Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Pada kehamilan bayi dilindungi oleh air ketuban yang berfungsi untuk
ruang gerak bayi dan melindungi janin terhadap trauma dari luar. Selain itu air
ketuban juga berfungsi melindungi janin dari infeksi dan menstabilkan perubahan
suhu. Dengan pertambahan usia kehamilan banyaknya air ketuban tidak terus
sama dari minggu ke minggu usia kehamilan. Saat usia kehamilan mulai
memasuki usia 25 minggu rata-rata air ketuban sekitar 239 ml, yang kemudian
meningkat menjadi 984 ml pada usia kehamilan 32 minggu.

Apabila air ketuban melebihi 2000 ml maka disebut dengan


polyhidromion atau dengan singkat hydramnion. Hidramnion juga dapat
menimbulkan gejala pada ibu hamil yang meliputi dispnea (sesak nafas), kaki
tungkai bawah membengkak, perut membengkak, dan tampak mengkilat.
Penyebab terjadinya hydramion berkaitan dengan kelainan kongenital
(anensefalus, atresia esofagus, spina bifida, fistula usus), kelainan pada plasenta,
kelainan penyakit yang menyertai kehamilan (diabetes mellitus, hamil ganda).
Jadi cairan amnion memegang peranan yang cukup penting dalam proses
kehamilan dan persalinan.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Hidramion merupakan keadaan dimana jumlah air ketuban lebih banyak
dari normal atau lebih dari dua liter, dimana jumlah air ketuban normal itu
adalah 500-1500 ml.

2. Epidemiologi

Hydramion yang diindentifikasi pada semua kehamilan mencapai sekitar


1%. Dengan menggunakan indeks 25 cm atau diatasnya, Biggio dan rekan
(2009) pada Univesitas Alabama melaporkan 1% insiden dari 36.450 pada
wanita yang diperiksa.

Pada penelitian sebelumnya oleh Hill dan rekan (2007) dari Klinik Mayo,
lebih dari 9.000 pasien prenatal yang menjalani pengukuran USG secara
rutin hingga mendektai trimester ketiga. Insiden (kasus) hydramion
menunjukkan 0,9%. Hydramion ringan ditetapkan sebagai ukuran
kantung antara 8-11 cm menurut dimensi vertikal yang terdapat 80% dari
kasus dengan adanya kelebihan cairan. Hydramion sedang ditetapkan
sebagai sebagai kantung yang hanya memuat sebagian kecil yang diukur
pada kedalaman 12-15 cm yang ditemukan 15% dari kasus. Hanya 5%
yang termasuk dalam hydramion berat yang ditetapkan dengan fetus yang
mengapung bebas (free floating fetus) yang ditemukan pada kantung
cairan sedalam 16cm atau lebih. Meskipun dua pertiga dari semua kasus
termasuk idiopathic, sepertiga kasus lainnya berhubungan dengan kelainan
(anomali), diabetes maternal, atau masa kehamilan multifetal (multifetal
gestation). Golan dan rekan (2003) melaporkan hasil penelitian serupa
pada 14.000 kasus.

3. Etiologi

2
Mekanisme terjadinya hidramion hanya sedikit yang kita ketahui. Secara
teori hidramion terjadi karena:
a. Produksi air ketuban bertambah
Yang diduga menghasilkan air ketuban adalah epitel amnion, tetapi air
ketuban juga dapat bertambah karena cairan lain masuk ke dalam
ruangan amion, misalnya air kencing anak atau cairan otak pada
anencephalus.

b. Pengaliran air ketuban terganggu


Air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti dengan yang baru.
Salah satu jalan pengaliran adalah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh
usus dan dialirkan ke plasenta dan akhirnya masuk ke dalam peredaran
darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan seperti
pada atresia esofagus, anencephalus atau tumor-tumor plasenta. Pada
anencephalus dan spina bifida diduga bahwa hidramion terjadi karena
transudasi cairan dari selaput otak dan selaput sum-sum tulang
belakang. Selain itu, anak anencephal tidak menelan dan pertukaran air
terganggu karena pusatnya kurang sempurna hingga anak ini kencing
berlebihan.

Pada atresia esofagus hidramion terjadi karena anak tidak menelan.


Pada gemelli mungkin disebabkan karena salah satu janin pada
kehamilan satu telur jantungnya lebih kuat dan oleh karena itu juga
menghasilkan banyak air kencing. Mungkin juga karena luasnya
amnion lebih besar pada kehamilan kembar. Pada hidromion sering
ditemukan plasenta besar.

4. Faktor Predisposisi
Faktor yang dapat mempengaruhi terjadi hidramion antara lain:
a. Penyakit jantung
b. Nefritis
c. Edema umum (anasarka)
d. Anomali kongenital (pada anak), seperti anensefali, spina bifida,
atresia atau striktur esofagus. Dalam hal ini terjadi karena:
- Tidak adanya stimulasi dari anak dan spina
- Exscressive urinary secration
- Tidak berfungsinya pusat menelan dan haus

3
- Transudasi pusat langsung dari cairan meningeal ke amnion
e. Simpul tali pusat
f. Diabetes mellitus
g. Gemelli uniovulair
h. Malnutrisi
i. Penyakit kelenjar hipofisis
j. Pada hidromion biasanya plasenta lebih besar dan terasa lebih berat
dari biasa karena itu transudasi menjadi lebih banyak dan timbul
hidromion.

5. Klasifikasi Hidramion
a. Hidramion Akut
Terjadi penambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam
waktu beberapa hari saja. Biasanya terdapat pada kehamilan yang agak
muda, bulan ke-5 dan ke-6. Komposisi dari air ketuban pada
hidramion, menurut penyelidikan, serupa saja dengan air ketuban
yanng normal.
b. Hidramion Kronik
Banyak dijumpai pertambahan air ketuban secara perlahan-lahan
dalam beberapa minggu atau bulan, dan biasanya terjadi pada
kehamilan yang lanjut.

6. Tanda dan Gejala


Tanda:
- Ukuran uterus lebih besar dibanding yang seharusnya
- Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi
sulit dilakukan
- DJJ sulit terdengar
- Balotemen janin jelas

Gejala:
- Sesak nafas dan rasa tidak nyaman di perut karena tekanan pada
diafragma
- Gangguan pencernaan karena konstipasi maupun obstipasi
- Edema karena tekanan pada pembuluh darah vena karena
pembesaran dari uterus
- Varises dan hemoroid

4
- Regangan dinding rahim sendiri menimbulkan nyeri. Gejala-gejala
lebih menonjol pada hydramion akut.

Bila polihidromion terjadi antara minggu ke 24-30 maka keadaan ini


sering berlangsung secara akut dengan gejala nyeri abdomen akut atau rasa
seperti meledak serta rasa mual.

Kulit abdomen mengkilat dan edematous disertai striae yang masih baru.
Polihidromion akut atau kronik dapat menyebabkan abortus atau
persalinan preterm.

7. Patogenesis
Pada awal kehamilan, rongga amniont terisi oleh cairan yang
komposisinya sangat mirip dengan cairan ekstrasel. Selama paruh perama
kehamilan, pemindahan air dan molekul air lainnya berlangsung tidak saja
melalui amnion, tapi juga menembus kulit janin. Selama trimester kedua,
janin mulai berkemih, menelan dan menghirup cairan amnion. Hampir
pasti proses ini secara bermakna mengatur pengendalian volume cairan
amnion, karena dalam keadaan normal janin menelan cairan amnion,
diperkirakan bahwa mekanisme ini adalah salah satu cara pengaturan
volume cairan amnion. Teori ini dibenarkan dengan kenyataan bahwa
hidramion hampir selalu terjadi bila janin tidak dapat menelan, seperti
pada kasus atresia esofagus. Proses menelan ini jelas bukan satu-satunya
mekanisme untuk mencegah hidramion. Pritchard dan Abramovich
mengukur hal ini dan menemukan bahwa pada beberapa kasus hidramion
berat, janin menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak. Pada
kasus anesefalus dan spina bifida, faktor etiologinya mungkin adalah
meningkatnya transudasi cairan dari meningen yang terpajan ke dalam
rongga amnion. Penjelasan lain yang mungkin pasca anensefalus, apabila
tidak terjadi gangguan menelan, adalah peningkatan berkemih akibat
stimulasi pusat-pusat di serebrospinal yang tidak terlindungi atau
berkurangnya efek antidiuretik akibat gangguan sekresi arginin

5
vasopressin. Hal sebaliknya telah jelas dibuktikan bahwa kelainan janin
yang menyebabkan anuria hampir selalu menyebabkan oligohidramion.
Pada hidramion yang terjadi pada kehamilan kembar monozigot,
diajukan hipotesis bahwa salah satu janin merampas sebagian besar
sirkulasi bersama dan mengalami hipertropi jantung, yang pada gilirannya
menyebabkan peningkatan luaran urin pada masa neonatas dini, yang
mengisyaratkan bahwa hidramion disebabkan oleh meningkatnya produksi
urin janin. Hidramion yang sering terjadi pada diabetes ibu selama
trimester ketiga masih belum dapat diterangkan. Salah satu penjelasannya
adalah bahwa hiperglikemia janin yang menimbulkan diuresis osmotik.
Bar hava dan kawan-kawan (1994) membuktikan bahwa volume air
ketuban trimester ketiga pada 399 diabetes gestasional mencerminkan
status glikemik terakhir. Yasuhi dan kawan-kawan (1994) melaporkan
peningkatan produksi urin janin pada wanita diabetik yang puasa
dibandingkan dengan kontrol non-diabetik. Yang menarik, produksi urine
janin meningkat pada wanita non-diabetik setelah makan, tetapi hal ini
tidak dijumpai pada wanita diabetes.
8. Penegakkan Diagnosa
a. Anamnesis
- Perut lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa
- Pada yang ringan, keluhan-keluhan subjektif tidak banyak
- Pada yang akut dan pada pembesaran uterus yang cepat maka
terdapat keluhan-keluhan yang disebabkan karena tekanan pada
organ terutama pada diafragma, seperti sesak (dispnoe), nyeri ulu
hati, dan sianosis
- Nyeri perut karena tegangnya uterus, mual, dan muntah
- Edema pada tungkai, vulva, dinding perut
- Pada proses akut dan perut besar sekali, bisa syok, berkeringat
dingin dan sesak
b. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
- Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut
mengkilat, retak-retak, kulit jelas dan kadang-kadang
umbilikus mendatar

6
- Jika akut, si ibu terlihat sesak (dispnoe) dan sianosis, serta
terlihat susah membawa kandungannya
2. Palpasi
- Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding
vulva dan tungkai
- Fundus uteri lebih tinggi dari umur kehamilan sesungguhnya
- Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan
- Banyaknya cairan menyebabkan kesan asites
- Kalau pada letak kepala, kepala janin masih bisa diraba, maka
balotemen jelas sekali
- Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak terfiksir,
maka dapat terjadi kesalahan-kesalahan letak janin

3. Auskultasi
Denyut jantung janin tidak terdengar atau jika terdengar sangat
halus sekali.
4. Pemeriksaan Dalam
Selaput ketuban teraba dan menonjol walaupun diluar his.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rontgen
- Nampak bayangan terselubung kabur karena banyaknya cairan,
kadang-kadang bayak janin tidak jelas
- Foto rontgen pada hidromion berguna untuk diagnosa dan
untuk menentukan etiologi seperti anomali kongenital
(anensefali atau gemelli).

