Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi 1,2


Polihidramnion (hidramnion) adalah suatu kondisi media pada kehamilan berupa
kelebihan cairan ketuban dalam kantung ketuban yaitu lebih dari 2000 ml ataupun juga jika
indeks cairan amnion (AFI) dari pemeriksaan USG lebih besar dari 20 cm (≥ 20 cm).

2.2 Patofisiologi 3,4


Integrasi dari aliran cairan yang masuk dan keluar dari kantung ketuban menentukan
volume cairan ketuban. Terdapat empat jalur penting yang memegang peranan penting dalam
regulasi peningkatan volume cairan amnion, yaitu urine janin, produksi cairan paru-paru,
proses menelan, penyerapan intramembranous (ke dalam kompartemen vaskuler janin)
memberikan kontribusi penting terhadap pergerakan cairan di akhir kehamilan, faktor lain
(misalnya, produksi air liur) memberikan kontribusi minimal.
Pertama urin janin merupakan sumber utama cairan amnion pada trimester ke 2
kehamilan. Saat usia kehamnilan aterm, produksi urin janin dapat mengasilakn 1000mL dalam
satu hari. Kedua tingkat osmolaritas dari urin janin secara signifikan mempengaruhi hipotonik
terhadap plasma janin dan maternal sehingga serupa dengan cairan amnion, dan proses
penyerapan intramembranous yaitu sekitar 400mL per harinya. Sumber regulasi cairan amnion
yang ketiga berasal dari pernafasan. Hampir sekitar 350ml cairan paru paru dibentuk secara
teratur pada kehamilan lanjut, yang keempat proses menelan pada janin adalah mekanisme
primer penyerapan sekitar 750ml cairan amnion per harinya. Dari proses di atas dapat dikatan
yaitu terdapat dua proses utama aliran cairan ketuban yaitu proses produksi dan juga proses
reabsorpsi. Akumulasi cairan amnion yang berlebihan biasanya berhubungan dengan
penurunan porses absorpsi yang biasa disebabkan oleh adanya gangguan proses menelan pada
janin, ataupun produksi yang berlebihan yang biasa berhubungan dengan produksi urin janin.

2.3 Etiologi 5
Pada polihidramnion, penyebab yang mendasari volume cairan amnion berlebihan bisa
diketahui dalam beberapa kondisi klinis dan tidak sepenuhnya dapat diketahui pada beberapa
kondisi klinis lainnya. Penyebabnya dapat meliputi:
a. Kehamilan kembar dengan sindrom transfusi antar janin kembar (peningkatan cairan
ketuban pada janin kembar penerima dan penurunan cairan ketuban pada janin kembar
pendonor) atau kehamilan multipel.
b. Anomali janin, termasuk atresia esofagus (biasanya berhubungan dengan fistula
trakeoesofageal), atresia duodenum, dan atresia usus lainnya.
c. Kelainan SSP dan penyakit neuromuskuler yang menyebabkan disfungsi menelan.
d. Anomali irama jantung kongenital terkait dengan hidrops, perdarahan janin-ke-ibu, dan
infeksi parvovirus.
e. Diabetes mellitus tidak terkontrol pada ibu.
f. Kelainan kromosom, trisomi 21 yang paling umum, diikuti dengan trisomi 18 dan trisomi
13.
g. Sindrom akinesia janin dengan tidak adanya proses menelan pada janin.

2.4 Klasifikasi 1
Polihidramnion dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan dari pemeriksaan USG, yaitu :
1. Mild Hydramnion ( Hidramnion ringan) : apabila kantung amnion mencapai 8-11
cm dalam dimensi vertikal dan AFI mencapai 25- 29.9 cm.
2. Moderate Hydramnion ( Hidramnion sedang) : apabila kantung amnion mencapai
12-15 cm dalamnya dan AFI mencapai 30 – 34.9cm.
3. Severe Hydramnion ( Hidramnion berat) : apabila janin ditemukan berenang dengan
bebas dalam kantung amnion yang mencapai 16 cm atau lebih besar, dan AFI
mencapai 35cm atau lebih.

2.5 Diagnosis 1,4,5


Diagnosis dari polihidramnion dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik,
pemeriksaan Laboratorium, dan pemeriksaan Ultrasonografi.
a. Pemeriksaan Fisik
- Anamnesis : perut terasa lebih besar dan lebih berat dari biasa, sesak
nafas, nyeri ulu hati dan sianosis, nyeri perut karena tegannya uterus.
- Inspeksi : Perut terlihat sangat buncit dan tegang, kulit perut mengkilat,
retak-retak kulit jelas dan kadang-kadang umbilikus mendatar. Ibu
terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah karena kehamilannya.
Edema pada kedua tungkai, vulva dan abdomen. Hal ini terjadi karena
kompresi terhadap sebagian besar sistem pembuluh darah balik (vena)
akibat uterus yang terlalu besar.
- Palpasi : Perut tegang dan nyeri tekan Fundus uteri lebih tinggi dari usia
kehamilan, bagian janin sukar dikenali
- Auskultasi : Denyut jantung janin sukar di dengar.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium merupakan pemeriksaan penunjang yang digunakan
untuk mendiagnosis beberapa kemungkinan penyebab terjadinya polihidramnion
seperti tes toleransi glukosa untuk ibu dengan diabetes mellitus, tes hidrops janin,
tes Kleihauer- Betke untuk mengevaluasi perdarahan janin-ibu, Karyotyping janin
untuk trisomy 21, 13, dan 18.
c. Pemeriksaan Ultrasonografi
Pemeriksaan Ultrasonografi juga merupakan pemeriksaan penunjang yang dapat
menentukan Amnion Fluid Index (AFI).Polihidramnion didefinisikan sebagai AFI
lebih dari 24 cm atau kantong tunggal cairan minimal 8 cm yang menghasilkan
volume cairan total lebih dari 2000 mL.

2.5 Penatalaksanaan 1,6,7,8


Prinsip penatalaksanaan hidramnion adalah untuk mengatasi ketidaknyamanan,
mengetahui penyebab dan untuk menghindari dan mengatasi komplikasinya dan tujuan dari
penatalaksanann yaitu untuk mengembalikan jumlah dari cairan amnion dalam batas normal
kembali. Penatalaksanaan hidramnion secara sfesifik dilakukan berdasarkan penyebab utama
dari terjadinya polihidramnion. Pada hidramnion harus melakukan monitoring ketat jumlah
cairan amnion.
- Anemia hidrops janin diobati dengan transfusi eritrosit, baik intravaskular atau melalui
perut janin. Hal ini mengurangi kemungkinan kegagalan kongestif janin, sehingga
memungkinkan perpanjangan kehamilan dan meningkatkan kelangsungan hidup.
- Jika didiagnosis adanya diabetes kehamilan, kontrol glikemik yang ketat harus
dipertahankan. Hal ini biasanya dilakukan dengan manipulasi diet dan insulin jarang
dibutuhkan.
- Indometacin adalah obat pilihan untuk pengobatan medis polihidramnion. Hal ini
sangat efektif, terutama dalam kasus dimana kondisi ini terkait dengan peningkatan
produksi urin janin. Mekanisme aksi menjadi efek pada produksi urin oleh ginjal janin,
mungkin dengan meningkatkan efek dari vasopresin. Hal ini tidak efektif dalam kasus
di mana penyebab yang mendasari adalah penyakit neuromuskuler yang mempengaruhi
proses menelan janin, atau hidrosefalus. Tapi hal ini merupakan kontraindikasi pada
sindrom kembar-ke-kembar atau setelah 35 minggu, karena efek samping yang
ditimbulkan lebih besar daripada manfaat dalam kasus ini.
- Amniosentesis direkomendasikan dalam kasus di mana indomethacin menjadi suatu
kontraindikasi, pada polihidramnion berat, atau pada pasien yang simptomatik. Ini
menjadi kontraindikasi pada ketuban pecah dini atau pelepasan plasenta, atau
korioamnionitis.
- Induksi persalinan harus dipertimbangkan jika gawat janin berkembang. Kehamilan di
atas 35 minggu mungkin lebih aman untuk dilahirkan. Induksi dengan ruptur buatan
pada membran (ARM) harus dikontrol, dilakukan oleh dokter kandungan dan dengan
persetujuan untuk melanjutkan dengan sectio caesar jika diperlukan.

2.6 Komplikasi
Komplikasi maternal yang paling sering ditemukan adalah solusio plasenta, disfungsi
uteri dan perdarahan postpartum. Pelepasan plasenta yang luas sebelum waktunya,
kadangkala terjadi mengikuti pengaliran keluar cairan amnion dalam jumlah banyak;
peristiwa ini disebabkan oleh menyempitnya daerah uterus tempat perlekatan plasenta
akibat pengosongan tersebut. Disfungsi uterus dan perdarahan postpartum terjadi akibat
atonia uteri yang disebabkan oleh distensi uterus berlebihan. Komplikasi yang dapat terjadi
pada janin adalah terjadinya malformasi janin, prematuritas dan meningkatnya angka
kematian perinatal.
Risiko dan komplikasi amnioinfusi, termasuk emboli cairan amnion gangguan
pernapasan ibu, peningkatan tekanan rahim ibu, dan gangguan pernapasan sementara janin.
Risiko amniosentesis termasuk kehilangan janin (1-2%). Komplikasi lainnya adalah
terlepasnya plasenta, persalinan prematur, perdarahan janin-ibu, sensitisasi Rh ibu, dan
pneumotoraks pada janin. Risiko infeksijanin dapat sedikit meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F.G, Leveno, K., et al. 2014. Amniotic Fluid Hidramnion. Dalam
Williams Obstetrics edisi 24. New York : McGraw Hill.
2. Mochtar R. Sinopsis Obstetrik, Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. 2004
3. Hacker and mooree. Essensial Obstetric and Gynaecologi .2nd ed. Philadelpia: WB
saunders company, 2010.
4. Mayo Clinic Staff. Polyhydramnios. Available at URL:
http://www.mayoclinic.com/health/polyhydramnios, accessed on 2 June 2018.
5. Brian S Carter, MD, FAAP. Pediatric Polyhydramnios. Available at URL:
http://emedicine. medscape.com/article/ 975821, accessed on 2 June 2018..
6. Callen. W peter,2008. Obstetrik ultra sound: Amniotic Fluid Volum: its pole in fetal
health and disease 5ed.,Mcgraw Hill
7. Hamza ,A., Herr, D., et al. 2013. Polihidramnion: Penyebab, Diagnosis dan
Terapi.Geburtshilfe Frauenheilkd. Volume (12): 1241-1246.
8. Prawirohadrjo S, et al. 2002.Polihydramnion dalam Ilmu Kandungan, Edisi ketiga,
Cetakan ketiga, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai