A
e DT
Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri murni
yang terabsorpsi ke dalam alumunium fosfat. Pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan
tetanus pada anak-anak
Jenis spesimen yang dapat diambil untuk pemeriksaan COVID 19 adalah, kecuali.. -
c. Bronchoalveolar Lavage
d. Nasal Wash
e. Saliva
Spesimen yang dapat digunakan adalah usapan naso atau orofaring, Sputum, bronchoalveolar lavay,
nasal wash, tracheal atau nasofaring aspirate, jaringan biopsi, dan serum.
Angka kredit yang diperhitungkan untuk kenaikan pangkat berasal dari unsur dan sub unsur berikut,
kecuali...
a. Pendidikan
b. Pengembangan Profesi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 35
tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya
Unsur dan Sub Unsur Kegiatan dalam penilaian angka kredit
a) Pendidikan yaitu pendidikan akademis, pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang keperawatan
yang memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) atau sertifikat, dan pelatihan
pra jabatan.
b) Pelayanan Keperawatan meliputi asuhan keperawatan (dari pengkajian sampai dengan dokumentasi),
pengelolaan keperawatan, dan pengabdian masyarakat.
c) Pengembangan Profesi meliputi pembuatan karya tulis ilmiah, penelitian, penyaduran buku,
pembuatan buku, dan pengembangan teknologi tepat guna di bidang keperawatan, dan
d) Unsur Penunjang meliputi pengajar/ pelatih di bidang pelayanan keperawatan, keikutsertaan dalam
seminar, keanggotaan organisasi profesi, keanggotaan dalam tim penilai jabfung, perolehan gelar
kesarjanaan lain, keanggotaan komite keperawatan, pembimbingan di kelas atau lahan praktik, dan
tugas tambahan yang sesuai dengan tugas pokok.
Satuan Kinerja Pegawai tidak termasuk dalam unsur ataupun sub unsur yang dapat diperhitungkan
angka kreditnya
Seorang bayi ( 4 bulan ) dibawa ibunya ke posyandu. Menurut ibunya, imunisasi yang didapatkan bayi
terakhir adalah DPT-Hb-Hib 1 dan polio 2, bayi beberapa minggu yang lalu mengalami batuk dan demam
sehingga tidak di imunisasi oleh perawat. Apakah jenis imunisasi yang tepat untuk bayi saat ini ?
a. BCG, polio 1
b. CAMPAK
e. Hb0
Diketahui; *bayi usia 4 bulan, mendapatkan imunisasi terakhir kali adalah DPT-Hb-Hib 1 dan polio 2.
Beberapa minggu lalu bayi tidak diimunisasi karena demam dan batuk*
Menurut MTBS, imunisasi setelah DPT-Hb-Hib 1 dan polio 2 adalah DPT-Hb-Hib 2 dan polio 3, pada kasus
walaupun bayi telah berusia 4 bulan, bayi harus mendapatkan imunisasi *DPT-Hb-Hib 2 dan polio 3*
untuk mengejar ketertinggalan.
Opsi imunisasi campak tidak tepat, karena imunisasi didapatkan oleh bayi berusia 9 bulan.
Opsi imunisasi BCG dan polio 1 tidak tepat, karena imunisasi didapatkan oleh bayi berusia 1 bulan.
Opsi imunisasi DPT-HB-Hib 3 dan polio 4 kurang tepat, karena pada kasus bayi harus mengejar
ketertinggalan jadwal imunisasi dasarnya.
Opsi imunisasi Hb0 tidak tepat, karena imunisasi didapatkan oleh bayi berusia 0-7 hari
a. Pemodifikasi lingkungan
b. Pemberi Pelayanan
c. Penghubung
d. Pendidik
e. Advocat
Peran perawat yang ada dalam kegiatan perkumpulan di Puskesmas Sukawarna yaitu peran pendidik.
Peran pendidik merupakan suatu peran perawat yang bertugas berbagi ilmu kepada masyarakat.
Seorang laki-laki (35 tahun) post operasi apendektomi hari ke-7. Perawat shift pagi melakukan
perawatan luka pada pasien. Hasil pengkajian : luka tampak bersih dan utuh serta tampak jaringan
granulasi berwarna merah terang. Apakah fase proses penyembuhan luka pada pasien tersebut ?
a. Bleeding
b. Inflamation
c Proliferation
d. Remodeling
e. Maturation
Pembahasan:
Data Focus:
- pasien post operasi apendektomi hari ke 7
- Luka pasien bersih dan utuh, terdapat jaringan granulasi berwarna merah terang
*Proses penyembuhan luka pada pasien berlangsung pada fase proliferasi.* Fase ini disebut juga fase
fibroblastik atau jaringan ikat. fase proliferasi berlangsung selama 5-20 hari.
Pada fase ini terjadi pembentukan kolagen, terbentuknya jaringan granulasi dengan kekuatan regangan
luka mencapai 25% jaringan normal.
- opsi A tidak tepat, karena fase bleeding ini merupakan fase awal saat pertama terjadinya luka sampai
proses perdarahan berhenti.
- opsi B tidak tepat, karena fase inflamasi terjadi pada hari pertama sampai hari ke empat. Pada fase ini
terbentuk adanya bekuan darah dan adanya tanda-tanda inflamasi seperti rubor, kalor, dolor, tumor dan
functiolesa. Pada fase ini belum terbentuk jaringan granulasi.
- opsi D dan E tidak tepat, karena fase remodeling atau disebut juga fase maturasi merupakan fase akhir
penyembuhan luka. Berlangsung pada hari ke 21 sampai berbulan atau bahkan bertahun-tahun
tergantung kondisi luka dan faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien. Pada fase ini
terbentuk jaringan parut yang pucat, tipis, dan mudah digerakkan dari dasar. terlihat pengerutan
maksimal pada luka.
[14/3 20.09] +62 813-1178-1020: Soal 56
a. dehidrasi
b. malnutrisi
c. hipertiroid
e. nefrotik sindrom
Albumin di sintesa oleh hati dan mempertahankan keseimbangan distribusi air dalam tubuh (tekanan
onkotik koloid). Albumin membantu transport beberapa komponen darah, seperti: ion, bilirubin,
hormon, enzim, obat. Implikasi Klinis:
• Nilai menurun pada keadaan: malnutrisi, sindroma absorpsi, hipertiroid, kehamilan, gangguan fungsi
hati, infeksi kronik, luka bakar, edema, asites, sirosis, nefrotik sindrom, SIADH, dan perdarahan.
Seorang laki-laki (56 tahun) dirawat dengan keluhan nyeri dada. Hasil pengkajian: nyeri retrosternal
seperti tertekan benda berat selama 20 menit, skala nyeri 9, diaphoresis, wajah pucat, edema pada
kedua tungkai. Tekanan darah 170/100 mmHg, frekuensi nadi 115x/mnt, akral dingin. Riwayat hipertensi
dan DM tipe II sejak 5 tahun yang lalu. Apakah pemeriksaan penunjang yang pertama dilakukan oleh
perawat ?
a. Ekokardiografi
b. Elektrokardiografi
c. Elektroensefalografi
d. Pemeriksaan CKMB
e. Foto rongent dada posterior anterior
DATA FOKUS
- Pasien mengeluh nyeri retrosternal seperti tertekan benda berat selama 20 menit, skala nyeri 9.
Pada kasus dapat diketahui dari data yang ada bahwa pasien mengalami Angina Pectoris (nyeri dada
yang disebabkan karena masalah pada jantung). Untuk mengetahui penyebab dan diagnosa lebih lanjut
dari masalah yang ditimbulkan oleh organ jantung tersebut, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
pertama yaitu *elektrokardiografi.*
*Elektrokardiografi (EKG) merupakan suatu jenis pemeriksaan terhadap jantung, terutama untuk
mengetahui aktivitas listrik jantung apakah ada kelainan irama jantung, penyempitan pembuluh darah
koroner (di dinding jantung), infark miokard, dan serangan jantung.*
Opsi ekokardiografi (tidak tepat) karena merupakan tes ultrasound noninvasive yang digunakan untuk
memeriksa ukuran, bentuk, dan pergerakan struktur jantung. Tindakan ini tidak menjadi utama karena
membutuhkan beberapa waktu dan prosedur yang sedikit lama untuk dilakukan. Sehingga tindakan ini
bukan menjadi pemeriksaan penunjang pertama yang dilakukan.
Opsi elektroensefalografi (tidak tepat) karena merupakan salah satu tes yang dilakukan untuk mengukur
aktivitas kelistrikan dari otak untuk mendeteksi adanya kelainan dari otak. Tindakan ini tidak sesuai
dengan kasus karena dilakukan dengan indikasi penyakit epilepsy, demensia, Norkolepsi, Abnormalitas
sistem saraf, Abnormalitas pada otak atau tulang belakang, dan Kelainan mental.
Opsi pemeriksaan CKMB (tidak tepat) karena merupakan pemeriksaan biokimia enzim jantung.
Kegunaan pemeriksaan CKMB adalah untuk diagnosis AMI. Sedangkan untuk mendiagnosis AMI dapat
ditegakkan jika terdapat minimal dua dari tiga kriteria yang harus dipenuhi, yaitu: anamnesis,
abnormalitas EKG, dan peningkatan aktivitas enzim jantung. Sehingga tindakan ini bukan menjadi
pemeriksaan penunjang pertama yang dilakukan.
Opsi foto rongent dada posterior anterior (tidak tepat) karena merupakan prosedur pemeriksaan
dengan menggunakan radiasi gelombang elektromagnetik guna menampilkan gambaran bagian thorax
tubuh dengan proyeksi posterior anterior. Tindakan ini berguna untuk melihat keabnormalitasan
jantung. Tindakan ini dapat dilakukan jika membutuhkan penegak diagnosa yang lebih lanjut.
Seorang pasien (18 tahun) datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan demam tinggi yang tidak
turun sejak dua hari yang lalu. Perawat melakukan rumple leed test untuk memastikan penyebab
demam yang dialami pasien. Perawat mendapatkan data tekanan darah pasien 120/60 mmHg. Pada
angka berapakah tensi meter dikunci untuk melakukan pemeriksaan tersebut ?
a. 100
b. 90
c. 80
d. 70
e. 60
Pembahasan :
Data Focus:
*Untuk melakukan pemeriksaan rumple leed test pada pasien tersebut perawat harus mengunci tensi
meter pada angka 90 mmHg.*
Rumple leed test dilakukan untuk mengetahui tanda dan gejala awal peteki pada penderita DBD. Rumus
penghitungan rumple leed test adalah dengan menjumlahkan tekanan sistol dan diastol kemudian dibagi
dua. Pada kasus diketahui tekanan darah pasien adalah 120/60. sehingga 120 + 60 = 180 : 2 = 90. Maka
tensi meter harus dikunci pada angka 90 untuk melakukan rumple leed tes pada pasien tersebut.
- opsi A, C, D, E tidak tepat, karena bukan hasil yang tepat dari penjumlahan tekanan sistol dengan
diastol dan di bagi dua, pada pasien tersebut.
Seorang anak diindikasikan untuk pemeriksaan tes kulit tuberkulin (PPD). Setelah 48 jam dilakukan tes
kulit, area penyuntikan terlihat indurasi dengan diameter 3 mm. Apa interpretasi dari hasil tersebut?
a. mungkin positif
b. positif
c. negatif
e. positif palsu
Jawaban benar *C*
Pembahasan
Tes Kulit Tuberculin (PPD) Hasil Normal: tidak adanya warna merah pada kulit atau endurasi
(penebalan/ pengerasan), hal ini menunjukkan tes kulit negatif. Abnormal: indurasi pada kulit,
kemerahan, udema dan nekrosis sentral. Semakin besar diameter bengkak maka semakin positif
hasil ;
c) positif ≥ 10 mm.
Tes kulit positif menujukkan pernah terpapar basil tuberculosa (TB) atau pernah divaksin BCG (Baccile
Calmette Guerin).
Seorang laki-laki (30 tahun) tersiram air panas. Hasil pengkajian: mengeluh nyeri, frekuensi nadi
95x/menit, frekuensi napas 24x/menit, suhu 38 C, berat badan 64 kg, tinggi badan 172 cm, terdapat luka
bakar pada dada, perut dan kaki kanan pasien.
Berapakah jumlah kebutuhan cairan selama 24 jam yang diberikan kepada pasien?
a. 9216 ml
b. 8192 ml
c. 7680 ml
d. 4608 ml
e. 2304 ml
Jawaban: a. 9216 ml
Pembahasan:
DS :
DO :
- Pasien mengalami luka bakar pada dada hingga perut dan kaki kanan.
- berat badan 64 kg
Luas luka bakar yang dialami pasien berdasarkan Rule of nine yaitu Dada hingga perut (18%) + Kaki
kanan (18%) = 36%
Kebutuhan cairan pasien dalam 24 jam dihitung berdasarkan rumus Baxter, yaitu
= 4 x 64 x 36%
*= 9216 ml*
Jadi, *jumlah kebuhan cairan pasien dalam 24 jam yaitu 9216 ml.*
Seorang laki-laki (32 tahun) dilarikan ke IGD post kecelakaan lalu lintas. Hasil pengkajian pasien
mengalami penurunan kesadaran, GCS E3M5V3, terdapat jejas pelipis kanan, keluar darah dari telinga
kanan, luka robek pada lengan kanan, akral teraba dingin. Pasien muntah menyemprot 2x, tekanan
darah 150/85 mmHg dan frekuensi nadi 90x/menit.
Apakah gejala peningkatan TIK yang ditemukan pada pasien ?
d. Muntah proyektil
e. Akral dingin
Pembahasan:
1. Nyeri kepala
Nyeri kepala terjadi karena dilatasi vena, sehingga terjadi traksi dan renggangan struktur-sensitif-nyeri,
dan renggangan arteru basalis otak. Nyeri kepala dirasakan berdenyut terutama pagi hari saat bangun
tidur. Kadangkala penderita merasa ada rasa penuh di kepala. Nyeri kepala bertambah jika penderita
bersin, mengejan, dan batuk.
2. Muntah
Muntah terjadi karena adanya distorsi batang otak. Biasanya tidak disertai mual dan sering proyektil.
3. Kejang
Kecurigaan tumor otak disertai TTIK adalah jika penderita mengalami kejang umum dan pertama kali
muncul pada usia lebih dari 25 tahun.
Pasien dengan penningkatan tekanan intrakranial ulit memusatkan pikiran, tampak lebih banyak
mengantuk, dan apatis.
Tanda-tanda fisik yang dapat ditemukan adalah papil edema, bradikardi, peningatan progresif tekanan
darah, perubahan tipe pernapasan, timbulnya kelainan neurologis, gangguan endokrin, dan gangguan
tingkat kesadaran. Pada anak-anak dapat terjadi pembesaran lingkar kepala dengan pelebaran sutura
tengkorak. Kelainan neurologis yang sering adalah kelumpuhan nervus VI dan nervus III serta tanda
babinski positif di kedua sisi.
Hasil pengkajian : pasien post kecelakaan lalu lintas mengalami penurunan kesadaran, GCS E3M5V3,
terdapat jejas pelipis kanan, luka robek pada lengan kanan, akral teraba dingin. Pasien muntah
menyemprot 2x, tekanan darah 150/85 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit, frekuensi napas 26x/menit.
Gejala peningkatan tekanan intrakranial yang ditemukan pada pasien adalah adanya muntah proyektil
(opsi jawaban d)
- Opsi jawaban “keluar darah dari telinga kanan” tidak tepat. Perdarahan dari telinga dapat dicurigai
adanya fraktur basis cranii
- Opsi jawaban “Jejas pada pelipis kanan” tidak tepat. Jejas pada pelipis kanan dapat dicurigai adanya
benturan pada kepala
- Opsi jawaban “Penigkatan frekuensi nadi” tidak tepat. Pada peningkatan tekanan intrakranial dapat
terjadi frekuensi nadi yang menurun (bradikardia)
- Opsi jawaban “akral dingin” tidak tepat. Akral dingin dapat dicurigai adanya penuruna perfusi jaringan
perifer akibat hipovolemia.
Seorang laki-laki (34 tahun) dirawat dengan keluhan sesak nafas dan kelelahan saat beraktivitas. Hasil
pengkajian: badan lemas, palpitasi, diaphoresis, wajah pucat, pernapasan cuping hidung, edema pada
kedua tungkai. Tekanan darah 160/90 mmHg, frekuensi nadi 110x/menit, frekuensi nafas 30x/menit, JVP
9 cmH2O, ictus cordis teraba pada ICS VI sinistra.
Apakah data fokus utama yang perlu dikaji lebih lanjut pada kasus ?
a. Berat badan
b. Pembesaran hepar
c. Pembesaran ginjal
d. Pembesaran jantung
e. Lingkar perut
Jawaban: d. Pembesaran jantung
Pembahasan:
DATA FOKUS
- Hasil pengkajian: badan lemas, *palpitasi,* diaphoresis, *wajah pucat, pernapasan cuping hidung,
edema pada kedua tungkai.* Tekanan darah 160/90 mmHg, frekuensi nadi 110x/menit, frekuensi nafas
30x/menit, suhu 36,6 C, JVP 9 cmH2O, *ictus cordis teraba pada ICS VI sinistra.*
*Pada kasus, letak ictus cordis tidak sesuai anatomisnya. Letak ictus cordis yang normal terletak pada ICS
ke V pada linea medio claviculaus sinistra selebar 1 cm. Oleh karena itu, dapat dicurigai bahwa posisi
ictus cordis yang abnormal dapat disebabkan karena adanya kardiomegali.*
Sehingga data fokus utama yang perlu dikaji lebih lanjut pada kasus yaitu *pembesaran jantung.*
- Opsi berat badan (kurang tepat) karena bukan menjadi data fokus permasalahan utama yang terjadi
pada kasus. Penurunan atau peningkatan berat badan dapat menjadi indikator adanya perubahan status
nutrisi dan kelebihan volume cairan tubuh.
- Opsi pembesaran hepar dan opsi pembesaran ginjal (tidak tepat) karena pada kasus tidak terdapat
data mengenai tanda gejala permasalahan pada system organ hepar dan ginjal.
- Opsi lingkar perut (tidak tepat) karena data ini dapat menjadi indikator penilaian dalam perubahan
status nutrisi tubuh.
Seorang laki-laki (35 tahun) dengan Efusi Pleura dirawat di bangsal RS sejak 3 hari yang lalu. Pasien
mengeluh sesak nafas. Hasil pengkajian: tekanan darah 110/60 mmHg, frekuensi nadi 105x/menit,
frekuensi nafas 24x/menit, retraksi intercostae, batuk, vocal fremitus menurun pada region medial paru,
perkusi redup, auskultasi pleural friction rub dan diaphoresis.
Apakah kriteria hasil perkusi paru yang diharapkan pada kasus tersebut ?
a. Hipersonor
b. Sonor
c. Pekak
d. Shifting Dullness
e. Tympany
Jawaban: b. Sonor
Pembahasan:
Pada kasus didapatkan pasien dengan efusi pleura dan hasil perkusi terdengar pekak, sehingga suara
perkusi paru normal yang diharapkan pada kasus yaitu sonor. Sonor adalah suara perkusi yang
dihasilkan pada jaringan paru-paru yang normal, umumnya bergaung dan bernada rendah (Somantri,
2007).
- Opsi hipersonor (tidak tepat) karena merupakan perkusi abnormal yang dihasilkan karena terlalu
banyak udara pada rongga paru.
- Opsi pekak (tidak tepat) karena merupakan perkusi abnormal yang dihasilkan karena berisi jaringan
padat. Suara abnormal ini didapatkan karena adanya konsolidasi paru.
- Opsi shifting dullness (tidak tepat) karena merupakan nama lain dari redup beralih yaitu perkusi
abnormal yang dihasilkan karena terdapat cairan bebas dalam rongga paru (pleura).
- Opsi tympani (tidak tepat) karena merupakan bunyi normal dari abdomen karena berisi gas pada
lambung.
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
a. 11000 ml
b. 7400 ml
c. 5500 ml
d. 3700 ml
e. 1850 ml
Jawaban: d. 3700 ml
Pembahasan:
DO :
- Luka bakar mengenai semua area dada hingga kedua kaki bagian depan.
- berat badan 50 kg
Luas luka bakar yang dialami pasien berdasarkan rule of nine yaitu : Dada (9%) + perut (9%) + kemaluan
(1%) + kedua kaki bagian depan (18%) = 37%
Jumlah cairan yang diberikan dalam 24 jam menurut rumus Baxter, yaitu
= 4 x 50 x 37%
= 7400 ml
Jadi jumlah cairan pasien selama 8 jam pertama adalah setengah dari 7400 ml yaitu 3700 ml.
Seorang laki-laki (35 tahun) dirawat sejak 8 jam yang lalu setelah kejadian tersiram air panas. Hasil
pengkajian : GCS E4V5M6 luka bakar Derajat I pada seluruh tungkai kanan, tekanan darah 130/80
mmHg, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 24x/menit, suhu 39 C. BB 60 Kg, TB 157 cm.
a. 540 cc
b. 1080 cc
c. 2100 cc
d. 2160 cc
e. 2610 cc
Jawaban: d. 2160 cc
Pembahasan:
DATA FOKUS
- Pasien luka bakar derajat dua pada seluruh *tungkai kanan* sehingga perhitungan Luas luka bakar =
*18%.*
Perhitungan resusitasi cairan luka bakar yang dapat diberikan 16 jam berikutnya pada kasus dengan
perhitungan rumus Baxter atau formula Parkland untuk dewasa yaitu:
X = ½ (4 cc x 60 kg x 18%)
X = ½ x 4320 cc
X = *2160 cc*
a. Diazepam
b. Kodein
c. Fenitoin
d. Ibuprofen
e. Simvastatin
Jawaban: b. Kodein
Pembahasan:
*Yang termasuk kedalam golongan obat analgesik narkotik adalah Fentanil, kodein, morfin*
Simvastatin : antiliperhipedimia
Seorang laki-laki (21 tahun) dirawat di RSJ sejak 3 hari yang lalu dikarenakan marah-marah dan
mengamuk di rumah. Hasil pengkajian: klien mengeluh tubuhnya kaku, tremor, lesu, dan selalu
mengantuk. Klien juga terlihat selalu gelisah. Klien mengatakan hal ini ia rasakan setiap setelah minum
obat.
b. Trihexiphenidyl
c. Haloperidol
d. Clozapine
e. Risperidone
Jawaban: b. Trihexiphenidyl
Pembahasan:
Data fokus pada kasus: klien mengeluh tubuhnya kaku, tremor, lesu, dan selalu mengantuk. Klien juga
terlihat selalu gelisah. Klien mengatakan hal ini ia rasakan setiap setelah minum obat.
(a) tidak tepat, walaupun ada beberapa efek samping dari obat CPZ yang muncul pada klien tetapi pada
obat ini efek samping yang terjadi lebih kepada hipotensi,
*(b) tepat, karena terlihat efek samping dari obat ini pada klien yaitu tubuh kaku, tremor, lesu, dan
gelisah. dimana efek samping tersebut merupakan efek ekstrapiramidal*
(c) Tidak tepat, tidak terdapat efek samping obat iniyang ditunjukkan oleh klien,
(d) Tidak tepat, tidak terdapat efek samping obat iniyang ditunjukkan oleh klien,
(e) Tidak tepat, tidak terdapat efek samping obat iniyang ditunjukkan oleh klien,
Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015 tentang organisasi dan tata kerja Kementerian Kesehatan.
Berikut adalah jajaran direktorat dibawah pimpinan Menteri Kesehatan, kecuali …
Pembahasan:
Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015 tentang organisasi dan tata kerja Kementerian Kesehatan.
Berikut adalah jajaran direktorat dibawah pimpinan Menteri Kesehatan :
Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2016 pasal 3, dalam melaksanakan tugas, Kementerian Kesehatan RI
menyelenggarakan fungsi berikut., kecuali ..
Jawaban: e. pelaksanaan kebijakan kerja sama kesehatan dengan negara tetangga untuk berperan aktif
dalam kesehatan dunia
Pembahasan:
Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2016 pasal 3, dalam melaksanakan tugas, Kementerian Kesehatan RI
menyelenggarakan fungsi :
1. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan
pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, dan kefarmasian dan alat kesehatan;
2. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh
unsur organsisasi di lingkungan Kementerian Kesehatan;
3. pengelolaan barang milik negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Kesehatan;
5. pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia di bidang kesehatan serta
pengelolaan tenaga kesehatan;
6. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Kesehatan di
daerah;
Berikut adalah nilai-nilai yang ditanamkan dalam visi misi Kementerian Kesehatan Indonesia, kecuali …
a. Pro Rakyat
b. Inklusif
c. Responsif
d. Efektif
e. Cermat
Jawaban: e.Cermat
Berikut adalah nilai-nilai yang ditanamkan dalam visi misi Kementerian Kesehatan Indonesia,
diantaranya :
1. Pro Rakyat
2. Inklusif
Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak, karena pembangunan
kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan saja. Dengan demikian,
seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi profesi,
organisasi masyarakat pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar rumput.
3. Responsif
Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap dalam
mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial budaya dan kondisi geografis.
Faktor-faktor ini menjadi dasar dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-beda, sehingga
diperlukan penangnganan yang berbeda pula.
4. Efektif
Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah ditetapkan dan bersifat
efisien.
5. Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),
transparan, dan akuntabel.
*Cermat bukanlah Nilai dalam visi misi Kementerian Kesehatan*
Seorang anak (8 tahun) dibawa keluarga ke IGD dengan keluhan sesak napas. Hasil pengkajian anak
sudah 3 hari batuk pilek, demam, dan tidak nafsu makan. Anak mendapatkan terapi ventolin nebu 1 ml.
Saat ini perawat telah memasukkan obat dan cairan normal salin ke dalam nebulizer.
Pembahasan:
1. Identifikasi pasien dan periksa instruksi dokter dan rencana asuhan keperawatan.
2. Pantau denyut jantung sebelum dan sesuadah terapi pada pasien yang memakai obat bronkodilator.
3. Jelaskan prosedur tindakan kepada pasien. Terapi ini bergantung usaha pasien.
4. Posisikan pasien pada posisi duduk yang nyaman atau posisi semi fowler.
*5. Tambahkan obat dan NaCl atau air steril sesuai dosis yang diresepkan kedalam nebulizer.*
10. Instruksikan pasien untuk bernapas perlahan dan dalam sampau semua obat habis dinebulisasi.
11. Setelah selesai terapi, anjurkan pasien untuk batuk setelah beberapa tarikan napas dalam.
Seorang perempuan (26 tahun) dengan CHF dirawat di bangsal bedah RS. Hasil pengkajian: lemas, nyeri
dada, edema anasarka, pitting edema +3, urin output 50 ml/jam. Pasien mendapatkan terapi furosemide
40 mg via IV. Keluarga mengatakan kateter urin pasien lepas. Perawat sedang memasang kembali selang
kateter. Saat ini perawat telah memasukkan selang kateter dan mengisi balon dengan aquabides.
1. Cuci tangan
2. Pasang sampiran
5. Atur posisi pasien (dorsal recumbent) dan pasang perlak pengalas. Dekatkan nierbeken di antara
kedua paha
10. Masukkan kateter yang sudah diberi jelly ke uretra sekitar 2,5 – 5 cm, sampai urin mengalir, sambil
pasien menarik napas dalam ketika kateter dimasukkan
*13. Isi balon kateter dengan cairan aquades sesuai dengan kebutuhan dan tarik selang kateter secara
perlahan sampai ada tahanan*
14. Angkat duk bolong, sambungkan kateter ke urin bag, fiksasi ke salah satu paha pasien
Pada kasus, saat ini perawat telah memasukkan selang kateter dan mengisi balon dengan aquabides,
sehingga tindakan selanjutnya yaitu *menarik selang kateter secara perlahan.*
Seorang laki-laki (28 tahun) dengan Post Kolostomi hari ke-5 dirawat di bangsal bedah. Perawat akan
melakukan perawatan kolostomi. Perawat sedang melepaskan kantong kolostomi dengan air hangat.
Saat perawat membersihkan area stoma, tampak stoma kemerahan, tidak terdapat pus, agak basah,
tidak ada pembengkakan. Pasien juga tidak merasakan rasa gatal pada area stoma.
Pembahasan:
4. Berikan privasi dan bantu pasien pada posisi yang nyaman (fowler, semifowler,berdiri atau duduk di
kamar mandi)
5. Kosongkan kantong yang sudah terisi sebagian ke dalam pispot bila kantung tersebut mempunyai
saluran pembuangan
6. Lepaskan kantong secara perlahan mulai dari bagian atas sambil mengencangkan kulit perut. Jika ada
tahanan, gunakan air hangat atau zat anti perekat untuk memudahkan pelepasan
7. Gunakan kertas tissue untuk mengangkat sisa feses dari stoma. Tutup stoma dengan kassa
8. Bersihkan dan keringkan kulit di sekitar stoma secara perlahan. Sabun dan zat pembersih ringan dapat
digunakan sesuai peraturan institusi
*9. Periksa tampilan kulit di sekitar stoma dan stoma itu sendiri. Stoma berwarna pink kemerahan dan
agak basah dianggap normal*
*10. Oleskan pelindung kulit jenis pasta (Zink oksida) jika diperlukan dan biarkan pasta mengering
selama 1 – 2 menit*
b. Samakan dengan ukuran lingkaran pada bagian belakang tengah pelapis kulit
c. Gunakan gunting untuk memotong lubang 6 mm atau 3 mm lebih besar dari stoma
d. Lepaskan bagian belakang pelapis kulit untuk memaparkan bagian yang lengket
f. Rekatkan pelapis kulit dan kantung stoma dan tekan ke kulit secara perlahan sambil meratakan
kerutan. Tahan kantung pada tempatnya selama 5 menit.
13. Tutup kantung bila ada saluran pembuangnya dengan cara melipat ujungnya ke atas dan gunakan
klem atau penjepit sesuai petunjuk
14. Buang pada tempatnya peralatan yang sudah dipakai, buang handscoon, dan cuci tangan
15. Dokumentasikan penampakan stoma, kondisi kulit di sekitar stoma, dan respon pasien terhadap
prosedur.
Pada kasus perawat sedang membersihkan stoma dan melakukan mengkaji penampakan stoma, dan
kondisi stoma.
*Sehingga tindakan selanjutnya yang tepat adalah mengoleskan zink oksida sesuai order dokter.*
Seorang laki-laki (37 tahun) datang ke Poliklinik dengan keluhan gatal-gatal setelah makan seafood. Hasil
pengkajian: eritema pada seluruh tubuh, angioedema area bibir bawah, tangan dan kaki kesemutan.
Tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi napas 20x/menit, suhu 36,5 C.
Perawat akan memberikan terapi Diphen 10 mg via I.M pada area ventrogluteal.
a. 10 derajat
b. 15 derajat
c. 30 derajat
d. 45 derajat
e. 90 derajat
Jawaban: e. 90 derajat
Pembahasan:
DATA FOKUS
- Perawat akan memberikan *terapi diphen 10 mg via I.M pada area ventrogluteal.*
I.M atau intramuscular merupakan pemberian terapi injeksi ke dalam otot tubuh dengan *sudut 90
derajat.* Beberapa lokasi tubuh untuk melakukan injeksi intramuskular yaitu Ventrogluteal, Vestus
Lateralis, Dorsogluteal, dan Deltoid.
Sehingga sudut jarum yang tepat untuk ditusukkan pada area tersebut adalah *90 derajat.*
Opsi 10 derajat, 15 derajat, 30 derajat, dan opsi 45 derajat (tidak tepat) karena bukan merupakan sudut
jarum yang tepat pada prosedur terapi injeksi via intramuscular.
Apakah slogan Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas (GENTAS) tahun 2015-2019 ?
c. Diet Seimbang
Pembahasan:
Slogan GENTAS 2014-2019 adalah *Atur pola makan dan aktif bergerak*
a. Hipertensi
b. Diabetes Mellitus
c. Stroke
d. Tuberkulosis
e. Gagal Jantung
Jawaban: d. Tuberkulosis
Pembahasan:
Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular yang diakibatkan oleh infeksi mycobacterium
tuberculosa
Berikut ini yang termasuk dalam prinsip pelaksanaan Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu …
a. Solidity
b. Integration
c. Competition
d. Collaboration
e. Unity
Jawaban: b. Integration
Pembahasan:
Prinsip pelaksanaan SDGs :
2. Integration – SDGs dilaksanakan secara terintegrasi dan saling terkait pada semua dimensi sosial,
ekonomi dan lingkungan.
3. No One Left Behind harus memberi manfaat bagi semua terutama bagi yang rentan, dan pelaksanaan
yang melibatkan semua pemangku kepentingan
c. Status Gizi
d. DDST
Pembahasan:
Pemantauan berat badan orang dewasa dapat dilihat melalui IMT ( Indek Masa tubuh). IMT merupakan
alat sederhana yang dapat digunakan untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
- Kartu Menuju Sehat ( KMS) untuk balita adalah alat sederhana yang murah, dapat digunakan
untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak.
- Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat – zat
gizi.
- DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini
bukanlah tes diagnosa atau tes IQ. Tes ini mudah dan cepat (15 – 20 menit)
- Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah kebutuhan tubuh secara umum untuk rata – rata orang
Indonesia
Seorang anak laki-laki (6 bulan) dirawat dengan diagnosis tuberculosis. Hasil pengkajian: anak tampak
lemah, batuk berdahak, malas menetek, badan tampak kurus dan penurunan berat badan sejak 2 bulan
yang lalu. Hasil pemeriksaan: suhu 36,2 C, frekuensi napas 42x/menit, frekuensi nadi 98x/menit. BB: 4
kg, PB: 57 cm. Grafik BB/PB: -3 SD, LILA 12 cm
a. Gizi baik
b. Gizi kurang
e. Obesitas
Pembahasan:
DS:
- suhu 36,2 C
- LILA 12 cm
Status gizi sesuai pada kasus diatas yaitu gizi kurang. Menurut (MTBS, 2015) gizi kurang pada anak
ditandai dengan BB/PB: ≥ - 3 SD - < - 2 SD,* LILA antara 11,5 cm < 12,5 cm*.
Seorang laki-laki (35 tahun) dirawat di bangsal penyakit dalam RS dengan diagnosis medis
Gastroenteritis Akut. Hasil pengkajian: pasien mengeluh tidak ada nafsu makan, masih merasakan mual
dan muntah. Saat dilakukan pengukuran antroprometri harian, berat badan pasien turun 3 kg. Saat ini
BB pasien 40 kg dan TB 167 cm.
a. 0,23
b. 0,14
c. 12
d. 14,3
e. 23,9
Jawaban; d. 14,3
Pembahasan:
Nilai IMT pasien di atas adalah BB/TB dikuadratkan dalam meter. Maka didapatkan hasil
Pada pasal 131 UU No. 36 tahun 2009, upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih
dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan sampai berusia :
a. 21 tahun
b. 18 tahun
c. 17 tahun
d. 14 tahun
e. 5 tahun
Jawaban: 18 tahun
Pembahasan:
Sesuai dengan pasal 131 ayat 2 UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan adalah :
*Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah
dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun.*
Pasal 63 - 65 UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatur perihal Transplantasi organ dan/atau
jaringan tubuh, transplantasi organ dilakukan hanya untuk kecuali ..
a. tujuan kemanusiaan
d. pemulihan kesehatan
Pembahasan:
Berdasarkan pasal 64 ayat (2) dan (3) UU No. 36 tahun 2009 Kesehatan tentang Penyembuhan Penyakit
dan Pemulihan Kesehatan menyatakan bahwa :
(2) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan hanya
untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk dikomersialkan.
(3) Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun.
Pasal 75 UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, setiap orang dilarang melakukan aborsi, namun
larangan dapat dikecualikan berdasarkan :
e. betul semua
Pembahasan :
Pasal 75 UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan :
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan :
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu
dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak
dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.
Seorang pasien, 47 tahun, datang ke IGD dengan keluhan sesak dan jarang BAK sejak 3 bulan terakhir.
Hasil pemeriksaan: Tekanan Darah 190/100 mmHg, Frekuensi Nadi 84 kali/ menit, Frekuensi Nafas 24
kali/menit, suhu 36,8 C. Tampak udema derajat 3 pada ekstremitas bawah kanan dan kiri.
Pemeriksaan apa yang tepat dilakukan pada pasien?
a. Gula Darah
c. Creatinin
d. Elektrolit
e. Rontgen Dada
Kata kunci pada kasus adalah keluhan sesak dan jarang BAK sejak 3 bulan terakhir, Tekanan Darah
190/100 mmHg, Tampak udema derajat 3 pada ekstremitas bawah kanan dan kiri. Pada data ini,
terdapat data yang berkaitan dengan keluhan berkemih diikuti dengan terjadinya edema dan sesak yang
dapat merupakan *tanda dan gejala kelainan ginjal*. Maka pemeriksaan yang tepat dilakukan adalah
Pemeriksaan Faal Ginjal yaitu Creatinin
Seorang pasien, 27 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas dan badan menguning. Hasil
pemeriksaan tampak badan menguning, sklera ikterik, ludwig sign positif. Pemeriksaan
laboratorium apa yang terbaik dilakukan ?
a. Hemoglobin
b. Elektrolit
d. Kreatinin
Data fokus pada kasus adalah keluhan nyeri perut kanan atas dan badan menguning. Hasil pemeriksaan
tampak badan menguning, sklera ikterik, ludwig sign positif. *Data ini menunjukkan adanya kelainan
pada fungsi hepar* sehingga pemeriksaan yang tepat adalah SGOT dan SGPT
Seorang pasien, 38 tahun, sudah dirawat selama 3 hari dengan diagnosa Diabetes Mellitus. Hasil
pemeriksaan KGD sewaktu 648 mg/ dl, kesadaran somnolent, tekanan darah 120/ 90 mmHg, suhu 36,9
C, frekuensi nafas 22 kali/ menit. Dilakukan pemeriksaan AGD dengan nilai pH 7.28 Apa kelainan
yang terjadi pada pasien ?
a. Alkalosis
b. Asidosis
c. Hipoglikemia
d. Anemia
e. Asidosis Metabolik
Berdasarkan pemantauan dan tindak lanjutnya kegiatan pengukuran BB, TB, IMT, lingkar perut analisis
lemak tubuh dan TD masuk dalam kelompok Posbindu PTM…
a. Madya
b. Utama
c. Dasar
d. Pencegahan
e. Pengendalian
Posbindu PTM Dasar meliputi pelayanan deteksi dini faktor risiko sederhana, yang dilakukan dengan
wawancara terarah melalui penggunaan instrumen untuk mengidentifikasi riwayat penyakit tidak
menular dalam keluarga dan yang telah diderita sebelumnya, perilaku berisiko, potensi terjadinya
cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, Indeks
massa tubuh (IMT), alat analisa lemak tubuh, pengukuran tekanan dara, paru sederhana serta
penyuluhan mengenai pemeriksaan payudara sendiri.
Kegiatan pengukuran BB, TB, IMT, lingkar perut analisis lemak tubuh dan TD sebaiknya dilakukan 1 bulan
sekali merupakan…
Posbindu PTM meliputi 10 (sepuluh) kegiatan salah satu nya yaitu Kegiatan pengukuran berat badan,
tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah
sebaiknya diselenggarakan 1 bulan sekali. Analisa lemak tubuh hanya dapat dilakukan pada usia 10
tahun ke atas. Untuk anak, pengukuran tekanan darah disesuaikan ukuran mansetnya dengan ukuran
lengan atas.
Pengaturan penanggulangan PTM untuk meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi dampak sosial,
budaya, serta ekonomi akibat PTM pada individu, keluarga, dan masyarakat terdapat dalam peraturan
Menteri Kesehatan…
b. meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi dampak sosial, budaya, serta ekonomi akibat PTM pada
individu, keluarga, dan masyarakat; dan
Pembahasan :
Data fokus : Nilai konsentrasi PM10 di wilayah tersebut saat ini adalah 190µgram/m³
nilai tersebut sudah melampui ambang batas normal dan termasuk kategori tidak sehat, dimana
normalnya 0-50 µgram/m³,oleh karena itu tindakan yang tepat adalah menganjurkan masyarakat untuk
menggunakan masker di luar rumah.
- opsi “melakukan pemeriksaan kadar CO” tidak tepat karena merupakan pencegahan sekunder untuk
memeriksa perokok
- opsi “melakukan skrining kesehatan” tidak tepat karena merupakan pencegahan sekunder
- opsi “memberikan pendidikan kesehatan tentang ISPA” merupakan pencegahan primer dalam bentuk
promosi kesehatan
Di Desa SukaMaju terjadi wabah diare karena masyarakat mempunyai kebiasaan penggunaan air sungai
untuk kebutuhan mandi, sedangkan warganya 30% masih membuang sampah di sungai. Oleh karena itu
perawat memberikan penyuluhan dan demostrasi tentang pembuatan oralit yang benar. Apakah upaya
kesehatan yang dilakukan oleh perawat tersebut ?
a. Rehabilitatif
b. Preventif
c. Promotif
d. Kognitif
e. Kuratif
Upaya kesehatan yang dilakukan perawat tentang pembuatan oralit yang benar merupakan upaya
kuratif (penyembuhan). Upaya kuratif bertujuan untuk merawat dan mengobati anggota keluarga dan
kelompok yang menderita penyakit atau masalah kesehatan.
Di suatu desa, sebagian besar masyarakat usia dewasa mengalami hipertensi. Hal ini dikarenakan
kebiasaan masyarakat menambahkan garam pada setiap makanan. Perawat komunitas telah melakukan
penyuluhan terkait penatalaksanaan hipetensi. Perawat menganjurkan masyarakat untuk mengurangi
garam di setiap makanan dan menganjurkan untuk mengganti garam rendah sodium. Apa intervensi
peka budaya yang dilakukan oleh perawat pada kasus ?
a. Preventif sekunder
b. Maitenence budaya
c. Akulturasi budaya
d. Akomodasi budaya
e. Restrukturasi budaya
Pembahasan : *Perawat menganjurkan masyarakat untuk mengurangi garam disetiap makanan dan
menganjurkan untuk mengganti garam rendah sodium*.
Tindakan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan kasus adalah *akomodasi budaya*, dimana
intervensi ini bertujuan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan.
Opsi A “tidak tepat” karena tidak ada pencegahan sekunder baik berupa deteksi dini, pemeriksaan
ataupun pengobatan yang dilakukan oleh perawat
Opsi B “ tidak tepat” karena maintenence adalah intervensi yang diilakukan bila budaya klien tidak
bertentangan dengan kesehatan.
Opsi C “ tidak tepat” karena akulturasi bukan termasuk intervensi keperawatan peka budaya
Opsi E “tidak tepat” karena restrukturasi adalah intervensi yang dilakukan bila budaya yang dimiliki klien
merugikan status kesehatannya.
Seorang laki-laki (45 tahun) dirawat karena keracunan makanan. Pasien masih terpasang NGT, cairan
reduksi dari selang NGT berwarna hijau. Pasien dianjurkan puasa sementara waktu. Pasien tampak
gelisah sehingga selang NGT terlepas. Perawat memakai handscoon untuk memasang kembali NGT. Saat
ini perawat mengukur panjang selang NGT. Apakah tindakan selanjutnya yang tepat dilakukan ?
e. Memotong plester
DATA FOKUS
- Pasien sudah memakai handscoon dan sedang mengukur panjang selang NGT
2. Periksa instruksi dokter untuk perhatian khusus seperti posisi atau pergerakan tertentu
4. Periksa riwayat medis pasien apakah ada lesi nasal, polip berdarah atau deviasi septum
5. Cuci tangan
7. Posisikan pasien pada posisi fowler tinggi, pasien koma pada posisi semi fowler
11. *Ukur panjang selang, dari ujung hidung ka ujung daun telinga, dan ke ujung prosesus xiphoideus
dan tandai dengan pita.*
12. *Lumasi ujung selang* sekitar 15-20 cm dengan pelumas yang larut dalam air, menggunakan
potongan kassa.
13. Masukkan selang lewat lubang hidung kiri ke bagian belakang tenggorokan, dengan mengarah ke
belakang dan ke bawah menuju telinga
14. Fleksikan kepala pasien ke arah dada setelah selang melewati nasofaring
15. Anjurkan pasien untuk menelan dengan memberikan seteguk air jika memungkinkan
16. Dorong selang sampai panjang yang diinginkan sudah masuk semua
17. Bila ada tahanan atau pasien mulai muntah, batuk, terssedak, atau menjadi sianosis, berhenti
mendorong selang dan tarik kembali.
18. Periksa posisi selang dengan aspirasi cairan lambung atau meletakkan ujung selang di dalam kom
berisi air
Seorang laki-laki (50 tahun) dirawat di RS dengan riwayat DM Tipe II tidak terkontrol. Gula darah 365
mg/dl. Perawat akan melakukan injkesi insulin intrakutan 10 unit dengan flexpen. Saat ini perawat telah
membuka penutup ujung flexpen. Apakah tindakan yang dilakukan selanjutnya?
a. Tekan tombol dosis dengan ibu jari hingga berhenti, tahan jarum 3 – 5 detik
c. Dengan tangan non dominan, genggam dan cubit area yang mengelilingi lokasi penyuntikan
a. cuci tangan
c. lakukan prinsip 6 benar (benar obat, dosis, cara, waktu, pasien, dokumentasi)
d. bantu pasien untuk berada dalam posisi sesuai lokasi penyuntikan yang dipilih
f. pasang handscoon
g. desinfeksi area penyuntikan dengan swab alkohol dengan gerakan melingkar mengarah ke luar
h. *buka penutup jarum flex pen dan posisikan ibu jari tangan dominan di atas tombol dosis*
i. *dengan tangan non dominan, genggam dan cubit area yang mengelilingi lokasi penyuntikan*
j. tusukkan jarum flex pen dengan sudut 90 derajat menggunakan tangan dominan, lepaskan cubitan
k. tekan tombol dosis dengan ibu jari hingga berhenti, tahan jarum 3 – 5 detik.
l. tarik jarum dengan cepat sambil menekan kulit di sekitar lokasi penyuntikkan dengan tangan non
dominan
p. dokumentasi tindakan
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan
mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan diwilayah kerjanya dengan mendatangi
keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan
juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga diwilayah kerjanya. Dalam pelaksanaannya,
pendekatan keluarga terintegrasi dengan semua program diseluruh puskesmas.
Dengan melakukan kunjungan rumah dari satu keluarga ke keluarga lain secara rutindan terjadwal,
Puskesmas akan mengenali masalah-masalah kesehatan yang dihadapi keluarga secara menyeluruh.
Seorang laki-laki (54 tahun) dirawat di RS dengan keluhan kesulitan berkemih. Pasien akan dilakukan
pemasangan kateter urin. Perawat telah memasang duk bolong. Selang kateter dimasukkan dengan
mudah dan tidak ada tahanan. Urin segera keluar dan ditampung dalam bengkok. Selama memasukkan
selang kateter tidak ada keluhan dari pasien, pasien tampak tenang dan terlihat lega. Apakah
tindakan selanjutnya pada pasien tersebut?
1. Cuci tangan
2. Pasang sampiran
3. Gantung urin bag di sisi tempat tidur pasien
5. Atur posisi pasien (supine) dan pasang perlak pengalas. Dekatkan nierbeken di antara kedua paha.
10. Masukkan kateter yang sudah diberi jelly ke uretra sepanjang 15 –25 cm, sampai urin mengalir,
sambil pasien menarik napas dalam ketika kateter dimasukkan
13. *Isi balon kateter dengan cairan aquades sesuai dengan kebutuhan dan tarik selang kateter secara
perlahan sampai ada tahanan*
14. Angkat duk bolong, sambungkan kateter ke urin bag, fiksasi ke salah satu paha pasien
15. Bersihkan alat-alat, lepaskan handscoon, dan cuci tangan
Pada kasus, perawat melakukan pemasangan kateter. Urin segera keluar dan ditampung dalam bengkok.
Selama memasukkan selang kateter tidak ada keluhan dari pasien, pasien tampak tenang dan terlihat
lega.
Karena urin sudah keluar dan tidak ada tahanan serta respon pasien baik, sehingga tindakan selanjutnya
yang tepat yaitu mengisi balon kateter dengan cairan aquabides.
Opsi melakukan fiksasi selang kateter tidak tepat karena pada kasus, duk bolong masih terpasang, balon
kateter belum terisi, dan selang kateter belum disambungkan dengan urin bag. Fiksasi selang kateter
dilakukan apabila tindakan pemasangan kateter sudah hampir selesai dan posisi selang kateter telah
mantap.
Opsi mengangkat duk bolong tidak tepat karena pada kasus, balon kateter belum terisi dan selang
belum ditarik. Tindakan ini dilakukan apabila perawat akan melakukan tindakan menyambungkan selang
kateter dengan urin bag.
Opsi menarik selang kateter hingga ada tahanan tidak tepat karena balon kateter belum terisi. Tindakan
ini dilakukan stelah balon kateter terisi.
Opsi menyambung kateter ke urin bag tidak tepat karena pada kasus balon kateter belum terisi.
Tindakan ini dilakukan setelah duk bolong sudah diangkat.
Mubarak, W.I., dan Chayatin, N. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia, Teori dan Aplikasi dalam
Praktik. Jakarta: EGC.
Seorang anak (5 tahun) dibawa ke IGD dengan keluhan sudah 3 hari mengalami demam, tubuh teraba
panas, dan keluar darah dari hidung. Sebelum ke IGD, perdarahan di hidung sempat berhenti, tetapi saat
sampai di IGD, darah kembali keluar dari hidung. Saat dilakukan uji tourniquet, didapatkan hasil positif.
Apakah tindakan keperawatan yang tepat dilakukan untuk menghentikan perdarahan di hidung
pasien ?
a. Melakukan humidifikasi
b. Melakukan kauterisasi
c. Melakukan ligasi
e. Melakukan embolisasi
Epsitaksis atau perdarahan dari hidung merupakan suatu kondisi yang sering dijumpai pada anak.
Penyebabnya bisa lokal atau pun sistemik, Penatalaksanaan tergantung pada tingkat perdarahan dan
lokasi perdarahannya.
*Berdasarkan kasus di atas maka tindakan pertama yang dilakukan pada pasien di atas adalah dengan
melakukan hemostatis manual yaitu dengan memberikan tampon atau penekanan langsung pada cuping
hidung untuk menghentikan perdarahan (opsi D).*
- Opsi A tidak tepat karena humidifikasi dilakukan pada epistaksis yang diakibatkan oleh udara panas
atau kering dengan cara menyemprot cairan saline.
- Opsi B tidak tepat karena kauterisasi dilakukan pada epsitaksis anterior dengan menggunakan kauter
kimia atau elektrik.
- Opsi C tidak tepat karena ligasi dilakukan perdarahan yang masih dan tidak berkurang dengan tindakan
konservatif.
- Opsi E tidak tepat karena tindakan ini diindikasi jika tindakan ligasi gagal dilakukan.
Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, perawatan di rumah (home care), dan
pelayanan gawat darurat merupakan kategori puskesmas …
b. rawat inap
c. tipe A
d. tipe B
e. tipe C
Pasal 29
(1) Berdasarkan kemampuan pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b, Puskesmas
dikategorikan menjadi:
(2) Puskesmas nonrawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan Puskesmas yang
menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, perawatan di rumah (home care), dan pelayanan gawat
darurat.
(3) Puskesmas nonrawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat menyelenggarakan rawat inap
pada pelayanan persalinan normal.
(4) Puskesmas rawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan Puskesmas yang
diberi tambahan sumber daya sesuai pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan untuk
menyelenggarakan rawat inap pada pelayanan persalinan normal dan pelayanan rawat inap
(5) Pelayanan persalinan normal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) harus memenuhi
standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Puskesmas yang dapat menjadi Puskesmas rawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan Puskesmas di kawasan perdesaan, kawasan terpencil dan kawasan sangat terpencil, yang
jauh dari Fasilitas
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai Puskesmas nonrawat inap dan Puskesmas rawat inap sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Maka jawaban yang tepat sesuai ilustrasi soal adalah opsi *A yaitu Puskesmas non rawat inap*.
Sedangkan Puskesmas tipe A, B dan C adalah kategori Puskesmas berdasarkan hasil Rapat Kerja
Kesehatan Nasional (Rakeskesnas) II tahun 1969. Kategori ini tidak berlaku lagi seiring dengan lahirnya
kebijakan-kebijakan terbaru tentang Puskesmas.
Seorang bayi (10 bulan) dibawa ibunya ke RS dengan keluhan diare konsistensi encer sejak 2 hari lalu
dan frekuensi 7x sehari. Hasil pengkajian: bayi tampak lemah, mata cekung dan turgor kulit menurun.
Pasien mengalami demam tinggi dengan suhu terakhir 38 C. Irama napas pasien terlihat cepat. Apakah
tindakan kegawatdaruratan yang harus dilakukan pada anak?
c. Resusitasi cairan
Dehidrasi adalah suatu kondisi dimana terjadi kehilangan cairan tubuh yang mengakibatkan tubuh tidak
dapat berfungsi dengan normal. Dehidrasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya oleh
diare yang tidak kunjung membaik.
*Salah satu manajemen untuk mengatasi dehidrasi adalah dengan memasang infus dan memulai
resusitasi cairan untuk mengganti kekurangan cairan akibat diare yang dialami oleh pasien.*
Tinjauan opsi lain:
- Opsi memberikan obat kejang tidak tepat karena saat ini pasien belum sampai pada tahap syok yang
menyebabkan kejang.
- Melakukan pemeriksaan laboratorium dan rontgen merupakan pemeriksaan penunjang pada pasien
dan bisa dilakukan berbarengan atau setelah masalah kegawatan teratasi.
Seorang laki-laki ( 30 tahun) dirawat di RS dengan keluhan ; BB menurun sejak 3 bulan ini, nafsu makan
menurun dan batuk berdahak tidak kunjung sembuh. Pasien direncanakan untuk dilakukan TB Skin Test.
Apakah tujuan dilakukan tes tersebut pada pasien ?
Pembahasan :
Data fokus ;
• Pasien dirawat di RS dengan keluhan BB menurun sejak 3 bulan ini, nafsu makan menurun dan batuk
berdahak tidak kunjung sembuh
Uji tuberkulin atau mantoux test adalah salah satu metode yang *digunakan untuk
mendiagnosis/mendeteksi adanya infeksi Mycobacterium Tuberkulosis.* Uji tuberkulin dilakukan untuk
melihat seseorang mempunyai kekebalan terhadap basil TB, sehingga sangat baik untuk mendeteksi
infeksi TB.
Tetapi uji tuberkulin ini tidak dapat untuk menentukan Mycobacterium tuberculosis tersebut aktif atau
tidak aktif (latent).
Opsi Untuk mengidentifikasi virus yang menginfeksi pasien (tidak tepat), karena tes mantoux merupakan
uji spesifik pada kuman TB.
Opsi Untuk menentukan antibiotik yang tepat pada pasien (tidak tepat), karena tujuan utama dari
mantoux tes adalah untuk mengetahui infeksi kuman TB. Untuk mengetahui jenis antibiotic pada pasien
dengan keluhan infeksi paru biasanya dilakukan kultur sputum.
Opsi Menentukan adanya Mycobacterium TB aktif pada pasien (tidak tepat), karena tes mantoux tidak
mampu mengidentifikasi apakah kuman TB aktif atau laten.
Opsi Untuk mendeteksi adanya infeksi salmonella thypii (tidak tepat), karena tes yang digunakan untuk
mengetahui salmonella thypii adalah tes widal dan Anti Salmonela IgM (TuBex).
Seorang laki-laki (45 tahun) dengan GGA dirawat di RS. Pasien terpasang orofaringeal tube. GCS 111.
Terdengar suara gurgling dan tampak sekret keluar dari mulut pasien. Perawat sedang melakukan
suction. Saat perawat melakukan penghisapan pertama dengan lembut dan perlahan secara rotasi < 15
detik, nilai SaO2 pasien 94%, frekuensi nadi 110x/menit, frekuensi nafas 23x/menit. Sementara itu,
sekret masih saja keluar. Apakah tindakan yang tepat dilakukan oleh perawat?
d. Menghentikan penghisapan
Tindakan suction memungkinkan untuk terjadi hipoksemia sesaat yang ditandai dengan penurunan
saturasi oksigen (SpO2). Oleh karena itu, tindakan yang tepat pada kasus adalah melakukan
hiperoksigenasi dan melanjutkan suction.
Hiperoksigenasi adalah teknik terbaik untuk menghindari hipoksemia akibat penghisapan dan harus
digunakan pada semua prosedur suction. Dalam prosedur suction harus menerapkan prinsip acianotik
salah satunya oksigenasi 100% sebelum dan sesudah tindakan.
Opsi penghisapan pada mulut dan lidah (tidak tepat) karena tindakan ini dilakukan jika penghisapan
pada orofaringeal sudah clear.
Opsi mengganti tekanan suction menjadi 70 mmHg (tidak tepat) karena indikasi tekanan suction untuk
dewasa yaitu 100-120 mmHg
Opsi menghentikan penghisapan (tidak tepat) karena pada kasus pasien belum mengalami distress
pernapasan. Nilai SaO2 pada kasus dikarenakan efek dari suction.
Opsi mengistirahatkan 20-30 detik tanpa melakukan hiperoksigenasi (tidak tepat) karena sebelum
melakukan penghisapan oksigenasi pasien diharapkan 100%, dikhawatirkan jika tidak dilakukan
hiperoksigenasi, oksigenasi pasien tidak adekuat.
Superdana & Sumara. 2015. Efektifitas Hiperoksigenasi pada Proses Suctioning terhadap Saturasi
Oksigen Pasien dengan Ventilator Mekanik Di Intensive Care Unit. [serial online] [diakses pada: 7
Februari 2019] Available from: URL: http://fik.um-surabaya.ac.id/sites/default/files/Artikel%203_3.pdf
Data fokus pada kasus: Klien masih tidak mau berbicara namun kadang-kadang masih mempertahankan
kontak mata saat interaksi. Dari observasi klien selalu duduk sendiri dan tidak mau berkumpul dengan
teman-temannya.
*Dari kata kunci terlihat bahwa klien belum mampu untuk menjalin komunikasi Maka tindakan
keperawatan yang tepat adalah Mengajarkan berhubungan sosial secara bertahap (D)*
(a) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari (tidak tepat), karena sudah pasti dilakukan pada setiap
tindakan, (b) Membiarkan klien sendiri supaya tetap tenang (tidak tepat),klien membutuhkan orang lain
untuk membantu dalam proses hubungan sosial dengan orang lain, (c) Mendemonstrasikan cara
mengatasi kesedihan (tidak tepat), karena klien mengalami masalah dalam berhubungan sosial, (d)
mengajarkan berhubungan sosial secara bertahap (tepat), karena klien mengalami masalah sosialisasi,
(e) Membantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki (tidak tepat), merupakan tindakan untuk
klien dengan HDR.
Seorang laki-laki (40 tahun) dirawat di RS dengan TB Paru. Hasil pengkajian : pasien mengeluh nyeri
dada, tidak nafsu makan dan sesak napas dengan frekuensi 32x/menit serta tampak adanya retraksi
interkostae. Pasien tampak lemah, gelisah, frekuensi nadi 90x/menit dan berat badan turun 5 kg
semenjak sakit. Apakah tindakan prioritas yang dilakukan perawat ?
Data fokus masalah : Pasien mengeluh sesak napas dengan frekuensi 32x/menit serta tampak adanya
retraksi interkostae.
Salah satu intervensi yang tepat diberikan berkaitan dengan masalah utama pada kasus yaitu
berkolaborasi dengan dokter terkait pemberian terapi oksigen.
Seorang laki-laki (45 tahun) korban tabrak lari dibawa oleh warga setempat ke IGD RS terdekat.
Sesampai di IGD, pasien tampak tidak sadarkan diri, terlihat adanya perdarahan pada area mulut dan
hidung. Selain itu juga dijumpai adanya perdarahan pada area tibia sinistra. Apakah tindakan
pertama yang dilakukan perawat saat terhadap pasien?
e. Memasang OPA
*Menindaklanjuti kasus ini, maka pasien ini kita curigai mengalami fraktur basis cranii (salah satu tanda
dan gejalanya adalah adanya perdarahan pada hidung dan mulut), sehingga tindakan pertama yang
harus dilakukan adalah stabilisasi jalan napas dengan memasang servikal collar.*
Setelah servikal collar terpasang, tindakan selanjutnya adalah:
- Menghentikan perdarahan pada area tibia sinistra dengan balut tekan merupakan tindakan selanjutnya
yang dilakukan untuk mencegah terjadinya syok pada pasien.
Sementara memasang OPA tidak diindikasian pada pasien ini karena tidak ada data yang menyebutkan
bahwa terjadi sumbatan jalan napas sebagai akibat dari lidah yang jatuh ke belakang.
(Sumber: Brunner, Suddarth.2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal.Bedah. Edisi 8. Vol.3. Jakarta : EGC)
bu nifas (32 tahun) datang ke puskesmas untuk memeriksa keadaannya. Hasil pengkajian pasien post
partum hari ke- 4. Tanda – tanda vital dalam batas normal. Perawat melakukan pemeriksaan
pengeluaran pervaginam. Perawat menemukan cairan merah kekuningan bercampur darah dan lendir.
Apakah jenis lochea temuan perawat?
a. Lochea rubra
b. Lochea sanguinolenta
c. Lochea serosa
d. Lochea alba
e. Lochea Parulenta
Jawaban benar *B*
Data fokus : pasien post partum hari ke- 4. Tanda – tanda vital dalam batas normal. Perawat melakukan
pemeriksaan pengeluaran pervaginam. Perawat menemukan cairan merah kekuningan bercampur darah
dan lendir. Berdasarkan data fokus, jenis lochea pasien yaitu lochea sanguinolenta. Lochea
sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendi, terjadi hari ke 3 – 7 post partum.
Opsi “ lochea rubra” tidak tepat. Jenis lochea ini terjadi sampai hari ke 2 post partum, berisi darah segar,
sisa – sisa selaput ketuban, sel – sel desidua, vernix caseosa, lanugo dan meconium.
Opsi “ lochea serosa” tidak tepat, karena lochea ini keluar cairan tidak berisi darah berwarna kuning.
Terjadi hari ke 7 – 14 post partum.
Opsi “ lochea alba” tidak tepat. Lochea alba merupakan cairan putih setelah 2 minggu post partum.
Opsi ‘Lochea parulenta’ tidak tepat. Lochea parulenta adalah lochea yang keluar yaitu cairan seperti
nanah dan berbau busuk, ini terjadi karena infeksi (Suherni, 2009).
Seorang perempuan ( 40 tahun) datang ke poli kebidanan untuk memeriksakan kehamilannya. Hasil
pengkajian: pasien mengatakan saat ini merupakan kehamilan ketujuh, kehamilan ketiga riwayat
molahidatidosa, dan riwayat abortus kompleks pada kehamilan keempat dan kelima. Bagaimanakah
status obstetri pasien tersebut ?
a. G7P3A3
b. G7P3A4
c. G7P4A2
d. G7P2A5
e. G7P5A2
Data fokus masalah : pasien mengatakan saat ini merupakan kehamilan ketujuh, kehamilan ketiga
riwayat molahidatidosa, dan riwayat abortus kompleks pada kehamilan keempat dan kelima.
Penulisan status obstetri yaitu : GPA
a. G (Gravida) yaitu jumlah kehamilan yang diawali wanita. Diikuti dengan jumlah seluruh kehamilan ini.
b. P ( Para) yaitu jumlah kehamilan yang diakhiri dengan kelahiran janin yang memnuhi syarat untuk
melangsungkan kehidupan ( 28 minggu atau 1000 gram)
c. A ( Abortus ) yaitu jumlah kelahiran yang diakhiri dengan aborsi spontan atau terinduksi pada usia
kehamilan < 20 minggu atau berat < 500 gram.
G = kehamilan ketujuh = 7
P= partus = kehamilan pertama, kedua dan keenam tidak dijelaskan ( dianggap 3 kali partus) = 3
A = abortus = kehamilan ketiga molahidatidosa (1), kehamilan keempat dan kelima abortus kompleks
(2) = 3
a. 8 Oktober 2020
b. 9 Oktober 2020
c. 9 September 2020
d. 9 November 2020
e. 10 November 2020
Data fokus :
Menghitung usia kehamilan dan taksiran persalinan salah satunya bisa menggunakan Hukum Nagele.
Hukum Nagele mengasumsikan bahwa wanita memiliki siklus menstruasi 28 hari dan kehamilan terjadi
pada hari keempat belas.
Hukum Nagele adalah sebagai berikut: setelah menentukan hari pertama dari haid terakhir, kurangi 3
dari kalender bulan dan tambah 7 hari; atau tambah 7 hari dari HPHT dan hitung maju 9 bulan kalender.
- Bulan Januari-Maret: Hari +7, Bulan +9, Tahun tetap
= 9 OKTOBER 2020
[15/3 20.37] +62 813-1178-1020: 11. Seorang ibu membawa anaknya ke puskesmas untuk menjalani
pemeriksaan DDST pada tanggal 16 agustus 2019. Anak lahir aterm dengan usia gestasi 40 minggu pada
tanggal 8 maret 2018.
c. 7 bulan 8 hari
d. 5 bulan 8 hari
e. 11 bulan 24 hari
Diketahui:
karena lahir aterm (usia gestasi 40 minggu) yang berarti usia anak tidak perlu koreksi
2019 08 16
2018 03 08
---------------------------------
Penghitungan :
Seorang perempuan (30 tahun) dengan status obstetri G3P1A1, usia kehamilan 30 – 31 minggu datang
ke puskesmas untuk memeriksakan kehamilannya. Tanda – tanda vital dalam batas normal. Perawat
melakukan palpasi abadomen lalu teraba keras dan melenting setinggi umbilikus dan PX. Apakah
pemeriksaan selanjutnya yang akan dilakukan perawat ?
a. Perkusi abdomen
b. Leopold I
c. Leopold II
d. Leopold III
e. Leopold IV
Data fokus :
Perawat melakukan pemeriksaan palpasi abadomen, menemukan di bagian Fundus uteri keras dan
melenting setinggi umbilikus dan PX. Berdasarkan hasil temuan perawat, maka perawat telah
melakukan pemeriksaan Leopold I yaitu menentukan bagian yang terdapat di fundus uteri dan tinggi
fundus uteri tersebut.
Pemeriksaan selanjutnya yang harus dilakukan perawat adalah LEOPOLD II. Yaitu menentukan bagian
yang terdapat di kedua sisi abdomen.
Opsi jawaban “ Leopold I “ tidak tepat, pemeriksaan ini sudah dilakukan di temukan bagian kepala dan
TFU antara umbilikus dan PX. Pemeriksaan leopold dilakukan berurutan dari 4 rangkaian pemeriksaan.
Opsi jawaban “ leopold III” tidak tepat. Pemeriksaan ini dilakukan oleh perawat setelah pemeriksaan
leopold II.
Opsi jawaban “ leopold IV” tidak tepat. Pemeriksaan ini dilakukan setelah pemeriksaan leopold III.
Seorang perempuan (31 tahun) post SC hari ke-10 dengan P2A0 datang ke Puskesmas untuk
berkonsultasi penggunaan KB. Klien mengatakan ingin menggunakan KB yang tidak menganggu produksi
ASI, mudah dilakukan, harga terjangkau dan ekonomis. Klien memiliki riwayat hipertensi dan varises
vulva. Apakah metode KB yang efektif diberikan untuk klien ?
a. Suntik
b. Implan
c. IUD
d. MAL
e. Tubektomi
Jawaban benar *d*
Pembahasan :
Data fokus :
- Klien mengatakan ingin menggunakan KB yang tidak menganggu produksi ASI, mudah dilakukan, harga
terjangkau dan ekonomis. Klien memiliki riwayat varises
Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau disebut juga Lactational Amenorrhea Method (LAM) adalah
metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI secara eksklusif). MAL
diterapkan dengan mengandalkan pemberian ASI eksklusif kepada bayi di bawah enam bulan. Semakin
sering menyusui, maka kadar prolaktin meningkat dan hormon gonadotrophin melepaskan hormon
penghambat (inhibitor). Hormon penghambat akan mengurangi kadar estrogen, sehingga tidak terjadi
ovulasi (Proverawati, 2010).
Maka KB yang efektif untuk klien yang tidak menganggu hormon produksi ASI, mudah, terjangkau serta
aman dan tidak memiliki efek samping yang buruk untuk kesehatan klien dengan riwayat hipertensi dan
varises adalah MAL.
“Implan: (Tidak tepat), karena implan merupakan metode kontrasepsi hormonal yang tidak disarankan
bagi klien dengan kelainan jantung, penderita hipertensi. Pada kasus klien memiliki riwayat hipertensi
dan varises maka kontrasespsi ini tidak disarankan pada klien.
“IUD” (Tidak tepat), karena implan merupakan metode kontrasepsi hormonal yang berefek samping
perdarahan post partum. Pemasangan IUD hanya boleh dilakukan sebelum 48 jam dan setelah 4 minggu
post partum (Kemenkes RI, 2014). Pada kasus klien post SC hari ke 10 dan memiliki riwayat hipertensi
dan varises vulva maka kontrasespsi ini tidak disarankan pada klien
“Tubektomi” (Tidak tepat), karena tubektomi merupakan metode kontrasepsi permanen dan disarankan
bagi klien yang tidak ingin lagi memiliki keturunan.
Seorang perempuan (35 tahun) datang ke puskesmas untuk berkonsultasi tentang kontrasepsi. Hasil
pengkajian : pasien telah memiliki 2 orang anak perempuan, memiliki varises di kedua tungkai, riwayat
melahirkan secio caesarea 1 kali dengan indikasi varises vagina. Apakah jenis kontrasepsi yang tepat
diberikan untuk pasien ?
a. Pil KB
b. Suntik
c. Implant
d. IUD
e. Tubektomi
Data fokus masalah : pasien usia 35 tahun, sudah memiliki 2 orang anak, memiliki varises di kedua
tungkai, dan riwayat melahirkan secio caesarea 1 kali dengan indikasi varises vagina. Varises merupakan
suatu kondisi dimana terjadinya pembengkakan dan pelebaran pembuluh darah vena yang biasanya
terjadi pada bagian kaki akibat penumpukan darah. Penumpukan darah di dalam pembuluh vena
tersebut terjadi sebagai akibat dari melemahnya atau rusaknya katup vena. Pada dasarnya penderita
varises memang tidak dianjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi yang mengandung hormonal
terutama hormon esterogen. Karena dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal ini dapat
menyebabkan keluhan varises semakin memberat (Amalina, 2018). Berdasarkan data tersebut
kontraspsi yang tepat disarankan untuk pasien adalah IUD. %. IUD yaitu alat kontrasepsi yang terbuat
dari bahan polyethylene yang diberi lilitan logam dan dipasang di mulut rahim (Rosyidi, 2013). IUD tidak
mengandung hormon.
Opsi jawaban “Pil KB” tidak tepat”. Pil Kb merupakan kontrasepsi dosis rendah ekstrogen dan
progesteron. Pil Kb mengandung Hormon sehingga tidak baik untuk pasien yang memiliki varises
Opsi jawaban “ Suntik” tidak tepat. Suntik Kb juga mengandung hormon ekstrogen dan progesteron
yang didak baik untuk penderita varises.
Opsi jawaban “ Implant” tidak tepat karena kontrasepsi ini mengandung progesteron.
Opsi jawaban “ Tubektomi” tidak tepat. Tupektomi merupakan kontrasepsi permanen dengan
memmotong atau mengikat saluran sel indung telur pada wanita. Pada kasus tidak ada pernyataan
pasien untuk tidak ingin punya anak lagi.
Seorang perempuan (35 tahun) datang ke puskesmas untuk konsultasi KB. Pasien ingin menggunakan
alat kontrasepsi. Hasil pengkajian: pasien memiliki dua anak berusia 2 tahun dan 1 tahun. Pasien masih
ingin mempunyai anak tetapi ingin menunda terlebih dahulu. Pasien tidak mengetahui alat kontrasepsi
apa yang tepat baginya karena pasien mengalami varises. Apakah kontrasepsi yang tepat untuk
diberikan pada pasien?
a. pil
b. Implant
c. IUD
d. Tubektomi
e. Suntik
Data fokus:
Pada kasus didapatkan bahwa pasien mengalami varises dan ingin menggunakan kontrasepsi yang tepat.
Varises adalah pertanda adanya masalah peredaran darah yaitu terhentinya darah di pembuluh vena
dan tidak dapat mengalir kembali ke jantung (Akoso & Akoso, 2009).
Kontrasepsi adalah suata cara atau metode untuk mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi
kehamilan dengan metode sederhana (penggunaan alat dan tanpa alat) dan metode modern (hormonal
dan non hormonal berupa pil kombinasi, minipil, suntik, implant, metode non hormonal berupa IUD, dan
kontap (kontrasepsi mantap) yaitu tubektomi dan vasektomi) (NHS, 2018).
*Pada dasarnya, penderita varises tidak boleh menggunakan kontrasepsi yang mengandung hormon
estrogen, sehingga disarankan untuk menggunakan IUD.*
IUD adalah alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit kedua saluran yang
menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari bahan plastik polietilena, ada
yang dililit oleh tembaga dan ada yang tidak (BKKBN, 2011). Ada beberapa jenis IUD yang dilengkapi
dengan hormon progestin (Djannah, 2018).
Tinjauan opsi lainnya:
• Opsi pil tidak tepat karena varises merupakan kontraindikasi penggunaan pil. Pil mengandung estrogen
khususnya pada pil kombinasi, kecuali jenis kontrasepsi minipil karena minipil mengandung progesteron.
Selain itu, pasien dengan varises yang menggunakan pil kontrasepsi akan memiliki risiko DVT (London &
Nash, 2000).
• Opsi implant tidak tepat karena implant termasuk dalam kontrasepsi hormonal. Selain itu, implant
tidak dianjurkan untuk penderita hipertensi dan berefek samping perdarahan ringan (Siswosuharjo &
Chakrawati, 2008).
• Opsi tubektomi tidak tepat karena kontrasepsi ini termasuk kontrasepsi permanen, sementara pasien
masih menginginkan memiliki anak (BKKBN, 2011).
• Opsi suntik tidak tepat karena kontrasepsi ini termasuk dalam kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi
suntik ada yang suntik progestin dan kombinasi (BKKBN, 2017).
BKKBN. 2011. Jenis Alat Kontrasepsi. [serial online] [cited 2018 December 11]. Avaible from: URL:
http://jatim.bkkbn.go.id/category/alkon/
Djannah, Fathul. Berkenalan dengan Alat Kontrasepsi, Bagian 2: Non Hormonal. [serial online] [cited
2018 December 11]. Avaible from: URL:
https://mediakonsumen.com/2018/04/18/wawasan/berkenalan-dengan-alat-kontrasepsi-bagian-2-non-
hormon
Subakti, Y., dan Anggarani, D. R. Panduan Pintar Kehamilan untuk Muslimah. Jakarta: Qultummedia.
Siswosuharjo & Chakrawati. 2008. Panduan Super Lengkap Hamil Sehat. Jakarta: Penerbit Penebar Plus.
Seorang perempuan (47 tahun) datang ke puskesmas memeriksakan kehamilannya. Pasien tidak
memiliki keluhan selama hamil dan sudah tidak ingin punya anak lagi setelah melahirkan nanti. Hasil
pengkajian: status obstetri G8P6A1H6, usia gestasi 31 - 32 minggu, tekanan darah 120/80 mmHg, DJJ (+)
134 x/menit. Perawat memberikan penyuluhan tentang keluarga berencana. Apakah jenis
kontrasepsi yang tepat untuk klien?
a. Vaginal diafragma
b. Kondom
c. Coitus interuptus
d. IUD
e. Tubektomi
Usia klien 47 tahun, dengan status obstetri G8P6A1H6, usia gestasi 31 - 32 minggu. Pasien mengatakan
tidak pernah ada keluhan selama hamil dan sudah tidak ingin punya anak lagi setelah melahirkan nanti.
Kontrasepsi yang tepat untuk klien yaitu Tubektomi.
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan wanita tersebut
tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Indikasi melakukan tubektomi yaitu kehamilan berisiko tinggi
pada perempuan dengan usia di atas 40 tahun.
- Opsi “Vaginal diafragma” (tidak tepat), karena memiliki efektifitas yang sangat kecil. Vaginal diafragma
merupakan lingkaran cicin dilapisi karet fleksibel yang dipasang dalam liang vagina.
- Opsi “Coitus interuptus” (tidak tepat), merupakan ejakulasi yang dilakukan di luar vagina,
efektivitasnya 75 - 80%.
- Opsi “Kondom“ (kurang tepat), keefektifan kondom sebagai kontrasepsi yaitu 75 - 80%, kemungkinan
untuk hamil masih ada dan berfungsi sebagai pemblokir/barier sperma.
- Opsi “IUD “ (tidak tepat). IUD tidak bersifat permanen, tapi kefektifannya sebagai alat kontrasepsi
cukup tinggi yaitu 92 - 94%. IUD (intra uterine device) atau spiral terbuat dari bahan polyethylene yang
diberi lilitan logam dan dipasang di mulut rahim.
[16/3 20.10] +62 813-1178-1020: Soal 6
Seorang wanita (42 tahun) datang ke poli kebidanan untuk berkonsultasi tentang alat kontrasepsi yang
baik untuk digunakan. Hasil pengkajian: pasien telah memiliki 5 orang anak, riwayat hipertensi, TD
150/90 mmHg, dan berat badan 90 Kg.
a. IUD
b. Implan
c. Suntik
d. Tubektomi
e. Pil KB
Usia ibu 42 tahun dan telah memiliki anak 5 orang, riwayat hipertensi, TD 150/90 mmHg, dan berat
badan 90 Kg.
Pada kasus, usia ibu dan jumlah anak merupakan faktor risiko tinggi pada ibu hamil yang akan memiliki
dampak negatif pada ibu dan janin. Berdasarkan kondisi ibu, kontrasepsi yang cocok untuk ibu adalah
Tubektomi.
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan wanita tersebut
tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Indikasi melakukan tubektomi yaitu kehamilan berisiko tinggi
pada perempuan dengan usia di atas 40 tahun.
Tinjauan opsi lain:
- Opsi “IUD” (kurang tepat). Kemungkinan untuk hamil masih ada karena efektivitasnya 92 – 94 %. IUD
yaitu alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan polyethylene yang diberi lilitan logam dan dipasang di
mulut rahim.
- Opsi “Implan” (tidak tepat). KB implant tidak bersifat permanen dan hanya efektif digunakan selama 3
tahun. Implan tidak cocok dipakai wanita gemuk, karena lemak dalam tubuh dapat menghambat laju
edar hormon ke tubuh (Rosyidi, 2013).
- Opsi “Suntik” (tidak tepat). Penggunaan suntik KB tidak bisa dihentikan sewaktu dan untuk
keefektifannya harus rutin dilakukan. Tersedia suntik 1 bulan (progesteron + estrogen) dan 3 bulan
(depot progesteron, tidak terjadi haid). Salah satu efek samping suntik yaitu pada penggunaan jangka
panjang dapat menurunkan densitas tulang.
- Opsi “Pil KB” (tidak tepat). Pil KB harus diminum tiap hari dengan cara mengikuti petunjuk nama hari
yang tertera di blisternya. Kemungkinan untuk hamil masih ada.
Kontrasepsi implant, suntik dan pil KB merupakan kontrasepsi hormonal. Dalam pemakaian jenis obat
yang bersifat hormonal harus diperhatikan beberapa faktor
a. Kontraindikasi mutlak (sama sekali tidak boleh diberikan) : kehamilan, gejala thromboemboli, kelainan
pembuluh darah otak, gangguan fungsi hati atau tumor dalam rahim.
b. Kontraindikasi relatif (boleh diberikan dalam pengawasan intensif oleh dokter) : menderita DM,
hipertensi, perdrahan vagina berat, penyakit ginjal dan jantung.
Siapakah nama kepala BKKBN RI periode 2019 hingga saat sekarang ini ?
Besarnya denda pelayanan yang harus dibayar oleh peserta BPJS Mandiri yang menunggak bayar iuran
kepersertaan bila dirawat inap adalah...
Besaran denda pelayanan sebesar *2,5% (dua koma lima persen) dari biaya pelayanan kesehatan
rawat inap dikalikan dengan jumlah bulan tertunggak* dengan ketentuan:
Pemerintah memberi bantuan iuran premi BPJS kepada masyarakat menengah ke bawah agar golongan
tersebut juga mendapatkan kemudahan akses untuk mendapatkan asuransi kesehatan. Kebijakan ini
merupakan upaya pemerintah untuk memenuhi kewajiban warga negara sesuai UU No. 36 tahun 2009
pasal …
11
12
13
Jawaban: e. pasal 13
Pembahasan:
Pasal 13
(1) Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial.
(2) Program jaminan kesehatan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan jawaban lain merupakan hak dan kewajiban warga negara seperti:
- Pasal 12: berkewajiban menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi orang lain
Apakah Persero yang menjadi penyelenggara program jaminan sosial di bidang kesehatan berdasarkan
UU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ?
a. PT ASKES (Persero)
b. PT JAMSOSTEK (PERSERO)
d. PT ASKRINDO (PERSERO)
e. PT ALLIANZ (PERSERO)
Pembahasan:
Pada tahun 2011, pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) serta menunjuk PT Askes (Persero) sebagai penyelenggara program
jaminan sosial di bidang kesehatan. Sehingga PT Askes (Persero) berubah menjadi BPJS Kesehatan.
a. intra muscular
b. intravena
c. subkutan
d. intrakutan
e. oral
Pembasan:
imunisasi hepatitis B atau HB diberikan sejak bayi berusia 0 bulan. HB bermanfaat untuk mencegah
infeksi hepatitis B pada bayi dan anak. Hepatitis B diberikan sebanyak 0,5 ml dengan intramuskular
terutama di bagian paha anterolateral.
Seorang anak perempuan dibawa Ibunya untuk pemeriksaan tumbuh kembang pada tanggal 14
September 2020. Ibu mengatakan anak lahir prematur pada tanggal 4 April 2019 dengan usia kehamilan
34 minggu dan berat badan lahir 2000 gr.
Diketahui =
Penghitungan :
Usia Kronologis =
Usia koreksi =
01 (bulan) 12 (hari)
a. Intravena
b. Intramuskular
c. Intracutan
d. Subcutan
e. Injeksi Bolus
Jawaban: c. Intracutan
Pembahasan:
Injeksi atau suntikan intracutan (IC) adalah suatu cara untuk memasukkan obat atau cairan kedalam
lapisan dermal kulit tepat dibawah epidermis dengan menggunakan syrine atau spuit. Metode
pemberian ini sering kali digunakan untuk uji alergi dan imunisasi BCG pada bayi (Kozier,dkk, 2002).
Seorang bayi (1 bulan) dibawa ke Puskesmas untuk imunisasi. Ibu mengatakan, pada saat bayi baru lahir
anak sudah diberi imunisasi HB0 dan BCG oleh bidan.
a. DPT1
b. HB1
c. BCG2
d. Hib1
e. Polio1
Jawaban: e. Polio1
Pembahasan:
Data fokus:
Bayi usia 1 bulan dibawa ke Puskesmas untuk imunisasi. Bayi sudah diberi imunisasi
Menurut MTBS (2015), jadwal imunisasi pada bayi usia 1 bulan adalah BCG dan polio 1.
P ada kasus, bayi telah diberikan imunisasi BCG pada saat baru lahir. Maka, imunisasi selanjutnya yang
harus diberikan adalah Polio 1.
Opsi "DPT 1" (tidak tepat), karena mulai diberikan pada usia 2 bulan.
Opsi "HB 1" (tidak tepat), karena diberikan pada usia 2 bulan.
Opsi "BCG 2" (tidak tepat), karena tidak ada imunisasi ini. BCG diberikan hanya 1 kali.
Opsi "Hib 1" (tidak tepat), karena diberikan pada usia 2 bulan.
Seorang bayi (1 bulan) dibawa ke puskesmas untuk mendapatkan imunisasi. Hasil Pemeriksaan fisik
didapatkan frekuensi napas 34x/menit, frekuensi nadi 128x/menit dan suhu 36,1 C. Perawat akan
memberikan imunisasi pada bayi tersebut.
a. Imunisasi HB 0, Polio 1
Pembahasan:
Menurut MTBS (2015) Imunisasi BCG: Imunisasi yang diberikan pada bayi usia 1 bulan dengan dosis 0,05
secara intracutan, sedangkan Polio 1 diberikan pada bayi usia 1 bulan secara oral dengan dosis 2 tetes.
- Imunisasi HB0, Polio 1: imunisasi HB0 diberikan pada bayi usia 0-7 hari dengan dosis 0,5 cc secara
intramuskular, namun tidak diberikan bersamaan dengan Polio 1, Polio 1 diberikan untuk bayi usia 1
bulan.
- Imunisasi DPT-HB-Hib 1, Polio 2: imunisasi yang diberikan pada bayi umur 2 bulan. Imunisasi diberikan
secara intramuskular dengan dosis 0,5 cc, sedangkan Polio diberikan secara oral dengan dosis 2 tetes.
- Imunisasi DPT-HB-Hib 2, Polio 3: imunisasi yang diberikan pada bayi umur 3 bulan. Imunisasi diberikan
secara intramuskular dengan dosis 0,5 cc, sedangkan Polio diberikan secara oral dengan dosis 2 tetes.
Imunisasi DPT-HB-Hib 3, Polio 4 adalah imunisasi yang diberikan pada bayi umur 4 bulan. Imunisasi
diberikan secara intramuskular dengan dosis 0,5 cc, sedangkan Polio diberikan secara oral dengan dosis
2 tetes.
Seorang bayi (1 bulan) dibawa ke puskesmas untuk mendapatkan imunisasi. Hasil Pemeriksaan fisik
didapatkan frekuensi napas 42x/menit, frekuensi nadi 132x/menit dan suhu 36 C. Perawat akan
memberikan imunisasi BCG pada bayi.
Berapakah dosis yang tepat diberikan pada bayi tersebut ?
a. 0,05 cc
b. 0,01 cc
c. 0,5 cc
d. 0,1 cc
e. 1 cc
Jawban: a. 0,05 cc
Imunisasi
Pembahasan:
BCG diberikan pada *bayi berusia 1 bulan dengan dosis 0,05 cc intrakutan*. Sedangkan imunisasi HB0,
DPT dan Campak diberikan dengan dosis 0,5 cc.
Seorang bayi (1 bulan) dibawa oleh ibunya ke posyandu untuk mendapatkan imunisasi. Sebelumnya bayi
sudah mendapatkan imunisasi HB0
a. HB 1, POLIO 1, BCG
b. POLIO 1, BCG
c. DPT 1, HB 1, POLIO 1
e. BCG, DPT 1, HB 1
Pembahasan:
Menurut MTBS (2015), jadwal imunisasi pada bayi usia 1 bulan adalah BCG dan polio 1, sedangkan opsi
lain HB 1 diberikan pada usia 2 bulan dan DPT tidak ada 0, DPT dimulai dari DPT 1 dan mulai diberikan
pada usia 2 bulan.
c. Asidosis respiratorik
d. Alkaliosis metabolic
e. Asidosis metabolik
Pembahasan:
Ketika pH turun dan PCO2 naik maka terjadi asidosis respiratorik, sedangkan nilai HCO3 normal sehingga
interpretasi yang tepat yaitu asidosis respiratorik.
Opsi alkaliosis respiratorik terkompensasi sebagian tidak tepat karena data pada kasus pH menurun
(asidosis),
Opsi asidosis respiratorik terkompensasi sebagian tidak tepat karena data pada kasus pH menurun
(asidosis), PCO2 naik, sedangkan nilai HCO3 normal.
Opsi alkaliosis metabolik tidak tepat karena data pada kasus pH turun (asidosis), HCO3 normal.
Opsi asidosis metabolik tidak tepat karena data pada kasus nilai HCO3 normal.
Asidosis respiratorik
a. Aseptik
b. Atraumatik
c. Acianotik
d. Steril
e. life saving
Pembahasan:
• Perawat akan melakukan suction dan mengatur tekanan suction 100 mmHg.
1. Aseptik
• Alat steril
2. Atraumatik
• Tekanan suction
c. Acianotik
• Dilakukan tidak lebih 15 Detik
kasus, perawat mengatur tekanan suction 100 mmHg sesuai dengan standar tekanan suction dewasa
100-120 mmHg, artinya perawat telah menerapkan prinsip pencegahan trauma (atraumatik) pada
tindakan suction.
Opsi “Aseptik ” dan Opsi “Steril” (tidak tepat). Aseptik atau steril adalah prinsip tindakan steril sperti
menggunakan alat steril.
Opsi “Acianotik” (Tidak Tepat), Acianotik adalah prinsip pencegahan terjadinya sianosis saat melakukan
suction, seperti melakukan suction tidak lebih dari 15 detik.
Opsi “Life Saving” (Tidak Tepat), Bukan merupakan prinsip dari tindakan suction, tapi prinsip dari
keseluruhan tindakan untuk menyelamatkan jiwa pasien
Seorang laki-laki (50 tahun) dengan BPH dan Post TURP dirawat di bangsal bedah 24 jam yang lalu.
Pasien saat ini terpasang kateter, mengeluh ingin kencing namun tidak bisa. Hasil pengkajian : terasa
nyeri dan panas saat berkemih, wajah tampak meringis, distensi kandung kemih, urin output 12 ml/jam,
warna urin merah dan terdapat stolsel. Saat ini perawat melakukan irigasi kandung kemih.
Pembahasan:
Irigasi kandung kemih yaitu tindakan membilas kandung kemih melalui kateter 3 jalur dengan
menggunakan larutan khusus (NaCl 0,9%). Tujuannya yaitu:
1. Membilas bekuan darah, sedimen, darah atau pus, keluar dari kateter dan kandung kemih
Irigasi kateter sering dilakukan pada pasien TURP untuk memperlancar aliran kateter dari sumbatan
sedimen dan darah. Oleh karena itu, evaluasi utama yang diharapkan pada tindakan irigasi kateter pada
kasus, kecuali mengurangi nyeri pasien, karena hal tersebut bukan termasuk evaluasi utama yang
diharapkan dari tindakan irigasi kateter.
Opsi kateter tetap paten, tidak ada sumbatan (stolsel) pada selang kateter, warna urin jernih, intake dan
output seimbang (tidak tepat) karena pilihan tersebut termasuk dalam hasil yang diharapkan dalam
tindakan irigasi kandung kemih.
Nuari, Nian A. 2017. Gangguan pada Sistem Perkemihan & Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta:
Deepublish.
Jacob, A., et al. 2014. Buku Ajar: Clinical Nursing Procedures. Edisi II. Diterjemahkan oleh: Estrada, R.
Tangerang: Binarupa Aksara.
Seorang pasien (38 tahun) dengan sesak napas dan konfusi dibawa ke IGD. Hasil pengkajian : tekanan
darah 140/100 mmHg, nadi 110x/menit dan frekuensi napas 30x/menit. Bibir pasien terlihat pucat dan
berwarna kebiruan. Hasil analisa gas darah menunjukkan : pH 7,25; PaCO2 61 mmHg; PaO2 76 mmHg;
HCO3- 26 mmHg; SaO2 89%.
Apakah jenis terapi oksigen dan jumlah aliran yang tepat diberikan pada pasien tersebut ?
Pembahasan :
Data Fokus:
- Hasil pemeriksaan analisa gas darah menunjukkan pH 7,25; PaCO2 61 mmHg; PaO2 76 mmHg; HCO3-
26 mmHg; SaO2 89%.
Pada kasus dapat dilihat bahwa pasien mengalami asidosis respiratorik karena tinggi nya nilai PaCO2
pada pasien yaitu 61 mmHg.
<b>Pada kondisi ini pasien membutuhkan terapi oksigen non-rebreathing mask</b>, dimana udara
inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi. penggunaan non-rebreathing mas (NRM)
diindikasikan untuk persentase FiO2 yang lebih tinggi. NRM digunakan bersama kantong reservoar
dengan kecepatan aliran 10-15 L/menit.
- opsi A tidak tepat, karena terapi oksigen nasal kanul pada kondisi ini tidak cukup untuk mengatasi
PaCO2 pasien yang tinggi.
- opsi B tidak tepat, karena nasal kanul tidak dapat mengatasi PaCO2 yang tinggi pada pasien. selain itu
jumlah aliran pada opsi B salah, jumlah aliran nasal kanul adalah 1-6 lpm.
- Opsi C kurang tepat, jumlah aliran pada opsi C salah. Jumlah aliran pada NRM adalah 10-15 lpm.
- Opsi E tidak tepat. Penggunaan rebreathing mask pada kondisi pasien dengan nilai PCO2 yang tinggi
akan memperburuk kondisi pasien tersebut.
Seorang pasien dibawa ke suatu RS dengan keluhan sesak dan kesulitan saat bernapas. Perawat
melakukan pengkajian pada pasien tersebut. Saat melakukan auskultasi thorax, perawat mendapatkan
adanya suara seperti gesekan jari pada kedua lapang paru.
a. Crackles
b. Wheezing
c. Ronchi
e. Rales
Jawaban: d. Pleural friction rub
Pembahasan :
Data Fokus:
- Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan sesak dan kesulitan bernafas.
<b>Suara tambahan yang didengar oleh perawat tersebut adalah Pleural Friction rub.</b> Suara
tambahan ini terjadi akibat peradangan pada pleura sehingga permukaannya menjadi kasar. Karakter
suara kasar, berciut disertai keluhan nyeri pleura. Suara tambahan ini terdengar seperti bunyi gesekan
jari tangan dengan kuat. Jelas terdengar pada akhir inspirasi dan permulaan ekspirasi.
- opsi A tidak tepat karena bunyi ini biasanya dapat terdengar jelas tanpa menggunakan stateskop.
karakter suaranya parau, basah, lemah dan kasar. biasanya disebabkan oleh adanya penumpukan cairan
atau sekresi di jalan nafas yang besar.
- opsi B tidak tepat, karena karakter suara wheezing terdengar seperti bersiul, kontinu yang durasinya
lebih lama dari pada crackles.
- opsi C tidak tepat, karakter suara ronchi terdengar seperi bunyi gaduh yang dalam.
- opsi E tidak tepat, karakter suara yang ditimbulkan seperti gesekan rambut, atau seperti meniup dalam
air.
Pada PERMENKES NO 43 tahun 2016 tentang standar pelayanan minimal tentang pelayanan kesehatan
pada usia lanjut, berikut lingkup skrinning pada usia lanjut:
a. Deteksi hipertensi
e. Semua benar
Pembahasan:
Berikut lingkup skrinning pada usia lanjut:
1.Deteksi hipertensi
Seorang perawat memberikan asuhan keperawatan pada seorang pasien yang baru saja didiagnosa HIV.
Apakah kriteria yang dapat ditemukan perawat untuk mengetahui berkembanganya kondisi AIDS pada
pasien tersebut ?
Pembahasan :
Data Focus :
*Kriteria diagnostik pada AIDS meliputi nilai CD4+ T cell pada pasien di bawah 200/µL dan /atau
berkembangnya kondisi infeksi oportunistik, kanker, wasting syndrome atau dementia.*
- opsi A, C, D, dan E tidak tepat. Tanda dan gejala tersebut muncul pada pasien dengan HIV tetapi tidak
mendefinisikan berkembangnya infeksi HIV menjadi AIDS.
[16/3 20.13] +62 813-1178-1020: Soal 61
Seorang perawat sedang memeriksa hasil pemeriksaan lemak darah seorang pasien. Kondisi
abnormal manakah yang dapat menjadi faktor resiko munculnya atherosclerosis pada pasien ?
Pembahasan :
Data Focus:
<b>Peningkatan konsentrasi LDL kolesterol merupakan salah satu faktor resiko atherosclerosis.</b> LDL
kolesterol tida dapat dipecah di hati sehingga akan menumpuk dalam pembuluh darah. semakin tinffi
kadar LDL kolesterol dalam darah maka akan semakin banyak penumpukan dalam pembuluh darah
sehingga menyebabkan atherosclerosis.
- opsi B tidak tepat, karena HDL kolesterol dapat dihancurkan di hati sehingga tida akan
di pembuluh darah.
- opsi C tidak tepat, karena trigliserida sama hal nya seperi LDL kolesterol, jika jumlahnya berlebihan
dapat menumpuk di dinding pembuluh darah. Sehingga jika jumlah nya sedikit trigliserida hanya akan
dipecah dan diubah menjadi energi sehingga tidak menyebabkan atherosclerosis.
- opsi D tidak tepat, karena jika kadar LDL kolesterol rendah akan mengurasi resiko penumpukan dalam
pembuluh darah sehingga tida menyebabkan atherosclerosis.
- opsi E tida tepat, karena terdapat pilihan yang tepat, yaitu opsi A.
[16/3 20.32] +62 813-1178-1020: Banyak pertanyaan terkait dengan pemilihan KB yang tepat.
Untuk pemilihan jenis kontrasepsi, kawan kawan bisa coba berfokus pada minimal 3 hal:
1️⃣ *Manfaat dan Kerugian* ditinjau dari segi medis. Disini termasuk efek samping dari KB, kelebihan
masing masing alat atau obat kontrasepsi secara umum. Misal:
2️⃣ *Faktor resiko* : cari pada soal tentang faktor faktor resiko seperti penyakit, obesitas, riwayat
riwayat perdarahan
3️⃣ *Harapan* klien misal tidak mau punya anak lagi atau masih tetap mau kasih ASI atau berharap
harga terjangkau
INDIKASI
1.Yang dapat menggunakan: Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum seseorang akan memilih AKDR
(IUD) adalah :
Usia reproduktif
Keadaan nulipara
Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi Resiko rendah dari IMS
Perokok
Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi
Sedang menyusui
Penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat diberi antibiotika sebelum
pemasangan AKDR)
Penderita diabetes
Malaria
Penyakit tiroid
Epilepsi
Nonpelvik TBC
c. Diare
d. Hipovolemia
Jawaban: c. Diare
Pembahasan:
DS :
DO :
- Suhu 36,7 C
Diare adalah pengeluaran feses yang sering, lunak, dan tidak berbentuk. (SDKI, 2016)
- Urgency
- Nyeri/kram abdomen
- Frekuensi peristaltik meningkat
- BU hiperaktif
- Opsi Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh (tidak tepat), karena pada kasus, belum
tampak adanya gangguan nutrisi yang ditandai dengan penurunan berat badan, dan intake yang tidak
adekuat dengan ditandai adanya hasil pemeriksaan IMT.
- Opsi Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (tidak tepat), karena pada kasus, belum ada data
yang menunjukan penurunan perfusi perifer.
- Opsi hipovolemia (tidak tepat), karena pada kasus, belum ada tanda dan gejala yang menunjukan
terjadinya penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular yang diakibatkan oleh diare
pada anak. Hipovolemia harus ditandai dengan perubahan TTV, tanda dehidrasi, penurunan volume
urin, atau penurunan BB secara tiba-tiba.
- Opsi menyusui tidak efektif (tidak tepat), karena tidak tergambar kondisi dimana ibu dan bayi
mengalami ketidakpuasan atau kesukaran pada proses menyusui, yang didukung dengan data; kelelahan
maternal, bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu, BAK bayi kurang dari 8 kali dalam 24 jam, nyeri
dan/atau lecet terus menerus setelah minggu kedua.
Seorang laki-laki (52 tahun) dibawa ke IGD dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri, berdebar-debar dan
sesak nafas setelah makan. Hasil pengkajian: frekuensi nadi 104x/menit, tekanan darah 190/100 mmHg,
frekuensi napas 32x/menit, gambaran EKG ST elevasi di V7 dan V8. Tampak adanya sianosis pada ujung
jari dan bibir serta edema di tungkai kiri.
a. Intoleransi Aktifitas
c. Nyeri akut
e. Hipervolemia
DO: Takikardi (Frekuensi nadi: 104x/menit, nilai normal 60-100x/menit), tekanan darah naik
(190/100mmHg, nilai normal 90/60 mmHg-140/90 mmHg), gamran EKG aritmia (St elevasi di V7 dan V8),
sianosis, edema)
Data2 ini mengarah pada diagnosis Penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung adalah
ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (SDKI,
2016). Dengan tanda dan gejala mayor pada kasus adanya Takikardi (Frekuensi nadi: 104x/menit, nilai
normal 60-100x/menit), tekanan darah naik (190/100mmHg, nilai normal 90/60 mmHg-140/90 mmHg),
gamran EKG aritmia (St elevasi di V7 dan V8), sianosis, edema. Palpitasi (berdebar-debar), sesak nafas
(dispnea)
- Option A (Intoleransi aktifitas) tidak tepat sebagai diagnose utama dan lebih tepat menjadi diagnose
tambahan karena pada soal tidak terdapat cukup data yang menunjukkan intoleransi aktifitas sebagai
diagnose utama
- Option C (Nyeri akut) tidak tepat karena tidak terdapat data pendukung pada soal seperti pengkajian
nyeri.
- Option D (Pola nafas tidak efektif) tidak tepat sebagai diagnose utama dan lebih tepat menjadi
diagnose tambahan karena pada soal tidak terdapat cukup data yang menunjukkan intoleransi aktifitas
sebagai diagnose utama.
- Option E (Hipervolemia) tidak tepat karena tidak cukupnya data pendukung untuk menegakkan
diagnosa hypervolemia
Seorang laki-laki (53 tahun) dirawat di RS dengan astma dalam serangan. Hasil pengkajian pasien sesak
napas dengan frekuensi 32x/menit, tekanan darah 110/75 mmHg, frekuensi nadi 89x/menit.
Penggunaan otot bantu napas (+), napas cepat dan dangkal. Hasil pemeriksaan AGD pH 7,40, pCO2 40
mmHg, HCO3- 24, pO2 70mmHg dan SaO2 94%.
c. Resiko aspirasi
Pembahasan:
DS :
DO :
Berdasarkan data, masalah utama pada pasien adalah b>pola napas tidak efektif. Pola napas tidak efektif
adalah inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat (SDKI, 2017).</b>
Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan
napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten (SDKI, 2017). Pada pengkajian tidak ditemukan
adanya data masalah pada jalan napas
Opsi jawaban “Resiko aspirasi” (tidak tepat). Resiko aspirasi adalah beresiko mengalami masuknya
sekresi gastrointestinal, sekresi orofaring, benda cair atau padat kedalam saluran napas trakeobronkial
akibat disfungsi mekanisme protektif saluran napas (SDKI, 2017).. Tidak ada faktor resiko yang
ditemukan pada pasien.
Opsi jawaban “Gangguan pertukaran gas” (kurang tepat). Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan
atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolus-kapiler (SDKI,
2017). Tidak ada ditemukan abnormal nilai pH arteri, pO2 dan pCO
Opsi jawaban “Gangguan ventilasi spontan (tidak tepat). Gangguan ventilasi spontan merupakan
penurunan cadangan energi yang mengakibatkan individu tidak mampu bernapas secara adekuat (SDKI,
2017). Pada pasien tidak ditemukan data penggunaan otot bantu napas dan penurunan volume tidal.
Seorang laki-laki (57 tahun) dengan BPH dirawat di bangsal bedah. Saat ini pasien mengatakan nyeri saat
ingin berkemih, ketika berkemih urin hanya menetes, dan merasa belum puas ketika selesai BAK. Hasil
pemeriksaan perawat, teraba distensi pada aera supra pubik, tekanan darah 125/80, frekuensi nadi
74x/menit dan suhu tubuh 37°C.
d. Retensi urin
Pembahasan:
DS :
DO :
Berdasarkan analisa data diatas, masalah keperawatan yang tepat adalah “Retensi urin” (D). Definisi :
Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap.
Opsi “Gangguan eliminasi urin” : Kasus diatas telah menyajikan masalah yang lebih spesifik, gangguan
eliminasi urin diangkat apabila kasus pasien kurang spesifik mengarah pada diagnosa eliminasi urin
lainnya.
Opsi “Inkontinensia urin fungsional” : Tidak ada data yang menunjukkan bahwa pasien tidak dapat
mengendalikan pengeluaran urin
Opsi “Inkontinensia urin stress” : Tidak ada data yang menunjukkan bahwa pasien mengalami kebocoran
urin mendadak
Opsi “Inkontinensia urin urgensi” : Tidak ada data yang menunjukkan pasien tidak dapat mengendalikan
keluarnya urin sesaat setelah keinginan kuat untuk berkemih.
Seorang lansia (65 tahun) datang ke sebuah poliklinik RS. Hasil pengkajian: dadanya sering berdebar-
debar sehingga klien menjadi khawatir. Klien sulit tidur di malam hari, kurang nafsu makan, muka
tampak pucat, tekanan darah 140/90 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit, pernafasan 26x/menit, suhu 36,
6C
a. Distres spiritual
d. Ansietas
e. Defisit pengetahuan
Jawaban: d. Ansietas
LPembahasan :
DS :
DO :
Dari hasil pengkajian bahwa klien mengalami kekhawatiran yang tidak jelas dan spesifik terhadap suatu
objek dan pergi ke poliklinik RS sebagai tindakan untuk menghadapi kondisi yang akan terjadi pada
dirinya.
Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan
spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
Tanda dan gejala mayor ditandai *merasa takut dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit
berkonsentrasi, gelisah, tampak tegang, insomnia* serta tanda dan gejala minor *anoreksia, merasa
tidak berdaya, sering berkemih, pusing, muka tampak pucat kontak mata buruk, berorientasi pada masa
lalu, tremor, diaforesis, palpasi, tekanan darah meningkat, frrkuensi nafas dan nadi meningkat* (SDKI,
2016)
•Opsi distress spiritual =>tidak tepat karena tidak ada kondisi berupa gangguan pada keyakinan atau
sistem nilai pada individu atau kelompok berupa kekuatan, harapan dan makna hidup
•Opsi gangguan pola tidur => tidak tepat karena tidak ada kondisi berupa gangguan kualitas dan
kuantitas tidur akibat faktor eksternal
•Opsi gangguan rasa nyaman => tidak tepat karena tidak ada yang menggambarkan perasaan kurang
senang, lega dan sempurna dalam dimensia fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial
•Opsi defisit pengetahuan => tidak tepat karena tidak ada menggambarkan ketiadaan atau kurangnya
informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu
Seorang Perempuan (24 tahun) dibawa ke IGD dengan keluhan muntah dan BAB berkali-kali serta nyeri
perut. Hasil pengkajian: pasien tampak lemah, frekuensi nadi 102x/menit dan teraba lemah, tekanan
darah 90/60 mmHg dan suhu tubuh 37,90C. Membran mukosa tampak kering dan turgor kulit jelek.
Pasien mengatakan BAB 10x dalam sehari dengan dengan konsistensi feses encer.
a. Diare
b. Inkontinensia fekal
c. Hipovolemia
d. Resiko syok
e. Hipertermi
Jawaban: c. Hipovolemia
Pembahasan:
Seorang Perempuan (24 th) dibawa ke ke IGD RS dengan keluhan muntah dan BAB berkali-kali serta
nyeri perut. Hasil pengkajian perawat: pasien tampak lemah, frekuensi nadi, 102x/menit, nadi terasa
lemah, tekanan darah 90/60 mmHg, membrane mukosa tampak kering dan turgor kulit jelek,suhu tubuh
37,90C pasien mengatakan BAB 10 kali dalam sehari dengan dengan konsistensi feses encer.
Pembahasan:
DO: pasien tampak lemah, frekuensi nadi, 102x/menit, nadi terasa lemah, tekanan darah 90/60 mmHg,
membrane mukosa tampak kering dan turgor kulit jelek,suhu tubuh 37,90C
DS: BAB dan muntah berkali-kali, pasien mengatakan BAB 10 kali dalam sehari dengan dengan
konsistensi feses encer.
Data2 ini mengarah pada diagnosis Hipovolemia. Hipovolemia adalah penurunan volume cairan
intravaskuler, interstitial dan/ intaseluler (SDKI, 2016). Dengan tanda dan gejala mayor pada kasus
adanya frekuensi nadi, 102x/menit, nadi terasa lemah, tekanan darah 90/60 mmHg, membrane mukosa
tampak kering dan turgor kulit jelek serta tanda dan gejala minor berupa pasien tampak lelah dan subu
tubuh naik (37,90C, nilai normal 36,50C-37,50C)
- Option A (Diare) tidak tepat sebagai diagnose utama dan lebih tepat menjadi diagnose tambahan
karena pada soal telah terjadi hypovolemia
- Option B (Inkontenensia Fekal) tidak tepat karena tidak terdapat data pendukung pada soal seperti
pengkajian nyeri.
- Option D (Reskiko syok) tidak tepat karena merupakan diagnosa resiko yang bisa di cegah jika
hipovolmia pasien diatasi
- Option E (Hipertermi) tidak tepat karena data kenaikan suhu saja tidak cukup untuk menegakkan
diagnose hipertermi sebagai diagnose utama
Pembahasan:
Pembahasan:
DO: frekuensi pernafasan 28x/menit, bibir tampak membiru, terdengar bunyi snoring, bibir tampak
membiru
DS: -
Data2 ini mengarah pada diagnosis Bersihan jalan nafas tidak efektif. Bersihan jalan nafas tidak efektif
adalah ketidakmampuan membersikhkan secret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan
nafas tetap paten (SDKI, 2016). Dengan tanda dan gejala mayor berupa adanya bunyi nafas tambahan
(snoring), perubahan frekuensi nafas (takipnea), dan sianosis pada bibir
- Option A (Gangguan sirkulasi spontan) tidak tepat karena tidak adanya data yang menunjukka
terjadinya gannguan sirkulasi secara spontan.
- Option B (Gangguan ventilasi spontan) tidak tepat karena tidak adanya data yang menunjukka
terjadinya gannguan ventilasi secara spontan.
- Option D (Gangguan pertukaran gas) tidak tepat karena semua hasil analisa darah menunjukkan hasil
normal
- Option E (Ketidakstabilan gula darah) tidak tepat menjadi diagnose prioritas karena sumbatan jalan
nafas harus di atasi terlebih dahulu karena mengancam nyawa, baru mengatasi hiperglikemia pasien.
[17/3 15.08] +62 896-4922-1499: Soal 25
a. Corona virus
b. SARS-CoV-2
c. Hantavirus Pulmonalis
e. MERS-CoV
Jawaban: b. SARS-CoV-2
Pembahasan:
a. Corona virus --> penyebab umum penyakit yang menyerang saluran pernafasan
b. SARS-CoV-2 --> atau 2019-nCoV atau Wuhan Coronavirus (nama tidak resmi)
a. `27 Januari
b. `7 April
c. `29 Mei
d. `26 Juni
Pembahasan:
Soal 27
a. Fuzhou
b. Zhengzhou
c. Wuhan
d. Nanjing
e. Teipei
Jawaban: c. Wuhan
Pembahasan:
Wabah infeksi virus korona pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China
Seorang perawat melakukan skrining di suatu SMP. Didapatkan data 55% siswi SMP mengalami anemia.
Perawat melakukan pengkajian lebih lanjut dengan menggunakan kuisioner untuk melihat pengetahuan
siswa tentang anemia .
a. Manajer kasus
b. Konselor
c. Penemu kasus
d. Edukator
e. Advokat
Pembahasan:
*Berdasarkan data dijelaskan bahwa perawat berperan sebagai penemu kasus*, dimana setelah
melakukan skrining terhadap siswi SMP, ditemukan 55% siswi mengami anemia dan perawat melakukan
pengkajian lebih lanjut terkait pengetahuan siswi tentang penyakit anemia dengan menggunakan
kuisioner.
*Peran perawat sebagai penemu kasus adalah peran perawat yang terlibat dalam penelusuran kasus di
komunitas dan selanjutnya dilakukan pengkajian sesuai kebutuhan untuk dilakukan intervensi.*
(Kemenkes, 2016).
Opsi “Manager kasus” (tidak tepat), karena peran manager kasus adalah menyusun rencana asuhan
keperawatan komunitas.
Opsi “konselor” tidak tepat, karena perawat konselor membutuhkan keterampilan khusus, yaitu
perawat tersebut adalah orang yang memahami (expert) di bidang keahliannya, dapat dipercaya untuk
membantu komunitas atau keluarga dan mengembangkan koping yang konstruktif dalam penyelesaian
masalah.
Opsi “edukator” tidak tepat. Peran perawat sebagai edukator menuntut perawat memberikan
pendidikan kesehatan pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik dirumah, puskesmas, dan
di masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Opsi “Advokat” (tidak tepat), karena peran advokat adalah bertanggung jawab membantu
klien,keluarga, dan komunitas dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan
dan informasi dalam mengambil keputusan atas tindakan keperawatan yang diberikan.
Seorang perawat melakukan skrining lansia pada suatu desa. Perawat bekerjasama dengan petugas
labor dalam pemeriksaan Gula Darah, Asam Urat dan kolestrol
b. Pendidik / Edukator
c. Peneliti
d. Kolaborator
e. Konsultan
Jawaban: d. Kolaborator
Pembahasan:
PEMBAHASAN
Peran Perawat
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan, dari yang sederhana sampai dengan kompleks
2. Advokat pasien / klien- menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepada pasien- mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien.
3. Pendidik / Edukator
membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan
yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan
4. Koordinator
mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien
5. Kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis,
ahli gizi dan lain-lain berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk
diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya
6. Konsultan
tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini
dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan
7. Peneliti
mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan
*Berdasarkan kasus maka jawaban yang tepat adalah sebagai kolaborator diamana perawat
bekerjasama dengan petugas labor/analis kesehatan.*
a. Fungsi Independen
b. Fungsi Dependen
c. Fungsi Interdependen
d. Fungsi Kolaborator
Pembahasan:
PEMBAHASAN
1. Fungsi Independen: merupakan fungsi mandiri dan tidak bertanggungjawab dengan orang lain dimana
perawat dalam meaksanakan tugasnya dilakukan secara mandiri dengan keputusan sendiri dalam
rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.
2. Fungsi Dependen: merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan keagiatannya atas pesan dan
instruksi dari perawat lain
3. Fungsi Interdependen: merupkan fungsi yang dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan diantara satu dengan yang lainya. Kerjasama antara tenaga kesehatan perawat, dokter,
petugas labor dll.
*Data Fokus: Perawat bekerjasama dengan petugas labor dan konselor HIV untuk melakukan kunjungan
rumah.*
Seorang laki-laki (32 tahun) dirawat di RSJ sejak semingggu yang lalu karena mengamuk dan memukul
tetangga karena diolok-olok sebagai orang gila tak berguna. Saat ini pasien tampak sering mondar
mandir, kadang tidak mau mandi, klien mengatakan kadang masih merasa kesal dan wajah tampak
memerah jika ditanya mengenai kejadian saat dirinya dibawa ke RS.
Apakah masalah keperawatan yang tepat?
a. halusinasi
d. perilaku kekerasan
Pembahasan:
DO :
• pasien tampak sering mondar mandir, kadang tidak mau mandi, riwayat memukul
DS:
• klien mengatakan kadang masih merasa kesal dan wajah tampak memerah jika ditanya mengenai
kejadian saat dirinya dibawa ke RS.
Data-data diatas menunjukkan bahwa pasien mengalami masalah keperawatan resiko perilaku
kekerasan. Resiko perilaku kekerasan adalah beresiko membahayakan secara fisik, emosi dan atau
seksual pada diri sendiri atau orang lain SDKI, 2016).
Diagnosa resiko perilaku kekerasan dirumuskan jika pasien saat initidak melakukan perilaku kekerasan,
tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan belum mempunyai kemampuan mencegah atau
mengendalikan perilaku kekerasan tersebut (MPKP Jiwa, 2010).
Opsi "halusinasi" (Tidak Tepat), karena pada kasus tidak ditemukan adanya perubahan persepsi sensori.
Opsi "harga diri rendah" (Tidak Tepat), karena pada kasus tidak ditemukan adanya data berupa
evaluasi negatif terhadap diri atau kemampuan diri.
Opsi "perilaku kekerasan " (Tidak Tepat), karena pada kasus, berdasarkan data pengkajian saat ini tidak
ditemukan adanya perilaku kekerasan yang dilakukan pasien secara aktual.
Opsi "resiko bunuh diri" (Tidak Tepat), karena pada kasus tidak ditemukan adanya perilaku pasien yang
beresiko melakukan upaya untuk menyakiti diri sendiri dengan tujuan untuk mengakhiri hidup.
a. Eksperimental
b. Rekreasional
c. Situasional
d. Penyalahgunaan
e. ketergantungan
Jawaban: b. rekreasional
Pembahasan:
DS: Pasien mengaku pernah mengkonsumsi zat adiktif tetapi hanya ketika berkumpul dengan teman-
temannya, hal tersebut dilakukan untuk kesenangan dan dilakukan untuk membangun rasa
kebersamaan dengan teman-temannya, pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi zat adiktif ketika
sendiri.
Data-data diatas menunjukkan bahwa pasien berada pada rentang respon gangguan penggunaan zat
adiktif yaitu rekreasional. Rekreasional adalah penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan
teman-teman sebayanya, misalnya ketika malam minggu, ulang tahun, dan sbagainya. penggunaan ini
bertujuan untuk rekreasi bersama dengan teman-temannya
Opsi "eksperimental" (Tidak Tepat), karena merupakan kondisi penggunaan tahap awal yang
disebabkan oleh rasa ingin tahu.
Opsi "situasional" (Tidak Tepat), karena merupakan pengunaan zat yang merupakan cara untuk
melarikan diri atau dalam mengatasi masalah yang dihadapi.
Opsi "penyalahgunaan" (Tidak Tepat), karena merupakan pengunaan zat yang sudah bersifat patologis,.
sudah mulai digunakan secara rutin.
Opsi "ketergantungan" (Tidak Tepat), karena merupakan pengunaan zat yang sudah cukup berat,
sehingga sudah terjadi ketergantungan fisik danpsikologis
Seorang laki-laki (35 tahun) diantar ke RSJ dengan keluhan gaduh gelisah, mengamuk dan merusak
lingkungan. Saat diajak komununikasi, pasien sering tiba-tiba terdiam ditengah pembicaraan dan
perhatian mulai berkurang.
a. Obsesi
b. Blocking
c. Tangensial
d. Sirkumtamsial
e. Flight of idea
Jawaban: b. Blocking
Pembahasan:
Data fokus;
• Saat diajak komununikasi, pasien sering tiba-tiba terdiam ditengan pembicaraan dan perhatian mulai
berkurang.
Data- data diatas menunjukkan bahwa pasien mengalami <b>gangguan proses pikir berupa blocking.
*Blocking adalah pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan
kembali (buku ajar keperawatan kesehatan jiwa, 2015).*
4. Flight of ideas: pembicaraan meloncat dari satu topik ke topik lainnya, masih ada hubungan yang tidak
logis dan tidak sampai pada tujuan
5. Blocking: pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan kembali.
Opsi "obsesi" (Tidak Tepat), karena tidak ada data yang menunjukkan gangguan obsesi, berupa pikiran
yang selalu muncul walaupun pasien selalu berusaha menghilangkannya.
Opsi "tangensial" (Tidak Tepat), karena tidak ada data yang menunjukkan gangguan proses pikir
tangensial
Opsi "sirkumtansial" (Tidak Tepat), karena tidak ada data yang menunjukkan gangguan proses pikir
sirkumtansial.
Opsi "flight of ideas" (Tidak Tepat), karena tidak ada data yang menunjukkan gangguan proses pikir
fight of ideas.
Seorang laki-laki (35 tahun) dirawat di RSJ sejak 3 hari yang lalu karena gaduh gelisah dan mengurung
diri. Saat dikaji, pasien menghentikan pembicaraan tiba-tiba saat menceritakan tentang keluarganya,
kemudian dilanjutkan kembali dan saat ditanya alasan menghentikan pembicaraan pasien mengatakan
tidak tahu kenpa ia berhenti ditengah pembicaraan.
a. Sirkumtansial
b. Tangensial
c. kehilangan asosiasi
d. flight of idea
e. blocking
Jawaban: blocking
Pembahasan:
DS: pasien menghentikan pembicaraan tiba-tiba saat menceritakan tentang keluarganya, kemudian
dilanjutkan kembali dan saat ditanya alasan menghentikan pembicaraan pasien mengatakan tidak tahu
kenpa ia berhenti ditengah pembicaraan.
Data- data diatas menunjukkan bahwa pasien mengalami gangguan proses pikir berupa blocking.
blocking adalah pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan kembali
(buku ajar keperawatan kesehatan jiwa, 2015).
3. kehilangan asosiasi: pembicaraan tidak ada hubungannya antar satu kalimat dengan kalimat
lainnya dan pasien tidak menyadarinya
4. flight of ideas: pembicaraan meloncat dari satu topik ke topik lainnya, masih ada hubungan yang
tidak logis dan tidak sampai pada tujuan
Opsi "sirkumtansial" (Tidak Tepat), karena tidak ada data yang menunjukkan gangguan proses pikir
sirkumtansial
Opsi "tangensial" (Tidak Tepat), karena tidak ada data yang menunjukkan gangguan proses pikir
tangensial
Opsi "kehilangan asosiasi" (Tidak Tepat), karena tidak ada data yang menunjukkan gangguan proses
pikir kehilangan asosiasi Opsi
"fligh of ideas" (Tidak Tepat), karena tidak ada data yang menunjukkan gangguan proses pikir flight of
ideas
Seorang laki-laki (19 tahun) Post Open Reduction Interna Fixation (ORIF) Genue Dektra hari ke 7. Pasien
direncanakan kontrol ulang 1 minggu lagi untuk latihan berjalan di fisioterapi
Pembahasan:
Berdasarkan kasus diatas, pasien post operasi 2 minggu (7 hari di rawat + control 1 minggu lagi). Maka
latihan yang tepat adalah *Non Weight Bearing (NWB)*
Non Weight Bearing (NWB) adalah berjalan dengan tungkai tidak diberi beban ( menggantung ). Kaki
tidak boleh menyentuh lantai. Beban latihan 0 % dari beban tubuh, dilakukan selama 3 minggu pasca
operasi.
Seorang laki-laki (25 tahun) dirawat di bangsal karena disiram air panas oleh kekasihnya. Hasil
pengkajian : tampak luka bakar pada wajah, ekstremitas atas kanan, dan dada. Pasien juga mengeluh
nyeri terasa panas, luka tampak berwarna merah dan terdapat bulla.
b. 22.5%
c. 27%
d. 31.5%
e. 36%
Jawaban: b. 22.5%
Pembahasan:
Luasnya permukaan tubuh yang terkena panas dapat dihitung menggunakan Rule of Nine yang
dikembangkan oleh Wallace tahun 1940
Berdasarkan perhitungan dari rule of nine pada kasus yaitu sebagai berikut:
1. wajah : 4.5 %
3. dada : 9%
Opsi 18%, 27%, 31,5%, dan 36% (tidak tepat) karena hasil tidak sesuai dengan perhitungan dari rule of
nine.
Grace, P. A., dan Borley, N. R. 2006. At a Glace Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
a. 5,5%
b. 9%
c. 10%
d. 19%
e. 20%
Jawaban: d. 19%
Pembahasan:
DATA FOKUS
Luasnya permukaan tubuh yang terkena panas dapat dihitung menggunakan Rule of Nine yang
dikembangkan oleh Wallace tahun 1940
Berdasarkan perhitungan dari rule of nine pada kasus yaitu sebagai berikut:
2. kemaluan : 1%
a. 10 derajat
b. 15 derajat
c. 30 derajat
d. 45 derajat
e. 90 derajat
Jawaban: e. 90 derajat
Pembahasan:
DATA FOKUS
- Perawat akan memberikan *terapi diphen 10 mg via I.M pada area ventrogluteal.*
I.M atau intramuscular merupakan pemberian terapi injeksi ke dalam otot tubuh dengan *sudut 90
derajat.* Beberapa lokasi tubuh untuk melakukan injeksi intramuskular yaitu Ventrogluteal, Vestus
Lateralis, Dorsogluteal, dan Deltoid.
Sehingga sudut jarum yang tepat untuk ditusukkan pada area tersebut adalah *90 derajat.*
Opsi 10 derajat, 15 derajat, 30 derajat, dan opsi 45 derajat (tidak tepat) karena bukan merupakan sudut
jarum yang tepat pada prosedur terapi injeksi via intramuscular.
a. E4V5M6
b. E4VXM6
c. E4VXM5
d. EXV1M4
e. E4V1MX
Jawaban: b. E4VXM6
Pembahasan:
DATA FOKUS
1. EYE (4)
4 : Spontan
3 : Perintah Verbal
2 : Rangsangan Nyeri
2. VERBAL (5)
4 : Dapat berbicara dalam *kalimat* namun ada disorientasi waktu dan tempat)
3 : dapat mengucapkan *kata-kata*, namun tidak berupa kalimat dan tidak tepat
2 : Mengerang
1 : Tidak ada respons
3. MOTORIK (6)
6 : Mengikuti Perintah
4 : Menjauhi Nyeri
*M -> pasien dapat melakukan ekstensi dan fleksi pada kedua tangan dan kaki sesuai perintah (6)*
Penulisan “X” pada GCS dilakukan bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai seperti, kedua mata bengkak
(raccoon eyes), trakheostomi, dan tetraparase. Sehingga hasil GCS pada kasus *E4VXM6.*
Seorang laki-laki (42 tahun) dirawat dengan kondisi sesak nafas sejak 1 jam yang lalu. Hasil pengkajian:
wajah pucat, mukosa bibir kering, retraksi intercostal, suara nafas wheezing, diaphoresis. Tekanan
darah 90/80 mmHg, frekuensi nadi 110x/menit, frekuensi napas 29x/menit. Perawat memberikan terapi
oksigen simple mask 10 lpm.
a. High fowler
b. Supinasi
c. Pronasi
d. Trendelenburg
e. Litotomi
Pembahasan:
DATA FOKUS
Sehingga posisi pasien yang tepat pada kasus yaitu *high fowler.*
*High Fowler merupakan posisi bed dimana kepala dan dada dinaikkan setinggi 90 derjat tanpa fleksi
lutut (posisi kaki lurus). Posisi ini bertujuan untuk membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan
dan kardiovaskular sehingga memaksimalkan ventilasi pada paru.*
Opsi supinasi atau posisi berbaring terlentang dan opsi pronasi atau posisi telungkup (tidak tepat)
karena jika posisi ini diberikan pada pasien dengan kesulitan bernapas akan memperparah kondisi
pasien karena posisi ini membuat kerja jantung kurang maksimal dalam memasok oksigen ke paru-paru
dan seluruh tubuh.
Opsi trendelenburg (tidak tepat) karena merupakan posisi dimana bagian kepala lebih rendah daripada
bagian kaki. Posisi ini tidak tepat pada kasus karena posisi ini lebih tepat untuk pasien yang mengalami
syok karena bertujuan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
Opsi litotomi (tidak tepat) karena posisi ini lebih tepat dilakukan untuk pemeriksaan genitalia. Posisi ini
dilakukan dengan memposisikan kedua kaki terangkat dan terbuka lebar dan menariknya ke atas bagian
perut.
Seorang laki-laki (42 tahun) dirawat di RS dengan TB paru relaps. Hasil pengkajian pasien mengeluh
sesak napas, nyeri dada, frekuensi napas 26x/menit. Pada pemeriksaan rontgen thorax tampak adanya
cairan di sekitar paru kanan. Hasil auskultasi bisang napas menurun pada paru kanan.
Apakah hasil pemeriksaan perkusi pada area tersebut ?
a. Sonor
b. Dullness
c. Hipersonor
d. Tympani
Jawaban: b. Dullness
Pembahasan:
Data fokus;
• pasien mengeluh sesak napas, nyeri pada dada, frekuensi napas 26x/menit
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. TB paru relaps atau TB paru kambuh adalah penderita TB yang sebelumnya pernah
mendapatkan pengobatan TB, dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis
kembali dengan TB BTA positif berdasarkan pemeriksaan apusan atau kultur.
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura (Price & wilson,
2002) dimana proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder
terhadap penyakit lain (Smeltzer & Barre, 2012). Ketika efusi sudah membesar dan menyebar,
kemungkinan timbul dispnea dan batuk. Efusi pleura yang besar akan megakibatkan nafas pendek.
Tanda fisik meliputi deviasi trakea menjauhi sisi yang terkena, dullnes pada perkusi dan penurunan
bunyi pernapasan pada sisi yang terkena. (Soemantri, 2007).
Hasil pengkajian pasien mengeluh sesak napas, nyeri pada dada, frekuensi napas 26x.menit.. Pada
pemeriksaan rontgen thorax tampak adanya cairan di sekitar paru kanan yang menunjukkan terjadinya
efusi pleura, Hasil auskultasi bising napas menurun pada paru kanan. <b>Hal ini menunjukkan terjadinya
efusi pleura pada paru kanan pasien. Maka pada pemeriksaan fisik perkusi pada daerah tersebut dapat
ditemukan suara redup/dullness.</b>
Opsi jawaban “Sonor” tidak tepat, Sonor/resonan merupakan suara perkusi jaringan paru fisiologis .
Opsi jawaban “Hipersonor” tidak tepat, Hipersonor adalah suara perkusi pada daerah yang lebih
berongga kosong.
Opsi jawaban “tympani” tidak tepat, Tympani adalah suara yang disebabkan oleh adanya gas/udara.
Opsi “Pleura Friction Rub” tidak tepat, Pleural friction rub merupakan hasil pemeriksaan
<b>auskultasi</b> yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu yang dapat
ditemukan pada klien dengan peradangan pleura.
Seorang laki-laki (45 tahun) dengan Efusi Pleura dirawat sejak 6 hari yang lalu. Pasien mengeluh sesak
napas dan batuk-batuk. Hasil pengkajian : tidak ada sputum, retraksi intercostae, vocal fremitus
menurun pada region basal paru, perkusi dullness serta frekuensi napas 26x/menit.
Apakah hasil pemeriksaan auskultasi paru yang tepat berdasarkan data kasus tersebut ?
a. Vesikuler
b. Bronkial
c. Bronkovesikuler
d. Wheezing
Pembahasan:
DATA FOKUS
- Hasil PF Paru:
Hasil pemeriksaan auskultasi paru yang didapatkan pada pasien Efusi Pleura yaitu *Pleural friction rub*.
Pleural friction rub yaitu suara akibat gesekan pleura yang terdengar kasar seolah-olah dekat dengan
telinga pemeriksa. Suara ini dapat terjadi pada saat inspirasi maupun ekspirasi, namun lebih jelas pada
akhir inspirasi.
Opsi vesikuler (tidak tepat), karena vesikuler merupakan suara napas normal yang terdengar pada
semua lapang paru.
Opsi bronkial (tidak tepat), karena bronkial merupakan suara napas normal yang terdengar pada trakea.
Opsi bronkovesikuler (tidak tepat), karena bronkovesikular merupakan suara napas normal yang
terdengar pada daerah percabangan bronkus trakea (sekitar sternum)
Opsi wheezing (tidak tepat), karena wheezing merupakan suara napas abnormal yang berbunyi “ngiiiik..”
karena adanya penyempitan bronkus.
Seorang perempuan (24 tahun) datang ke poli mata dengan keluhan tidak dapat melihat jelas pada jarak
jauh dan penglihatan kabur. Perawat melakukan pemeriksaan Snellen Chart. Perawat meminta pasien
duduk dengan jarak 6 meter. Hasil didapatkan, pasien tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah
huruf pada baris ke 6. Berapakah nilai visus pasien pada kasus tersebut ?
a. 6/6
b. 6/7,5
c. 6/9
d. 6/12
e. 6/15
Pembahasan
Dengan kartu Snellen standar ini dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melihat
seseorang sebagai berikut:
Bila pada baris tersebut terdapat beberapa huruf yang salah atau tidak bisa disebutkan, maka
tambahkan huruf S (salah) atau F (false). Dengan ketentuan :
a. Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya terletak pada baris tersebut dengan false 1.
b. Bila tidak dapat membaca 2 huruf, berarti visusnya terletak pada baris tersebut dengan false 2.
c. Bila tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah huruf yang ada, berarti visusnya berada di baris
tepat di atas baris yang tidak dapat dibaca.
Pada kasus, perawat melakukan pemeriksaan Snellen Chart dan didapatkan hasil pasien tidak dapat
membaca lebih dari setengah jumlah huruf pada baris ke 6. Sehingga visus pasien berada di baris tepat
di atas baris yang tidak dapat dibaca yaitu baris ke 5.
Sehingga nilai visus pasien yaitu 6/12, yang berarti pasien hanya dapat melihat pada jarak 6 meter, yang
oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 12 meter.
Opsi 6/6 (tidak tepat) karena nilai visus ini didapatkan jika pasien mampu membaca baik pada baris ke 8
snellen chart.
Opsi 6/7,5 (tidak tepat) karena nilai visus ini didapatkan jika pasien mampu membaca baik pada baris ke
7 snellen chart.
Opsi 6/9 (tidak tepat) karena nilai visus ini didapatkan jika pasien mampu membaca baik pada baris ke 6
snellen chart.
Opsi 6/15 (tidak tepat) karena nilai visus ini didapatkan jika pasien mampu membaca baik pada baris ke
4 snellen chart.
Seorang perempuan (27 tahun) dirawat di RS dengan keluhan gatal-gatal pada vagina sejak 2 hari yang
lalu. Hasil pengkajian: vagina tampak kemerahan, bengkak, terdapat banyak keputihan, tercium bau
tidak sedap. Dokter menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Apakah pemeriksaan
penunjang yang tepat dilakukan?
a. Vulva Hygiene
b. Tes Laboratorium
c. USG
d. Pap Smear
Pembahasan
DO : vagina tampak kemerahan, bengkak, terdapat banyak keputihan, tercium bau tidak sedap. Dokter
menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Berdasarkan kasus di atas, pemeriksaan penunjang yang tepat dilakukan pada kasus tersebut adalah
Pemeriksaan Pap Smear.
Pap Smear adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk melihat perubahan sel-sel dalam serviks Anda. Pap
Smear dilakukan untuk mencegah atau mengurangi risiko kanker serviks (American College of
Obstetricians and Gynecologists (ACOG).
Option Tes Laboratorium (Tidak Tepat), karena tes laboratorium biasanya lebih berfokus pada sampel
darah, urin, feses atau cairan tubuh yang lain.
Option USG (Tidak Tepat), karena USG biasanya berfokus pada kondisi kehamilan.
Option Pemeriksaan Fisik Lengkap (Tidak Tepat), karena pemeriksan fisik lengkap tidak termasuk ke
dalam pemeriksaan penunjang
Seorang laki-laki (45 tahun) dengan COS dan Epidural Hematoma Dekstra dirawat di RS. Pasien
terpasang trakeostomi. Kesadaran pasien sopor. Pasien berulang kali batuk dan tampak sputum
berlebih, terdengar suara ronkhi pada kedua apeks paru. Kateter penghisap telah tersambung dengan
regulator vacuum. Saat ini perawat telah melakukan hiperoksigenasi dan membasahi ujung kateter
dengan normal saline. Apakah tindakan yang tepat dilakukan selanjutnya ?
1. Cuci tangan
2. Menggunakan handscoon
9. Lakukan penghisapan, masukan kateter suction secara lembut sampai ujung kateter menyentuh
karina yang ditandai dengan respon batuk. Dahulukan penghisapan di ETT untuk pasien yang
menggunakan ETT/Ventilasi mekanik kemudian diteruskan penghisapan disekitar rongga mulut.
10. Sumbat “port” penghisap dengan ibu jari. Dengan perlahan rotasi kateter saat menariknya, tidak
boleh lebih dari 15 detik
11. Bilas kateter dengan larutan steril. Bila klien tidak mengalami distress pernapasan, istirahat 20-30
detik, sebelum memasukkan ulang kateter.
13. Bila klien mampu minta untuk nafas dalam dan batuk efektif diantara penghisapan
14. Hisap sekret pada mulut atau dibawah lidah setelah peghisapan orofaringeal
Pada kasus, kateter penghisap telah tersambung dengan regulator vacuum. Saat ini perawat telah
melakukan hiperoksigenasi dan membasahi ujung kateter dengan normal salin.
Sehingga tindakan selanjutnya memasukkan kateter suction perlahan hingga terjadi respon batuk.
Respon batuk merupakan tanda bahwa selang sudah mencapai ujung karina.
Opsi menghisap dengan port tertutup <15 detik tidak tepat karena tindakan ini dilakukan setelah selang
kateter masuk sampai karina.
Opsi memasukkan kateter suction dengan port tertutup tidak tepat karena saat memasukkan kateter
suction port seharusnya dibuka. Jika saat memasukkan kateter suction dengan port tertutup
dikhawatirkan terjadi penghisapan dalam waktu yang terlalu lama dan dapat mengakibatkan
hipoksemia.
Opsi membilas kateter penghisap dengan air steril tidak tepat karena tindakan ini dilakukan jika
penghisapan telah dilakukan.
(Tim Pokja Modul Pelatihan Hipercci Pusat. 2016. Modul Pelatihan Keperawatan Intensif Dasar. Jakarta :
In Media.)
Seorang perempuan (38 tahun) datang ke puskesmas dengan keluhan demam menggigil sejak 7 hari
yang lalu. Hasil pengkajian: nyeri perut, mual-muntah, badan lemas dan pegal, lidah kotor, anoreksia,
sakit kepala, sariawan, mukosa bibir kering dan suhu 39,8 C. Perawat sedang melakukan pemeriksaan
darah lengkap pada pasien. Apakah pemeriksaan diagnostik tambahan yang tepat dilakukan ?
a. Pemeriksaan troponin
b. Pemeriksaan SGOT/SGPT
c. Pemeriksaan widal
e. Pemeriksaan ELISA
Jawaban benar *c*
DATA FOKUS
- Pasien dengan keluhan demam menggigil sejak 7 hari yang lalu, nyeri perut, mual-muntah, badan
lemas dan pegal, lidah kotor, anoreksia, sakit kepala, sariawan, mukosa bibir kering.
Sehingga untuk menegakkan diagnosa tersebut pada kasus yaitu dapat dilakukan *pemeriksaan widal.*
Pemeriksaan widal adalah uji serologi dalam mendiagnosis demam tifoid yang ditandai dengan tanda
gejala: influenza-like symptom disertai dengan menggigil, sakit kepala bagian frontal, anoreksia, nausea,
rasa tidak nyaman pada abdominal, batuk kering, myalgia, nyeri tekan pad abdomen, hepatomegaly,
dan splenomegaly.
Opsi pemeriksaan troponin (tidak tepat) karena merupakan indikator pemeriksaan laboratorium pada
pasien dengan suspend syndrome coroner akut.
Opsi pemeriksaan SGOT/SGPT (tidak tepat) karena merupakan pemeriksaan Faal Hati pada pasien
dengan suspend hepatitis A atau penyakit hepar lainnya.
Opsi pemeriksaan rumple leed test (tidak tepat) karena merupakan pemeriksaan dengan menggunakan
tournikuet pada pasien dengan suspend demam dengue.
Opsi pemeriksaan ELISA (tidak tepat) karena merupakan uji serologis imunologi pada pasien dengan
suspend terinfeksi virus HIV.
Seorang laki-laki (28 tahun) dengan CHF dirawat di RS. Pasien masih mengeluh nyeri dada. Hasil
pengkajian: skala nyeri 6, tampak edema pada ekstremitas bawah kanan dan kiri, pitting edema +3.
Gambaran EKG sinus takikardi. Perawat akan melakukan pemeriksaan JVP. Perawat telah
mengidentifikasi vena jugularis sebelah kanan pasien. Pasien menoleh ke arah kiri. Perawat telah
menandai titik tertinggi pulsasi dengan spidol. Apakah tindakan yang tepat dilakukan selanjutnya ?
1. Cuci tangan
5. Posisikan pasien berbaring telentang dan pastikan otot sternomastoideus dalam keadaan rileks
dengan kepala ditinggikan 30-45 derajat (posisi semi fowler), atau sesuaikan sehingga pulsasi vena
jugularis tampak paling jelas.
8. Identifikasi vena jugularis. Ada beberapa cara untuk mengidentifikasi pulsasi vena jugularis:
a. Gunakan lampu senter/penlight dari arah miring untuk melihat bayangan vena jugularis. Identifikasi
pulsasi vena jugular interna (bedakan denyutan ini dengan denyutan dari arteri karotis interna di
sebelahnya), jika tidak tampak gunakan vena jugularis eksterna.
b. Menekan pada bagian ujung proksimal vena jugularis (dekat angulus mandibulae) sambil melepaskan
bendungan pada supra clavicula. Mengamati tingginya bendungan darah yang ada dan beri tanda
dengan menggunakan spidol.
9. Tentukan titik tertinggi dimana pulsasi vena jugularis interna/eksterna dapat dilihat (Meniscus).
10. Tentukan sudut sternum (sudut louis) sebagai tempat untuk mengukur tinggi pulsasi vena.
11. Gunakan penggaris. Penggaris ke-1 diletakan secara tegak (vertikal), dimana salah satu ujungnya
menempel pada sudut sternum. Penggaris ke-2 diletakan mendatar (horizontal), dimana ujung yang satu
tepat di titik tertinggi pulsasi vena (meniscus), sementara ujung lainnya ditempelkan pada penggaris ke-
1.
12. Ukurlah jarak vertikal (tinggi) antara sudut sternum dan titik tertinggi pulsasi vena (meniscus).
Pada kasus perawat telah mengidentifikasi vena jugularis sebelah kanan pasien. Pasien menoleh ke arah
kiri. Perawat telah menandai titik tertinggi pulsasi dengan spidol, *sehingga tindakan selanjutnya yang
tepat adalah menentukan sudut louis.*
Opsi memposisikan pasien semifowler tidak tepat karena tindakan ini dilakukan setelah menutup tirai
kamar tidur pasien untuk menjaga privasi pasien.
Opsi meletakkan penggaris secara vertikal tidak tepat karena tindakan ini dilakukan setelah posisi .sudut
louis telah ditentukan.
Opsi mengukur jarak antara sudut sternum dan meniscus tidak tepat karena tindakan ini dilakukan
setelah perawat telah memposisikan 2 penggaris yang diletakkan secara vertical dan penggaris lainnya
diletakkan secara horizontal di titik tertinggi pulsasi vena jugularis.
Opsi mengidentifikasi meniscus dengan penlight dari arah kanan tidak tepat karena tindakan ini sudah
dilakukan pada kasus yaitu adanya data pada kasus, perawat telah menandai titik tertinggi pulsasi
dengan spidol.
Perawat komunitas melakukan asuhan keperawatan di sebuah desa. Perawat telah melakukan winshield
survey dan mengumpulkan data dengan kuisioner. Hasil analisa data; 88% lansia menderita hipertensi
dan tidak ada kegiatan posyandu lansia di lingkungan wilayah tersebut. Dari hasil analisa tersebut
perawat berencana membentuk posyandu lansia untuk membantu lansia meningkatkan kesehatannya.
Apakah tindakan selanjutnya yang dilakukan oleh perawat ?
a. Melakukan pertemuan dengan kepala desa, tokoh masyarat, kader dan lintas sektoral dan lintas
program (MMD)
c. Melakukan pengkajian
e. Menganalisa data
Pembahasan :
Bertujuan untuk memperoleh informasi. Metode pengumpulan data komunitas dapat dilakukan dengan
winshield survey, wawancara, dan observasi
2. Melakukan pengkajian kelompok khusus (remaja, lansia, ibu hamil dll) dengan menggunakan
kuisioner.
4. Menganalisa data
6. Melakukan pertemuan/ musyawarah masyarakat desa dengan mengundang pihak terkait seperti
kepala desa, kader, pihak terkait untuk kerjasama lintas sektoral maupun lintas program serta
masyarakat setempat untuk menyusun strategi pemecahan masalah
7. Melakukan implementasi
8. Melakukan evaluasi
Berdasarkan kasus di atas, perawat telah melakukan analisa masalah dimana masalah pada kasus adalah
88% lansia menderita hipertensi dan tidak ada kegiatan posyandu lansia di lingkungan wilayah tersebut.
Maka tindakan selanjutnya yang dilakukan oleh perawat adalah *melakukan pertemuan/ musyawarah
masyarakat desa dengan mengundang pihak terkait seperti kepala desa, kader, pihak terkait untuk
kerjasama lintas sektoral maupun lintas program serta masyarakat setempat untuk menyusun strategi
pemecahan masalah berupa Plan Of Action.* Setelah POA disetujui oleh semua pihak maka akan
dilanjutkan dengan implementasi (pelaksanaan kegiatan) dan evalusasi. - - -
[18/3 15.09] +62 813-1178-1020: Soal 64
Seorang perempuan (28 tahun) datang ke RS dengan keluhan mengalami perdarahan setiap
berhubungan seksual dengan suaminya. Hasil pengkajian: vagina pasien terasa gatal, sering keputihan
berwarna kecoklatan dan berbau. Pasien juga mengeluh nyeri saat bersenggama. Tekanan darah 110/70
mmHg, frekuensi nadi 82x/menit, frekuensi nafas 20x/menit, dan suhu 37,5 C. Apakah pemeriksaan
penunjang awal yang tepat pada kasus?
a. Vaginal swab
b. Cervical Biopsy
c. Pap smear
e. Colposcopic
Data fokus:
Pada kasus dapat dicurigai adanya tanda dan gejala kanker serviks.
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel jaringan tubuh yang abnormal secara tidak terkendali yang
terjadi pada serviks uterus (daerah organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk yang terletak
antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Penyebab kanker serviks masih belum begitu
jelas, namun HPV ikut berperan dalam penyakit ini. Gejala kanker rahim yaitu perdarahan vagina setelah
berhubungan sex, keluar cairan lendir encer disertai darah dan bau yang busuk, dan nyeri pinggang pada
saat berhubungan sex.
Deteksi kanker serviks secara dini dapat dilakukan dengan menjalani dua jenis tes, yaitu: *pap smear
dan HPV DNA.* Pap smear adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
pertumbuhan sel yang abnormal pada rahim. Pap smear dapat menunjukkan perubahan sel atau tanda-
tanda berkembangnya sel kanker di leher rahim (Nurwijaya dkk., 2010). Melalui pap smear, keberadaan
sel-sel abnormal yang dapat berkembang menjadi kanker dapat dideteksi. Sedangkan HPV DNA, sama
seperti pap smear, menggunakan spekulum untuk membuka vagina dan mengambil sampel sel dari
leher rahim untuk diperiksa di laboratorium. Bedanya, tes HPV DNA bertujuan mendeteksi keberadaan
atau jenis tipe virus HPV yang dapat memicu kanker serviks. (Nurwijaya, 2010).
*Karena pada kasus dicurigai munculnya tanda dan gejala kanker serviks, sehingga pemeriksaan
penunjang awal yang tepat untuk mendeteksi dini penyakit pada pasien adalah pap smear, untuk
mengetahui apakah terdapat pertumbuhan keabnormalan sel pada rahim (Irwan, 2018).*
Opsi Vaginal Swab tidak tepat karena pemeriksaan dilakukan penyebab infeksi (bakteri/virus/jamur),
tetapi yang sering digunakan untuk mencari Trichomonas vaginalis dan benang-benang (miselia)
Candida albicans (Schachter, 2003).
Opsi Cervical Biopsy tidak tepat karena merupakan prosedur pengambilan jaringan pada serviks dalam
potongan kecil untuk dapat mendiagnosis pra kanker dan kanker serviks (Dixit, 2011). Pemeriksaan ini
dilakukan jika telah didapatkan sel abnormal yang sudah terlokalisir dan telah dideteksi melalui
kolposkopi (Irwan, 2016).
Opsi HPV DNA test tidak tepat karena tes ini akan dilakukan untuk menilai adanya kemungkinan
keganasan, jika pasien telah melakukan pemeriksaan pap smear dan ditemukan ketidaknormalan dari
hasil pemeriksaan (Nurwijaya, 2010).
Opsi Colposcopic tidak tepat karena kolposkopi merupakan pemeriksaan vagina dan leher rahim dengan
menggunakan alat semacam mikroskop binocular dengan sinar yang kuat yang bertujuan untuk
memastikan adanya sel abnormal. Jika tes pap smear dan tes DNA HPV menunjukkan ketidaknormalan,
maka kolposkopi dilakukan (Irwan, 2016).
Dixit, R., Bhavsar, C., and Marfatia, Y. S. 2011. Laboratory Diagnosis of Human Papilomavirus Infection in
Female Genital tract. Indian J Sex Transm Dis AIDS 32(1):50-52. [serial online] [cited 2018 Desember 8].
Avaible from: URL: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3139291/
Nurwijaya, H., Andrijono., & Suheimi, K. 2010 Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
Schachter, J., et al. 2003. Vaginal Swabs are Appropiate Specimens for Diagnosis of Genital Tract
Infection with Chlamyda Trachomatis. J Clin Microbiol 41(8): 3784-3789. [serial online] [cited 2018
Desember 8]. Avaible from: URL: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC179798/pdf/0244.pdf
[18/3 15.09] +62 813-1178-1020: Soal 77
Seorang laki-laki (42 tahun) dengan Pneumothorax dirawat di RS. Pasien mengeluh sesak nafas. Hasil
rontgen tampak lucent pada apeks paru sinistra dan saat diperkusi terdengar hipersonor, sehingga
pasien dianjurkan pemasangan WSD. Perawat akan mengganti botol drainase WSD. Pasien dalam posisi
nyaman. Saat ini perawat melakukan klem pada selang drainase dekat dada dan dibawah klem pertama.
Apakah tindakan yang tepat dilakukan selanjutnya ?
4. Kumpulkan peralatan
5. Berikan privasi
6. Cuci tangan dan pakai handscoon steril
a. Sistem satu botol : terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang.
b. Sistem dua botol : botol I digunakan untuk menampung cairan dan udara dari rongga pleura, dan
botol II sebagai ruang segel air.
c. Sistem tiga botol : sama dengan sistem dua botol, dan botol III untuk mengontrol jumlah pengisapan.
10. Klem selang drainase dada dengan menggunakan 2 buah klem. Klem I pada 4 – 6,5 cm dari lokasi
penusukan dada dan klem II 2,5 cm di bawah klem I
Pada kasus, perawat telah melakukan klem dengan dua klem. Klem I: 4 – 6,5 cm dari lokasi penusukan
dada (dekat dada) dan klem II: 2,5 cm di bawah klem I (dekat botol.
Sehingga tindakan selanjutnya yang tepat yaitu melepaskan sambungan botol lama dari selang dada.
Opsi menyambung kembali botol baru dengan selang dada tidak tepat karena tindakan ini dilakukan
setelah melepaskan sambungan botol lama dari selang dada.
Opsi memposisikan botol di bawah dada pasien tidak tepat karena tindakan ini dilakukan setelah selang
dada tersambung kembali dengan botol baru.
Opsi memposisikan botol sejajar dengan dada pasien tidak tepat karena tindakan ini akan menyebabkan
darah dalam botol/slang masuk kembali ke rongga dada.
Opsi melepaskan klem selang dada tidak tepat karena tindakan ini dilakukan setelah botol diposisikan di
bawah pasien.
Seorang laki-laki (20 tahun) dengan Post OREF cruris 1/3 distal dekstra di bangsal bedah. Pasien
mengatakan sudah dapat berjalan-jalan di sekitar RS menggunakan kruk, namun belum bisa untuk
menuruni tangga dan meminta perawat untuk mengajarkannya kembali. Saat ini pasien menempatkan
kruk pada anak tangga. Apakah tindakan yang tepat dilakukan selanjutnya ?
3. Kruk ditempatkan ke anak tangga, transfer berat badan ke kruk. Gerakkan kaki yang cidera ke depan.
4. Kaki yang tidak cidera sejajar di tangga dengan kruk
Pada kasus pasien telah menempatkan kruk pada anak tangga, sehingga tindakan selanjutnya yaitu
menggerakkan kaki yang cedera ke depan.
Opsi memposisikan dengan posisi tripod tidak tepat karena tindakan ini dilakukan sebagai langkah awal
untuk menuruni tangga.
Opsi melakukan tumpuan pada kaki yang cedera tidak tepat karena memberikan tumpuan pada kaki
yang cedera akan memperburuk kondisi fraktur, sehingga tindakan yang tepat yaitu bertumpu pada kaki
yang tidak cedera, namun tindakan ini dilakukan setelah pasien berdiri dengan posisi tripod.
Opsi melangkahkan kaki yang tidak cedera ke depan tidak tepat karena tindakan ini bukan merupakan
langkah dalam prosedur.
Opsi melangkahkan kaki yang sehat sejajar dengan kruk tidak tepat karena tindakan ini dilakukan setelah
kaki yang cedera digerakkan ke depan.
American College of Foot and Ankle Surgeons. 2004. Instructions for using crutches. Diakses pada 14
Agustus 2018, dari:
https://www.lakeviewhealth.org/upload/docs/Crutches.pdf
Potter, A.P & Perry, A.G., Stockert, P. A., & Hall, A.M. 2013. Fundamental of Nursing 8th Edition. St,
Louis, Missouri : Elsevier
Suratun., dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien gangguan sistem muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
- - - -
Seorang laki-laki (50 tahun) dirawat dengan PPOK. Pasien mengeluh sesak napas dan batuk berdahak.
Hasil pengkajian: sulit mengeluarkan dahak, gelisah, merasa tidak nyaman, retraksi intercostal, vocal
fremitus menurun, perkusi redup, suara napas ronkhi pada lobus bawah kanan kiri dan frekuensi napas
28x/menit. Apakah tindakan keperawatan yang tepat dilakukan ?
DATA FOKUS
- Pasien mengeluh *sesak napas dan batuk berdahak.*
- *sulit mengeluarkan dahak,* dan suara napas *ronkhi* pada *lobus bawah* kanan kiri.
Sesuai data fokus pada kasus, tindakan keperawatan yang tepat yang dapat dilakukan yaitu *fisioterapi
dada dan batuk efektif.*
*Fisioterapi dada menjadi pilihan dalam tindakan keperawatan yang tepat karena tindakan ini
membantu pasien untuk mengeluarkan sekresi di jalan nafas dengan cara perkusi, vibrasi, dan postural.
Tindakan ini dapat dilakukan bila sekret berlebih pada segmen paru yang lebih dalam. Sedangkan batuk
efektif dapat dilakukan setelah fisioterapi dada dilakukan untuk membantu mengeluarkan dahak dengan
menghemat energi.*
Dari kedua tindakan tersebut dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan mobilisasi atau pergerakan
sekret ke jalan nafas bagian atas agar mudah dikeluarkan.
Opsi batuk efektif dan suction dan opsi fisioterapi dada dan suction (kurang tepat) karena pada kasus,
pasien dalam keadaan sadar sehingga bukan indikasi dari tindakan suction yang seharusnya dapat
dilakukan pada pasien tidak sadar, tidak dapat batuk, terpasang ETT.
Opsi bedrest dengan posisi semifowler dan pemberian simple mask (tidak tepat) karena tidak dapat
mengatasi masalah obstruksi jalan nafas akibat sekret pada kasus.
Berdasarkan PMK no. 56 tahun 2016 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Setiap berapa
tahun, izin operasional Rumah Sakit harus diperpanjang sesuai persyaratan ?
a. 2 tahun
b. 3 tahun
c. 4 tahun
d. 5 tahun
e. 6 tahun
Berdasarkan pasal 70 ayat 2 PMK 56 tahun 2016, izin operasional RS berlaku dalam jangka waktu 5
tahun dan diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
Berdasarkan pasal 27 UU no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Izin rumah sakit dapat dicabut jika …
-
Banyaknya complain pasien terhadap rumah sakit baru bisa diakui jika sudah terbukti benar di
pengadilan bahwa terdapat pelanggaran peraturan UU yang dilakukan Rumah Sakit -
- - - - -
Seorang laki-laki (45 tahun) dirawat karena kadar gula darah yang tinggi. Pasien direncanakan pulang.
Saat ini, perawat sedang melakukan Discharge Planning pada pasien dan keluarga. Pasien mendapatkan
terapi insulin bentuk pena 8 unit pada malam hari. Pasien mengatakan tahu tentang penyakit DM tetapi
belum paham mengenai perawatan di rumah. Apakah materi edukasi paling prioritas diberikan kepada
pasien ?
a. Konsep penyakit DM
b. Diet DM
c. Latihan/aktivitas pada DM
DATA FOKUS
- Pasien *mendapat terapi insulin bentuk pena 8 unit pada malam hari.*
Berdasarkan data pada kasus materi edukasi paling prioritas diberikan kepada pasien yang tepat yaitu
*cara penyuntikan terapi insulin.*
Pasien yang baru pertama kali didiagnosa DM dibutuhkan suatu edukasi untuk meningkatkan
pemahaman pasien bagaimana cara pencegahan dan pengobatan pasien selama sakit. Penyuntikan
insulin yang tidak tepat akan mempengaruhi kerja dari obat itu sendiri oleh karena itu dibutuhkan
*edukasi bagaimana metode menggunakan terapi insulin dalam bentuk pena tersebut sesuai dengan
prosedur*
Opsi konsep penyakit DM (kurang tepat) karena didapatkan data pasien tahu tentang penyakit DM
tetapi belum paham mengenai perawatan di rumah
Opsi diet DM (tidak tepat) karena tidak ada data pada kasus mengenai pola makan pasien yang tidak
terkontrol
Opsi latihan/aktivitas pada DM dan opsi senam kaki DM (tidak tepat) karena data pada kasus terapi yang
saat ini dijalani oleh pasien yaitu terapi insulin bukan mengenai terapi aktivitas maupun senam kaki DM.
Seorang laki-laki (48 tahun) dirawat di RS dengan Urolitiasis. Hasil pengkajian; pasien mengeluh nyeri
BAK dan urin keluar menetes, distensi kandung kemih. Saat perawat memasang selang kateter, terasa
ada tahanan dan keluar darah dari kemaluan pasien. Apakah tindakan keperawatan yang tepat pada
pasien ?
Urolithiasis adalah suatu kondisi dimana dalam saluran kemih individu terbentuk batu berupa kristal
yang mengendap dari urin (Mehmed & Ender, 2015). Pembentukan batu dapat terjadi ketika tingginya
konsentrasi kristal urin yang membentuk batu seperti zat kalsium, oksalat, asam urat dan/atau zat yang
menghambat pembentukan batu (sitrat) yang rendah (Moe, 2006; Pearle, 2005).
1. Nyeri
Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua jenis nyeri yaitu nyeri kolik dan non kolik. Nyeri kolik terjadi
karena adanya stagnansi batu pada saluran kemih sehingga terjadi resistensi dan iritabilitas pada
jaringan sekitar (Brooker, 2009).
2. Gangguan miksi
Adanya obstruksi pada saluran kemih, maka aliran urin (urine flow) mengalami penurunan sehingga sulit
sekali untuk miksi secara spontan (Brooker, 2009).
3. Hematuria
Batu yang terperangkap di dalam ureter (kolik ureter) sering mengalami desakan berkemih, tetapi hanya
sedikit urin yang keluar. Keadaan ini akan menimbulkan gesekan yang disebabkan oleh batu sehingga
urin yang dikeluarkan bercampur dengan darah (hematuria) (Brunner & Suddart, 2015). Hematuria tidak
selalu terjadi pada pasien urolithiasis, namun jika terjadi lesi pada saluran kemih utamanya ginjal maka
seringkali menimbulkan hematuria yang masive, hal ini dikarenakan vaskuler pada ginjal sangat kaya dan
memiliki sensitivitas yang tinggi dan didukung jika karakteristik batu yang tajam pada sisinya (Brooker,
2009)
Data fokus; <b> pasien dengan urolitiasis mengalami distensi kandung kemih, saat perawat memasang
selang kateter, terasa ada tahanan dan keluar darah dari kemaluan pasien.</b>
Berdasarkan data di atas, masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien adalah resiko
perdarahan akibat adanya gangguan pada proses pemasangan selang kateter. Pada kasus dijelaskan
bahwa pada saat perawat memasukkan selang kateter terasa ada tahanan, hal ini berkemungkinan
terdapat sumbatan ureter oleh batu/Kristal sehingga menimbulkan gesekan yang melukai vaskuler
sehingga menimbulkan perdarahan. Tindakan yang tepat dilakukan oleh perawat adalah segera
menghentikan pemasangan kateter untuk mencegah terjadinya perdarahan massif akibat perlukaan
ureter.
Opsi Laporkan ke dokter jaga (tidak tepat), ini bisa saja tetap dilakukan untuk penangan lebih lanjut,
namun bukan merupakan tindakan utama yang dilakukan perawat saat pasien mengalami kasus pada
soal.
Opsi Masukkan selang kateter secara perlahan (tidak tepat), karena tindakan ini akan membuat
perlukaan ureter akan berlanjut dan meningkatkan resiko perdarahan.
Opsi Berikan obat antiperdarahan (tidak tepat), karena ini merupakan tindakan kolaboratif unuk
menghentikan perdarahan yang sesuai dengan instruksi dokter.
Opsi Ganti selang kateter dengan ukuran yang lebih kecil (tidak tepat), karena tindakan ini juga akan
tetap memberikan resiko perdarahan lanjut dan juga pada kasus dijelaskan bahwa terdapat tahanan,
sehingga tindakan ini juga bukan tindakan yang tepat dilakukan saat itu.
[18/3 15.09] +62 813-1178-1020: Soal 79
Seorang laki-laki (45 tahun) dirawat dengan BPH. Pasien mengeluh nyeri dan panas pada kelaminnya
yang terpasang kateter. Hasil pengkajian: terdapat rembesan, distensi kandung kemih, kateter tidak
paten. Saat ini perawat berencana mematenkan posisi kateter kembali. Perawat mengeluarkan isi balon
kateter dan memasukkan kembali selang kateter dan urin ditampung dalam bengkok. Apakah
tindakan selanjutnya yang tepat dilakukan oleh perawat ?
1. Cuci tangan
2. Pasang sampiran
5. Atur posisi pasien (supine) dan pasang perlak pengalas. Dekatkan nierbeken di antara kedua paha
6. Pasang handscoon dan lakukan penis hygiene
10. *Masukkan kateter* yang sudah diberi jelly ke uretra sekitar 15 – 25 cm, *sampai urin mengalir*,
sambil pasien menarik napas dalam ketika kateter dimasukkan
13. <b>Isi balon kateter</b> dengan cairan aquades sesuai dengan kebutuhan dan tarik selang kateter
secara perlahan sampai ada tahanan
14. Angkat duk bolong, sambungkan kateter ke urin bag, fiksasi ke salah satu paha pasien
Seorang ibu (80 tahun) ditemukan oleh keluarga dalam keadaan tidak sadarkan diri di rumahnya.
Keluarga kemudian membawa ibunya ke IGD RS terdekat. Saat dilakukan pemeriksaan ditemukan
tingkat kesadaran pasien saat ini somnolen dengan GCS 8 serta suara napas terdengar stridor. Apakah
tindakan pembebasan jalan napas yang tepat pada pasien tersebut?
b. Melakukan suction
c. Melakukan intubasi
Berdasarkan kasus ditemukan data fokus bahwa pasien mengalami sumbatan jalan napas yang ditandai
dengan adanya suara napas stridor. Suara napas stridor mengidentifikasi sumbatan jalan disebabkan
oleh lidah.
Maka untuk membebaskan jalan napas dari sumbatan tersebut maka dilakukan pemasangan OPA.
Pemasangan OPA diindikasikan pada pasien tidak sadar dengan adanya napas spontan, ditandai dengan
suara napas stridor, pangkal lidah jatuh ke belakang, dan tidak ada refleks muntah.
- Intubasi diindikasikan untuk pasien yang mengalami gagal napas baik itu hipoksemia atau pun
hiperkarbia.
- Cross finger swab diindikasikan untuk pasien dimana benda asing yang menyumbat jalan napas pasien
masih terlihat
- - - - -
Seorang laki-laki (52 tahun) dirawat di bangsal RS dengan Hipertensi. Riwayat hipertensi selama 3 tahun.
Keluarga mengatakan tekanan darah selama di rumah tidak terkontrol dan tidak memperhatikan pola
makan. Pasien direncanakan pulang. Perawat memberikan discharge planning mengenai pengobatan
Hipertensi dan menjelaskan pola diet hipertensi selama di rumah. Sebelum pulang tekanan darah pasien
140/90 mmHg. Apakah jenis makanan yang perlu dihindari pasien, kecuali ?
a. Susu segar
b. Sarden
c. Mentega
d. Bumbu penyedap
e. Durian
•Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar diet.
Sehingga jenis makanan yang perlu dihindari keculali susu segar, karena susu segar merupakan sumber
protein hewani yang rendah lemak.
Opsi sarden, mentega, bumbu penyedap, dan durian (tidak tepat) karena merupakan makanan yang
tidak dianjurkan bagi penderita hipertensi karena mengandung banyak natrium, tinggi lemak, dan
alkohol (durian).
Kurniawan, A. 2002. Gizi Seimbang untuk Mencegah Hipertensi. [serial online] [diakses pada: 7 Februari
2019] Available from: URL: http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Gizi-Seimbang-Utk-
Hipertensi.pdf
Kemenkes RI. 2011. Diet Hipertensi. [serial online] [diakses pada: 7 Februari 2019] Available from: URL:
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/08/Brosur-Diet-Hipertensi.pdf
Seorang laki-laki (45 tahun) dirawat dengan Penumonia. Hasil pengkajian : sesak nafas, retraksi
intercostal dan frekuensi napas 28x/mnt. Perawat akan memberikan terapi oksigen kanula nasal 3 lpm.
Perawat mengatur peralatan oksigen dan humidifier. Saat ini perawat telah mengecek aliran oksigen
melalui nasal kanul. Apakah tindakan selanjutnya yang tepat dilakukan oleh perawat ?
DATA FOKUS
- Saat ini perawat *telah mengecek aliran oksigen melalui nasal kanul.*
PROSEDUR PEMBERIAN OKSIGEN NASAL KANUL :
2. Cuci tangan
4. Jelaskan prosedur
6. Pastikan volume air steril dalam tabung pelembab (humidifier) sesuai ketentuan.
8. Hubungkan selang nasal kanul dengan flowmeter pada tabung oksigen atau oksigen dinding
9. Bila hidung pasien kotor, bersihkan lubang hidung pasien dengan cotton bud atau tissu.
10. Cek fungsi flowmeter dengan memutar pengatur konsetrasi oksigen dan mengamati adanya
gelembung udara dalam humidifier
11. *Cek aliran oksigen dengan cara mengalirkan oksigen melalui nasal kanul ke punggung tangan
perawat.*
13. Tanyakan pada pasien, apakah aliran oksigennya terasa atau tidak.
14. Atur pengikat nasal kanul dengan benar, jangan terlalu kencang dan jangan terlalu kendor.
a. Manajemen puskesmas
b. Pelayanan Kefarmasian
e. Pelayanan laboratorium
Sesuai pasal 38 PERMENKES No 75 Tahun 2014 tentang upaya kesehatan yang harus diselenggarakan
oleh puskesmas adalah :
1.Manajemen puskesmas
2.Pelayanan Kefarmasian
4.Pelayanan laboratorium - -
Seorang laki-laki (48 tahun) dirawat di RS dengan edema pulmonal + CHF mengeluh badan lemas, kepala
pusing, merasa tidak nyaman pada dada kiri dan berdebar-debar. Pasien mendapatkan terapi
furosemide 4 mg IV 1 jam yang lalu. Apakah tindakan pertama kali yang tepat dilakukan oleh perawat ?
d. Melakukan rehidrasi
Data fokus ;
• mengeluh badan lemas, kepala pusing, merasa tidak nyaman pada dada kiri dan berdebar-debar
setelah mendapat terapi furosemide 4 mg IV 1 jam yang lalu.
Furosemid merupakan obat golongan loop diuretic berpotensi tinggi yang banyak digunakan dalam
aplikasi klinis pasien dengan hipervolemik (Kitsios et al, 2014). Lokasi aksi furosemide adalah pada
lapisan tebal loop henle ascenden di nefron.
Obat furosemide digunakan pada pasien dengan edema paru dengan cara menurunkan preload melalui
2 mekanisme, yaitu: diuresis dan venodilatasi, dengan hasil akhir mengurangi edema pada paru akibat
peningkatan jumlah cairan pada paru. Penurunan preload ini tentu akan berdampak pada tekanan
jantung yang memompakan volume darah dari ventrikel. Penurunan preload yang berlebihan akan
berdampak pada penurunan tekanan darah. Sehingga pada pasien yang mendapatkan terapi furosemide
dalam jangka panjang perlu diperhatikan pengukuran tekanan darah.
Berdasarkan kasus diatas, tindakan pertama kali yang harus dilakukan perawat adalah *mengukur
tekanan darah pasien, untuk melihat efek dari pemberian terapi furosemide.*
Opsi Memberikan terapi oksigen (kurang tepat), karena data pada kasus tidak menunjukkan adanya
gejala sesak napas pada pasien, sehingga tindakan ini belum perlu dilakukan.
Opsi Melakukan perekaman jantung (kurang tepat), ini bisa saja dilakukan mengungat pasien dengan
riwayat CHF, namun berdasarkan kasus kita harus melihat riwayat pemberian terapi yang telah diberikan
sebelumnya sehingga pasien mengalami perubahan kondisi kinis.
Opsi Memposisikan pasien semifowler (kurang tepat), ini bisa saja dilakukan untuk meningkatkan rasa
nyaman pasien, namun bukan merupakan tindakan utama yang dilakukan sesuai dengan data pada
kasus.
Opsi Melakukan rehidarasi (tidak tepat), karena data pada kasus tidak menunjukkan adanya kehilangan
cairan akut pada pasien.
Seorang perempuan (26 tahun) dirawat di bangsal RS dengan Demam Thypoid. Hasil pengkajian: pasien
tidak nafsu makan karena mual-muntah, demam menggigil terutama malam hari, sakit kepala, pegal-
pegal, lidah tampak kotor dan berwarna putih, nyeri abdomen region epigastrik, belum BAB, suhu tubuh
39 C, kulit teraba hangat dan merah, mukosa bibir kering. Hasil tes Widal positif. Apakah diet yang tepat
pada pasien tersebut ?
Pada kasus pasien mengalami demam thypoid dan mengeluh tidak nafsu makan karena mual-muntah,
nyeri perut region epigastrik, sehingga diet yang diberikan harus mengandung kalori dan protein yang
cukup (TKTP). Diet untuk pasien thypoid, biasanya diklasifikasikan menjadi: diet cair, bubur lunak, tim,
dan nasi biasa. Tetapi bila penderita dengan klinis berat sebaiknya dimulai dengan bubur atau diet cair,
yang selanjutnya dirubah secara bertahap.
Sehingga pada kasus diet yang tepat yaitu bubur lunak, TKTP.
Opsi bubur halus, RKTP (tidak tepat) karena diet untuk pasien thypoid harus tinggi kalori.
Opsi nasi tim, RKTP (tidak tepat) karena diet untuk pasien thypoid harus tinggi kalori.
Opsi diet cair, TKRP karena diet untuk pasien thypoid harus rendah kalori.
Kemenkes RI. 2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Jakarta: Kementrian Kesehatan STATUS
GIZI - - - - - - - - -
Seorang laki-laki (46 tahun) dirawat dengan post pemasangan traksi ekstremitas bawah dekstra. Pasien
mengeluh nyeri pada kaki yang dilakukan traksi. Pasien diminta untuk imobilisasi dan bedrest. Hasil
pengkajian : pasien takut untuk bergerak, punggung terasa panas, kulit punggung tampak kemerahan
dan skala Braden 14. Apakah tindakan keperawatan yang tepat dilakukan, kecuali ?
DATA FOKUS
- Pasien terpasang traksi, harus imobilisasi dan bedrest.
- *punggung terasa panas, kulit punggung tampak kemerahan, skala Braden 14.*
*NIC : Majemen Tekanan / Ulcer Pressure Prevention (meminimalkan tekanan pada bagian tubuh)*
Prinsip mengatasi decubitus yaitu mengurangi tekanan pada bagian tubuh yang menonjol dan
mengembalikan sirkulasi aliran darah pada tubuh.
Oleh karena itu, tindakan keperawatan yang tepat kecuali <b>lakukan latihan angkat beban berat.</b>
karena tindakan ini akan berisiko memperparah kondisi tubuh yang seharusnya diimobilisasi.
3. Beri bantalan pada tepi balutan gips yang kasar dan penghubung pada traksi
7. Gunakan alat yang tepat untuk membuat tumit dan tulang yang menonjol tidak menyentuh kasur
9. Monitor status nutrisi, sumber tekanan & gesekan, mobilitas dan aktivitas pasien, area kulit
10. Gunakan alat pengkajian risiko untuk memonitor factor risiko pada pasien (mis. Skala Braden)
Opsi lakukan miring kanan-kiri setiap 2 jam sesuai batas traksi, opsi lakukan massage punggung, opsi
berikan bantalan pada bagian tulang yang menonjol, dan opsi menjaga linen agar tidak terlipat (tidak
tepat) *karena merupakan tindakan yang tepat untuk mengurangi risiko decubitus pada kasus.*
- -
Seorang laki-laki (48 tahun) datang ke IGD Puskesmas. Pasien mengeluh badan lemas, pusing,
berkeringat dingin dan pandangan masih tampak jelas. Hasil pengkajian: GCS 14, wajah pucat, tampak
mengantuk, tekanan darah 100/70 mmHg, frekuensi nadi 98x/menit teraba kuat, GDS 68 g/dL. Pasien
memiliki riwayat DM Tipe II. Apakah tindakan yang tepat dilakukan perawat ?
Jawaban *B*
Pada kasus menunjukkan adanya tanda dan gejala hipoglikemia. Pasien dalam keadaan masih sadar dan
mampu melakukan asupan oral sehingga tindakan manajemen hipoglikemia yang tepat pada kasus yaitu
*memberikan segelas minuman manis*
- Opsi infus dextrose 10% 8 jam/kolf dan opsi berikan dextrose 40% via bolus sebanyak 25 ml (tidak
tepat) karena tindakan ini dapat dilakukan jika pasien dalam keadaan tidak sadar atau hipoglikemia
berat
- Opsi tanyakan apakah mengkonsumsi obat Dm (kurang tepat) karena tindakan ini tidak mengatasi
masalah utama dari hipoglikemia yaitu menaikkan nilai kadar gula darah dalam batas normal
- Opsi berikan segelas teh manis dan makanan yang berlemak tidak tepat) karena makanan yang
mengandung lemak dapat memperlambat respon kenaikan gula darah
Seorang laki-laki (40 tahun) dirawat di RS dengan TB Paru. Hasil pengkajian : pasien mengeluh nyeri
dada, tidak nafsu makan dan sesak napas dengan frekuensi 32x/menit serta tampak adanya retraksi
interkostae. Pasien tampak lemah, gelisah, frekuensi nadi 90x/menit dan berat badan turun 5 kg
semenjak sakit. Apakah tindakan prioritas yang dilakukan perawat ?
Data fokus masalah : Pasien mengeluh sesak napas dengan frekuensi 32x/menit serta tampak adanya
retraksi interkostae.
Salah satu intervensi yang tepat diberikan berkaitan dengan masalah utama pada kasus yaitu
berkolaborasi dengan dokter terkait pemberian terapi oksigen. - - -
Seorang laki-laki (54 tahun) dirawat dengan GGA. Hasil pengkajian: GCS E1V1M1, terpasang ETT,
auskultasi ronkhi, sputum berlebih, berulangkali terbatuk-batuk. Perawat akan melakukan penghisapan
lendir. Perawat telah mencuci tangan. Kateter suction telah tersambung dengan regulator vacum. Saat
ini, perawat mengecek saturasi oksigen pasien dan didapatkan SaO2 95% dan frekuensi napas
20x/menit. Apakah tindakan yang tepat dilakukan selanjutnya oleh perawat ?
DATA FOKUS
<b>Hiperoksigenasi dapat diberikan dengan oksigenasi 100% selama 2 menit melalui bag valve atau
ventilator untuk mencegah terjadinya hipoksia maupun hipoksemia saat akan dilakukan tindakan
suction.</b>
Opsi lakukan penghisapan pada ETT (tidak tepat) karena prinsip acianotik tindakan suction yaitu
dilakukan oksigenasi 100% sebelum dan sesudah tindakan, selain itu, pada kasus didapatkan saturasi
oksigen pasien 95% sehingga dibutuhkan hiperoksigenasi untuk mencegah terjadinya hipoksia selama
proses penghisapan.
Opsi masukkan kateter suction sampai melewati batas karina (tidak tepat) karena prinsip dan metode
pemberian tindakan suction yang tepat yaitu tidak menimbulkan trauma yaitu dengan memasukkan
kateter sampai ujung karina yang ditandai dengan respon batuk. Tindakan ini dilakukan saat akan
melakukan penghisapan ketika kateter suction telah masuk melalui ETT
Opsi lakukan penghisapan pada ETT selama 15 detik (tidak tepat) karena sebelum melakukan tindakan
tersebut, pasien harus dilakukan hiperoksigenasi untuk memastikan keadekuatan oksigen pasien
sebelum tindakan penghisapan dilakukan untuk mencegah terjadinya hipoksia selama tindakan.
Opsi Posisikan fleksi pada leher (tidak tepat) karena untuk melakukan tindakan suction, posisi yang tepat
adalah melakukan hiperekstensi pada leher pasien untuk membuka jalan nafas pasien.
Seorang laki-laki (48 tahun) dengan Angina Pectoris Unstable dirawat di RS. Pasien tiba-tiba mengeluh
sesak nafas dan nyeri dada menjalar ke punggung dan tangan sebelah kiri setelah dari kamar mandi.
Nyeri dada bertambah berat meskipun sudah istirahat selama 20 menit (skala nyeri 9). Perawat segera
memberikan terapi ISDN 10 mg via sublingual pada pasien.
b. Radiation
c. Time
d. Quality
e. Severity
Jawaban: d. Quality
Pembahasan:
DATA FOKUS
1. *Provoking Incident (Insiden pemicu)* = faktor pencetus munculnya respon nyeri atau peristiwa yang
menjadi penyebab rasa nyeri itu muncul. Poin ini sudah dikaji (pasien mengeluh tiba-tiba nyeri dada
setelah dari kamar mandi).
2. *Quality of Pain* = menjelaskan mengenai kualitas nyeri yang dirasakan (apakah terasa seperti
tertusuk, berdenyut, terbakar) *poin ini belum didapatkan pada kasus*
3. *Region, radiation, relief* = menjelaskan mengenai apakah nyeri menjalar/menyebar ke bagian tubuh
lainnya. Poin ini sudah dikaji (nyeri dada menjalar ke punggung dan tangan sebelah kiri)
4. *Severity (scale) of Pain* = menjelaskan mengenai tingkat keparahan nyeri yang dirasakan bisa
melalui skala nyeri. Poin ini sudah dikaji (skala nyeri 8 -> nyeri berat)
5. *Time* = menjelaskan mengenai seberapa bertambah buruk dan berapa lama nyeri berlangsung. Poin
ini sudah dikaji (Nyeri dada bertambah berat meskipun dibuat istirahat selama 20 menit.)
Sehingga pengkajian nyeri yang belum muncul pada kasus yaitu *Quality of Pain.*
Seorang laki-laki (55 tahun) pasca stroke satu bulan yang lalu menjalani terapi rehabilitasi untuk
mengatasi kelemahan pada ekstremitas kanan pasien. Perawat melakukan pengkajian kekuatan otot
pada pasien dan didapatkan hasil adanya pergerakan dan mampu melawan gravitasi, tetapi tidak
mampu melawan tahanan.
Berapakah skor kekuatan otot pada pasien tersebut ?
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
Jawaban: c. 3
Pembahasan :
Data Fokus :
- Hasil pengkajian menunjukkan pasien mampu melakukan pergerakan, melawan gravitasi tetapi tidak
mampu melawan tahanan.
*Skor kekuatan otot pada pasien tersebut adalah 3. Skor tiga berarti adanya pergerakan aktif melawan
gravitasi tetapi tidak mampu melawan tahanan.*
- opsi A tidak tepat, skor 1 adalah keadaan kontraksi otot minimal dapat terasa atau teraba, tanpa
menimbulkan pergerakan.
- opsi B tida tepat, skor 2 adalah keadaan adanya pergerakan tetapi tidak mampu melawan gravitasi
- opsi D tidak tepat, skor 4 adalah keadaan mampu melawan gravitasi dan tahanan ringan
- opsi E tidak tepat, skor 5 adalah keadaan mampu melawan gravitasi dan tahanan maksimal.
a. 4
b. 3
c. 2
d. 1
e. 0
Jawaban: d. 1
Pembahasan:
Pada kasus didapatkan ekstremitas atas kiri pasien mengalami kelemahan. Saat di palpasi hanya teraba
kontraksi otot, pasien tidak dapat menggeser atau menggerakkan tangannya, sehingga nilai kekuatan
otot pasien yaitu 1 (kontraksi otot minimal dapat terasa atau teraba, tanpa menimbulkan pergerakan).
Opsi 4 (tidak tepat) karena nilai kekuatan otot ini ditegakkan bila pasien mampu melawan gravitasi dan
melawan tahanan ringan.
Opsi 3 (tidak tepat) karena nilai kekuatan otot ini ditegakkan bila pasien ada pergerakan dan mampu
melawan gravitasi.
Opsi 2 (tidak tepat) karena nilai kekuatan otot ini ditegakkan bila pasien ada pergerakan dan tidak
mampu melawan gravitasi.
Opsi 0 (tidak tepat) karena karena nilai kekuatan otot ini ditegakkan bila pasien mengalami paralisis
total.
a. Pitting edema +2 mm
Pembahasan:
DATA FOKUS
Lasix adalah merupakan obat dengan merk dagang yang mengandung furosemide yaitu obat golongan
diuretik yang digunakan untuk mengatasi retensi cairan karena menyerap terlalu banyak garam di dalam
tubuh dan pembengkakan yang disebabkan oleh gagal jantung kongestif, penyakit ginjal, hati, dan
kondisi klinis terkait.
Opsi Pitting edema +2 mm, Tekanan darah 120/90 mmHg, Frekuensi nadi 90x/menit, Frekuensi nafas
20x/menit (kurang tepat) karena hal tersebut bukan termasuk efek utama dari kegunaan kinerja obat
diuretik.
Seorang laki-laki (57 tahun) dirawat dengan Gagal Ginjal Kronis. Hasil pengkajian : sesak napas, edema
pada kedua ekstremitas bawah, oliguria, tekanan darah 190/100 mmHg, JVP 10 cmH2O, kenaikan BB 2
kg per hari. Saat ini pasien mendapatkan tindakan manajemen hipervolemia untuk mengurangi
kelebihan volume cairan yang dialami pasien.
Pembahasan:
DATA FOKUS
- Pasien GGK
- Hasil pengkajian: sesak nafas, udem pada kedua ekstremitas bawah, oliguria, tekanan darah 190/100
mmHg, JVP 10 cmH2O, kenaikan BB 2kg per hari.
NIC : Manajemen Hipervolemia (pengurangan volume cairan ekstraselular dan/atau intraselular dan
pencegahan komplikasi pada pasien yang mengalami kelebihan cairan.
Dari intervensi tersebut diharapkan terjadi keseimbangan cairan pada pasien dengan indikator yang
dinilai yaitu:
Sehingga kriteria hasil yang diharapkan pada kasus kecuali <b>Capillary Refill Time kurang dari 2
detik</b> karena bukan termasuk indikator dalam label NOC : Keseimbangan cairan.
CRT merupakan pemeriksaan dengan menekan daerah kuku untuk memonitor dehidrasi dan jumlah
aliran darah ke jaringan (perfusi)
Opsi tekanan darah mengalami penurunan, terjadi balance cairan, Nilai JVP 9 cm H2O, dan edema
perifer berkurang (tidak tepat) karena merupakan indikator yang tepat dalam label NOC: Keseimbangan
cairan.
Seorang pasien inpartu, baru saja melahirkan seorang bayi laki-laki 1 menit yang lalu secara spontan.
Bayi segera bersin dan terbatuk saat perawat memberi rangsangan. Tampak gerakan aktif, nadi teraba
88x/menit. Warna kulit tampak kemerahan dengan ekstremitas agak kebiruan serta pernapasan baik
dan irama napas teratur
a. Normal
b. Asfiksia sedang
c. Asfiksia Berat
d. Sianosis
e. Gagal Nafas
Jawaban: a. Normal
Pembahasan:
Jawaban : A. Normal
1 : jika tubuh bayi berwarna merah muda atau kemerah merahan sedangkan ekstremitas ( tangan dan
kaki) berwarna biru pucat.
1 : jika bunyi denyut jantung lemah dan kurang dari 100 x/menit
2 : jika denyut jantung bayi kuat dan lebih dari 100 x/menit
2 : jika bayi menangis kuat/batuk/bersin saat bayi diberi stimulasi(respon kuat terhadap stimulasi)
0 – 3 : Asfiksia berat
Pada kasus ini bayi memerlukan perawatan yang lebih intensif dan memerlukan alat bantu penafasan
agar tidak terjadi gagal naafas atau henti nafas.
4 – 6 : Asfiksia sedang
Pada kasus ini bayi hanya membutuhkan tidakan pertolongan ringan, seperti membersihkan lendir yang
menutupi jalan pernafasan bayi.
7 – 10 : Normal/vigorous baby
*Total = 8*
*Maka nilai APGAR pada bayi tersebut adalah 8 dan termasuk pada klasifikasi Normal (Opsi A)*
Seorang pasien inpartu, baru saja melahirkan seorang bayi laki-laki 1 menit yang lalu secara spontan.
Hasil pengkajian: bayi menangis lemah, warna kulit kemerahan ekstremitas biru, nadi teraba
112x/menit. Pernapasan lemah dan irama napas tidak teratur serta gerakan tonus otot lemah.
a. 5
b. 6
c. 7
d. 8
e. 9
Jawaban: b. 6
Pembahasan:
Pembahasan:
DO:
APGAR Score adalah metode penilaian yang digunakan setelah bayi baru lahir sampai lima menit setelah
lahir. Untuk mendapatkan nilai APGAR tersebut, diperlukan perhitungan saat melakukan penilaian
sebagai berikut (Sari, H, 2010):
Normalnya warna kulit bayi setelah lahir adalah kemerahan atau tidak pucat. Jika saat bayi lahir warna
kulitnya pucat, maka diberi nilai 0. Jika hanya pada ekstremitas (tangan atau kaki) pucat atau biru, maka
diberi nilai 1. Sedangkan jika warna kulitnya kemerahan, diberikan nilai 2.
Ketika tidak terdengar suara jantung bayi maka penilaian APGAR adalah 0 (Nol). Saat suara detak
jantung bayi terdengar, namun tidak mencapai 100 x/menit nilai APGAR adalah 1. Normalnya jantung
bayi berdetak di atas 100x/menit, maka nilai APGAR adalah 2.
Refleks yang dihasilkan bayi umumnya adalah menangis, batuk atau bersin. Jika refleks tersebut ada
maka nilai APGAR adalah 2. Apabila saat distimulasi (memberikan rangsang taktil atau yang lainnya) bayi
tidak merespons, maka nilai APGAR adalah 0. Sedangkan, nilai 1 diberikan apabila saat distimulasi, hanya
terlihat pergerakan pada wajah bayi.
Apabila bayi menangis kuat tentu usaha napas bayi baik (nilai APGAR 2). Sedangkan jika hanya terdengar
suara seperti merintih maka usaha napasnya kurang baik (nilai APGAR 1). Jika bayi tidak menangis sama
sekali ini pertanda bahwa tidak ada usaha napas pada bayi (nilai APGAR 0).
*Pada kasus*
Seorang laki-laki (40 tahun) datang ke Puskesmas untuk memeriksakan diri setelah didiagnosis TB paru 2
bulan yang lalu. Pasien rutin mengkonsumsi OAT dan sudah mengubah pola hidup menjadi lebih sehat.
Akhir-akhir ini pasien sering merasa nyeri di perut bagian kanan, mual dan muntah. Ia melihat matanya
menguning dan sering merasakan nyeri sendi.
Apakah jenis OAT yang menimbulkan efek samping sesuai keluhan pasien?
a. Etambutol
b. Rifampicin
c. INH
d. Streptomicin
e. Pirazinamid
Jawaban: e. Pirazinamid
Pembahasan:
Seorang laki-laki (40 tahun) datang ke Puskesmas untuk memeriksakan diri setelah didiagnosis TB paru 2
bulan yang lalu. Pasien rutin mengkonsumsi OAT dan sudah mengubah pola hidup menjadi lebih sehat.
Akhir-akhir ini pasien sering merasa nyeri di perut bagian kanan, mual dan muntah. Ia melihat matanya
menguning dan sering merasakan nyeri sendi.
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah terapi farmakologik yang diberikan kepada pasien yang didiagnosis
TB. OAT diberikan sesuai dengan klasifikasi pasien TB yaitu baru atau kambuhan, dan hasil dari uji
keefektivan obat jika pasien adalah kambuhan (Kemenkes, 2014).
PAda pasien baru, OAT yang diberikan adalah OAT lini pertama. OAT memiliki beberapa efek samping
yang harus diketahui oleh pasien sehingga jika terjadi gangguan akibat efek samping obat, pasien dapat
segera berkonsultasi pada yankes. Berikut adalah OAT lini pertama dan efek samping yang perlu
disampaikan oleh perawat atau tenakes lainnya kepada pasien TB:
1. Isoniazid (INH): neuropati perifer (kesemutan), psikosis toksik, gangguan fungsi hati (ikterik, hepatitis),
kejang
2. Rifampicin: flu sindrom, gangguan gastrointestinal (mual, muntah), urin berwarna merah, gangguan
fungsi hati (ikterik, hepatitis), trombositopenia, demam, skin rash, sesak napas, anemia hemolitik
3. Pirazinamid: mual, muntah, gangguan fungsi hati (ikterik, hepatitis), artritis gout (nyeri sendi)
Tinjauan kasus:
Pada kasus, pasien merasakan nyeri di perut bagian kanan, mual dan muntah. Pasien juga melihat
matanya menguning dan sering merasakan nyeri sendi. Efek samping tersebut adalah efek samping dari
Pirazinamid
Kata kunci dari efek samping pirazinamid yang hanya ada pada obat ini adalah nyeri sendi (akibat
arthritis gout)
(Sumber: Berman et al., 2015. Kozier & Erbs’ Fundamentals of Nursing. New Jersey: Pearson Education)
Seorang laki-laki (50 tahun) dirawat dengan Pneumonia. Pasien tidak memiliki riwayat alergi apapun.
Saat ini, pasien mendapatkan terapi obat Levofloxacin 750 mg via I.V. Satu botol infus obat memiliki
sediaan 500 mg dalam 100 ml.
a. 1,5 ml
b. 3,75 ml
c. 150 ml
d. 175 ml
e. 350 ml
Jawaban: c. 150
Pembahasan:
DATA FOKUS :
= dosis order
--------------- -- x sediaan
Dosis sediaan
= 750 mg
--------- x 100 ml
500 mg
*= 150 ml*
Seorang laki-laki (50 tahun) mengeluh nyeri kepala belakang dan memiliki riwayat Hipertensi selama 3
tahun. Hasil pengkajian: tekanan darah 200/110 mmHg, tampak edema pada kedua kaki, pitting edema
+2 dan hasil EKG: sinus takikardi. Dokter menginstruksikan terapi furosemide oral 20 mg. Sediaan obat
dari farmasi adalah 40 mg dalam 1 tablet.
a. 1/4 tablet
b. 1/2 tablet
c. 3/4 tablet
d. 1 tablet
e. 2 tablet
Pembahasan:
DATA FOKUS
- Order dokter 20 mg
- Sediaan: 1 tablet
Dosis yang diberikan
= dosis order
--------------- -- x sediaan
Dosis sediaan
= 20 mg
-------- x 1 tablet
40 mg
Kader posbindu bersama tenaga kesehatan terlatih dapat bekerja sama membantu kegiatan deteksi dini
PTM sebagai pelaksana.
Pembahasan:
1. Posbindu PTM Dasar meliputi pelayanan deteksi dini faktor risiko sederhana yang dilakukan dengan
wawancara terarah melalui penggunaan instrumen untuk mengidentifikasi:
• Riwayat penyakit tidak menular dalam keluarga dan yang telah diderita sebelumnya,
• Perilaku berisiko,
• Pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, Indeks massa tubuh (IMT),
2. Posbindu PTM Utama yang meliputi pelayanan Posbindu PTM Dasar ditambah dengan:
• Pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin urin bagi kelompok pengemudi umum
Maka berdasarkan soal, maka jawaban yang tepat adalah opsi C yaitu SADARI dan pemeriksaan IVA
karena:
Opsi jawaban A, B, D dan E merupakan kegiatan Posbindu PTM dasar sehingga tidak sesuai dengan
definisi kegiatan posbindu PTM utama.
[19/3 15.10] +62 896-4922-1499: Soal 67
Pembahasan:
Deteksi dini faktor risiko PTM di Posbindu adalah upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang
dilaksanakan di pos pembinaan terpadu (Posbindu).
Maka berdasarkan ilustrasi, jawaban yang tidak tepat adalah kegiatan pengukuran kadar hemoglobin.
Pembahasan:
Posbindu PTM meliputi 10 (sepuluh) kegiatan salah satu nya yaitu Kegiatan pengukuran berat badan,
tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah
sebaiknya diselenggarakan 1 bulan sekali. Analisa lemak tubuh hanya dapat dilakukan pada usia 10
tahun ke atas. Untuk anak, pengukuran tekanan darah disesuaikan ukuran mansetnya dengan ukuran
lengan atas.
Berikut adalah fokus masalah kesehatan yang direncanakan oleh Kementerian Kesehatan RI dalam Rapat
Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas 2020) diantaranya, kecuali …
b. Pengendalian Stunting
d. Germas
Kementerian Kesehatan gelar rapat kerja tahunan atau Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas)
2020. Dalam rapat tersebut akan dibahas 5 fokus masalah kesehatan.
Masalah kesehatan tersebut antara lain Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi (AKI/AKB),
pengendalian Stunting, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Germas, dan Tata Kelola Sistem
Kesehatan. Bahasan 5 masalah kesehatan tersebut di arahkan pada konteks pendekatan promotif dan
preventif.
Dirjen Kesehatan Masyarakat dr. Kirana Pritasari, MQIH mengatakan Rakerkesnas 2020 sebagai forum
tingkat nasional bidang kesehatan dalam merumuskan rencana aksi program/kegiatan yang akan
dilakukan tahun 2020-2024.
Berikut yang termasuk dalam pilar utama Program Indonesia Sehat dalam Renstra Kementerian
Kesehatan 2020-2024 ?
Pembahasan:
3. Jaminan kesehatan Nasional : perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya
Dalam hal peningkatan akses pelayanan kesehatan, juga diupayakan pengendalian harga obat dan alat
kesehatan melalui beberapa langkah, kecuali ..
a. mendorong investasi
Pembahasan:
Dalam hal peningkatan akses pelayanan kesehatan, juga diupayakan pengendalian harga obat dan alat
kesehatan. Langkah-langkah percepatan yang akan dilakukan adalah
- mendorong investasi,
Berdasarkan data yang ada di Puskesmas, terdapat 5 orang warga penderita TB, 3 warga diantaranya
mengikuti program TB namun 2 orang warga mengalami putus obat.
Apakah tindakan keperawatan yang dilakukan ?
d. Pembinaan Kader
Pembahasan:
Pelacakan Pasien TB mangkir merupakan tatalaksana pasien yang berobat tidak teratur yang telah
ditetapakan oleh Kemenkes No 364/MENKES/SK/V/2009 tentang pedoman penanggulangan TB
Hasil observasi lapangan suatu wilayah; sampah berserakan di pinggir jalan, sebagian besar masyarakat
memiliki kebiasaan membuang sampah rumah tangga ke sungai, dan tidak pada tempatnya. Perawat
komunitas telah memberikan penyuluhan kepada masyarakat terkait PHBS, namun tidak ada perubahan
perilaku. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan PERDA terkait pengelolaan sampah dan
memberlakukan denda bagi yang membuang sampah sembarangan.
a. Perawat Komunitas
b. Kader Kesehatan
c. Pemerintah Daerah
d. Masyarakat
e. Tokoh Mayarakat
Jawaban: c. Pemerintah Daerah
Pembahasan
Pembahasan:
kata kunci: pemerintah mengeluarkan PERDA terkait pengelolaan sampah dan memberlakukan denda
bagi yang membuang sampah sembarangan
Pemerintah daerah merupakan salah satu sasaran tersier pembinaan PHBS. Sasaran tersier PHBS adalah
*mereka yang berada dalam posisi pengambilan keputusan formal sehingga dapat memberikan
dukungan baik berupa kebijakan/pengaturan*dan atau sumber daya dalam proses pembinaan PHBS
terhadap sasaran primer.
Opsi A,B,E ( tidak tepat) karena termasuk sasaran sekunder, sasaran sekunder adalah mereka yang
memiliki pengaruh terhadap sasaran primer dalam pengambilan keputusannya untuk mempraktekan
PHBS. Termasuk disini adalah para pemuka masyarakat atau tokoh masyarakat yang menjadi panutan
sasaran primer.
Opsi D (tidak tepat )karena termasuk sasaran primer, sasaran primer adalah mereka (individu,
kelompok, dan masyarakat) sasaran langsung yang diharapkan untuk melakukan PHBS.
Berikut adalah target SDGs Kesehatan yang dicanangkan oleh pemerintah RI, kecuali …
a. Pada tahun 2030, mengurangi rasio angka kematian ibu menjadi kurang dari 70 per 100.000
kelahiran
b. Pada tahun 2020, secara global mengurangi setengah dari angka kematian dan cedera akibat
kecelakaan lalu lintas
c. Pada tahun 2030, memastikan akses universal terhadap layanan kesehatan sexual dan
reproduksi, termasuk untuk perencanaan, informasi, dan pendidikan keluarga, dan mengintegrasikan
kesehatan reproduksi kedalam strategi dan program nasional
d. Pada tahun 2030, secara substansial mengurangi angka kematian dan penyakit yang disebabkan
oleh bahan kimia berbahaya dan juga polusi dan kontaminasi udara, air dan tanah
e. Pada tahun 2030, secara substansial mengurangi angka LGBT yang berisiko mengakibatkan AIDS
dan penyakit menular lainnya
Jawaban: e. Pada tahun 2030, secara substansial mengurangi angka LGBT yang berisiko mengakibatkan
AIDS dan penyakit menular lainnya
Pembahasan:
1. Pada tahun 2030, mengurangi rasio angka kematian ibu menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran
2. Pada tahun 2030, mengakhiri kematian yang dapat dicegah pada bayi baru lahir dan balita, dimana
setiap negara menargetkan untuk mengurangi kematian neonatal setidaknya menjadi kurang dari 12 per
1000 kelahiran dan kematian balita menjadi serendah 25 per 1000 kelahiran
3. Pada tahun 2030, mengakhiri epidemi AIDS, tuberculosis, malaria, dan penyakit tropis lainnya dan
memerangi hepatitis, penyakit yang ditularkan lewat air dan penyakit menular lainnya
4. Pada tahun 2030, mengurangi sepertiga dari kematian dini yang disebabkan oleh penyakit tidak
menular, melalui tindakan pencegahan dan pengobatan serta menaikkan kesehatan mental dan
kesejahteraan
6. Pada tahun 2020, secara global mengurangi setengah dari angka kematian dan cedera akibat
kecelakaan lalu lintas
7. Pada tahun 2030, memastikan akses universal terhadap layanan kesehatan sexual dan reproduksi,
termasuk untuk perencanaan, informasi, dan pendidikan keluarga, dan mengintegrasikan kesehatan
reproduksi kedalam strategi dan program nasional
8. Mencapai cakupan layanan kesehatan universal, termasuk lindungan resiko finansial, akses terhadap
layanan kesehatan dasar yang berkualitas dan akses terhadap obatobatan dan vaksin yang aman, efektif,
berkualitas dan terjangkau bagi semua
9. Pada tahun 2030, secara substansial mengurangi angka kematian dan penyakit yang disebabkan oleh
bahan kimia berbahaya dan juga polusi dan kontaminasi udara, air dan tanah
d. tidak merokok
Pembahasan:
Salah satu program yang didorong dalam upaya pencapaian Indonesia Sehat adalah Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat (Germas). Bentuk kegiatan Germas meliputi aktivitas fisik, mengkonsumsi sayur dan buah,
tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin, membersihkan
lingkungan dan menggunakan jamban.
Dengan Germas diharapkan dapat membangkitkan rasa tanggung jawab bahwa sehat harus diawali dari
diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
Berikut yang termasuk dalam 7 langkah Gerakan Masyarakat Hidup Sehat., kecuali …
b. Menggunakan Jamban
Berikut ini 7 langkah GERMAS yang dapat menjadi panduan menjalani pola hidup yang lebih sehat.
3. Tidak Merokok
5. Melakukan Cek Kesehatan Berkala Berikut adalah beberapa contoh pengecekan yang bisa dilakukan.
a. Cek Kesehatan Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) Secara Rutin
Melakukan Pengecekan Berat Badan berguna agar anda bisa mendapatkan nilai Indeks Massa Tubuh
(IMT) yang nantinya dapat menentukan apakah berat badan dan tinggi badan Anda sudah berada dalam
kondisi ideal atau berisiko terkena penyakit tidak menular (PTM)
Dengan melakukan Cek Lingkar Perut secara berkala anda bisa mengontrol lemak perut, jika berlebihan
dapat menyebabkan penyakit seperti stroke, diabetes hingga serangan jantung
Pengecekan Tekanan Darah dapat membantu anda mendeteksi adanya risiko stroke, hipertensi hingga
jantung
Anda dapat mengetahui kadar glukosa dalam darah dengan jenis pengecekan kesehatan berkala ini,
hasilnya anda dapat mengetahui potensi diabetes
Pengecekan Kolesterol terbagi tiga yaitu LDL (Kolesterol "Buruk"), HDL (Kolesterol "Baik") dan
Trigliserida
Pengecekan ini adalah salah satu cek kesehatan dalam pengujian fungsi paru, pengecekan ini biasa
dilakukan pada penderita asma atau penyakit lainnya untuk menilai kemampuan paru-paru
Lalu berikutnya dalam ragam cek kesehatan berkala yaitu dengan pemeriksaan payudara sendiri.
7. Menggunakan Jamban
Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur tentang Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan bagi
bangsa Indonesia adalah...
Amanat UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah setiap orang mempunyai hak dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang :
Pembahasan:
Jawaban yang tepat adalah B. aman, bermutu dan terjangkau
Sesuai dengan pasal 5 ayat 2 UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan adalah :
*Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau.*
Pembahasan:
Pasal 117
Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi sistem jantung-sirkulasi dan sistem pernafasan terbukti telah
berhenti secara permanen, atau apabila kematian batang otak telah dapat dibuktikan.