Wahyu Septiana
11194442010252
FAKULTAS KESEHATAN
BANJARMASIN 2021
POLIHIDRAMNIOM PADA IBU HAMIL
A.Pengertian
Air ketuban merupakan cairan yang mengelilingi janin. Fungsinya antara lain untuk
melindungi janin dari tekanan di luar rahim, memberikan ruang untuk pertumbuhan tulang,
dan mempertahankan suhu yang hangat untuk janin.Polihidramnion termasuk kondisi yang
jarang dialami oleh ibu hamil. Biasanya, kondisi ini terjadi pada saat trimester ketiga.
Namun, polihidramnion juga dapat terjadi sejak trimester kedua masa kehamilan.
Polihidramnion merupakan kondisi yang diawali oleh wanita hamil berupa berlebihnya atau
adanya penumpukkan cairan ketuban. Pada umumnya, hal ini bisa terjadi dan tidak
menyebabkan gangguan atau hanya menyebabkan gangguan ringan pada ibu. Namun,
polihidramnion dapat menyebabkan gejala serius seperti kesulitan bernapas dan kelahiran
prematur
B.Etiologi
Pada kondisi normal, volume air ketuban akan meningkat secara perlahan sejak awal
kehamilan hingga mencapai jumlah maksimal (sekitar 800 ml–1 liter) pada minggu ke-34
hingga ke-36. Setelah itu, air ketuban akan berkurang secara perlahan ketika mendekati
waktu persalinan.Volume air ketuban tetap stabil karena janin menelan dan mengeluarkannya
kembali sebagai urine. Sementara, pada polihidramnion, keseimbangan air ketuban di dalam
rahim terganggu. Gangguan keseimbangan air ketuban ini bisa terjadi akibat sejumlah faktor,
yaitu:
Cacat lahir pada janin yang memengaruhi kemampuannya menelan air ketuban,
misalnya kelainan pada saluran pencernaan atau sistem saraf pusat janin, dan
gangguan kendali otot janin
Anemia pada janin
Diabetes pada ibu, baik diabetes gestasional maupun diabetes yang sudah ada sebelum
hamil
Infeksi pada janin selama masa kehamilan, seperti toksoplasma atau rubella
Penumpukan cairan pada salah satu bagian tubuh janin (hydrops fetalis)
Masalah pada plasenta
Gangguan pada detak jantung bayi
Twin to twin transfusion syndrome (TTTS) yang menyebabkan salah satu janin
menerima terlalu banyak darah dari plasenta sehingga cairan yang dikeluarkan janin
tersebut melalui urine bertambah dan meningkatkan volume air ketuban
Kondisi kromosom atau genetik yang abnormal, seperti sindrom Down, sindrom
Edward, achondroplasia, dan sindrom Beckwith Wiedemann
Ketidaksesuaian darah antara ibu dan janin
C. Tanda Gejala
Polihidramnion yang ringan dan berkembang secara bertahap bisa saja tidak
menimbulkan gejala yang signifikan. Namun, pada beberapa kasus, volume air
ketuban dapat meningkat dengan sangat cepat hingga lebih dari 2 liter.
Sedangkan polihidramnion yang berat dapat menyebabkan rahim meregang secara
berlebihan sehingga mendesak organ di sekitarnya. Keluhan yang biasanya muncul
antara lain:
Berat badan ibu naik lebih banyak dari perkiraan
Sulit bernapas atau napas menjadi tersengal-sengal
Nyeri ulu hati
Mendengkur
Gangguan pencernaan, seperti sembelit
Tegang atau kontraksi pada rahim
Buang air kecil berkurang
Bengkak di tungkai bawah dan kemaluan yang dapat disertai dengan varises
Sulit merasakan gerakan janin
Stretch mark di kulit
D. Klasifikasi
Konsultasikan dengan dokter kandungan jika Ibu hamil mengalami keluhan seperti
yang telah disebutkan di atas. Kebanyakan gejala di atas memang umum dirasakan
oleh ibu hamil, terutama di trimester ketiga atau mendekati waktu persalinan. Namun,
pada ibu dengan polihidramnion, gejala bisa terasa sangat mengganggu atau terjadi
lebih awal.
Jika Ibu hamil telah dinyatakan menderita polihidramnion dan mengalami gejala baru
atau perburukan gejala yang sebelumnya, segera lakukan pemeriksaan ke dokter.
Dengan penanganan dini, komplikasi yang dapat timbul akibat polihidramnion dapat
dicegah.
Produksi cairan amnion berasal dari produksi urin fetus, sekresi saluran pernapasan
fetus dan sekresi oral fetus. Reabsorbsi cairan melalui metode penelanan oleh fetus,
absorbsi intramembranosa, dan intravaskular. Fetus yang hampir mencapai masa
aterm memproduksi cairan amnion dalam bentuk urin antara 500–1200 ml dan
menelan antara 210–760 ml cairan amnion per hari. Dua mekanisme utama terjadinya
polihidramnion adalah penurunan reabsorbsi cairan amnion dan peningkatan produksi
cairan amnion.
Penanganan yang dapat diberikan pada pasien antara lain perubahan pola makan dan
pemberian obat jika pasien diketahui menderita diabetes, serta pemberian antibiotik
pada pasien yang menderita toksoplasmosis.
Sementara itu, polihidramnion berat yang menyebabkan sesak napas, sakit perut, atau
persalinan prematur, perlu ditangani di rumah sakit. Langkah penanganannya
meliputi:
bila sewaktu pemeriksaan dalam ketuban tiba tiba pecah,maka untuk menghalangi air
ketuban mengalir keluar dengan deras memasukkan tinju ke dalam vagina sebagai
tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan pelan.
Post partus
harus hati hati akan terjadinya perdarahan postpartum jadi sebaiknya lakukan
pemeriksaan golongan dan transfusi darah serta sediakan obat Uterotonika.
untuk Berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan post partum.
untuk menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup.
Daftar Pustaka