2. USG
- Banyak ahli mendefinisikan hidramion bila index cairan
amnion (ICA) melebihi 24-25 cm pada pemeriksaan USG.
- Dikemukakan beberapa teknik pengukuran air ketuban, tetapi
yang diterima sebagai standard adalah adalah teknik
pengukuran menurut Phelan, menurutnya AFI ( Amniotic Fluid
Index ) atau ICA ditetapkan sebagai berikut:
1. Pengukuran dilakukan setelah umur kehamilan di atas 30
minggu.
2. Posisi pengukuran sebagai berikut:

7
a) Penderita tidur telentang dengan posisi fowler atau
supine
b) Dinding abdomen dibagi 4 kuadran dengan
mempergunakan umbilikus sebagai titik tengah
di atas umbilikus dua kuadran atas/bawah
linea nigra membaginya menjadi kiri/kanan

3. Teknik pengukuran paket air ketuban:


Probe diletakkan di kuadran abdomen abdomen
dengan posisi membujur
Arahnya tegak lurus dengan lantai
Pencarian paket air ketuban terbesar pada kuadran
tersebut diukur panjangnya tegak lurus dalam
ukuran milimeter
Jika terdapat umbilikus atau ekstremitas, arah probe
diubah sehingga bebas darinya
Keempat hasil ukuran dijumlahkan sehingga
didapatkan ukuran dalam sentimeter
Total 4 kuadran pada air ketuban normal sekitar 12
( kurang lebih 4,6cm )
4. Batasan terhadap terhadap hasil temuan adalah:
Kurang dari 5 cm disebut oligohidramion
Di atas 25 cm disebut hidramion
5. Tambahan:
Pengukuran pada kehamilan kurang dari 20 minggu
dihitung dengan membagi uterus menjadi 2 bagian, yaitu
kanan dan kiri. Jumlah perhitungan menurut Moore dan
Cayle hanya mengukur paket air ketuban yang benar-benar
bebas dengan variasi yang dianggap cukup jika dijumpai
panjang panjang antara 1-2 cm.

8
- Dari pemeriksaan USG, hidramion terbagi menjadi:
Mild Hydramnion (hidramion ringan), bila kantung
amnion mencapai 8-11 cm dalam dimensi vertikal. Insiden
terbesar 80% dari semua kasus yang terjadi.
Moderate Hydramion (hidramion sedang), bila kantung
amnion mencapai 12-15 cm dalamnya. Insiden terbesar
15%.
Severe Hydramion (hidramion berat), bila janin
ditemukan berenang dengan bebas dalam kantung amnion
yang mencapai 16 cm Gambar 5.1 besar. Insiden sebesar
atau lebih
4 kuadran abdomen
5%.

Weeks Amnionic Fluid


Fetus (gr) Placenta (gr) Fluid
Gestation (ml)
16 100 100 200 50
28 1000 200 1000 45
36 2500 400 900 24
40 3300 500 800 17

9. Penatalaksanaan
Terapi hidramion dibagi dalam tiga fase:
a. Waktu hamil
Hidromion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi
dan berikan terapi simptomatis
Pada hidromion yang berat dengan keluhan-keluhan, harut
dirawat di rumah sakit untuk istirahat sempurna. Berikan diet
rendah garam. Obat-obatan yang dipakai adalah sedative dan

9
duresisi. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut
tengah, lakukan fungsi abdominal pada bawah umbilikus.
Dalam satu hari dikeluarkan 500cc per jam sampai keluhan
berkurang. Jika cairan dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his
dan solutio plasenta, apabila bila anak belum viabel.
Komplikasi pungsi dapat berupa:
Timbul his
Trauma pada janin
Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan
Infeksi serta syok.
Bila sewaktu melakukan aspirasi kelua darah, umpananya janin
mengenai plasenta, maka pungsi harus dihentikan.

b. Waktu partus
Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita
menunggu
Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan
pungsi transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan.
Dengan memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada
beberapa tempat, lalu air ketuban akan keluar pelan-pelan
Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah,
maka untuk menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan
deras, masukkan kepalan tangan ke dalam vagina sebagai
tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan.
Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi solutio plasenta,
syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau pendarahan
post partum karena atonia uteri.
c. Postpartus
Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi
sebaiknya lakukan pemeriksaan golongan dan transfusi darah
serta sediakan obat uterotonika.
Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan
perdarahan post partum

10
Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah,
maka untuk meghindari infeksi berikan antibiotik yang cukup
atau dengan metode:
Amniosintesis
Tujuannya adalah untuk meredakan penderitaan ibu, dan cukup
efektif untuk tujuan ini. Namun amniosintesis kadang memicu
persalinan walaupun hanya sebagian kecil cairan yang
dikeluarkan

Penatalaksanaan lain dari hidramion adalah pemakaian indomethasin.


Indomethasin (1,5mg/kgBB/hari) mengurangi produksi cairan paru-paru
dan meningkatkan penyerapan, serta mengurangi produk urin fetus. Tetapi
terapi ini sangat potensi menyebabkan penutupan lebih awal dari duktrus
arteriosus fetalis.

10. Diagnosa Banding


Gemelli (kembar)
Asites (pengumpulan cairan serosa dalam rongga perut)
Kista ovarium
Kehamilan beserta tumor
Mola hidatidosa
Kandung kemih yang penuh

11. Komplikasi
Kelahiran prematur
Posisi bayi yang sungsang
Tali pusar yang keluar mendahului bayi saat persalinan
Pendarahan yang parah pasca- melahirkan
Plasenta yang terlepas dari dinding rahim (solutio plasenta)
sebelum persalinan karena ukuran rahim yang menyusut drastis
seiring berkurangnya air ketuban
Infeksi saluran kemih pada sang ibu akibat peningkatan tekanan
pada saluran kemih
Hipertensi selama kehamilan
Bayi terlahir dalam keadaan mati (stillbirth)

12. Prognosis

11
Pada Janin, prognosisnya agak buruk (mortalitas kurang lebih 50%)
terutama karena:
a. Kongenital anomali
b. Prematuritas
c. Komplikasi karena kesalaham letak anak, yaitu pada letak lintang atau
tali pusat menumbung
d. Eritroblastosis
e. Diabetes melitus
f. Solutio plasenta jika ketuban pecah tiba-tiba

Pada ibu:
a. Solutio plasenta
b. Atonia uteri
c. Perdarahan postpartum
d. Retensio plasenta
e. Syok

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

SMF ONSTETRY AND GYNECOLOGY

RSUD EMBUN FATIMAH KOTA BATAM

No Rekam Medik : 160372

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SP
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : kristen
Alamat : mitra center a/16
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Status perkawinan : menikah

12
HPHT : 15 januari 2016
UK : 34 minggu
Tanggal masuk : 6 september 2016
Berat badan : 68 kg cm
Tinggi badan : 160 cm

II. ANAMNESIS
Pasien datang ke poli KIA dengan keluhan nyeri pada perutnya serta merasa
sesak. Pasien datan secara mandiri ke poli KIA RS Embung Fatimah hari
selasa, 6 september 2016 jam 10.00 WIB.

KELUHAN UTAMA
Rasa nyeri pada perut sejak 3 hari yang lalu dan rasa sesak pada dada.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Seorang perempuan berusia 26 tahun secara mandiri datang ke Poli KIA
RSUD embung fatimah kota batam dengan keluhan merasa nyeri pada perut
dan sesak pada dada sejak tanggal 3 september 2016, lendir (-) darah (-).
Riwayat sebelumnya pasien melahirkan anak pertama : laki-laki dengan BB
2950 gram dengan partus normal di klinik tahun 2014.

RIWAYAT MENSTRUASI
Pasien mengaku pertama kali haid pada usia 14 tahun. Siklus haidnya
teratur dan rutin setiap bulannya. Siklus haid 28 hari, lamanya 3-5 hari.
HPHT adalah 15 januari 2016.

RIWAYAT PERKAWINAN
Menikah 1x pada tahun 2011 pada usia 21 tahun.

RIWAYAT PEMERIKSAAN KEHAMILAN


Pasien pada saat mengandun rajin memeriksakan kandungannya ke rumah
sakit.

RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU DAN OPERASI


(-)

RIWAYAT KONTRASEPSI
(-)

RIWAYAT ALERGI

13
(-)

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


(-)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit keturunan,
menular, dan kejiwaan.

III. STATUS PRESENT


STATUS GENERALIS
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Berat badan : 68 kg
Tinggi badan : 160 cm
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 78x/i
Respirasi : 24x/i
Suhu : 36,7 C

PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Leher :kelenjar getah bening : tidak teraba
Kelenjar tiroid : tidak membesar
Thoraks : paru : - inspeksi : simetris
- Palpasi : fokal fremitus dekstra//sinistra
normal
- Perkusi : sonor pada semua lapangan paru
- Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki : (-/-),
wheezing (-/-)
Jantung : bunyi jantung S1-S2 murni regular, murmur (-) gallop
(-)
Abdomen : terlihat tegang dan mengkilat (+),nyeri tekan(+),
bising usus (+), asites (+)
Ekstremitas : Edema : -/-
Varises: -/-
Akral : hangat

IV. STATUS OBSTETRIK


Pada pemeriksaan leopold
Leopold I: didapatkan bagian besar, teraba bulat, lunak dan tidak melenting
pada bagian fundus uteri.

14
Leopold II : teraba tahanan memanjang pada kanan perut ibu dan teraba
bagian kecil janin pada perut kiri ibu
Leopold III : teraba bagian besar, bulat, keras, dan melenting bagian
terbawah, dapat digoyangkan.
Leopold IV : didapatkan bagian terbawah janin belum memasuki pintu atas
panggul.

Pemeriksaan luar :
Tinggi fundus : 32 cm
DJJ : 142x/i
HIS : (-)

Pemeriksaan dalam :
Tidak dilakukan

V. LABORATORIUM
Darah lengkap
Hb : 9,3 gr/dl
Leukosit : 12.400
Ht : 27%
Eritrosit : 3,3 juta/ul
Trombosit : 218 ribu/ul
Gol darah : O Rh+
HIV : negatif
HbSAg : negatif
GDS : 128 mg/dl

VI. RESUME
Pasien wanita berusia 26 tahun G2P1A0H1 gravid 34 minggu dengan
polihidromion. Pasien mengaku pernah melakukan persalinan normal dan
melahirkan anak laki-laki dengan BB 2950 gram dengan partus normal di
klinik tahun 2014, dan sekarang adalah kehamilan anak kedua.

Pada tanggal 6 september 2016 pukul 10.00 WIB, pasien datang secara
mandiri ke poli KIA RSUD Embung Fatimah kota batam dengan keluhan
perut terasa nyeri dan sesak di dada, darah (-) lendir(-). Hasil observasi
keadaan umum baik, TD = 120/70 mmHg, N=78x/i, rr=24x/i, t=36,7 C,
DJJ= 142x/i.

15
VII. DIAGNOSIS KERJA
G2P1A0H1 gravid 34 minggu + polihidramion
Follow up di ruang bangsal mawar
Tanggal : 6 september 2016

Pasien mengatakan perut terasa nyeri (+)


S
Susah bernafas (+)
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
TD: 120/70 mmHg
Hr : 80x/i
Rr: 23x/i
T : 36,5 C
Djj : 140x/i
Infus (+) terpasang
Mata : ca (-) si(-)
Thorax : DBN
Abdomen : bising usus (+), asites (+), tegang (+), nyeri tekan (+)
O
Pemeriksaan leopold:
Leopold I : massa lunak seperti bokong
Leopold II : perut sebelah kanan membentuk lengkungan
seperti punggung, perut sebelah kiri teraba
massa kecil yang diduga ekstremitas.
Leopold III : teraba kepala
Leopold IV: konvergen
Ekstremitas : hangat (+), udeme (-)
A G2P1A0H1 gravid 34 minggu + polihidromion
Observasi keadaan dan vital sign pasien
Anjurkan ibu untuk istirahat
Terapi injeksi :
P IVFD D5% + duvadillan 3 ampul / 25 tpm
Deksametason 2x1
Nifedipin 3x1
Persiapan amniosintesis besok hari

Tanggal : 7 september 2016 (post amniosintesis)

S ( tidak ada keluhan)


O Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
TD: 110/60 mmHg

16
Hr : 82x/i
Rr: 20x/i
T : 36,7 C
DJJ : 134x/i
Infus (+) terpasang
Mata : ca (-) si(-)
Thorax : DBN
Abdomen : bising usus (+)
Pemeriksaan leopold:
Leopold I : massa lunak seperti bokong
Leopold II : perut sebelah kanan membentuk lengkungan
seperti punggung, perut sebelah kiri teraba
massa kecil yang diduga ekstremitas.
Leopold III : teraba kepala
Leopold IV: konvergen
Ekstremitas : hangat (+), udeme (-)
A G2P1A0H1 gravid 34 minggu + post amniosintesis
P Observasi keadaan dan vital sign pasien
Anjurkan ibu untuk istirahat
Terapi injeksi :
IVFD D5% + duvadillan 3 ampul / 25 tpm
Deksametason 2x1
Nifedipin 3x1

Tanggal : 8 september 2016

S ( tidak ada keluhan)


O Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
TD: 120/70 mmHg
Hr : 79x/i
Rr: 20x/i
T : 36,2 C
DJJ : 140x/i
Infus (+) terpasang
Mata : ca (-) si(-)
Thorax : DBN
Abdomen : bising usus (+)
Pemeriksaan leopold:
Leopold I : massa lunak seperti bokong

17
Leopold II : perut sebelah kanan membentuk lengkungan
seperti punggung, perut sebelah kiri teraba
massa kecil yang diduga ekstremitas.
Leopold III : teraba kepala
Leopold IV: konvergen
Ekstremitas : hangat (+), udeme (-)
A G2P1A0H1 gravid 34 minggu + post amniosintesis
P Observasi keadaan dan vital sign pasien
Anjurkan ibu untuk istirahat
Terapi injeksi :
IVFD D5% + duvadillan 3 ampul / 25 tpm
Deksametason 2x1
Nifedipin 3x1
Pasien boleh pulang

BAB III

PEMBAHASAN

Telah diperiksa seorang wanita berusia 26 tahun dengan G2P1A0H1


gravid 34 minggu datang ke poli KIA RSUD Embung Fatimah dengan keluhan
perut terasa nyeri dan sesak sejak 3 hari yang lalu. Dari anamnesis didapatkan
HPHT pada tanggal 15 Januari 2016. Ketika di USG oleh dokter kandungan pada
tanggal 6 september 2016 dinyatakan bahwa terdapat 1 janin, DJJ janin (+), usia
gestasi 33-34 minggu, dengan jumlah air ketuban melebihi normal (ICA>25).
Pusing(-), nyeri pada perut bawah (+), sesak (+), mual (-), muntah (-).

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos


mentis, vital sign stabil. Secara inspeksi kulit perut pasien terlihat mengkilat,
auskultasi sulit mendengar bising usus, DJJ masih terdengar dengan menggunakan
dopler, palpasi didapatkan acites (+). Dan pemeriksaan obstetri dilakukan
pemeriksaan leopold dengan hasil :
Leopold I : massa lunak seperti bokong

18
Leopold II : perut sebelah kanan membentuk lengkungan seperti punggung, perut
sebelah kiri teraba massa kecil yang diduga ekstremitas.
Leopold III : teraba kepala
Leopold IV: konvergen
Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal, pemeriksaan USG
didapatkan kesan tampak 1 fetal, DJJ (+), ICA melebihi 25 cm.

Dari pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan


penunjang yang telah dilakukan diatas, dapat ditegakkan bahwa diagnosis pasien
dari pasien ini adalah G2P1A0H1 gravid 34 minggu + polihidromion.

Polihidromion
Ditegakkan berdasarkan:
Anamnesis Teori
Pasien hamil G2P1A0H1 gravid 34 Gejala:
minggu datang dengan keluhan nyeri - Sesak nafas dan rasa tidak
pada perut dan sesak sejak 3 hari yang nyaman di perut karena
lalu. tekanan pada diafragma
- Gangguan pencernaan karena
konstipasi maupun obstipasi
- Edema karena tekanan pada
pembuluh darah vena karena
pembesaran dari uterus
- Varises dan hemoroid
- Regangan dinding rahim
sendiri menimbulkan nyeri.
Gejala-gejala lebih menonjol
pada hydramion akut.

Pemeriksaan Fisik Teori


- Abdomen : terlihat tegang dan Inspeksi :
- Kelihatan perut sangat buncit dan

19
mengkilat (+),nyeri tekan (+), tegang, kulit perut mengkilat,
bising usus (+), asites (+) retak-retak, kulit jelas dan
kadang-kadang umbilikus
mendatar
- Jika akut, si ibu terlihat sesak
(dispnoe) dan sianosis, serta
terlihat susah membawa
kandungannya

Palpasi
- Perut tegang dan nyeri tekan
serta terjadi oedema pada dinding
vulva dan tungkai
- Fundus uteri lebih tinggi dari
umur kehamilan sesungguhnya
- Bagian-bagian janin sukar
dikenali karena banyaknya cairan
- Banyaknya cairan
menyebabkan kesan asites
- Kalau pada letak kepala, kepala
janin masih bisa diraba, maka
balotemen jelas sekali
- Karena bebasnya janin bergerak
dan kepala tidak terfiksir, maka
dapat terjadi kesalahan-kesalahan
letak janin
Auskultasi
Denyut jantung janin tidak
terdengar atau jika terdengar
sangat halus sekali.

Pemeriksaan Penunjang Teori


USG Nilai ICA >25 berdasarkan USG

20
Penatalaksanaan Penjelasan
Amniosintesis Bila sesak hebat sekali disertai sianosis
dan perut tengah, lakukan fungsi
abdominal pada bawah umbilikus.
Dalam satu hari dikeluarkan 500cc per
jam sampai keluhan berkurang. Jika
cairan dikeluarkan dikhawatirkan
terjadi his dan solutio plasenta.
IVFD RL IVFD D5% + duvadillan 3 Golongan vasodilator dan mengandung
ampul / 25 tpm bahan aktif Isoxsuprine, melemaskan
otot rahim.
Deksametason 2x1 Kortikosteroid guna membantu
pematangan paru bayi.
Nifedipin 3x1 Obat anti hipertensi golongan Ca-
blocker guna mengurangi tekanan dan
rata-rata detak jantung, memperluas
dan membuat rileks pembuluh darah,
serta meningkatkan aliran ke kaki dan
tangan.

21
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ny. SP berusia 26 tahun datang ke poli KIA RSUD Embung Fatimah pada
tanggal 6 September 2016 pukul 10.00 WIB dengan keluhan rasa nyeri
pada perut dan sesak yang sudah dirasakan sejak 3 hari yang lalu.

Pada pemeriksaan fisik dan laboratorium didapatkan kulit pasien terlihat


mengkilat, nyeri tekan (+), asites (+), dan nilai ICA >25 cm berdasarkan
USG.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang


ditegakkan diagnosis pasien ini yaitu G2P1A0H1 gravid 33-34 minggu +

22
polihidromion. Tata laksana yang dilakukan adalah mengurangi sesak dan
nyeri dengan bed rest dan amnionsintesis.

Secara umum, penegakkan diagnosis, alur penatalaksanaan sudah sesuai


dengan literratur yang ada. Prognosis pada pasien ini berdasarkan
perjalanan penyakit dan penatalaksanaan yang telah didapatkan adalah
bonam.

B. SARAN
Agar diagnosis pada pasien dapat ditegakkan dengan cepat dan tepat,
dibutuhkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat pula serta
pemeriksaan penunjang yang sesuai, sehingga keputusan untuk
penatalaksanaan yang tepat ke depannya sesuai dengan diagnosis yang
tepat pula.

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo. 2010

Cunningham. Et all. William Obstetric (23nd ed). United States Of America :


the McGraw-Hill Companies. 2010

Amriewibowo.2010. Kelainan Air Ketuban Poihidromion Komplikasi Dan


Penyulit Dalam Kehamilan. Pengantar Kuliah Obstetri Dan Ginekologi

Mochtar R. Sinopsis Obstetry Jilid 2. Jakarta:EGC;2010

Manuaba IBG, Chandranita IA, Fajar IBG. Pengantar Kuliah Obstetry.


Jakarta;EGC;2007

23
24

Anda mungkin juga menyukai