Anda di halaman 1dari 16

Upaya/Konsep

pemberantasan korupsi

Fakhruddin Razy, SH., MH


1
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

MENGAPA PERLU PENCEGAHAN KORUPSI?

• Jika telah terjadi, korupsi mengakibatkan kerugian keuangan


yang besar
• Pengembalian atas uang negara yang dikorupsi sangat kecil
• Kasus korupsi, merusak reputasi baik institusi maupun
individu
• Proses litigasi menyita waktu dan biaya, baik bagi aparat
hukum maupun calon tersangka
• Semakin lama kejadian korupsi tidak terungkap semakin
memberi peluang pelaku korupsi untuk menutup-nutupi
tindakannya dengan kecurangan yang lain

2
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

UPAYA PENANGGULANGAN
KEJAHATAN KORUPSI
JALUR PENAL JALUR NON-PENAL

• Kebijakan penerapan Hukum • Kebijakan pencegahan tanpa


Pidana (Criminal Law hukum pidana (prevention without
Application); punishment);
• Sifat repressive (penumpasan/ • Kebijakan untuk mempengaruhi
penindasan/pemberantasan) pandangan masyarakat mengenai
apabila kejahatan sudah terjadi; kejahatan dan pemidanaan lewat
• Perlu dipahami bahwa: mass media (influencing views of
upaya/tindakan represif juga society on crime and
dapat dilihat sebagai punishment/mass media atau
upaya/tindakan preventif dalam media lain seperti penyuluhan,
arti luas pendidikan dll);
(Nawawi Arief : 2008) • Sifat preventive (pencegahan)

3
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

UPAYA PENAL DAN NON-


PENAL
• Sasaran dari upaya non-penal adalah menangani
faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya korupsi,
yang berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-
kondisi politik, ekonomi maupun sosial yang secara
langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau
menumbuh-suburkan kejahatan (korupsi);
• Upaya penal dilakukan dengan memanggil atau
menggunakan hukum pidana yaitu dengan
menghukum atau memberi pidana atau penderitaan
atau nestapa bagi pelaku korupsi;
• Upaya non-penal seharusnya menjadi kunci atau
memiliki posisi penting atau posisi strategis dari
keseluruhan upaya penanggulangan korupsi 
karena sifatnya preventif atau mencegah sebelum
terjadi.
4
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KETERBATASAN SARANA PENAL

• Sarana penal memiliki ‘keterbatasan’,


mengandung ‘kelemahan’ (sisi negatif).
Fungsi sarana penal seharusnya hanya
digunakan secara ‘subsidair’.
• Secara dogmatis, sanksi pidana merupakan
jenis sanksi yang paling tajam dalam bidang
hukum, sehingga harus digunakan sebagai
ultimum remedium (obat yang terakhir apabila
cara lain atau bidang hukum lain sudah tidak
dapat digunakan lagi);

5
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KETERBATASAN SARANA PENAL

• Secara fungsional/pragmatis,
operasionalisasi dan aplikasinya menuntut
biaya yang tinggi;
• Sanksi pidana mengandung sifat
kontradiktif/paradoksal, mengadung efek
sampingan yang negatif. Lihat realita kondisi
overload Lembaga Pemasyarakatan;
• Hukum pidana dan pemidanaan bukanlah
‘obat yang manjur’ atau ‘panacea’ atau
‘bukan segala-galanya’ untuk menanggulangi
kejahatan.

6
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KETERBATASAN SARANA PENAL

• Penggunaan hukum pidana dalam


menanggulangi kejahatan hanya merupakan
‘kurieren am symptom’ (menyembuhkan
gejala), hanya merupakan pengobatan
simptomatik bukan kausatif karena sebab-
sebab kejahatan demikian kompleks dan
berada di luar jangkauan hukum pidana;
• Hukum pidana hanya merupakan bagian kecil
(sub sistem) dari sarana kontrol sosial yang
tidak mungkin mengatasi kejahatan sebagai
masalah kemanusiaan dan kemasyarakatan
yang sangat kompleks;
7
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KETERBATASAN SARANA PENAL

• Sistem pemidanaan bersifat fragmentair dan


individual/personal; tidak bersifat struktural
atau fungsional;
• Efektifitas pidana (hukuman) bergantung
pada banyak faktor dan masih sering
diperdebatkan oleh para ahli.
• Hukum pidana dan pemidanaan bukanlah
‘obat yang manjur’ atau ‘panacea’ atau
‘bukan segala-galanya’ untuk menanggulangi
kejahatan.

(Nawawi Arief : 1998)


8
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

HUKUM PIDANA BUKAN


PANACEA

Rubin : hukum pidana atau pemidanaan tidak


mempunyai pengaruh terhadap masalah
kejahatan.

Schultz : naik turunnya angka kejahatan tidak


berhubungan dengan perubahan di dalam
hukum atau putusan pengadilan, tetapi
berhubungan dengan bekerjanya atau
berfungsinya perubahan kultural dalam
kehidupan masyarakat.

9
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

HUKUM PIDANA BUKAN


PANACEA

Karl. O. Christiansen : pengaruh pidana


terhadap masyarakat luas sulit diukur.

S.R. Brody : 5 (lima) dari 9 (sembilan)


penelitian menyatakan bahwa lamanya waktu
yang dijalani oleh seseorang di dalam penjara
tidak berpengaruh pada adanya reconviction
atau penghukuman kembali.

10
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Wolf Middendorf : tidak ada hubungan logis antara


kejahatan dengan lamanya pidana. Kita tidak dapat
mengetahui hubungan sesungguhnya antara sebab
dan akibat. Orang melakukan kejahatan dan
mungkin mengulanginya lagi tanpa hubungan
dengan ada tidaknya UU atau pidana yang
dijatuhkan. Sarana kontrol sosial lainnya, seperti
kekuasaan orang tua, kebiasaan-kebiasaan atau
agama mungkin dapat mencegah perbuatan, yang
sama efektifnya dengan ketakutan orang pada
pidana.
(Nawawi Arief : 1998)
11
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

UPAYA MENCEGAH KKN

1. Melakukan Reformasi Birokrasi dan Pembangunan Zona Intergritas


2. Penegakan hukum yang tegas dan konsisten dengan sanksi berat
kepada pelaku korupsi
3. Meningkatkan komitmen, konsisten dengan sanksi berat kepada
pelaku korupsi
4. Menata kembali organisasi, memperjelas/mempertegas visi, misi,
tugas dan fungsi yang diemban oleh setiap instansi
5. Menyempurnakan sistem Ketatalaksanaan meliputi :
perumusan kebijakan, perencanaan penganggaran, pelaksanaan,
pelaporan dan evaluasipertanggungjawaban kinerja serta
kualitas pelayanan masyarakat.

12
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

6. Memperbaiki manajemen Kepegawaian (penerimaan,


penempatan, pengembangan, kesejahteraan, jaminan
hari tua)
7. Mengembangkan budaya kerja/tertib/malu melakukan KKN
8. Melakukan evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP)
9. Meningkatkan efektifitas pelaksanaan sistem Pengendalian
Manajemen, Pengawasan fungsional/berjenjang dan
memperdayakan pengawasan masyarakat.
10. Meningkatkan transparansi, Akuntabilitas dan
Pelayanan Prima.

13
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI

UPAYA PREVENTIF
(Bagaimana mengendalikan faktor pendorong timbulnya
korupsi)
1. Sistem Penerimaan Pegawai
2. Peningkatan Profesionalisme pegawai
3. Sistem reward & punishment yang jelas dan memadai
4. Sistem Karir yang jelas
5. Mengembangkan kajian resiko & Fraud Control Plan

14
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

UPAYA INVESTIGATIF
(Bagaimana mendeteksi, menginvestigasi dan tindak
lanjut hasil investigasi atas dugaan korupsi)
1. Pengemb.saluran pelaporan
2. Pengemb.keahlian investigatif
3. Audit investigatif

UPAYA EDUKATIF
(Bagaimana meningkatkan public awareness ttg korupsi)
1) Memberikan pengertian,pemahaman kepada semua
pihak (pegawai pemerintah) Contoh: sosialisasi

15
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

TERIMA KASIH

16

Anda mungkin juga menyukai