Disusun oleh:
Refika Padmis Sunaryo 130112170502
Novia Rizki Aisyah 130112170548
Rega Dwi Wandira 130112170559
Anita Agustria 130112170659
Ivan Albert Bunjamin 130112170658
Fadhal Muhammad Ahmad 130112170666
Karima Akhlaqunnisa 130112170522
Preseptor:
Amillia Siddiq, dr., Sp.OG (K)., M.Si
2019
A. KELENJAR BARTHOLIN
Kelenjar bartholin merupakan salah satu organ genitalia eksterna, kelenjar bartholin atau
glandula vestibularis major, berjumlah dua buah berbentuk bulat, dan berada di sebelah dorsal
dari bulbus vestibulli. Glandula ini homolog dengan glandula bulbourethralis pada pria. Kelenjar
ini tertekan pada waktu coitus dan mengeluarkan sekresinya untuk membasahi atau melicinkan
permukaan vagina di bagian caudal. Kelenjar bartholin diperdarahi oleh arteri bulbi vestibuli,
dan dipersarafi oleh nervus pudendus dan nervus hemoroidal inferior. Kelenjar bartholin
sebagian tersusun dari jaringan erektil dari bulbus, jaringan erektil dari bulbus menjadi sensitif
selama rangsangan seksual dan kelenjar ini akan mensekresi sekret yang mukoid yang bertindak
sebagai lubrikan. Drainase pada kelenjar ini oleh saluran dengan panjang kira-kira 2 cm yang
terbuka ke arah orificium vagina sebelah lateral hymen, normalnya kelenjar bartholin tidak
teraba pada pemeriksaan palapasi.
DIAGNOSIS
Anamnesis yang baik dan pemeriksaan fisik sangat mendukung suatu diagnosis. Pada
anamnesis ditanyakan tentang gejala seperti :
Panas
Gatal
Sudah berapa lama gejala berlangsung
Kapan mulai muncul
Faktor yang memperberat gejala
Apakah pernah berganti pasangan seks
Keluhan saat berhubungan
Riwayat penyakit menular seks sebelumnya
Riwayat penyakit kulit dalam keluarga
Riwayat keluarga mengidap penyakit kanker kelamin
Riwayat penyakit yang lainnya misalnya diabetes dan hipertensi
Riwayat pengobatan sebelumnya
Kista atau abses Bartholin didiagnosis melalui pemeriksaan fisik, khususnya dengan
pemeriksaan ginekologis pelvis. Pada pemeriksaan fisis dengan posisi litotomi, kista terdapat di
bagian unilateral, nyeri, fluktuasi dan terjadi pembengkakan yang eritem pada posisi jam 4 atau 8
pada labium minus posterior. Jika kista terinfeksi, pemeriksaan kultur jaringan dibutuhkan untuk
mengidentifikasikan jenis bakteri penyebab abses dan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi
akibat penyakit menular seksual seperti Gonorrhea dan Chlamydia. Untuk kultur diambil swab
dari abses atau dari daerah lain seperti serviks. Hasil tes ini baru dilihat setelah 48 jam kemudian,
tetapi hal ini tidak dapat menunda pengobatan. Dari hasil ini dapat diketahui antibiotik yang
tepat yang perlu diberikan. Biopsi dapat dilakukan pada kasus yang dicurigai keganasan.
DIAGNOSIS BANDING
Lesion Location Characteristics
Cystic lesions
Bartholin's duct Vestibule Usually unilateral; asymptomatic if remains small
cyst
Epidermal Labia majora Benign, mobile, nontender; caused by trauma or
inclusion cyst (usually) obstruction of pilosebaceous ducts
Mucous cyst of Labia minora, Soft, less than 2 cm in diameter, smooth surface,
the vestibule vestibule, periclitoral superficial location; solitary or multiple; usually
area asymptomatic
Hidradenoma Between labia majora Benign, slow-growing, small nodule (2 mm to 3
papilliferum and labia minora cm); arises from apocrine sweat glands
Cyst of the canal Labia majora, mons Soft, compressible; peritoneum entrapped within
of Nuck pubis round ligament; may mimic inguinal hernia
Skene's duct cyst Adjacent to urethral Benign, asymptomatic; if large, may cause urethral
meatus in vestibule obstruction and urinary retention
Solid lesions
Fibroma Labia majora, Firm, asymptomatic; may develop pedicle; may
perineal body, undergo myxomatous degeneration; potential for
introitus malignancy
Lipoma Labia majora, clitoris Benign, slow-growing; sessile or pedunculated
PENATALAKSANAAN
Tujuan penanganan kista dan abses bartholin adalah memelihara dan mengembalikan
fungsi dari kelenjar bartholin. Metode penanganan kista dan abses bartholin yaitu insersi word
catheter untuk kista dan abses kelenjar bartholin dan marsupialization untuk kista kelenjar
bartholin. Terapi antibiotic spectrum luas diberikan apabila kista atau abses kelenjar bartholin
disertai denganadanya selulitis. Penatalaksanaan dari kista duktus bartholin tergantung dari
gejala pada pasien. Kista yang asimptomatik mungkin tidak memerlukan pengobatan, tetapi
symptomatic kista duktus bartholin dan abses bartholin memerlukan drainage.
a) Insisi dan drainage abses
Drainase tradisional
Teknik insisi drainase tradisional dapat dilakukan tetapi resiko rekurensinya tinggi.
Drainase menggunakan Word catheter.
Word catheter biasanya digunakan pada penyembuhan kista duktus bartholin dan
abses bartholin. Panjang tangkai catheter 1 inch dan mempunyai diameter seperti foley catheter
no 10. Balon Catheter hanya bias menampung 3 ml normal saline.
Cara:
• Disinfeksi dinding abses sampai labia dengan menggunakan betadine.
• Dilakukan lokal anastesi dengan menggunakan lidokain 1 %
• Fiksasi abses dengan menggunakan forsep kecil sebelum dilakukan tindakan insisi.
• Insisi diatas abses dengan menggunakan mass no 11
• Insisi dilakukan vertikal di dalam introitus eksternal terletak bagian luar ring himen. Jika
insisi terlalu lebar, word catheter akan kembali keluar.
• Selipkan word kateter ke dalam lubang insisi
• Pompa balon word kateter dengan injeksi normal salin sebanyak 2-3 cc
• Ujung Word kateter diletakkan pada vagina.
Proses epithelisasi pada tindakan bedah terjadi setelah 4-6 minggu, word catheter akan
dilepas setelah 4-6 minggu, meskipun epithelisasi bisa terbentuk pada 3-4 minggu. Bedrest
selama 2-3 hari mempercepat penyembuhan. Meskipun dapat menimbulkan terjadinya selulitis,
antibiotic tidak diperlukan. Antibiotik diberikan bila terjadi selulitis (jarang).
Marsupialisasi
Banyak literatur menyebutkan tindakan marsupialisasi hanya digunakan pada kista
bartholin. Namun sekarang digunakan juga untuk abses kelenjar bartholin karena memberi hasil
yang sama efektifnya. Marsupialisasi adalah suatu tehnik membuat muara saluran kelenjar
bartholin yang baru sebagai alternatif lain dari pemasangan word kateter. Komplikasi berupa
dispareuni, hematoma, infeksi.
Cara:
• Disinfeksi dinding kista sampai labia dengan menggunakan betadine.
• Dilakukan lokal anastesi dengan menggunakan lidokain 1 %.
• Dibuat insisi vertikal pada kulit labium sedalam 0,5cm (insisi sampai diantara jaringan
kulit dan kista/ abses) pada sebelah lateral dan sejajar dengan dasar selaput himen.
• Dilakukan insisi pada kista dan dinding kista dijepit dengan klem pada 4 sisi, sehingga
rongga kista terbuka dan kemudian dinding kista diirigasi dengan cairan salin.
• Dinding kista dijahit dengan kulit labium dengan atraumatik catgut. Jika memungkinkan
muara baru dibuat sebesar mungkin (masuk 2 jari tangan), dan dalam waktu 1 minggu
muara baru akan mengecil separuhnya, dan dalam waktu 4 minggu muara baru akan
mempunyai ukuran sama dengan muara saluran kelenjar bartholin sesungguhnya.
Penggunaan antibiotik
• Antibiotik sesuai dengan bakteri penyebab yang diketahui secara pasti dari hasil
pengecatan gram maupun kultur pus dari abses kelenjar bartholin
• Infeksi Neisseria gonorrhoe:
Cefixime 400 mg oral, dosis tunggal
Kanamisin 2 g IM, dosis tunggal
Cefritriaxon 250 mg IM, dosis tunggal
• Infeksi Chlamidia trachomatis:
Azithromycin 1 g oral, dosis tunggal
Doxycyclin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari, po
• Infeksi Escherichia coli:
Ciprofoxacin 500 mg oral single dose
Ofloxacin 400 mg oral single dose
Cefixime 400 mg single dose
• Infeksi Staphylococcus dan Streptococcus :
Penisilin G Prokain injeksi 1,6-1,2 juta IU im, 1-2 x hari
Ampisilin 250-500 mg/ dosis 4x/hari, po.
Amoksisillin 250-500 mg/dosi, 3x/hari po.