TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Etiologi 5
Pada polihidramnion, penyebab yang mendasari volume cairan amnion berlebihan bisa
diketahui dalam beberapa kondisi klinis dan tidak sepenuhnya dapat diketahui pada beberapa
kondisi klinis lainnya. Penyebabnya dapat meliputi:
a. Kehamilan kembar dengan sindrom transfusi antar janin kembar (peningkatan cairan
ketuban pada janin kembar penerima dan penurunan cairan ketuban pada janin kembar
pendonor) atau kehamilan multipel.
b. Anomali janin, termasuk atresia esofagus (biasanya berhubungan dengan fistula
trakeoesofageal), atresia duodenum, dan atresia usus lainnya.
c. Kelainan SSP dan penyakit neuromuskuler yang menyebabkan disfungsi menelan.
d. Anomali irama jantung kongenital terkait dengan hidrops, perdarahan janin-ke-ibu, dan
infeksi parvovirus.
e. Diabetes mellitus tidak terkontrol pada ibu.
f. Kelainan kromosom, trisomi 21 yang paling umum, diikuti dengan trisomi 18 dan trisomi
13.
g. Sindrom akinesia janin dengan tidak adanya proses menelan pada janin.
2.4 Klasifikasi 1
Polihidramnion dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan dari pemeriksaan USG, yaitu :
1. Mild Hydramnion ( Hidramnion ringan) : apabila kantung amnion mencapai 8-11
cm dalam dimensi vertikal dan AFI mencapai 25- 29.9 cm.
2. Moderate Hydramnion ( Hidramnion sedang) : apabila kantung amnion mencapai
12-15 cm dalamnya dan AFI mencapai 30 – 34.9cm.
3. Severe Hydramnion ( Hidramnion berat) : apabila janin ditemukan berenang dengan
bebas dalam kantung amnion yang mencapai 16 cm atau lebih besar, dan AFI
mencapai 35cm atau lebih.
2.6 Komplikasi
Komplikasi maternal yang paling sering ditemukan adalah solusio plasenta, disfungsi
uteri dan perdarahan postpartum. Pelepasan plasenta yang luas sebelum waktunya,
kadangkala terjadi mengikuti pengaliran keluar cairan amnion dalam jumlah banyak;
peristiwa ini disebabkan oleh menyempitnya daerah uterus tempat perlekatan plasenta
akibat pengosongan tersebut. Disfungsi uterus dan perdarahan postpartum terjadi akibat
atonia uteri yang disebabkan oleh distensi uterus berlebihan. Komplikasi yang dapat terjadi
pada janin adalah terjadinya malformasi janin, prematuritas dan meningkatnya angka
kematian perinatal.
Risiko dan komplikasi amnioinfusi, termasuk emboli cairan amnion gangguan
pernapasan ibu, peningkatan tekanan rahim ibu, dan gangguan pernapasan sementara janin.
Risiko amniosentesis termasuk kehilangan janin (1-2%). Komplikasi lainnya adalah
terlepasnya plasenta, persalinan prematur, perdarahan janin-ibu, sensitisasi Rh ibu, dan
pneumotoraks pada janin. Risiko infeksijanin dapat sedikit meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F.G, Leveno, K., et al. 2014. Amniotic Fluid Hidramnion. Dalam
Williams Obstetrics edisi 24. New York : McGraw Hill.
2. Mochtar R. Sinopsis Obstetrik, Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. 2004
3. Hacker and mooree. Essensial Obstetric and Gynaecologi .2nd ed. Philadelpia: WB
saunders company, 2010.
4. Mayo Clinic Staff. Polyhydramnios. Available at URL:
http://www.mayoclinic.com/health/polyhydramnios, accessed on 2 June 2018.
5. Brian S Carter, MD, FAAP. Pediatric Polyhydramnios. Available at URL:
http://emedicine. medscape.com/article/ 975821, accessed on 2 June 2018..
6. Callen. W peter,2008. Obstetrik ultra sound: Amniotic Fluid Volum: its pole in fetal
health and disease 5ed.,Mcgraw Hill
7. Hamza ,A., Herr, D., et al. 2013. Polihidramnion: Penyebab, Diagnosis dan
Terapi.Geburtshilfe Frauenheilkd. Volume (12): 1241-1246.
8. Prawirohadrjo S, et al. 2002.Polihydramnion dalam Ilmu Kandungan, Edisi ketiga,
Cetakan ketiga, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo